Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU

PENGOLAAN KEGAWAT DARURATAN BENCANA 4CS DAN KONSEP


PERAWATAN TERHADAP KORBAN BENCANA
Mata Kuliah Keperawatan Bencana
Pembimbing : Ns. Asri Kusyani M.Kep

Oleh :

Sujiyati Nabela (20171420146013)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BAHRUL ULUM JOMBANG
2020-2021
03 November 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Leadership in Planning and Leadership in Managing dalam Keperawatan Bencana.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengolaan Kegawat
Daruratan Bencana 4cs dan Konsep Keperawatan Terhadap Korban Bencana dalam
Keperawatan Bencana ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pasuruan, 2020-11-03

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................... 2

BAB II Kajian Pustaka

A. Pengolaan Kegawat Daruratan Bencana 4CS......................................... 3


1. Command (Komando) ....................................................................... 3
2. Control (Kontrol) ............................................................................... 4
3. Coordination (Koordinasi) ................................................................. 5
4. Comunication (Komunikasi) ............................................................. 5
B. Konsep Perawatan Terhadap Korban Bencana ...................................... 6
1. Konsep Keperawatan Terhaddap Individu dan Komunitas .............. 6
2. Konsep perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana .. 7
3. Konsep perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil,
anak-anak, orang dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental). 9

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ........................................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia menjadi negara yang paling rawan bencana di dunia berdasar data yang di
keluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa untuk strategi internasional pengurangan risiko
bencana. Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam resiko
kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk
ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk
ancaman enam untuk banjir.

Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak korban
yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan peralatan menjadi  rusak
atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis akibat bencana, misalnya - ketakutan,
kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi
sebagian orang, dampak ini memudar dengan berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain,
bencana memberikan dampak psikologis  jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya depresi ,
psikosomatis  (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung 
konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap kejadian
traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain  juga akan  menyusul, ini adalah dampak
tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam berbagai golongan terutama
kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita dan lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik, banyak korban
bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan, gangguan stress pasca-trauma, dan
gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari dampak fisik dari  bencana, dampak psikologis dapat
menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan
social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengolaan kegawatdaruratan bencana 4CS ( Command, Control,


Coordination, Comunication)

2. Bagaimanakah konsep perawatan Terhaddap Individu dan Komunitas

3. Bagaimanakah konsep perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana

4. Bagaimanakah konsep perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak-anak,
orang dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental)

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengolaan Kegawat daruratan bencana 4CS ( Command, Control,


Coordination, Comunication)

2. Untuk Mengetahui konsep perawatan Terhaddap Individu dan Komunitas

3. Untuk Mengetahui konsep perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana

4. Untuk Mengetahui konsep perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak-
anak, orang dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental)

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi mahasiswa keperawatan

Makalah ini di harapkan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan untuk menambah


ilmu pengentahuan keperawaan bencana

2. Bagi institusi penddikan

Makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi di institusi pendidikan dan sebagai
bahan bacaan tentang keperawatan bencana.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengolaan Kegawatdaruratan Bencana 4CS

a. Command (komandan)

Kemampuan memberikan secara efektif mengenai sebuah insiden menggunakan


stuktur pemerintah terpadu adalah kunci sukses penanganan kondisi darurat apapun. Sistem
Pengolaan Insiden (IMS) juga dikenal sebagai sistem komando insiden (ICS) merupakan
sebuah sistem yang dirancang untuk menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu
tertentu. Dalam kondisi darurat, petugas hanya dapat secara efektif menangani 3 sampai 7
orang. Apabila unit pertama datang maka karyawan perusahaan yang bertugas bertanggung
jawab sampai atasan mengambil alih. Jika unit pertama kewalahan dalam melakukan upaya
penyelamatan, maka karyawan perusahaan dapat menunda mendirikan pos komando formal
dengan meninggalkan pesan kepada karyawan perusahaan berikutnya. Karena kejadian
pertmaa telah berada di bawah kendalinya, maka petugas masih memegang komado yang
efektif di lapangan meskipun pusat komando resmi belum didirikan. Ketika kondisi darurat
berangsung, sumber daya tambahan akan dikerahkan dan divisi, kelompok atau sektor akan
didirikan, masing-masing petugas sendiri.

