Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Leadership in Planning and Leadership in Managing dalam Keperawatan Bencana.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengolaan Kegawat
Daruratan Bencana 4cs dan Konsep Keperawatan Terhadap Korban Bencana dalam
Keperawatan Bencana ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Pasuruan, 2020-11-03
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Kesimpulan ........................................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia menjadi negara yang paling rawan bencana di dunia berdasar data yang di
keluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa untuk strategi internasional pengurangan risiko
bencana. Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam resiko
kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk
ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk
ancaman enam untuk banjir.
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak korban
yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan peralatan menjadi rusak
atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis akibat bencana, misalnya - ketakutan,
kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi
sebagian orang, dampak ini memudar dengan berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain,
bencana memberikan dampak psikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya depresi ,
psikosomatis (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung
konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap kejadian
traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain juga akan menyusul, ini adalah dampak
tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam berbagai golongan terutama
kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita dan lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik, banyak korban
bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan, gangguan stress pasca-trauma, dan
gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari dampak fisik dari bencana, dampak psikologis dapat
menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan
social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.
B. Rumusan Masalah
4. Bagaimanakah konsep perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak-anak,
orang dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental)
C. Tujuan Penulisan
3. Untuk Mengetahui konsep perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana
4. Untuk Mengetahui konsep perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak-
anak, orang dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental)
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi di institusi pendidikan dan sebagai
bahan bacaan tentang keperawatan bencana.
BAB 2
PEMBAHASAN
a. Command (komandan)
a. Komando
b. Operasi
Merupakan bagian yang bertugas untuk merencanaka taktik pada IC. Komandan
operasi bekerja sama dengan kelompok yang berusaha untuk mengatasi keadaan darurat.
c. Perencanaan
d. Logistik
Merupakan bagian yang bertugas untuk memastikan bahwa sumber daya tersedia sesuai
kebutuhan. Barang-barang seperti bahan bakar, makanan, layanan medis, peralatan
khusus, kendaraan tambahan dan personil adalah contoh dukungan yang harus
disediakan jika operasi taktis diteruskan.
e. Keuangan
Merupakan fungsi yang perlu diadakan untuk kejadian yang luarbiasa/skala besar.
Operasi skala besar memerlukan dokumentasi pengeluaran fiskal, dan petugas keuangan
juga dapat membantu IC dalam perencanaan keuangan dan pengaturannya.
b. Control
Salah satu bidang penting yang sering terabaikan dalam penyusuan program dan
rencana bencana adalah kontrol informasi dan pencitraan yang di transfer kepada dunia
melalui media. Pra-perencanaan yang berkaitan dengan siapa, apa, kapan, dimana, dan
bagaimana arus informasi sangat penting untuk memastikan keakuratan informasi yang
disebarkan tentang perusahaan anda dan situasi darurat serta gambar yang publik adalah
keputusan perusahaan anda dalam 30 detik
Sebagai kesimpulan, media adalah fakta kehidupan hari ini. Media harus dikelola
dengan baik. Bila tidak dikelola dengan baik maka situasi bencana akan memiliki dampak
yang panjang terhadap perusahaan anda. Dan haruslah di ingat, semua yang telah
disampaikan atau dilihat oleh media disimpan dengan baik oleh mereka dan memiliki
probabilitas tinggi bahwa rekaman tersebut akan digunakan masa depan. Setiap aspek dari
media yang harus dikontrol dalam rangka untuk menempatkan yang terbaik pada situasi yang
buruk.
3. Coordination
Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara efektif sebagai
suatu team merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu rencana. Dalam
suatu bencana berskala besar, maka makin banyak sumber daya yang dibutuhkan.
Kemampuan masing-masing pihak penolong untuk mendata permasalahan, menghitung
sumber daya yang dimiliki, dan berkomunikasi antar sesama akan menentukan keberhasilan
suatu program/proyek. Ada banyak anggota masyarakat yang akan bersedia membantu, para
penegak hukum, pemadam kebakaran, paramedis, dan lain-lain akan dengan sukarela
membantu Tim penanggulangan dampak bencana. Namun kemampuan mereka berbeda-beda,
sehingga tugas kita untuk mendata hal tersebut, kemudian memberikan pelatihan dan
perlengkapan yang diperlukan. Kita juga harus meyakinkan mereka bahwa kita mampu
memberi bantuan yang diperlukan, sehingga mereka percaya pada kita.
4. Communication
Perubahan perilaku
Kemandirian masyarakat
Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan kolaborasi dan koalisi sebagai suatu
mekanisme peningkatan peran aktif masyarakat dalam perencanaan, pengawasan, dan
evaluasi dan implementasi.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau non alam
maupun faktor manusia, yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerusakan harta benda dan Dampak psikologis. Dampak psikologi, diantaranya: Depresai,
Cemas, Perilaku agresif, Bingung, Putus asa, Sedih, Kehilangan, Takut, Menyendiri. Manfaat
dukngan psikososial ialah Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya,
Mengembalikan fungsi sosial individu didalam lingkungannya, Meningkatkan kemampuan
individu didalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi pasca bencana.
Melihat dampak psikologi yang timbul tidak hanya bantuan secara fisik saja yang dipelukan,
namun dukungan psikologis pasca bencana juga sangat diperlukan. Dukungan adalah bentuk,
sebuah support kepada seseorang suatu perhatian, penghargaan, yang diberikan kepada individu
dan berfungsi sebagai memotivasi."
Saya mengerti, Jangan sedih, Anda kuat, anda akan melaluinya, Jangan menangis, Ini
kehendak tuhan, Ini bisa lebih buruk
1. Kelompok dewasa:
Bercakap cakap tentang perasaan, harapan , keinginan, hal positif yang masih dapat
disyukuri
2. Kelompok Remaja :
3. Kelompok anak :
Terapi bermain, menggambar, menari, bercerita, menonton film kartun atau film anak
anak.
4. Kelompok lansia :
3. Konsep perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak-anak, orang
dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental)
a. Definisi Kelompok Rentan
Kamus Besar Bahasa Indonesia merumuskan pengertian rentan sebagai : mudah
terkena penyakit dan, peka, mudah merasa. Kelompok yang lemah ini lazimnya tidak
sanggup menolong diri sendiri, sehingga memerlukan bantuan orang lain. Selain itu,
kelompok rentan juga diartikan sebagai kelompok yang mudah dipengaruhi. Pengertian
kedua merupakan konsekuensi logis dari pengertian yang pertama, karena sebagai kelompok
lemah sehingga mudah dipengaruhi.
Pra bencana
Pra Bencana
a. Mensosialisasikan dan melibatkan anak-anak dalam latihan kesiagsiagaan bencana
misalnya dalam simulasi bencana kebakaran atau gempa bumi
b. Mempersiapkan fasilitas kesehatan yang khusus untuk bayi dan anak pada saat bencana
c. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan bencana bagi petugas kesehatan
khusus untuk menangani kelompok-kelompok berisiko
Saat Bencana
a. Mengintegrasikan pertimbanan pediatric dalam sistem triase standar yang digunakan
saat bencana
b. Lakukan pertolongan kegawat daruratan kepada bayi dan anak sesuai dengan tingkat
kegawatan dan kebutuhannya dengan mempertimbangkan aspek tumbuh kembangnya,
misalnya menggunakan alat dan bahan khusus untuk anak dan tidak disamakan dengan
orang dewasa
c. Selama proses evakuasi, transportasi, sheltering dan dalam pemberian pelayanan
fasilitas kesehatan, hindari memisahkan anak dari orang tua, keluarga atau wali mereka
Pasca Bencana
a. Usahakan kegiatan rutin sehari-hari dapat dilakukan sesegera mungkin contohnya
waktu makan dan personal hygiene teratur, tidur, bermain dan sekolah
b. Dukung dan berikan semangat kepada orang tua
c. Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan adekuat, cairan dan emosional
d. Identifikasi anak yang kehilangan orang tua dan sediakan penjaga yang terpercaya serta
lingkungan yang aman untuk mereka.
c. Konsep Perawatan Populasi Rentan pada Lansia
Lansia merupakan salah saat kelompok yang rentan secara fisik, mental dan ekonomik
saat dan setelah bencana yang disebabkan karena penurunan kemampuan mobilitas fisik dan
atau karena mengalami masalah kesehatan kronis (Klynman et al,2007).
Menurut Ida Farida (2013) dampak bencana pada penyakit kronis akan memberi
pegaruh besar pada kehidupan dan lingkungan bagi orang-orang dengan penyakit kronik.
