Anda di halaman 1dari 16

Surveilans Bencana

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Epidemiologi Bencana dan Dampak

Disusun Oleh : Nurdafrika Rahmadiana


No. BP. : 1210336044
Peminatan : Epidemiologi
Semester : II/B
Dosen Pengampu : Vivi Triana, SKM, MPH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan

aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena

ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,

sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan

sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk

mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini

berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu

dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak

akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya

gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam"

juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa

keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk

bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,

sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat

manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)

serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan

memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki

ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana

merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk

mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan

2
demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang

besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

Terjadinya bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu,

dibutuhkan surveilans untuk meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans

bencana dilakukan sebelum bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya

bencana.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui kegiatan yang dilakukan pada surveilans bencana.

1.2.2 Tujuan Khusus

 Mengetahui surveilans bencana pada sebelum terjadinya bencana

 Mengetahui surveilans bencana pada saat terjadinya bencana

 Mengetahui surveilans bencana pada sesudah terjadinya bencana

1.3 Ruang Lingkup

Makalah ini membahas tentang definisi bencana, surveilans epidemiologi

san surveilans bencana.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Bencana

2.1.1 Definisi Bencana

Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh

faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemampuan masyarakat dengan

segala sumber dayanya.1

Sumber lain juga mendefinisikan bencana sebagai suatu kejadian alam,

buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba

sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan.2

2.1.2 Klasifikasi Bencana

Bencana dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 3

1. Menurut Penyebab :

a. Alam : gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat

kekeringan (banjir dan angin taufan)

b. perbuatan manusia : kecelakaan kimia atau perang.

2. Menurut Perkiraan :

a. Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan,

b. Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.

3. Menurut Waktu Berlangsungnya :

a. Singkat saja : angin tornado, gempa bumi

b. Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.

4
4. Menurut Frekuensi :

a. Sering : angin tornado dan taufan,

b. Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.

5. Menurut Dampak :

a. Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi

b. Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.

2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana

Bencana alam dapat memperbesar risiki penyakit yang dapat dicegah akibat

perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut : 7

1. Kepadatan penduduk

Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran

penyakit bawaan udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut

menyebabkan sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang

dilaporkan pasca bencana.

2. Perpindahan penduduk

Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit menular

baik pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang rentan.

3. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air

Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh

kebocoran saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.

4. Terganggunya program kesehatan masyarakat

Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan

pemulihan. Jika program kesehatan masyarakat (misalnya program

pengendalian vector atau program vaksinasi) tidak dipelihara atau dipulihkan

5
sesegera mungkin, penyebaran penyakit menular dapat meningkat pada

populasi yang tidak terlindung.

5. Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor

Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan dapat

memengaruhi kepadatan populasi vector. Salah satu dampaknya adalah

pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya hewan

pengerat di daerah banjir.

6. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar

Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat

bencana alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat

ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain.

7. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana

Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber

yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari sumber

baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular.

2.2 Surveilans Epidemilogi

2.2.1 Definisi Surveilans

Definisi surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara

cermat dan terus menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian dan

penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis,

interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan

pencegahan. Dalam definisi ini, surveilans mempunyai arti seperti sistem informasi

kesehatan rutin. Menurut CDC (Center of Disease Control), surveilans adalah

pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus

menerus yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya

6
kesehatan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini dipadukan dengan diseminasi data

secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.4

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans adalah

pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu,

baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk

kepentingan pencegahan dan penganggulangannya.5

2.2.2 Tujuan Surveilans:

1. Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi

bencana.

2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan

penyebarannya.

3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan

lingkungan akibat bencana(misalnya perbaikan sanitasi).

2.2.3 Kegunaan Surveilans

Surveilans mempunyai manfaat/kegunaan sebagai berikut : 4

1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan dengan

tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.

2. Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis dan

mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.

3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,

khususnya untuk mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.

4. Memberikan informasi dan data dasar untuk penentuan prioritas,

pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya

kesehatan.

7
5. Dapat memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus

dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan

program.

6. Membantu menentapkan prioritas masalah kesehatan dan prioritas sasaran

program pada tahap perencanaan program.

7. Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut usia, pekerjaan,

wilayah dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman

mengenai vector penyakit, reservoir binatang dan dinamika penularan

penyakit menular.

2.3 Surveilans Bencana

Surveilans bencana meliputi :

1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.

Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey

penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan

nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit

tersebut.

Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak,

DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria,

penyakit kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.

Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :

 Penyakit yang rentan epidemik  Hepatitis

(kondisi padat)  Penyakit dalam program

 Kolera pengendalian nasional

 Diare berdarah  Campak

 Thypoid fever  Tetanus

8
 Penyakit endemis  Malaria

yang dapat meningkat paska  DBD

bencana

Penyebab Utama Kesakitan & Kematian

 Pnemonia  Campak

 Diare  Malnutrisi

 Malaria  Keracunan pangan

Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya

penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana, pengungsian,

kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik. Pengungsi

yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak balita, orang tua atau

lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil.

2. Surveilans data pengungsi.

Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di

tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis

kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.

3. Surveilans kematian.

Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak,

umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.

4. Surveilans rawat jalan.

5. Surveilans air dan sanitasi.

6. Surveilans gizi dan pangan.

7. Surveilans epidemiologi pengungsi.

9
2.3.1 Peran Surveilans Bencana

Surveilans berperan dalam:

1. Saat Bencana:Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak apa

saja yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah korban,barang-

barang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan,berapa

banyak pengungsi lansia,anak-anak,seberapa parah tingkat kerusakan dan

kondisi sanitasi lingkungan.

