Anda di halaman 1dari 45

Konsep dan Model-model

Triase Bencana
Dr Muhammad Isya Firmansyah
SpEm
Latar Belakang
 Triase adalah penilaian, pemilihan dan
pengelompokan penderita yang mendapat
penanganan medis dan evakusasi pada kondisi
kejadian masal atau kejadian bencana.
 Tujuan Triage adalah untuk memudahkan
penolong untuk memberikan petolongan dalam
kondisi korban masalah atau bencan dan
diharapkan banyak penderita yang memiliki
kesempatan untuk bertahan hidup.
 Saat ini kemampuan berpikir kritis sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari, karena
untuk mengembangkan kemampuan berpikir
lainnya, seperti kemampuan untuk membuat
keputusan dan menyelesaian masalah.
 Kemampuan berpikir kritis merupakan
kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya.
 Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok
dalam  pendidikan sejak lama
    Konsep dan Model-Model Tri
ase Bencana
 Triage secara umum dibagi menjadi dua yakni
Triage di UGD/IGD Rumah Sakit dan Triage di
Bencana.
 Triase adalah proses khusus memilah pasien
berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi.
 Tindakan ini merupakan proses yang
berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah
massal.
 Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk
triase. Metode triase yang dianjurkan bisa
secara METTAG (Triage tagging system) atau
sistim triase Penuntun Lapangan START
(Simple Triage And Rapid Transportation).
 Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan
tindakan atas korban adalah yang dijumpai pada sistim
METTAG. Prioritas tindakan dijelaskan sebagai berikut :
 a.       Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera
fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
 b.      Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat
yang memerlukan tindakan dan transport segera (gagal
nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau
maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka
bakar berat).
 c.       Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera
yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera
dada tanpa gangguan ----
 respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera
kepala atau tulang belakang leher, serta luka
bakar ringan).
 d.      Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan
cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilisasi segera (cedera jaringan lunak,
fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera
maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas serta
gawat darurat psikologis).
 Penuntun Lapangan START berupa penilaian
pasien 60 detik yang mengamati ventilasi,
perfusi, dan status mental untuk memastikan
kelompok korban seperti yang memerlukan
transport segera atau tidak, atau yang tidak
mungkin diselamatkan, atau mati.
 Ini memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban yang dengan
risiko besar akan kematian segera atau apakah
tidak memerlukan transport segera.
 Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna
tagging system yang sejenis bisa digunakan sebagai
bagian dari Penuntun Lapangan START.
 Sistem triase terdiri dari Disaster dan Non Disaster.
 Disaster digunakan untuk menyediakan perawatan
yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah
banyak.
 Sedangkan Non Disaster digunakan untuk
menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi
setiap individu pasien.
Konsep dan Klasifikasi Triase
1)      Konsep Triase antara lain :
 a)      Tujuan utama adalah untuk
mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
 b)      Tujuan kedua adalah untuk
memprioritaskan pasien menurut ke akutannya
 c)      Pengkatagorian mungkin ditentukan
sewaktu-waktu.
 d)     Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi
untuk menghindari penurunan triage
 2)      Triase diklasifikasi berdasarkan pada :
 a)      Tingkat pengetahuan
 b)      Data yang tersedia
 c)      Situasi yang berlangsung
    Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun
klasifikasinya sebagai berikut :

 a)      Prioritas 1 atau  b)      Prioritas 2 atau


Emergensi Urgent
 Pasien dengan kondisi  Pasien dengan penyakit
mengancam nyawa, yang akut
memerlukan evaluasi  Mungkin membutuhkan
dan intervensi segera trolley, kursi roda atau
 Pasien dibawa ke ruang jalan kaki
resusitasi  Waktu tunggu 30 menit
 Waktu tunggu 0 (Nol)  Area Critical care
Lanjutan
 c)      Prioritas 3 atau Non  d)     Prioritas 0 atau 4
Urgent Kasus kematian
 Pasien yang biasanya  Tidak ada respon pada
dapat berjalan dengan segala rangsangan
masalah medis yang  Tidak ada respirasi
minimal spontan
 Luka lama  Tidak ada bukti aktivitas
 Kondisi yang timbul
jantung
sudah lama
 Area ambulatory / ruang
 Hilangnya respon pupil
P3 terhadap cahaya
Klasifikasi Triase dalam Gambaran Khusus
 a)      Prioritas 1 – Kasus Berat  b)      Prioritas 2 – Kasus
Sedang
 Perdarahan berat
 Asfiksia, cedera cervical,
cedera pada maxilla  Trauma thorax non
 Trauma kepala dengan koma asfiksia
dan proses shock yang cepat  Fraktur tertutup pada
 Fraktur terbuka dan fraktur tulang panjang
compound
 Luka bakar > 30 % /
 Luka bakar terbatas
Extensive Burn  Cedera pada bagian /
 Shock tipe apapun jaringan lunak
Lanjutan
 c)      Prioritas 3 – Kasus  d)     Prioritas 0 – Kasus
Ringan Meninggal