Terutama dalam situasi yang terpaksa hidup di tempat pengungsian dalam waktu yang
lama atau terpaksa memulai kehidupan yang jauh berbeda dengan pra-bencana, sangat
sulit mengatur dan memanajemen penyakit seperti sebelum bencana. Berdasarkan
perubahan struktur penyakit itu sendiri, timbulnya penyakit kronis disebabkan oleh
perubahan gaya hidup sehari-hari. Bagi orang-orang yang memiliki resiko penyakit kronis,
perubahan kehidupan yang disebabkan oleh bencana akan menjadi pemicu meningkatnya
penyakit kronis seperti diabetes mellitus dangan gguan pernapasan.
Pra bencana
a. Identifikasi kelompok rentan dari kelompok individu yang cacat dan berpenyakit
kronis
b. Sediakan informasi bencana yang bisa di akses oleh orang-orang dengan keterbatasan
fisik seperti: tuna rungu, tuna netra, dll
c. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan kegawatdaruratan bencana bagi
petugas kesehatan khusus untuk menanganni korban dengan kebutuhan khusus (cacat
dan penyakit kronis)
Sebelum bencana
a. Mempersiapkan catatan self-care mereka sendiri, terutama nama pasien, alamat ketika
darurat, rumah sakit, dan dokter yang merawat.
b. Membantu pasien membiasakan diri untuk mencatat mengenai isi dari obat yang
diminum, pengobatan diet, dan data olahraga
c. Memberikan pendidikan bagi pasien dan keluarganya mengenai penanganan bencana
sejak masa normal
Saat bencana
a. Sediakan alat-alat emergency dan evakuasi yang khusus untuk orang cacat dan
berpenyakit kronis (HIV/AIDS dan penyakit infeksi lainnya), alat bantu berjalan
untuk korban dengan kecacatan, alat-alat BHD sekali pakai, dll
b. Tetap menjaga dan meningkatkan kewaspadaan universal (universal precaution)
untuk petugas dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan.
Pasca bencana
a. Sedapat mungkin, sediakan fasilitas yang dapat mengembalikan kemandirian individu
dengan keterbatasan fisik di lokasi evakuasi sementara. Contohnya: kursi roda,
tongkat, dll
b. Libatkan agensi-agensi yang berfokus pada perlindungan individu-individu dengan
keterbatasan fisik dan penyakit kronis
c. Rawat korban dengan penyakit kronis sesuai dengan kebutuhannya.
Penyandang disabilitas rentan dalam situasi bencana akibat adanya hambatan dan
kebutuhan yang dialaminya, seperti dari aspek fisik, intelektual, mental, dan sensorik.
Beragamnya hambatan yang dimiliki menyebabkan penyandang disabilitas sering mengalami
kesulitan untuk mengakses dan menggunakan sumber daya yang pada umunya tersedia dalam
penanggulangan bencana (Wulandari, 2017).
Berikut ini tindakan yang sesuai untuk kelompok berisiko pada orang dengan
kecacatan/disabilitas :
Pra bencana
a. Sediakan informasi bencana yang bisa diakses oleh orang-orang dengan keterbatasan
fisik seperti: tunarungu, tuna netra, dll
b. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan kegawatdaruratan bencana bagi
petugas kesehatan khusus untuk menanganni korban dengan kebutuhan khusus (cacat)
Saat bencana
a. Sediakan alat-alat emergency dan evakuasi yang khusus untuk orang cacat, alat bantu
berjalan untuk korban dengan kecacatan, alat-alat BHD sekali pakai, dll
b. Tetap menjaga dan meningkatkan kewaspadaan universal (universal precaution) untuk
petugas dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan.
Pasca bencana
a. Sedapat mungkin, sediakan fasilitas yang dapat mengembalikan kemandirian individu
dengan keterbatasan fisik di lokasi evakuasi sementara. Contohnya: kursi roda, tongkat,
dll
b. Libatkan agensi-agensi yang berfokus pada perlindungan individu-individu dengan
keterbatasan fisik
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat menambahkan referensi atau pustaka lebih anyak untuk
menunjang makalah ataupun materi mengennai pengolaan kegawat daruratan bencna 4CS
dan Konsep perawatan terhadap korban bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Powers, R., & Daily, E., (Eds.). 2010. International Disaster Nursing. Cambridge, UK: The
World Association for Disaster and Emergency Medicine & Cambridge University
Press.
http://repository.ung.ac.id/get/singa/1/1222/Pemberdayaan-Masyarakat-Melalui-Upaya-
Penerapan-Mitigasi-dan-Adaptasi-untuk-Mewujudkan-Desa-Tanggap-Bencana.pdf)