Setiap saat jaringan komando di tambah, pergunakan kesempatan untuk meneruskan


komando pada level diatasnya. Para komandan segera membngun sistem piramida yang
memungkinkan setiap petugas hanya berinteraksi dengan 3 sampai 7 orang. Dalam insiden
skala yang sangat besar, lima jabatan fungsional dialokasikan :

a. Komando

Komando adalah sistem yang memberikan instruksi secara keseluruhan melalui


komandan insiden (incident Commander/IC). Fungsi ini harus selalu dijadikan bahkan
dalam satu perusahaan.

b. Operasi

Merupakan bagian yang bertugas untuk merencanaka taktik pada IC. Komandan
operasi bekerja sama dengan kelompok yang berusaha untuk mengatasi keadaan darurat.
c. Perencanaan

Merupakan bagian yang bertugas untuk mengumpulkan informasi dan menganalisis


berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi akibat dari rencana yang telah dibuat. Dan
bila diperlukan membuat modifikasi agar operasi berjakan dengan sukses.

d. Logistik

Merupakan bagian yang bertugas untuk memastikan bahwa sumber daya tersedia sesuai
kebutuhan. Barang-barang seperti bahan bakar, makanan, layanan medis, peralatan
khusus, kendaraan tambahan dan personil adalah contoh dukungan yang harus
disediakan jika operasi taktis diteruskan.

e. Keuangan

Merupakan fungsi yang perlu diadakan untuk kejadian yang luarbiasa/skala besar.
Operasi skala besar memerlukan dokumentasi pengeluaran fiskal, dan petugas keuangan
juga dapat membantu IC dalam perencanaan keuangan dan pengaturannya.

b. Control

Salah satu bidang penting yang sering terabaikan dalam penyusuan program dan
rencana bencana adalah kontrol informasi dan pencitraan yang di transfer kepada dunia
melalui media. Pra-perencanaan yang berkaitan dengan siapa, apa, kapan, dimana, dan
bagaimana arus informasi sangat penting untuk memastikan keakuratan informasi yang
disebarkan tentang perusahaan anda dan situasi darurat serta gambar yang publik adalah
keputusan perusahaan anda dalam 30 detik

Sebagai kesimpulan, media adalah fakta kehidupan hari ini. Media harus dikelola
dengan baik. Bila tidak dikelola dengan baik maka situasi bencana akan memiliki dampak
yang panjang terhadap perusahaan anda. Dan haruslah di ingat, semua yang telah
disampaikan atau dilihat oleh media disimpan dengan baik oleh mereka dan memiliki
probabilitas tinggi bahwa rekaman tersebut akan digunakan masa depan. Setiap aspek dari
media yang harus dikontrol dalam rangka untuk menempatkan yang terbaik pada situasi yang
buruk.

3. Coordination
Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara efektif sebagai
suatu team merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu rencana. Dalam
suatu bencana berskala besar, maka makin banyak sumber daya yang dibutuhkan.
Kemampuan masing-masing pihak penolong untuk mendata permasalahan, menghitung
sumber daya yang dimiliki, dan berkomunikasi antar sesama akan menentukan keberhasilan
suatu program/proyek. Ada banyak anggota masyarakat yang akan bersedia membantu, para
penegak hukum, pemadam kebakaran, paramedis, dan lain-lain akan dengan sukarela
membantu Tim penanggulangan dampak bencana. Namun kemampuan mereka berbeda-beda,
sehingga tugas kita untuk mendata hal tersebut, kemudian memberikan pelatihan dan
perlengkapan yang diperlukan. Kita juga harus meyakinkan mereka bahwa kita mampu
memberi bantuan yang diperlukan, sehingga mereka percaya pada kita.

4. Communication

Mengkomunikasikan suatu informasi tentang bencana yang berharga kepada publik


merupakan hal yang utama dalam "risk management". Publik perlu tahu tentang bahaya dan
resiko yang akan mereka hadapi, sehingga mereka bisa melakukan persiapan-persiapan yang
diperlukan bila terjadi suatu masalah. Tanpa pengetahuan yang cukup, mereka sulit untuk
melakukan persiapan-persiapan tersebut. Oleh karena itu, seorang tenaga profesional
hendaknya mengetahui sudut pandang dan kebutuhan dari masyarakat di sekitarnya, sehingga
mereka bisa memberikan pertolongan dengan tepat.

B. Konsep Perawatan terhadap Korban Bencana

1. Konsep Keperawatan Individu Dan Komunitas


Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki
nilai – nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan ( Mubarak dan Cayatin 2009 : 2 ). Berikut juga dijelaskan menurut WHO
tahu 2004 mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok social yang ditentukan oleh
batas – bataswilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama serta ada rasa saling
mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.

 Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Pengembangan kesehatan adalah sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat


yang mengkombinasikan konsep, tujuan, dan proses kesehatan masyarakat dan kepentingan
masyarakat yaitu perawat spesialis komunitas mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat,
mengembangkan, mendekatkan dan mengevaluasi tujuan-tujuan pembangunan kesehatan
melalui kemitraan dengan profesi terkait. Perawat spesialis komunitas tidak bisa terlepas dari
individu, keluarga dan kelompok.Dalam upaya peningkatan perlindungan dan pemulihan
masyarakat. Tujuan model pengembangan kesehatan masyarakat adalah agar individu dan
kelompok masyarakat:

 Berperan aktif dalam proses keperawatan

 Perubahan perilaku

 Kemandirian masyarakat

Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan kolaborasi dan koalisi sebagai suatu
mekanisme peningkatan peran aktif masyarakat dalam perencanaan, pengawasan, dan
evaluasi dan implementasi. 

2. Konsep perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau non alam
maupun faktor manusia, yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerusakan harta benda dan Dampak psikologis. Dampak psikologi, diantaranya: Depresai,
Cemas, Perilaku agresif, Bingung, Putus asa, Sedih, Kehilangan, Takut, Menyendiri. Manfaat
dukngan psikososial ialah Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya,
Mengembalikan fungsi sosial individu didalam lingkungannya, Meningkatkan kemampuan
individu didalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi pasca bencana.

Melihat dampak psikologi yang timbul tidak hanya bantuan secara fisik saja yang dipelukan,
namun dukungan psikologis pasca bencana juga sangat diperlukan. Dukungan adalah bentuk,
sebuah support kepada seseorang suatu perhatian, penghargaan, yang diberikan kepada individu
dan berfungsi sebagai memotivasi."

Adapun cara-cara komunikasi dengan korban bencana yaitu:


a. Hidari ucapan

Saya mengerti, Jangan sedih, Anda kuat, anda akan melaluinya, Jangan menangis, Ini
kehendak tuhan, Ini bisa lebih buruk

Adapun ucapan yang lebih membantu adalah:

1. Ada orang disini yang akan membantu anda

2. Kami tidak akan meninggalkan anda sendirian

3. Silahkan tumpahkan emosi anda

4. Kita bera dalam kondisi ini bersama

b. Tahapan dalam fase pemulihan, Dukungan Psikososial yang diberikan :

 Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak- langsung

Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing


dan debriefing untuk mencegah secondary trauma Memberikan pertolongan emosional
pertama (emotional first aid), misalnya berbagai macam teknik relaksasi dan terapi praktis
Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat.Menyediakan informasi,
kenyamanan, dan bantuan praktis.

 masyarakat Tahap Pemulihan: Bulan pertama

Lanjutkan tahap tanggap darurat Mendidik profesional lokal, relawan, dan


masyarakat sehubungan dengan efek trauma. Memberikan bantuan praktis jangka pendek
dan dukungan kepada penyintas Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual

 Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua

Lanjutkan tugas tanggap bencana.Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat


tentang reseliensi atau ketangguhan.Mengembangkan jangkauan layanan untuk
mengidentifikasi mereka yang masih membutuhkan pertolongan psikologis.Menyediakan
“debriefing” dan layanan lainnya untuk penyintas bencana yang
membutuhkan.Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya
berbasis lembaga.
 Fase Rekonstruksi

Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi pekerja


kemanusiaandan penyintas bencana. Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi
datangnya bencana lagi.

c. Terapi dukungan sosial :

1. Kelompok dewasa:

Bercakap cakap tentang perasaan, harapan , keinginan, hal positif yang masih dapat
disyukuri

2. Kelompok Remaja :

Olahraga, musik, tari, menulis, aktivitas sosial

3. Kelompok anak :

Terapi bermain, menggambar, menari, bercerita, menonton film kartun atau film anak
anak.