2. Setelah Bencana:Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus

dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan,

misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakatuntuk kembali dari

pengungsian,rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.

3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan

respon/evaluasi. Manajemen penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk

tanggap darurat,Fase II untuk fase akut,Fase III untuk recovery(rehabilitasi

dan rekonstruksi).Prinsip dasar penaggunglangan bencana adalah pada

tahapPreparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.

2.3.2 Upaya penanggulangan bencana meliputi

1. Pra-bencana

 Kelembagaan/ koordinasi yg solid

 SDM/ petugas kesehatan yg terampil secara medik dan sosial (dapat

bekerjasama dengan siapapun)

 Ketersediaan logistic (bahan, alat, dan obat)

 Ketersediaan informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)

 Jaringan kerja lintas program/ sector

10
2. Ketika bencana RHA (Rapid Health Assessment) dilakukan hari H hingga H+3.6

Rapid Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan untuk

mengatur besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat

bencana, yaitu dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi

terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan terhadap sarana permukiman yang

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi upaya

kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya.

Assessment terhadap kondisi darurat merupakan suatu proses yang

berkelanjutan. Artinya seiring dengan perkembangan kondisi darurat diperlukan

suatu penilaian yang lebih rinci.

Tujuan dari dilakukannya assessment awal secara cepat adalah :

a. Mendapatan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan darurat

b. Menjadi dasar bagi perencanaan program

c. Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help serta

aktivitas-aktivitas berbasis masyarakat.

d. Mengidentifikasi kesenjangan, guna :

 Menggambarkan secara tepat dan jelas jenis bencana, keadaan,

dampak, dan kemungkinan terjadinya perubahan keadaan darurat

 Mengukur dampak kesehatan yang telah terjadi dan akan terjadi

 Menilai kapasitas sumber daya yang ada dalam pengelolaan

tanggap darurat dan kebutuhan yang perlu direspon secepatnya

 Merekomendasikan tindakan yang menjadi prioritas bagi aksi

tanggap darurat.

11
3. Pascabencana: berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya

 Pengendalian penyakit menular (ISPA, diare,DBD,chikungunya, tifoid,dll)

 Pelayanan kesehatan dasar

 Surveilans penyakit

 Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah,

sanitasi makanan, dll)

2.3.3 Manfaat Surveilans bencana

Surveilans bencana sangat penting, secara garis besar manfaatnya adalah:

1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan,

kualitas tempat penampungan.

2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat

diupayakan pencegahan.

3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak,lansia,wanita

hamil,sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.

4. Pendataan pengungsi diwilayah,jumlah,kepadatan,golongan,umur,menurut

jenis kelamin.

5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi

6. Survei Epidemiologi.

2.3.4 Masalah Epidemiologi dalam Surveilans Bencana

a. Pertolongan terhadap kelaparan

Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk

secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha

pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi

populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan

epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari

12
distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah,

pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan

penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.

b. Kontrol Epidemik ; Kantor Pengaduan

Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca

bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran /

mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor pengaduan

dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya issu-

issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta kemudian

menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin

terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena musibah

dinegara-negara berkembang tetapi juga terhadap lingkungan kota, negara-negara

industri.

c. Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera

Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih

luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi,

namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau berapa

banyak yang jatuh sakit.

d. Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.

Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak

dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah

(kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan

menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis

yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada

pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat.

13
e. Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu

Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan

peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan

kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting, kadarluarsa

ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana, seringkali justru

mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil terpaksa

harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak

diperlukan.

f. Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana

Yang Akan Datang

Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut

jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu

sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering

direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang

mendalam.

g. Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan

Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada

evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah

perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana

untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat

bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap

bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana,

lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.3

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Kegiatan yang dilakukan pada sebelum bencana terjadi adalah

pengorganisasian dan koordinasi dengan lembaga terkait.

 Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya bencana adalah melakukan

RHA (Rapid Health Assessment)/penilaian kesehatan secara cepat.

 Kegiatan yang dilakukan pada setelah terjadinya bencana adalah melakukan

intervensi dari RHA yang sudah dibuat. Misalnya dengan memberikan

bantuan makanan, dll.

3.2 Saran

Surveilans bencana dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pra

bencana, saat bencana dan pasca bencana. Jadi perlu koordinasi dan kerjasama yang

baik antara pihak-pihak terkait agar persiapan mengahadapi bencana dan intervensi

setelah bencana dapat terlaksana dengan baik

15
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.p2kp.org. Modul Khusus Fasilitator Pengelolaan Penanganan

Bencana. Diakses tanggal 9-2-2013, jam 21:12 WIB.

2. Priambodo, S.A. 2009, Panduan Praktis Menghadapi bencana. Yogyakarta :

Kanisius

3. http://arimasriadi.blogspot.com/Surveilans Epidemiologi Setelah Terjadinya

Bencana. Diakses tanggal 9-2-2013, jam 22:47 WIB.

4. Nugrahaeni, D.K. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC

5. Mardiah, dkk. 2011. Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC

6. Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. 2007. Pengelolaan Kesehatan

Masyarakat dalam Kondisi Bencana. Yogyakarta : Yudhistira

7. Widyastuti, P (Ed.). 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai