Disajikan
Oleh
NIM : P1914017
Fakultas Kesehatan
Prodi Keperawatan
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
Indonesia.
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik guna
dapat menambah wawasan dan memberikan referensi yang bermakna bagi para
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko
tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan
menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.1
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga
mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut.
mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah
darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir
bencana.2
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala
berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik
dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi
kebenarannya.3
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat turut serta dalam upaya
penanggulangan bencana.
PEMBAHASAN
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
sosial. 4
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster, tahap
serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap
rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran
a. Tahap Pra-Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai
saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini
dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada
tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana
yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan kepada petugas dan
detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap serangan dimulai
c. Tahap Emergensi
ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka bakar bila ledakan
bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada
terkait dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau
d. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah,
sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap
rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih
utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan
hidup yang lebih baik yang lebih beradab. Dengan melakukan rekonstruksi
lebih baik bila dibanding sebelum terjadi bencana. Situasi ini seharusnya bisa
pendekatan konvensial bencana itu suatu peristiwa atau kejadian yang tidak
lebih fokus pada upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, baik yang bersifat
diselengkarakan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Conference
mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan
lingkungan. Substansi dasar tersebut yang selanjutnya merupakan lima
serta menerapkan sistem peringatan dini
4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana.
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
pencegahan;
berdaya guna.5
ancaman bencana.5
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
sarana.5
meliputi:9,5
Tahap tindakan dalam tanggap daruratdibagi menjadi dua fase yaitu fase
akut dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi
3. Pasca Bencana
meliputi:
pascabencana.5
1. Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat”
dan hukum.
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
darurat bencana.
berasaskan:5
asasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
tanpa kecuali.
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
hukum. J j u
untuk generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi
yang cepat dan pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin bisa
karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini
ini diterapkan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hidup dasar pada
penderita trauma (Basic Trauma Life Support) maupun Advanced Trauma Life
Support.
dan mengefisienkan penggunaan sumber daya tenaga medis dan fasilitas yang
terbatas.
Triage dapat dilakukan di lapangan maupun didalam rumah sakit.
pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai lang terus
menerus karena status triage pasien dapat berubah. Metode yang digunakan
bisa secara Mettag (triage Tagging System) atau sistem triage penuntun
korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak
atau apakah tidak memerlukan transport segera. Star merupakan salah satu
metode yang paling sederhana dan umum. Metode ini membagi penderita
menjadi 4 kategori :
1. Prioritas 1 – Merah
2. Prioritas 2 – Kuning
3. Prioritas 3 – Hijau
sendiri.
4. Prioritas 0 – Hitam
yang mematikan.
dijelaskan sebagai :
1. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan
mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
3.2 Saran