4. Kelompok lansia :

Bercakap cakap tentang perasaan, memberikan informasi tentang kegiatan yang


dilakukan, berbagi pengalaman masa lalu, melakukan pendampingan untuk masalah dan
kebutuhan manusia,"

3. Konsep perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak-anak, orang
dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental)
a. Definisi Kelompok Rentan
Kamus Besar Bahasa Indonesia merumuskan pengertian rentan sebagai : mudah
terkena penyakit dan, peka, mudah merasa. Kelompok yang lemah ini lazimnya tidak
sanggup menolong diri sendiri, sehingga memerlukan bantuan orang lain. Selain itu,
kelompok rentan juga diartikan sebagai kelompok yang mudah dipengaruhi. Pengertian
kedua merupakan konsekuensi logis dari pengertian yang pertama, karena sebagai kelompok
lemah sehingga mudah dipengaruhi.

a. Tindakan yang sesuai untuk kelompok berisiko pada ibu hamil


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada berbagai macam kondisi kita harus
cepat dan bertindak tepat di tempat bencana, petugas harus ingat bahwa dalam merawat ibu
hamil adalah sama halnya dengan menolong janinnya sehingga meningkatkan kondisi fisik
dan mental wanita hamil dapat melindungi dua kehidupan, ibu hamil dan janinnya. hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan ibu hamil, diantaranya:
1) Meningkatkan kebutuhan oksigen
Penyebab kematian janin adalah kematian ibu.Tubuh ibu hamil yang mengalami
keadaan bahaya secara fisik berfungsi untuk membantu menyelamatkan nyawanya sendiri
daripada nyawa si janin dengan mengurangi volume perdarahan pada uterus.
2) Persiapan melahirkan yang aman
Dalam situasi bencana, petugas harus mendapatkan informasi yang jelas dan
terpercaya dalam menentukan tempat melahirkan adalah keamanannya. Hal yang perlu
dipersiapkan adalah air bersih, alat-alat yang bersih dan steril dan obat-obatan, yang perlu
diperhatikan adalah evakuasi ibu ke tempat perawatan selanjutnya yang lebih memadai.

 Pra bencana

a. Melibatkan perempuan dalam penyusunan perencanaan penanganan bencana


b. Mengidentifikasi ibu hamil dan ibu menyusui sebagai kelompok rentan
c. Membuat disaster plans dirumah yang di sosialisasikan kepada seluruh anggota
keluarga
 Saat bencana
a. Melakukan usaha/bantuan penyelamatan yang tidak meningkatkan risiko kerentanan
bumil dan busui
b. Meminimalkan guncangan pada saat melakukan mobilisasi dan transportasi karena
dapat merangsang kontraksi pada ibu hamil
c. Tidak memisahkan bayi dan ibunya saat proses evakuasi
d. Petugas bencana harus memiliki kapasitas untuk menolong korban bumil dan busui
 Pasca bencana
a. Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan nutrisi adekuat, cairan dan em osional
b. Melibatkan petugas-petugas kesehatan reproduktif di rumah penampungan korban
bencana untuk menyediakan jasa konseling dan pemeriksaan kesehatan untuk ibu hamil
dan menyusui.
c. Melibatkan petugas petugas konseling untuk mencegah, mengidentifikasi, mengurangi
risiko kejadian depresi pasca bencana

b. Perawatan Populasi Rentan pada Bayi dan Anak-anak


Bayi dan anak-anak sering menjadi korban dalam semua tipe bencana karena
ketidakmampuan mereka melarikan diri dari daerah bahaya. Pasca bencana, anak-anak
berisiko mengalami masalah-masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang baik fisik
dan psikologis karena malnutrisi, penyakit-penyakit infeksi, Berikut ini Tindakan yang
sesuai untuk kelompok berisiko pada bayi dan anak :

