DISUSUN OLEH:
Puji Juliani
MAKASSAR 2022/2023
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Triase adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang mendapat penanganan
medis dan evakusasi pada kondisi kejadian masal atau kejadian bencana. Penanganan medis
yang diberikan berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan penderita. Tujuan Triage adalah
untuk memudahkan penolong untuk memberikan petolongan dalam kondisi korban masalah atau
bencan dan diharapkan banyak penderita yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.
Saat ini kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena untuk
mengembangkan kemampuan berpikir lainnya, seperti kemampuan untuk membuat keputusan
dan menyelesaian masalah. Banyak sekali fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang perlu
dikritisi.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak lama. Penelitian dan berbagai pendapat tentang
hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan berfikir kritis dan sistematis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Triase
Triase berasal dari Bahasa Prancis “Trier” berarti mengambil atau memilih. Adalah penilaian,
pemilihan dan pengelompokan penderita yang mendapat penanganan medis dan evakusasi pada
kondisi kejadian masal atau kejadian bencana. Penanganan medis yang diberikan berdasarkan
prioritas sesuai dengan keadaan penderita.
Tujuan Triage adalah untuk memudahkan penolong untuk memberikan petolongan dalam
kondisi korban masalah atau bencan dan diharapkan banyak penderita yang memiliki
kesempatan untuk bertahan hidup. Triage secara umum dibagi menjadi dua yakni Triage di
UGD/IGD Rumah Sakit dan Triage di Bencana.
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Tindakan ini merupakan proses
yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus
dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang
terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku
untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau
sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas korban adalah yang
dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakan dijelaskan sebagai berikut :
a. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
b. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport
segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau
perdarahan berat, luka bakar berat).
c. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami
ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan
respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar
ringan).
d. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi
segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa
gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis).
Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 detik yang mengamati ventilasi, perfusi,
dan status mental untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera
atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara
cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah
tidak memerlukan transport segera. Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna tagging
system yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.
Sistem triase terdiri dari Disaster dan Non Disaster. Disaster digunakan untuk menyediakan
perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak. Sedangkan Non Disaster
digunakan untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien.
d) Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage
a) Tingkat pengetahuan
3) Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai
berikut :
· Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera
· Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal
· Luka lama
· Perdarahan berat
· Minor injuries
Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna yang sejenis bisa digunakan sebagai
bagian dari Penuntun Lapangan START. Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan Utama
sesuai keadaan.
Ketua Tim Medik mengatur Sub Tim Triase dari Tim Tanggap Pertama (First Responders) untuk
secara cepat menilai dan men tag korban. Setelah pemilahan selesai, Tim Tanggap Pertama
melakukan tindakan sesuai kode pada tag. Umumnya tim tidak mempunyai tugas hanya sebagai
petugas triase, namun juga melakukan tindakan pasca triase dan setelah triase selesai. Kondisi
penilaian di tempat dan prioritas triase antara lain :
b. Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan bahaya, keamanan dan
jumlah korban untuk menentukan tingkat respons yang memadai.
d. Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia :
2) Petugas Komunikasi
3) Petugas Ekstrikasi/Bahaya
6) Petugas Perawatan
3) Sektor Musibah
4) Sektor Ekstrikasi/Bahaya
5) Sektor Triase
8) Sektor Transportasi
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terncana atau secara
perlahan tetapi berlanjut, baik yang disebabkan alam maupun manusia, yang dapat menimbulkan
dampak kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan
luar biasa untuk menolong, menyelamatkan manusia beserta lingkunganya.
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang menantang,
dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk
mencegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga
beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma.
Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk menghambat kematian kemudian, late, karena trauma
yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma).
Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital (ventilasi tidak adekuat,
gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan perfusi end-organ tidak memadai), cedera SSP
masif (mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat dan/atau rusaknya pusat regulasi batang
otak), atau keduanya. Cedera penyebab kematian dini mempunyai pola yang dapat diprediksi
(mekanisme cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau kondisi lingkungan). Tujuan penilaian awal
adalah untuk menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera/kelainan pengancam jiwa dan untuk
memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau
transfer kefasilitas sesuai.
Saat penolong (tenaga medis) memasuki daerah bencana yang tentunya banyak memiliki koran
yang terpapar hal yang pertama kali harus dipikirkan oleh penolong adalah Penilaian TRIASE.
Triase dibagi menjadi penilaian triase pada psikologis korban dan menilai triase medis.
Dalam Triase Medis sebaiknya menggunakan metode START (Simple Triage and Rapid
Treatment) yaitu memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap penderita degan menilai
Respirasi, Perfusi, dan Status Mental.
a. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau melakuakan
tindakan medis.
c. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi terdekat dengan penolong.
d. Inti Penilaian Triage Medis (TRIASE dalam bencana memiliki 4 warna Hitam (penderita
sudah tidak dapat ditolong lagi/meninggal), Merah (penderita mengalami kondisi kritis sehingga
memerlukan penanganan yang lebih kompleks), Kuning (kondisi penderita tidak kritis), Hijau
(penanganan pendirita yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar. Penderita tidak memiliki
cedera serius sehingga dapat dibebaskan dari TKP agar tidak menambah korban yang lebih
banyak. Penderita yang memiliki hidup lebih banyak harus diselamatkan terlebih dahulu).
Langkah 1: Respirasi
· Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG HITAM
· Pernfasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH
2) Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test (kuku atau bibir
kebiruan)
· Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi radial, bila tidak
teraba/lemah; TAG MERAH
· Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti perintah: TAG
KUNING
Setelah memberikan tindakan tersebut, penolong memberikan tag/kartu sesuai penilaian triase
(hijau, kuning, merah, hitam), setelah itu menuju korban lainya yang belum dilakukan triase.
Triase wajib dilakukan dengan kondisi ketika penderita/korban melampaui jumlah tenaga
kesehatan.
1. Berfikir Kritis
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti :
bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to
decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode.
Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan
mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Pengertian berpikir kritis dikemukakan oleh banyak pakar. Beberapa di antaranya : Gunawan
(2003:177-178) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk
berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis
melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, manganalisis masalah yang
bersifat terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan mem-perhitungkan
data yang relevan. Sedang keahlian berpikir deduktif melibatkan kemampuan memecahkan
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena,
pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut
Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh,
asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan
aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas.
Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang
mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta
merumuskan kesimpulan dan keputusan. Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa
alasan :
b. Penerapan profesionalisme
d. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan
dalam berbagai aktifitas
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari
karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan
dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut
tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Keterampilan kognitif yang digunakan
dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang,
oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional
dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi
contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide
yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
b. Rasional dan beralasan. Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
c. Reflektif.Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi
dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap. Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir
kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding
yang lain.
e. Kemandirian berpikir. Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar dan dapat dipercaya.
f. Berpikir adil dan terbuka. Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan
kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
2) Membatasi permasalahan
3) Menguji data-data
8) Mentolerasi ambiguitas
Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu
pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir
kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature.
Costa and Colleagues (1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai
“The Six Rs” yaitu :
a. Remembering (Mengingat)
b. Repeating (Mengulang)
d. Reorganizing (Reorganisasi)
e. Relating (Berhubungan)
f. Reflecting (Memantulkan/merenungkan
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam keperawatan.
Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry,
New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk mendapatkan
fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dikumpulkan dari banyak sumber, yaitu
pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu yang perawat peroleh dari klien
atau orang lain, data klien dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses, dll),
dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya
pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-
masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada
sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan
diawali dengan pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan
adanya sekolah-sekolah keperawatan.
b. Habit/Kebiasaan (H)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali sehingga
menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu
dan mudah untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan
sebagai kebiasaan seperti “saya mengerjakan sesuatu di luar pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan
dalam keperawatan karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini
terjadi jika proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau
kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru setiap waktu. Contoh : pernahkah
kita mengendarai kendaraan dan apakah pernah kita ingat pepohonan yang pernah kita lewati?
Yang kita pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari kecelakaan.
Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang sangat penting dalam
keperawatan. Ketika seseorang menjelang ajal, sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan disini
adalah melakukan pijat jantung (CPR), memberikan injeksi, mempertahankan suhu tubuh,
memasang kateter, dan aktivitas lainnya. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan yang alami
terjadi dan dilakukan oleh perawat.
Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan
pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi
social, kita akan disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian data dan pertanyaan,
khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti tidak menilai dari raut wajah, mencari
factor-faktor yang menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek segalanya,
tidak ada masalah bagaimana memperlihatkan ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan
sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat
jika menggunakan inquiry. Inquiry bisa diwujudkan melalui :
8) Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi lebih banyak
lagi.