 Minor injuries  Tidak ada respon pada


 Seluruh kasus-kasus semua rangsangan
ambulant / jalan
 Tidak ada respirasi
spontan
 Tidak ada bukti aktivitas
jantung
 Tidak ada respon pupil
terhadap cahaya
Penilaian di tempat dan Prioritas Triase
 Sistim METTAG atau sistim tagging dengan
kode warna yang sejenis bisa digunakan
sebagai bagian dari Penuntun Lapangan
START.
 Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan
Utama sesuai keadaan.
Kondisi penilaian di tempat dan prioritas
triase antara lain :
 a. Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.
 b. Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas
kemungkinan bahaya, keamanan dan jumlah korban
untuk menentukan tingkat respons yang memadai.
 c. Beritahukan koordinator untuk mengumumkan
musibah massal dan kebutuhan akan dukungan antar
instansi sesuai yang ditentukan oleh beratnya kejadian.
 d. Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas
yang mampu tersedia :
 1)  Petugas Komando e) Kenali dan tunjuk area sektor
Musibah musibah massal :
 1) Sektor
 2)  Petugas Komunikasi
Komando/Komunikasi
 3)  Petugas Musibah
Ekstrikasi/Bahaya  2) Sektor Pendukung
 4)  Petugas Triase Primer (Kebutuhan dan Tenaga)
 5)  Petugas Triase  3) Sektor Musibah
 4) Sektor Ekstrikasi/Bahaya
Sekunder
 5) Sektor Triase
 6) Petugas Perawatan  6) Sektor Tindakan Primer
 7)Petugas Angkut atau  7) Sektor Tindakan Sekunder
Transportasi  8) Sektor Transportasi
 f.       Rencana Pasca Kejadian Musibah
massal:
 1)      Kritik Pasca Musibah
 2)      CISD (Critical Insident Stress
Debriefing)
Triase dalam Bencana
 Bencana merupakan peristiwa yang terjadi
secara mendadak atau tidak terncana atau
secara perlahan tetapi berlanjut, baik yang
disebabkan alam maupun manusia, yang dapat
menimbulkan dampak kehidupan normal atau
kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong, menyelamatkan manusia beserta
lingkunganya.
Lanjutan
 Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel
merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit bisa
berarti hidup atau mati.
 Sistem Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk
mencegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa
terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak
cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi
saat trauma.
 Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk menghambat
kematian kemudian, late, karena trauma yang terjadi dalam
beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma).
Lanjutan
 Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada
organ vital (ventilasi tidak adekuat, gangguan oksigenisasi,
gangguan sirkulasi, dan perfusi end-organ tidak memadai),
cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat
dan/atau rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya.
 Cedera penyebab kematian dini mempunyai pola yang dapat
diprediksi (mekanisme cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau
kondisi lingkungan).
 Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien,
mengidentifikasi cedera/kelainan pengancam jiwa dan untuk
memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan
efisiensi tindakan definitif atau transfer ke fasilitas sesuai
Lanjutan
 Saat penolong (tenaga medis) memasuki daerah bencana
yang tentunya banyak memiliki korban yang terpapar hal
yang pertama kali harus dipikirkan oleh penolong adalah
Penilaian TRIASE.
 Triase dibagi menjadi penilaian triase pada psikologis
korban dan menilai triase medis.
 Dalam Triase Medis sebaiknya menggunakan metode
START (Simple Triage and Rapid Treatment) yaitu
memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap
penderita degan menilai Respirasi, Perfusi, dan Status
Mental
Berikut langkah-langkah yang harus
dilakukan penolong saat terjadi bencana
 a. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau
melakukan tindakan medis.
 b. Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan diarea pengumpulan
 c. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi terdekat dengan
penolong.
 d. Inti Penilaian Triage Medis (TRIASE dalam bencana memiliki 4 warna
Hitam (penderita sudah tidak dapat ditolong lagi/meninggal), Merah
(penderita mengalami kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan yang
lebih kompleks), Kuning (kondisi penderita tidak kritis), Hijau (penanganan
pendirita yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar.Penderita tidak
memiliki cedera serius sehingga dapat dibebaskan dari TKP agar tidak
menambah korban yang lebih banyak.
 Penderita yang memiliki hidup lebih banyak harus diselamatkan terlebih
dahulu).
 1)      Langkah 1: Respirasi  2)      Langkah 2: Cek perfusi
 Tidak bernapas, buka jalan (denyut nadi radial) atau capillary
refill test (kuku atau bibir
napas, jika tetap tidak kebiruan)
bernapas beri TAG HITAM  Bila CRT > 2 detik: TAG
 Pernfasan >30 kali /menit MERAH
atau <10 kali /menit beri  Bila CRT < 2 detik: tahap
berikutnya
TAG MERAH  Bila tidak memungkinankan untu
 Pernafasn 10-30 kali /menit: CRT (pencahayaan kurang), cek
lanjutkan ke tahap berikut nadi radial, bila tidak
teraba/lemah; TAG MERAH
 Bila nadi radial teraba: tahap
berikutnya
Tindakan yang harus CEPAT dilakukan
 3)      Langkah 3: Mental 