 Pra Bencana
a. Mensosialisasikan dan melibatkan anak-anak dalam latihan kesiagsiagaan bencana
misalnya dalam simulasi bencana kebakaran atau gempa bumi
b. Mempersiapkan fasilitas kesehatan yang khusus untuk bayi dan anak pada saat bencana
c. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan bencana bagi petugas kesehatan
khusus untuk menangani kelompok-kelompok berisiko
 Saat Bencana
a. Mengintegrasikan pertimbanan pediatric dalam sistem triase standar yang digunakan
saat bencana
b. Lakukan pertolongan kegawat daruratan kepada bayi dan anak sesuai dengan tingkat
kegawatan dan kebutuhannya dengan mempertimbangkan aspek tumbuh kembangnya,
misalnya menggunakan alat dan bahan khusus untuk anak dan tidak disamakan dengan
orang dewasa
c. Selama proses evakuasi, transportasi, sheltering dan dalam pemberian pelayanan
fasilitas kesehatan, hindari memisahkan anak dari orang tua, keluarga atau wali mereka
 Pasca Bencana
a. Usahakan kegiatan rutin sehari-hari dapat dilakukan sesegera mungkin contohnya
waktu makan dan personal hygiene teratur, tidur, bermain dan sekolah
b. Dukung dan berikan semangat kepada orang tua
c. Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan adekuat, cairan dan emosional
d. Identifikasi anak yang kehilangan orang tua dan sediakan penjaga yang terpercaya serta
lingkungan yang aman untuk mereka.
c. Konsep Perawatan Populasi Rentan pada Lansia

Lansia merupakan salah saat kelompok yang rentan secara fisik, mental dan ekonomik
saat dan setelah bencana yang disebabkan karena penurunan kemampuan mobilitas fisik dan
atau karena mengalami masalah kesehatan kronis (Klynman et al,2007).

a. Tindakan yang sesuai untuk kelompok berisiko pada lansia


 Pra bencana
a. Libatkan lansia dalam pengambilan keputusan dan sosialisasi disaster plan di rumah
b. Mempertimbangkan kebutuhan lansia dalam perencanaan penanganan bencana.
 Sebelum Bencana
a. Memfasilitasi rekonstruksi komunitas
Sejak sebelum bencana dilaksanakan kegiatan penyelamatan antara penduduk dengan
cepat dan akurat, dan distribusi barang bantuan setelah itu pun berjalan secara
sistematis.Sebagai hasilnya, dilaporkan bahwa orang lansia dan penyandang cacat
yang disebut kelompok rentan pada bencana tidak pernah diabaikan, sehingga mereka
bisa hidup di pengungsian dengan tenang.
b. Menyiapkan pemanfaatan tempat pengungsian
Diperlukan upaya untuk penyusun perencanaan pelaksanaan pelatihan praktek dan
pelatihan keperawatan supaya pemanfaatan yang realistis dan bermanfaat akan
tercapai. (Farida, Ida. 2013)
 Saat Bencana
a. Melakukan usaha/bantuan penyelamatan yang tidak meningkatkan risiko kerentanan
lansia, misalnya meminimalkan guncangan/trauma pada saat melakukan mobilisasi
dan transportasi untuk menghindari trauma sekunder
b. Identifikasi lansia dengan bantuan/kebutuhan khusus contohnya kursi roda, tongkat,
dll.
c. Tempat aman
Yang diprioritaskan pada saat terjadi encana adalah memindahkan orang lansia ke
tempat yang aman. Orang lansia sulit memperoleh informasi karena penuruman daya
pendengaran dan penurunan komunikasi dengan luar
d. Penyelamatan darurat
(Triage, treatment, and transportation) dengan cepat. Fungsi indera orang lansia yang
mengalami perubahan fisik berdasarkan proses menua, maka skala rangsangan luar
untuk memunculkan respon pun mengalami peningkatan sensitivitas sehingga mudah
terkena mati rasa
 Pasca Bencana
a. Program inter-generasional untuk mendukung sosialisasi komunitas dengan
lansia dan mencegah isolasi sosial lansia, diantaranya:
(1) Libatkan remaja dalam pusat perawatan lansia dan kegiatan-kegiatan sosial
bersama lansia untuk memfasilitasi empati dan interaksi orang muda dan lansia
(community awareness)
(2) Libatkan lansia sebagai sebagai storytellers dan animator dalam kegiatan bersama
anak-anak yang diorganisir oleh agency perlindungan anak di posko perlindunga
korban bencana
b. Menyediakan dukungan sosial melalui pengembangan jaringan sosial yang sehat di
lokasi penampungan korban bencana
c. Sediakan kesempatan belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan skill lansia.
d. Ciptakan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri
 Setelah Bencana
1) Lingkungan dan adaptasi
Dalam kehidupan di tempat pengungsian, terjadi berbagai ketidak cocokan
dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh fungsi fisik yang dibawa oleh
setiap individu sebelum bencana dan perubahan lingkungan hidup di tempat
pengungsian.
2) Manajemen penyakit dan pencegahan penyakit sekunder
Lingkungan di tempat pengungsian mengundang tidak hanya ketidakcocokan
dalam kehidupan sehari-hari bagi orang lansia, tetapi juga keadaan yang serius pada
tubuh.Seperti penumpukan kelelahan karena kurnag tidur dan kegelisahan.
3) Orang lanjut usia dan perawatan pada kehidupan di rumah sendiri
Lansia yang sudah kembali ke rumahnya, pertama membereskan perabotannya
di luar dan dalam rumah.Dibandingkan dengan generasi muda, sering kali lansia tidak
bisa memperoleh informasi mengenai relawan, sehingga tidak bisa memanfaatkan
tenaga tersebut dengan optimal.
4) Lanjut usia dan perawatan di pemukiman sementara
Lansia yang masuk ke pemukiman sementara terpaksa
mengadaptasikan/menyesuaikan diri lagi terhadap lingkungan baru (lingkungan
hubungan manusia dan lingkungan fisik) dalam waktu yang singkat
5) Mental Care
Orang lansia mengalami penurunan daya kesiapan maupun daya adaptasi,
sehingga mudah terkena dampak secara fisik oleh stressor.Namun demikian, orang
lansia itu berkecenderungan sabar dengan diam walaupun sudah terkena dampak dan
tidak mengekspresikan perasaan dan keluhan.

b. Perawatan Keluarga Dirumah


Kebutuhan Dasar Merawat lansia Kebutuhan dasar merawat lansia pada penelitian
teridentifikasi kebersihan diri (mandi, ganti baju, kebersihan mulut, dan eliminasi), nutrisi,
istirahat, mobilisasi, sosial dan pemberian obat. Lueckenotte (2000). Metode merawat
lansia dilakukan dengan upaya peningkatan kenyamanan lansia (menawari hal yang
disukai dan penuh perhatian), melibatkan keluarga sebagai caregiver yang lain selama
perawatan, dan membawa ke pelayanan kesehatan baik itu ke rumah sakit ataupun
puskesmas/ klinik kesehatan terdekat. Videbeck (2008)

c. Konsep Perawatan Populasi Rentan pada orang dengan penyakit kronis

Menurut Ida Farida (2013) dampak bencana pada penyakit kronis akan memberi
pegaruh besar pada kehidupan dan lingkungan bagi orang-orang dengan penyakit kronik.
Terutama dalam situasi yang terpaksa hidup di tempat pengungsian dalam waktu yang
lama atau terpaksa memulai kehidupan yang jauh berbeda dengan pra-bencana, sangat
sulit mengatur dan memanajemen penyakit seperti sebelum bencana. Berdasarkan
perubahan struktur penyakit itu sendiri, timbulnya penyakit kronis disebabkan oleh
perubahan gaya hidup sehari-hari. Bagi orang-orang yang memiliki resiko penyakit kronis,
perubahan kehidupan yang disebabkan oleh bencana akan menjadi pemicu meningkatnya
penyakit kronis seperti diabetes mellitus dangan gguan pernapasan.
 Pra bencana
a. Identifikasi kelompok rentan dari kelompok individu yang cacat dan berpenyakit
kronis
b. Sediakan informasi bencana yang bisa di akses oleh orang-orang dengan keterbatasan
fisik seperti: tuna rungu, tuna netra, dll
c. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan kegawatdaruratan bencana bagi
petugas kesehatan khusus untuk menanganni korban dengan kebutuhan khusus (cacat
dan penyakit kronis)
 Sebelum bencana
a. Mempersiapkan catatan self-care mereka sendiri, terutama nama pasien, alamat ketika
darurat, rumah sakit, dan dokter yang merawat.
b. Membantu pasien membiasakan diri untuk mencatat mengenai isi dari obat yang
diminum, pengobatan diet, dan data olahraga
c. Memberikan pendidikan bagi pasien dan keluarganya mengenai penanganan bencana
sejak masa normal
 Saat bencana
a. Sediakan alat-alat emergency dan evakuasi yang khusus untuk orang cacat dan
berpenyakit kronis (HIV/AIDS dan penyakit infeksi lainnya), alat bantu berjalan
untuk korban dengan kecacatan, alat-alat BHD sekali pakai, dll
b. Tetap menjaga dan meningkatkan kewaspadaan universal (universal precaution)
untuk petugas dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan.
 Pasca bencana
a. Sedapat mungkin, sediakan fasilitas yang dapat mengembalikan kemandirian individu
dengan keterbatasan fisik di lokasi evakuasi sementara. Contohnya: kursi roda,
tongkat, dll
b. Libatkan agensi-agensi yang berfokus pada perlindungan individu-individu dengan
keterbatasan fisik dan penyakit kronis
c. Rawat korban dengan penyakit kronis sesuai dengan kebutuhannya.

d. Konsep Perawatan Populasi Rentan pada Disabilitas

Penyandang disabilitas rentan dalam situasi bencana akibat adanya hambatan dan
kebutuhan yang dialaminya, seperti dari aspek fisik, intelektual, mental, dan sensorik.
Beragamnya hambatan yang dimiliki menyebabkan penyandang disabilitas sering mengalami
kesulitan untuk mengakses dan menggunakan sumber daya yang pada umunya tersedia dalam
penanggulangan bencana (Wulandari, 2017).
Berikut ini tindakan yang sesuai untuk kelompok berisiko pada orang dengan
kecacatan/disabilitas :
 Pra bencana
a. Sediakan informasi bencana yang bisa diakses oleh orang-orang dengan keterbatasan
fisik seperti: tunarungu, tuna netra, dll
b. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan kegawatdaruratan bencana bagi
petugas kesehatan khusus untuk menanganni korban dengan kebutuhan khusus (cacat)
 Saat bencana
a. Sediakan alat-alat emergency dan evakuasi yang khusus untuk orang cacat, alat bantu
berjalan untuk korban dengan kecacatan, alat-alat BHD sekali pakai, dll
b. Tetap menjaga dan meningkatkan kewaspadaan universal (universal precaution) untuk
petugas dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan.
 Pasca bencana
a. Sedapat mungkin, sediakan fasilitas yang dapat mengembalikan kemandirian individu
dengan keterbatasan fisik di lokasi evakuasi sementara. Contohnya: kursi roda, tongkat,
dll
b. Libatkan agensi-agensi yang berfokus pada perlindungan individu-individu dengan
keterbatasan fisik

