Anda di halaman 1dari 13

PENGELOLAAN KEGAWATDARURATAN BENCANA 4CS

MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA


DALAM KEPERAWATAN

DOSEN:
Ns. Musiana., S.kep., M.kes

DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
Dhimas Oktavian Arisandi 1914301054
Serli Era Tania 1914301092
Febri Ani Cesaria 1914301100

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Manajemen Bencana. Makalah ini
yang berjudul “Pengelolaan kegawatdaruratan Bencana 4CS.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, ibu Ns. Musiana.,
S.kep., M.kes . serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
ide sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik. Kami berharap, makalah ini
dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 12 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Commant........................................................................................................3

2.2 Control...........................................................................................................4

2.3 Coordination..................................................................................................5

2.4 Communication.............................................................................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana akibat
factor goegrafis maupun factor manusia. Tingginya posisi Indonesia ini
dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila
bencana alam terjadi. Setiap tahunnya pasti Indonesia mengalami bencana
alam seperti tanah longsor, banjir, gempa bumi, tsunami, angin putting
beliung, gunung melutus dan banjir rob. Karena, penerapan pengelolaan
kegawatdaruratan bencana di Indonesia masih terkendala berbagai masalah,
baik di tingkat masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan.
Keterbatasan data dan informasi kebencanaan merupakan salah satu
permasalahan yang menyebabkan pengelolaan kegawatdaruratan bencana di
Indonesia kurang optimal.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam system
pengelolaaan bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan diperjelas
untuk menghindari atau meminimalisir dampak bencana yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengelolaan kegawatdaruratan bencana 4CS (command,
control, coordination, dan communication) ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami penanggulan bencana dengan command
2. Mahasiswa mampu memahami penanggulan bencana dengan control .
3. Mahasiswa mampu memahami penanggulan bencana dengan coordination
.
4. Mahasiswa mampu memahami penanggulan bencana dengan
communication.

1
BAB II

PEMBAHASAN
Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana 4CS.

2.1 Command (Komando)


Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu sistem
penanganan darurat bencana yang digunakan oleh semua instansi/lembaga
dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
dan anggaran. Komando Tanggap Darurat Bencana adalah organisasi
penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang
Komandan Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan
Staf umum, memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu
komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas dan memiliki
satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan
instansi/lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumber daya.
Sistematika Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana ini disusun
dengansistematika sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Tahapan pembentukan komando tanggap darurat bencana.
c. Organisasi dan tata kerja komando tanggap darurat bencana.
d. Pola penyelenggaran sistem komando tanggap darurat bencana.
e. Evaluasi dan pelaporan.
f. Penutup.
Tahapan pembentukan komando tanggap darurat bencana dibawah ini
adalah:
 Informasi Kejadian Awal
 Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)
 Penetapan Status/Tingkat Bencana
 Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

2
Kemampuan memberikan perintah secara efektif mengenai sebuah insiden
menggunakan struktur perintah terpadu adalah kunci sukses penanganan
kondisidarurat apapun. Sistem Pengelolaan Insiden (IMS) juga dikenal
sebagai system komando insiden (ICS) merupakan sebuah sistem yang
dirancang untuk menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu
tertentu. Dalam kondisi darurat, petugas hanya dapat secara efektif
menagani 3 sampai 7 orang. Apabila unit pertama datang maka karyawan
perusahaan yang bertugas bertanggung jawab sampai atasan mengambil
alih. Jika unit pertama kewalahan dalam melakukan upaya penyelamatan,
maka karyawan perusahaan dapat menunda mendirikan pos komando
formal dengan meninggalkan pesan kepada karyawan perusahaan
berikutnya. Karena kejadian pertama telah berada di bawah kendalinya,
maka petugas masih memegang komando yang efektif dilapangan
meskipun pusat komando resmi belum didirikan. Ketika kondisi darurat
berlangsung, sumber daya tambahan akan dikerahkan dan divisi,
kelompok,sector akan didirikan , masing-masing oleh petugas sendiri.
Setiap saat jaringan komando ditambah, pergunakan kesempatan untuk
meneruskan komando pada level diatasnya. Para komando segera
membangun system piramida yang memungkinkan setiap petugas hanya
berinteraksi dengan 3 sampai 7 orang. Dalam insiden skala yang sangat
besar, lima jabatan fungsional dialokasikan:
a. Komando
Komandoo adalah system yang memberikan instruksi secara
keseluruhan melalui komandan insiden ( incident commander/
IC). Fungsi ini harus selalui dijalankan bahkan dalam suatu
perusahaan. Jika kejadian berlangsung melibatkan beberapa
perusahaan, IC sering membuat system staf komando khusus
yaitu Safety Officer (SO) dan seorang Liaison Officer (LO). Pada
insiden skala besar sebaiknya segera mendirikan public