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi
individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan
biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model ini membawa kita sesuai ide dari
literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari
kalimat “melakukan sesuatu seperti biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir
kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat bodoh dan
tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan yang mereka
lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan dasar dalam
merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok,
terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan
untuk menghemat waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja
perawat berbeda satu sama lain. Contoh : Yudi yang tinggal di rumah perawatan menghabiskan
sisa harinya di atas kursi roda, keluar-masuk ke ruangan yang sama tiap harinya. Dia tidak
pernah berkata kepada seorangpun meskipun perawat mengulangi kata-kata yang sama dan
sudah memahami cara berkomunikasi.
e. Knowing How You Think / Mengetahui apa yang kamu fikirkan (K)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling tidak
dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir
tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan cognition
berarti “Proses mengetahui”. Jika kita berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat
mengetahui bagaimana kita berpikir. Yang perlu dipelajari :
3) Satu alasan mengapa hal ini sulit dilakukan adalah karena ada kosakata special dari akhir
analisis yang perlu menggambarkan BAGAIMANA berpikir.
a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan
yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau
argumentasi.
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses
mengambil keputusan.
Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan masalah,
keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan sikap berpikir
kritis. Elemen berpikir kritis antara lain:
a. Menentukan tujuan
c. Menujukan bukti
d. Menganalisis konsep
e. Asumsi
Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian kriteria elemen terdiri dari
kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.
c. Novelty. Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
e. Ambiguity clarified. Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidak jelasan.
f. Linking ideas. Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data
baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
g. Justification. Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan
untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai
kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan
berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di
lingkungan kerjanya. Langkah-langkah pemecahan masalah antara lain
8. Berfikir Sistematis
Berpikir sistemik (Systemic Thinking) adalah sebuah cara untuk memahami sistem yang
kompleks dengan menganalisis bagian-bagian sistem tersebut untuk kemudian mengetahui pola
hubungan yang terdapat didalam setiap unsur atau elemen penyusun sistem tersebut. Pada
prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir, yaitru kemampuan
berpikir analis dan berfikir sintesis.
Berpikir sistemik (systemic thinking), maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki
pola keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Misalnya, bila kita melihat otak, maka akan
terbayangkan sistem syaraf dalam tubuh manusia atau hewan. Bila kita melihat jantung akan
terbayangkan sistem peredaran darah di seluruh tubuh.
Sementara itu berpikir sistemik (systemic thinking) adalah menyadari bahwa segala sesuatu
berinteraksi dengan perkara lain di sekelilingnya, meskipun secara formal-prosedural mungkin
tidak terkait langsung atau secara spasial berada di luar lingkungan tertentu. Systemic thinking
lebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian
sistem. Cara berpikir seperti berseberangan dengan berpikir fragmented-linear-cartesian.
Setelah itu, kita melakukan sintesis, yakni proses untuk memahami bagaimana elemen-elemen
itu berfungsi secara bersama-sama. Di sini kita dituntut memahami elemen-elemen tersebut
secara mendasar sebelum memadukannya. Kita bisa melihat hubungan yang jelas antara curah
hujan yang tinggi dengan kondisi hutan atau gunung yang gundul, lalu menyebabkan aliran
sungai yang sangat deras dan akhirnya menyembur ke daerah tertentu. Kondisi makin parah,
apabila saluran air di daerah sangat buruk, sehingga tak bisa menampung aliran air yang
melimpah (banjir) dan kondisi tanah yang rawan hingga menyebabkan longsor.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Tindakan ini merupakan proses
yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus
dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang
terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku
untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau
sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Prioritas tindakan dalam triase yaitu terdiri dari Prioritas Nol (Hitam), Prioritas Pertama (Merah),
Prioritas Kedua (Kuning), dan Prioritas Ketiga (Hijau). Konsep Triase antara lain :
d) Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage
Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan
menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis mengandung aktivitas mental dalam
hal memecahkan masalah, menganalisis asumsi, memberi rasional, mengevaluasi, melakukan
penyelidikan, dan mengambil keputusan.
Berpikir sistematis artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada
urutan dan proses pengambilan keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap
proses dan metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir yang berbeda akan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda, namun semuanya dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan
proses yang diakui luas.
B. Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang kami
peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu kami harapkan agar
pembaca bisa mecari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang kami
buat, guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gusti. 2014. Cara Cepat Menilai Triage Pada Korban Bencana. https://gustinerz.com/cara-cepat-
menilai-triage-pada-korban-bencana/ . Diakses pada tanggal 31 Maret 2018.