e. Konsep Perawatan Populasi Rentan pada Penyakit mental


a. Definisi
Sakit Mental atau Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran social.
Secara prinsip, penanggulangan bencana dilaksanakan secara cepat dan tepat,
mengutamakan priorotas, adanya koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil
guna, adanya transparansi dan akuntabilitas, system kemitraan dan pemberdayaan, non
diskriminatif dan nonproletisi. Non diskriminatif disini mengandung pengertian bahwa
dalam kegiatan penanggulangan bencana, pihak manapun baik aparat maupun masyarakat
tidak boleh membeda-bedakan satu sama lain. Baik pembagian hak maupun kewajiban
dalam kegiatan penanggulangan resiko bencana.
b. Tindakan yang sesuai untuk kelompok beresiko pada Pengidap Gangguan Jiwa
 Pra Bencana
a. Bantuan Evakuasi : Saat bencana terjadi, penyandang cacat membutuhkan waktu yang
lama untuk mengevakuasi diri sehingga supaya tidak terlambat dalam mengambil
keputusan untuk melakukan evakuasi, maka informasi persiapan evakuasi dan lain-lain
perlu diberitahukan kepada penyandang cacat dan penolong evakuasi
b. Mengikutsertakan dalam PRB : partisipasi penyandang dalam pendidikan pegurangan
risiko bencana (PRB)
c. Memberikan penyandang gangguan mental terhadap materi ajar/belajar PRB
 Saat Bencana
a. Melakukan evakuasi bagi penyandang disabilitas untuk menjauh dari lokasi bencana
b. Mengevakuasi penyandang gangguan mental yang ditinggal oleh keluarganya saat
terjadi bencana
c. Menampung di pengungsian
d. Membawa korban ke rumahsakit
e. Melakukan pendataan dan penilaian
 Pasca Bencana
a. Konseling bagi penyandang disabilitas untuk meminimalisir trauma
b. Kebutuhan Rumah Tangga : Air minum, makanan, susu bayi, sanitasi, air bersih dan
sabun untuk MCK (mandi, cuci, kakus/jamban), alat-alat untuk memasak, pakaian,
selimut dan tempat tidur, dan permukiman sementara
c. Kebutuhan Kesehatan : Kebutuhan kesehatan umum – seperti perlengkapan medis
(obat-obatan, perban, dll), tenaga medis, pos kesehatan dan perawatan kejiwaan
d. Kemanan Wilayah : Kebutuhan ketentraman dan stabilitas – seperti keamanan wilayah
e. Kebutuhan Air : Kebutuhan sanitasi – air dan tempat pengelolaan limbah dan sampah
f. Sarana dan Prasarana : Kebutuhan sarana dan prasarana yang mendesak – seperti air
bersih, MCK untuk umum, jalan ke lokasi bencana, alat komunikasi dalam masyarakat
dan pihak luar, penerangan /listrik, sekolah sementara, alat angkut/transport, gudang
penyimpanan persediaan, tempat permukiman sementara, pos kesehatan, alat dan
bahan-bahan
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemampuan memberikan secara efektif mengenai sebuah insiden menggunakan


stuktur pemerintah terpadu adalah kunci sukses penanganan kondisi darurat apapun. Sistem
Pengolaan Insiden (IMS) juga dikenal sebagai sistem komando insiden (ICS) merupakan
sebuah sistem yang dirancang untuk menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu
tertentu.
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pengembangan
kesehatan yang bersifat  holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak
factor yang bersifat lintas sector, dan upaya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan
kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Derajat
kesehatan dipengaruhi oleh banyaknya factor, antara lain: lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat
kesehatan. Termasuk lingkungan adalah : keadaan pemukiman, tempat kerja, sekolah, tempat
umum, air, udara
Perawatan Populasi Rentan pada Ibu Hamil, Anak dan Penyakit Kronis diatur dalam
UU No 24/2007, pasal 55, ayat 2 Kelompok rentan dalam situasi bencana adalah individu
atau kelompok yang terdampak lebih berat diakibatkan adanya kekurangan dan kelemahan
yang dimilikinya yang pada saat bencana terjadi menjadi beresiko lebih besar, meliputi: bayi,
balita, dan anak-anak; ibu yang sedang mengandung/menyusui; penyandang cacat
(disabilitas); dan orang lanjut usia.

B. Saran

Diharapkan pembaca dapat menambahkan referensi atau pustaka lebih anyak untuk
menunjang makalah ataupun materi mengennai pengolaan kegawat daruratan bencna 4CS
dan Konsep perawatan terhadap korban bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Ratih Probosiwi, 2016. KETERLIBATAN PENYANDANG DISABILITAS DALAM


PENANGGULANGAN BENCANA DI YOGYAKARTA. Journal of Health
Education
Ayu meka, 2019. Pengolaan kegawat daruratan dengsn 4CsS. Diakses di
https://www.scribd.com/doc/435999491
Dewa.(2017).perawatan pada kelompok rentan saat bencana. Diakses di
http://id.scribd.com/document/340027590/perawatan-pada-kelompok-rentan-saat-
bencana

Powers, R., & Daily, E., (Eds.). 2010. International Disaster Nursing. Cambridge, UK: The
World Association for Disaster and Emergency Medicine & Cambridge University
Press.
http://repository.ung.ac.id/get/singa/1/1222/Pemberdayaan-Masyarakat-Melalui-Upaya-
Penerapan-Mitigasi-dan-Adaptasi-untuk-Mewujudkan-Desa-Tanggap-Bencana.pdf)

Anda mungkin juga menyukai