adalah:
Status  Buka jalan napas, bebaskan benda
asing atau darah
 Berikan perintah  ·Berikan nafas buatan segara jika
sederhana kepada korban tidak bernafas
 Balut tekan dan tinggikan jika ada luka
penderita, jika dapat terbuka/perdarahan
mengikuti perintah:  Setelah memberikan tindakan tersebut,
penolong memberikan tag/kartu sesuai
TAG KUNING penilaian triase (hijau, kuning, merah,
 Bila tidak dapat hitam), setelah itu menuju korban lainya
yang belum dilakukan triase.Triase
mengikuti perintah: wajib dilakukan dengan kondisi ketika
penderita/korban melampaui jumlah
TAG MERAH tenaga kesehatan.
Berfikir Kritis dan Sistematis
Dr Muhammad Isya Firmansyah
SpEm
  Berfikir Kritis dan Sistematis

 Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara


berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu
rangkaian pikiran dan persepsi.
 Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti :
bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan.
 Kritein yang berarti to choose, to decide.Krites berarti
judge.Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar,
aturan, atau metode.Critical thinking ditujukan pada
situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang
terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan
 keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir
pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis
dan evaluasi.
 Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti
mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat
terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan
dan mem-perhitungkan data yang relevan.
 keahlian berpikir deduktif melibatkan kemampuan
memecahkan masalah yang bersifat spasial, logis silogisme dan
membedakan fakta dan opini.Keahlian berpikir kritis lainnya
adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi,
membandingkan dan mempertentangkan
 Ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari
dan memaparkan hubungan antara masalah yang
didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain
yang relevan. 
 Berpikir kritis juga merupakan proses terorganisasi
dalam memecahkan masalah yang melibatkan
aktivitas mental yang mencakupkemampuan:
merumuskan masalah, memberikan argumen,
melakukan deduksi dan induksi, melakukan
evaluasi, dan mengambil keputusan.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :

 a.Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih


tinggi
 b.Penerapan profesionalisme
 c.Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis
dalam memberi asuhan keperawatan.
 d.Berpikir kritis merupakan jaminan yang
terbaik bagi perawat dalam menuju
keberhasilan dalam berbagai aktifitas
Karakteristik Berpikir Kritis

konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang


digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan
disimpan dalam otak.
Rasional dan beralasan.Artinya argumen yang diberikan
selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat
dari fakta fenomena nyata.
 Reflektif artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak
menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau
mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu
untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
 Bagian dari suatu sikap yaitu pemahaman dari suatu sikap yang
harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang
dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
 Kemandirian berpikir seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam
dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain
menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat
dipercaya.
 Berpikir adil dan terbuka yaitu mencoba untuk berubah dari
pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan
lebih baik.
 Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan digunakan untuk
mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu
pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil
Model Berfikir Kritis
 Menurut Costa and Colleagues klasifikasi
berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :
 a.       Remembering (Mengingat)
 b.      Repeating (Mengulang)
 c.       Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
 d.      Reorganizing (Reorganisasi)
 e.       Relating (Berhubungan)
 f.       Reflecting (Memantulkan/merenungkan
Perkumpulan Keperawatan mencoba
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K.

