”Ilmu itu di Dapat dari Lidah yang Gemar Bertanya dan Akal yang Suka Berpikir”
Makalah Manajemen Bencana : “Triase Bencana serta Berpikir Kritis dan Sistematis”
- April 10, 2018
Makalah Manajemen Bencana
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Triase adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang mendapat
penanganan medis dan evakusasi pada kondisi kejadian masal atau kejadian bencana.
Penanganan medis yang diberikan berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan
penderita. Tujuan Triage adalah untuk memudahkan penolong untuk memberikan petolongan
dalam kondisi korban masalah atau bencan dan diharapkan banyak penderita yang memiliki
kesempatan untuk bertahan hidup.
Saat ini kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena
untuk mengembangkan kemampuan berpikir lainnya, seperti kemampuan untuk membuat
keputusan dan menyelesaian masalah. Banyak sekali fenomena dalam kehidupan sehari-hari
yang perlu dikritisi.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak lama. Penelitian dan berbagai pendapat tentang
hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Triase ?
2. Bagaimana konsep dan model-model triase bencana ?
3. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis dan sistematis ?
C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triase.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan model-model triase bencana.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan berfikir kritis dan sistematis.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Langkah 1: Respirasi
· Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG HITAM
· Pernfasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH
· Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
2) Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test (kuku atau bibir kebiruan)
· Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
· Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
· Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi radial, bila tidak
teraba/lemah; TAG MERAH
· Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
3) Langkah 3: Mental Status
· Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti perintah: TAG KUNING
· Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH
Tindakan yang haru CEPAT dilakuakn adalah :
· Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah
· Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas
· Balut tekan dan tinggikan jika ada luka terbuka/perdarahan
Setelah memberikan tindakan tersebut, penolong memberikan tag/kartu sesuai penilaian triase
(hijau, kuning, merah, hitam), setelah itu menuju korban lainya yang belum dilakukan
triase. Triase wajib dilakukan dengan kondisi ketika penderita/korban melampaui jumlah tenaga
kesehatan.
B. Berfikir Kritis dan Sistematis
1. Berfikir Kritis
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang
berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose,
to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau
metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang
terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Pengertian berpikir kritis dikemukakan oleh banyak pakar. Beberapa di
antaranya : Gunawan (2003:177-178) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan
evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan,
manganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan
dan mem-perhitungkan data yang relevan. Sedang keahlian berpikir deduktif melibatkan
kemampuan memecahkan masalah yang bersifat spasial, logis silogisme dan membedakan fakta
dan opini. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan
evaluasi, membandingkan dan mempertentangkan. Sementara itu Rahmat (2010:1)
mengemukakan berpikir kritis (critical thinking) sinonim dengan pengambilan keputusan
(decision making), perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process),
dan pemecahan masalah (problem solving).
Berpikir kritis mengandung aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah,
menganalisis asumsi, memberi rasional, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan mengambil
keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, kemampuan mencari, menganalisis
dan mengevaluasi informasi sangatlah penting. Orang yang berpikir kritis akan mencari,
menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan berdasarkan fakta
kemudian melakukan pengambilan keputusan. Ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari
dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman
lain yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses terorganisasi dalam memecahkan
masalah yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan: merumuskan masalah,
memberikan argumen, melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil
keputusan.
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi,
fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara
terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap
ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu,
pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan
keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses
kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan
ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan. Berpikir kritis digunakan perawat
untuk beberapa alasan :
a. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
b. Penerapan profesionalisme
c. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan keperawatan.
d. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan
dalam berbagai aktifitas
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep
berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang
selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan
keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut
tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Keterampilan kognitif yang digunakan
dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang,
oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide
yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
2. Karakteristik Berpikir Kritis
a. Konseptualisasi. Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran
tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan
pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam
otak.
b. Rasional dan beralasan. Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
c. Reflektif.Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data
dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap. Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang
lain.
e. Kemandirian berpikir. Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar dan dapat dipercaya.
f. Berpikir adil dan terbuka. Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
g. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan. Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi
suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil. Wade (1995) mengidentifikasi delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni
meliputi:
1) Kegiatan merumuskan pertanyaan
2) Membatasi permasalahan
3) Menguji data-data
4) Menganalisis berbagai pendapat
5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6) Menghindari penyederhanaan berlebihan
7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8) Mentolerasi ambiguitas
PENUTUP
A. Kesimpulan
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Tindakan ini merupakan proses
yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus
dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang
terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku
untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau
sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Prioritas tindakan dalam triase yaitu terdiri dari Prioritas Nol (Hitam), Prioritas Pertama
(Merah), Prioritas Kedua (Kuning), dan Prioritas Ketiga (Hijau). Konsep Triase antara lain :
a) Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa
b) Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya
c) Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu
d) Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage
Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks
dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis mengandung aktivitas mental
dalam hal memecahkan masalah, menganalisis asumsi, memberi rasional, mengevaluasi,
melakukan penyelidikan, dan mengambil keputusan.
Berpikir sistematis artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode
tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan
kedisiplinan terhadap proses dan metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir yang berbeda
akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda, namun semuanya dapat dipertanggungjawabkan
karena sesuai dengan proses yang diakui luas.
B. Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang
kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu kami harapkan
agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan
yang kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
TENTANG ILMU
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan