SURVEILES BENCANA
Kelompok 1:
1. Nurintan susilawati
2. Ansor kirana
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAHYA BIMA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa
karena berkat pertolongan dan bimbingan-Nya yang selalu di rasakan setiap Langkah
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Surveilans
Bencana”. Materi dalam makalah ini disusun sebagai salah satu syarat yang ditempuh
mahasiswa dalam memenuhi tugas mata kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Ilmu Kesehatan Stkes yahya bima. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada, dosen pengampu mata kuliah , sebagai dosen Pengampu mata
kuliah keperawatan bencana, yang sudah memberikan arahan dan bimbingan untuk
mempelajari mata kuliah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa hasil dalam makalah ini
masih jauh dari sempurna, karena itu diharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas
manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena Ketidak berdayaan
manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan
kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkansampai kematian. Kerugian yang
dihasilkan tergantung pada kemampuan untukmencegah atau menghindari bencana dan daya
tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila
ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".
Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidakakan menjadi bencana alam
di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnyagempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa
tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya
potensi kerugian juga tergantung pada bentukbahayanya sendiıri, mulai dari kebakaran,
yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umaNamun demikian pada daerah yang memiliki tingkat
bahaya tinggi (hazard)serta
memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak
akanmemberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan
terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencanamerupakan evaluasi
kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah &
menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah
tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yangbesar jika diimbangi dengan
ketetahanan terhadap bencana yang cukup. Terjadinya bencana alam tidak dapat di prediksi.
Oleh karena itu,dibutuhkan surveilans untuk meminimalisir kerusakan dan korban.
Surveilansbencana dilakukan sebelum bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya
bencana.
1.2 Tujuan Penulisan
5. Menurut Dampak
a. Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi
b. Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.
2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana
Bencana alam dapat memperbesar risiki penyakit yang dapat dicegah akibat
perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut :
1. Kepadatan penduduk
Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit
bawaan udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut menyebabkan sebagian
peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang dilaporkan pasca bencana.
2. Perpindahan penduduk
Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit menular baik
pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang rentan.
3. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air
Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran
saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.
4. Terganggunya program kesehatan masyaraka
Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan pemulihan.
Jika program kesehatan masyarakat (misalnya program pengendalian vector atau
program vaksinasi) tidak dipelihara atau dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran
penyakit menular dapat meningkat pada populasi yang tidak terlindung,
5. Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor
Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan dapat
memengaruhi kepadatan populasi vector. Salah satu dampaknya adalah
pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya hewan pengerat di
daerah banir.
6. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar
Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat bencana
alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat ditularkan pada
manusia dan juga pada hewan lain.
7. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana
Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber yang
berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari sumber baru
tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular.
2.2 Surveilans Epidenmilogi
2.2.1 Definisi Surveilans
Definisi surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara cermat dan
terus menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian dan penyebaran penyakit
atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis, interpretasi dan
penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan pencegahan. Dalam definisi
ini, surveilans mempunyai arti seperti sistem informasi kesehatan rutin. Menurut CDC
(Center of Disease Control),
3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat
bencana(misalnya perbaikan sanitasi).
1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan dengan tindakan
intervensi kesehatan masyarakat.
3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit, khususnya untuk
mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.
4. Memberikan informasi dan data dasar untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi dan aloka
5. Dapat memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan
membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
6. Membantu menentapkan prioritas masalah kesehatan dan prioritas sasaran program pada
tahap perencanaan program.
7. Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut usia, pekerjaan, wilavah dan
variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman mengenai vector penyakit,
reservoir binatang dan dinamika penularan penyakit menular.
• Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare
berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit,
pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian): Penyakit yang rentan
epidemik (kondisi padat), Kolera, Diare berdarah, Thypoid fever, Hepatitis, Penvakit dalam
program pengendalian nasional, Campak, Tetanus, Penyakit endemis, yang dapat meningkat
paska bencana Penyebab Utama Kesakitan & Kematian, Pnemonia Diare, Malariasi sumber
daya kesehatan
5. Surveilans air dan sanitasi. (DBD) Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi
dan kepadatan ditempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan
jeniskelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
6. Surveilans gizi dan pangan. (Campak)
2. Setelah Bencana:Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat
dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja
yang harus dilakukan masyarakatuntuk kembali dari pengungsian,rekonstruksi dan
rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
2. Ketika bencana RHA (Rapid Health Assessment) dilakukan hari H hingga H+3.° Rapid
Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan untuk mengatur besarnya
suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat bencana, yaitu dampak yang terjadi
maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan
terhadap sarana permukiman yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan
merupakan dasar bagi upaya kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya.
Assessment terhadap kondisi darurat merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya
seiring dengan perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang lebih rinci,
1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan, kualitas tempat
penampungan.
b. Kontrol Epidemik: Kantor Pengaduan Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam
aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang
penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor
pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya
issu- issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta kemudian
menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini
amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang
tetapi juga terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.
c. Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera Masalah kesehatan yang berkaitan
dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit
wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal,
terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit.
d. Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan. Pada bencana yang terkait dengan jumlah
korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun
penyakit yang parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah
kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan
medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada
pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat.
e. Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu Setelah bencana banyak lembaga dan
donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang
tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak
penting. Kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana,
seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil
terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak
diperlukan.
g. Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan Konsekuensi bencana jangka panjang tidak
cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun
sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik
pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola
dan kebiasaan membuat bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon
masyarakat terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami
bencana, lebih peduli terhadap usahausaha persiapan dimasa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan pada sebelum bencana terjadi adalah pengorganisasian dan
koordinasi dengan lembaga terkait. Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya bencana
adalah melakukan RHA (Rapid Health Assessmenty penilaian kesehatan secara cepat.
bantuan makanan, dll. Kegiatan yang dilakukan pada setelah terjadinya bencana adalah
melakukan intervensi dari RHA yang sudah dibuat. Misalnya dengan memberikan
3.2 Saran
Surveilans bencana dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pra bencana, saat
bencana dan pasca bencana. Jadi perlu koordinasi dan kerjasama yang baik antara pihak-
pihak terkait agar persiapan mengahadapi bencana dan intervensi setelah bencana dapat
terlaksana dengan baik