Total Recall (T)


 berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan
bagaimana untuk mendapatkan fakta/data ketika
diperlukan.
 Data keperawatan bisa dikumpulkan dari banyak
sumber, yaitu pembelajaran di dalam kelas,
informasi dari buku, segala sesuatu yang perawat
peroleh dari klien atau orang lain, data klien
dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah,
urine, feses, dll), dsb.
Habit/Kebiasaan (H)
 merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang
diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami.
Mereka menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu
dan mudah untuk dilakukan.
 Manusia selalu menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan
sebagai kebiasaan seperti “saya mengerjakan sesuatu di luar
pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan karena
tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir.
Hal ini terjadi jika proses berpikir sudah berakar dalam diri
mereka dalam melihat sesuatu atau kemungkinan yang terjadi,
di bawah sadar.
Inquiry/Penyelidikan/menanyakan keterangan (I)
 merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara
mendalam dan mengajukan pertanyaan yang mendekati
kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini
dalam situasi social, kita akan disebut “Mendesak”.
 Hal ini meliputi penggalian data dan pertanyaan,
khususnya pendapat dalam situasi tertentu.Ini berarti tidak
menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang
menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan
mengecek segalanya, tidak ada masalah bagaimana
memperlihatkan ketidaksesuaian
New Ideas and Creativity (N)
 Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan
bervariasi yang khusus bagi individu. Kekhususan dalam
berpikir ini akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan
biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model
ini membawa kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif
merupakan kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan).
Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti biasanya” menjadi
“Mari mencoba cara baru”. Berpikir kreatif tidak untuk
menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan
terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.
 Knowing How You Think/Mengetahui apa yang
kamu fikirkan
 merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang
paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K.
yang berarti berpikir tentang apa yang kita
pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut
“metacognition”.Meta berarti “diantara atau
pertengahan” dan cognition berarti “Proses
mengetahui”.
Metode Berfikir Kritis
 a.       Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan
merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana
dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
 b.      Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam
proses mengambil keputusan.
 c.       Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah
dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
 d.      Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an,
argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi.
 e.       Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang
sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
 f.       Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi
untuk memaksakan suatu kehendak.
 g.      Kombinasi beberapa metode.
Elemen Berfikir Kritis
 a.       Menentukan tujuan
 b.      Menyususn pertanyaan atau membuat
kerangka masalah
 c.       Menujukan bukti
 d.      Menganalisis konsep
 e.       Asumsi
Aspek-aspek Berfikir Kritis
 a.       Relevance. Keterkaitan dari pernyataan yang dikemukan. 
 b.      Importance.Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang
dikemukaan.
 c.       Novelty.Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide
atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang
lain.
 d.      Outside material.Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-
bahan yang diterimanya dari perkuliahan.
 e.       Ambiguity clarified.Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut
jika dirasakan ada ketidak jelasan.
 f.       Linking ideas.Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan
serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
 g.      Justification.Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap
suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Pemecahan Masalah dalam Berfikir Kritis
 a.       Mengetahui hakekat dari masalah dengan
mendefinisikan masalah yang dihadapi.
 b.      Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
 c.       Mengolah fakta dan data.
 d.      Menentukan beberapa alternatif pemecahan
masalah.
 e.       Memilih cara pemecahan dari alternatif yang
dipilih.
 f.       Memutuskan tindakan yang akan diambil.
 g.      Evaluasi.
Berfikir Sistematis
 adalah  sebuah cara untuk  memahami sistem yang kompleks dengan
menganalisis bagian-bagian sistem tersebut untuk kemudian mengetahui
pola hubungan yang terdapat didalam setiap unsur atau elemen penyusun
sistem tersebut

 Ada beberapa istilah yang sering kita jumpai yang memiliki kemiripan
dengan berpikir sistemik (systemic thinking), yaitu Systematic thinking
(berpikir sistematik), Systemic thinking (berpikir sistemik), dan Systems
thinking (berpikir serba-sistem).

 Berpikir sistematik (sistematic thinking), artinya memikirkan segala


sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses
pengambilan keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan
terhadap proses dan metoda yang hendak dipakai
KESIMPULAN
 Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada
level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi.
 Berpikir kritis mengandung aktivitas mental dalam hal memecahkan
masalah, menganalisis asumsi, memberi rasional, mengevaluasi,
melakukan penyelidikan, dan mengambil keputusan.
 Berpikir sistematis artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan
kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan
keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses
dan metoda yang hendak dipakai.
 Metoda berpikir yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang
berbeda, namun semuanya dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai
dengan proses yang diakui luas.

Anda mungkin juga menyukai