3
Information Officer (PIO) yang bertugas mencatat peristiwa yang
terjadi secara terus menerus .
b. Operasi
Bagian yang bertugas untuk merencanakan taktik pada IC.
Komandan operasi bekerja sama dengan kelompok yang berusaha
untuk mengatasi keadaan darurat.
c. Perencanaan
Bagian yang bertugas mengumpulkan informasi dan menganalisis
berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi akibat dari rencana
yang telah dibuat. Dan bila diperlukan membuat modifikasi yang
agar operasi dapat berjalan dengan sukses.
d. Logistic
Yang bertugas untuk memastikan bahwa sumber daya tersedia
sesuai kebutuhan barang – barang seperti bahan bakar, makanan,
layanan medis, peralatan khusus, kendaraan tambahan, dan
personil adalah contoh dukungan yang harus disediakan jika
operasi taktis diteruskan.
e. Keuangan
Fungsi yang perlu diadakan untuk kejadian yang luar biasa/skala
biasa/besar. Operasi skala besar memerlukan dokumentasi
pengeluaran fiscal, dan petugas keuangan juga dapat membantu
IC dalam perencanaan keuanggan dan pengaturannya. Jika terjadi
kelalaian dalam menggunakan dana operasi hingga
menyebabkan deficit keuangan yang cukup berat, dokumentasi
petugas keuangan tentang pengeluaran dapartemen dapat
membantu memulih sebagian dari biaya operasi.

4
2.2 Control
Control dalam bencana berbentuk pengawasan dan Pelaporan
Penanggulangan Bencana.
 Pengawasan Pengawasan terhadap seluruh proses penanggulangan
bencana dilakukanoleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
 Pemantauan dan pelaporan dilakukan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana danBadan Penanggulangan Bencana
Daerah serta instansi terkait.
 Setelah kegiatan selesai, yaitu setelah selesainya status
menimbang, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. 32 keadaan darurat, pengelola bantuan
Dana Siap Pakai harus melaporkan semua kegiatan dan laporan
pertanggung jawaban keuangan kepada Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
 Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang
berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang dan segala bentuk
penyimpangan lainnya, yang dapat berakibat pada pemborosan
keuangan negara.
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama dengan
instansi/lembaga terkaitsecara selektif memantau pelaksanaan
penggunaan Dana Siap Pakai mulai dari proses pelaksanaan
administrasi sampai dengan fisik kegiatan.6.
 Pemantauan terhadap penggunaan Dana Siap Pakai di daerah
dilakukan oleh pejabatyang ditunjuk oleh Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana bersama dengan pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur/Kepala BPBD tingkat Provinsi
danBupati/Walikota/Ketua Badan Penanggulangan Bencana
Daerah tingkatKabupaten/Kota.

5
2.3 Coordination
Koordinasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perihal
mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan
yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur.
Dalam pengertian lain, koordinasi merupakan usaha untuk
mengharmoniskan atau menserasikan seluruh kegiatan sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Keharmonisan dan keserasian selalu
diciptakan baik terhadap tugas-tugas yang bersifat teknis, komersial,
finansial, personalia maupun administrasi. Menurut UU No. 24 tahun 2007
tentang bencana bahwa kegiatan koordinasi merupakan salah satu fungsi
Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana. Unsur pelaksana juga
melaksanakan fungsi komando dan sebagai pelaksana dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Menurut Handayaningrat (2005), koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
 Bahwa tanggung jawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan.
Koordinasi adalahmerupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering
disamakan dengan kata koperasi yangsebenarnya mempunyai arti
yang berbeda. Pimpinan tidak mungkin mengadakankoordinasi
apabila tidak melakukan kerjasama. Kerjasama merupakan suatu
syaratyang sangat penting dalam membantu pelaksanaan
koordinasi.
 Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah
pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus
dikembangkan sehinggatujuan dapat tercapai dengan baik.
 Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Koordinasi adalah
konsep yangditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu, sejumlah individuyang bekerjasama, dengan koordinasi
menghasilkan suatu usaha kelompok yangsangat penting untuk
mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatanorganisasi.
Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas
pekerjaanmerupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi

6
 konsep kesatuan tindakan adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuanusaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa
usaha-usaha tiap kegiatanindividu sehingga terdapat keserasian di
dalam mencapai hasil.
 Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha
meminta suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta
melaksanakan tujuan sebagai kelompok kerja. Jadi koordinasi
adalah proses pengintegrasian (penggabungan yang padu) dari
semua tujuan dan kegiatan anggota satuan-satuan letaknya boleh
terpisah berjauhan di lingkup organisasi masing-masing, dapat
menghasilkan suatu hasil optimal yangdisetujui bersama.

2.4 Communication
Tahapan komunikasi dalam bencana:
 Pada tahap sebelum kejadian bencana maka aspek komunikasi akan
mencakup informasi yang akurat, koordinasi dan aspek kerjasama
terutama kepada masyarakatyang rentan atas peristiwa bencana.
 Pada tahap kejadian bencana keempat aspek : komunikasi, informasi,
kerjasama dankoordinasi merupakan kunci sukses penangana bencana,
terutama untuk penanganan korban dan menghindari resiko lebih
lanjut.
 Pada tahap setelah bencana rekonstruksi dan pemulihan pasca situasi
bencana adalah tahap penting untuk membangun kembali korban
bencana dan memastikan untuk mengurangi resiko apabila terjadi
peristiwa serupa dikemudian hari. Dan yang sangat penting adalah
mitigasi, dalam tahapan ini, seluruh potensi komunikasi menjadi
penting untuk memastikan pencegahan dan pengurangan resiko, yang
tentu pendekatan yang tepat adalah konprehensif, sistemik dan
terintegrasi antar lembaga, komponenmaupun stakeholder yang ada.
Secara lebih luas, selain lembaga yang menangani bencana (BNPB),
keterlibatan stakeholder seperti media, industri, politisi dan berbagai

7
komponen masyarakat atau lembaganya menjadi sangat penting. Sedemikan
penting agar keterlibatan mereka terutama pada peristiwa bencana dan juga
pada mitigasi.
Komunikasi Bencana: tahap pemulihan, tidak digunakan sebagai ajang
pencitraanyang akhirnya menjadikan bencana dan korban bencana sebagai
obyek semata, namun justru secara substansial memang membantu korban
bencana dan meminimalisasi resiko yang ada atau yang akan terjadi. Pada
sisi lain pemberitaan di media atas bencana letusan gunung Merapi, juga
sempat menunjukkan adanya tumpukan bantuan yang mubazir, karena
tumpang tindih dan system informasi yang tidak baik, atau sebaliknya
kejadian bencana gempa di Mentawai dan sebelum, selama dan pasca
bencana tersebut. Lemahnya koordinasi dengan sektor swasta/ perusahaan
dan juga media, yang pada dasarnya menjadi partner penting dalam
manajemen bencana.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu sistem penanganan
darurat bencana yang digunakan oleh semua instansi/lembaga dengan
mengintegrasikan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan dan anggaran.
Control dalam bencana berbentuk pengawasan dan Pelaporan Penanggulangan
Bencana. koordinasi merupakan usaha untuk mengharmoniskan atau
menserasikan seluruh kegiatan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Komunikasi Bencana: tahap pemulihan, tidak digunakan sebagai ajang
pencitraanyang akhirnya menjadikan bencana dan korban bencana sebagai obyek
semata, namun justru secara substansial memang membantu korban bencana dan
meminimalisasi resiko yang ada atau yang akan terjadi. Empat hal ini, saling
berkesinambungan dari satu ke yang lainnya dan diperlukan saat pengelolaan
bencana.

9
DAFTAR PUSTAKA

Komunikasi Bencana: Aspek Sistem (Koordinasi, Informasi dan Kerjasama)


Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 4.Peraturan kepala badan nasional
penanggulangan bencana Nomor 10 tahun 2008tentang pedoman komando
tanggap darurat bencana.UndangUndang No.24 Tahun 2007 tetang
Penanggulangan Bencana.
AE UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.pdf (bphn.go.id)
PENGELOLAAN KEGAWATDARURATAN BENCANA 4Cs | PDF (scribd.com)
Pengelolaan Kegawatdaruratan Dengan 4cs | PDF (scribd.com)

10

Anda mungkin juga menyukai