PEMBAHASAN
2
3
1) Langkah 1: Respirasi
a) Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG
HITAM
b) Pernafasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH
c) Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
2) Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test (kuku
atau bibir kebiruan)
a) Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
b) Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
c) Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi
radial, bila tidak teraba/lemah; TAG MERAH
d) Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
3) Langkah 3: Mental Status
a) Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti
perintah: TAG KUNING
b) Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH
9
bekerja dengan baik, tetapi cara kerja perawat berbeda satu sama lain.
Contoh : Yudi yang tinggal di rumah perawatan menghabiskan sisa
harinya di atas kursi roda, keluar-masuk ke ruangan yang sama tiap
harinya. Dia tidak pernah berkata kepada seorangpun meskipun
perawat mengulangi kata-kata yang sama dan sudah memahami cara
berkomunikasi.
e. Knowing How You Think / Mengetahui apa yang kamu fikirkan (K)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi
bukannya yang paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang
berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang
berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau
pertengahan” dan cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika kita
berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui
bagaimana kita berpikir. Yang perlu dipelajari :
1) Apakah hal ini sulit dilakukan? (untuk semua orang)
2) Mengapa hal ini sulit untuk dikerjakan?
3) Satu alasan mengapa hal ini sulit dilakukan adalah karena ada
kosakata special dari akhir analisis yang perlu menggambarkan
BAGAIMANA berpikir.
alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk
persuasi.
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang
sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.
7. Kombinasi beberapa metode.
2.3 Penilaian Sistematis Sebelum, Saat, dan setelah Bencana pada Korban
dan Survivor
2.3.1 Pengertian Penilaian Sistematis
Menurut Eko Putro Widoyoko, 2012: 3, Penilaian ialah sebagai
kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria dan
aturan-aturan tertentu. Penilaian memberikan informasi lebih konprehensif
dan lengkap dari pada pengukuran, karena tidak hanya mengunakan
instrument tes saja, melainkan mengunakan tekhnik non tes lainya.
Penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan dalam menentukan
sesuatu berdasarkan kriteria baik dan buruk serta bersifat kualitatif
Sistematis adalah bentuk usaha menguraikan serta merumuskan
sesuatu hal dalam konteks hubungan yang logis serta teratur sehingga
membentuk system secara menyeluruh, utuh dan terpadu yang mampu
menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat yang terkait suatu objek
tertentu.(Abdulkadir Muhammad : 2004)
Jadi penilaian sistematis adalah kegiatan dan proses pengumpulan
data data dan informasi yang bersifat kualitatif yang disusun secara
berurutan, utuh dan terpadu untuk menjelaskan berbagai rangkaian sebab
akibat terkait suatu objek tertentu.
Penialain sistematis pada bencana ialah kegiatan mengumpulkan
data dan informasi yang berkaitan dengan bencana yang termasuk
didalamnya bentuk bencana, lokasi, dampak, korban, dan usaha dalam
menghadapi bencana sebelum, saat dan setelah terjadinya bencana.
Penilaian sistematis ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai
resiko dan dampak yang akan dialami jika terjadi bencana.
1. Penilaian sebelum bencana pada korban, survivor, populasi rentan
dan berbasis masyarakat.
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak
melakukan kegiatan pasca bencana (post event) berupa emergency
response dan recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa
disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal,
apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan
21
2. Tujuan surveilens
Tujuan Surveilans adalah untuk mendukung fungsi pelayanan bagi
korban bencana secara keseluruhan untuk menekan dampak negatif
yang lebih besar.
a. Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan kematian saat
terjadi bencana.
b. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular
dan penyebarannya.
c. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak
kesehatan lingkungan akibat bencana(misalnya perbaikan sanitasi.)
31
Jadi Surveilans bencana sangat penting karena secara garis besar dapat
disimpulkan manfaatnya adalah:
a. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi,
kepadatan, kualitas tempat penampungan.
b. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian
sehingga dapat diupayakan pencegahan.
c. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak,
lansia, wanita hamil, sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
d. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan, golongan,
umur, menurut jenis kelamin.
e. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
j. Masalah Epidemiologi dalam Surveilans Bencana