Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESIAPAN KEDARURATAN K3

“PERANCANGAN SISTEM EVAKUASI KEDARURATAN”

DISUSUN OLEH:

Adhelin Tiku Rombedatu K011201238

Adinda Nurhani K011201083

Angeline Natasha P K011201185

Nur Azizah Aini Fitratullah Yusuf K011201048

Sepdianti Lestari K011201041

Vincent Arya Putra K011201201

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat serta salam
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari alam
yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang seperti hari ini. Semoga syafaatnya
mengalir kepada kita kelak.
Makalah dengan judul “Perancangan Sistem Evakuasi Kedaruratan” ini kami buat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Kesiapan Kedaruratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tak
lupa pula kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami berharap makalah ini juga
dapat bermanfaat bagi para pembaca kedepannya.

Dengan segala kerendahan hati, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik
pada isi makalah maupun pada penulisan. Kritik yang membuka dan membangun kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 8 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1 Pengertian Sistem Evakuasi Darurat ........................................................ 4
2.2 Tujuan Evakuasi Darurat ......................................................................... 4
2.3 Perancangan Sistem Evakuasi Darurat .................................................... 5
2.4 Sarana dan Prasarana Evakuasi ................................................................ 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap tempat kerja memiliki potensi terjadinya bencana. Bencana merupakan
serangkaian peristiwa yang dapat menimpa sewaktu-waktu dan dapat merugikan manusia
baik materi maupun non materi. Bencana di tempat kerja dapat berupa bencana alam dan non
alam. Bencana alam seperti gunung meletus, banjir dan tanah longsor, untuk bencana non
alam seperti ledakan, kebakaran, penyakit menular dan kecelakaan kerja.
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca
bencana (post event) berupa emergency response dan recovery daripada kegiatan sebelum
bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal, apabila
kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat
mereduksi potensi bahaya/kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika bencana.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan
peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan penanggulangan bencana
(disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof), membangun sistem
sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana
(disaster management policies) (Pratama, 2016).
Keadaan darurat adalah suatu situasi yang terjadi mendadak dan tidak dikehendaki
yang mengandung ancaman terhadap kehidupan. Darurat adalah suatu kebutuhan mendesak,
sehingga jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka dikhawatirkan akan menimbulkan
kematian, rusaknya organ tubuh, tercemarnya harga diri, atau hilangnya harta benda, dan
pada saat itulah seseorang diperbolehkan atau bahkan wajib untuk menerjang keharaman
(Alala, dkk., 2022). Dalam situasi keadaan darurat bencana sering terjadi kegagapan
penanganan dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,
sehingga mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.
Sistem koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, penyaluran bantuan, distribusi
logistik sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan tanggap darurat
kurang terukur dan terarah secara objektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti itu
disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja pos komando dan koordinasi tanggap darurat
bencana dapat dilengkapi dengan tim lapangan untuk kesiagaan tanggap darurat bencana

1
yang ada di tempat kerja dengan memiliki gugus tugas yang terdiri dari unit kerja ataupun
pihak K3 sekalipun yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan sistem yang terpadu
dalam penanganan kedaruratan bencana (Harmanto, dkk., 2015).
Salah satu jenis bangunan yang perlu diperhatikan sistem tanggap daruratnya adalah
bangunan bertingkat tinggi. Bangunan bertingkat tinggi merupakan bangunan yang dirancang
secara vertikal dengan jumlah lantai yang banyak serta biasanya memiliki beragam fungsi
dan aktifitas di dalamnya. Kondisi tersebut menyebabkan suatu bangunan gedung biasanya
memiliki jumlah penghuni yang tidak sedikit, sehingga bangunan hunian harus memiliki
sistem tanggap darurat yang baik dan menjamin keselamatan seluruh pengguna. Evakuasi
kondisi darurat merupakan suatu hal yang wajib diperhatikan oleh setiap bangunan gedung
khususnya yang terdapat di Indonesia. Hal tersebut telah diatur oleh pemerintah, seperti pada
pasal 59 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.36 Tahun 2005, Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan mengenai standar-standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dan evakuasi pada bangunan bertingkat tinggi atau bangunan gedung (Rahadian, dkk.,
2016).
Setiap bangunan memerlukan pengaturan struktur bangunan atau peralatan yang
ditempatkan pada bangunan dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapan setiap orang yang
berada di dalam gedung terhadap adanya keadaan darurat, sehingga setiap komponen yang
ada di dalam bangunan tersebut dapat sesegera mungkin melakukan kegiatan untuk
meminimalisir dampak yang diakibatkan dari keadaan darurat. Sistem manajemen
penanggulangan keadaan darurat atau biasanya disebut sistem tanggap darurat merupakan
suatu sistem yang menjamin bahwa tempat kerja tersebut dirancang, dibangun sedemikian
rupa untuk menjamin keamanan semua pekerja atau semua orang yang berada di lingkungan
tempat kerja tersebut dari keadaan darurat, sehingga setiap pekerja dapat bekerja dengan
aman dan nyaman. Salah satu keadaan darurat yang biasa terjadi yaitu kebakaran.
Berdasarkan data kebakaran dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada
tahun 2015 terjadi 979 kejadian kebakaran di Indonesia dan 31 diantaranya merupakan
kejadian kebakaran yang terjadi di gedung pabrik, perkantoran, dan gedung sekolah
(Salindeho., dkk, 2020).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evakuasi darurat?
2. Apa tujuan evakuasi darurat?
3. Jelaskan perancangan sistem evakuasi darurat?
4. Bagaimana sarana dan prasarana evakuasi keadaan darurat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evakuasi darurat.
2. Untuk mengetahui tujuan evakuasi darurat.
3. Untuk mengetahui perancangan system evakuasi darurat.
4. Untuk mengetahui sarana dan prasarana evakuasi keadaan darurat.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan tentang
perancangan sistem evakuasi kedaruratan dan sebagai pengembangan materi secara lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan tambahan serta sarana informasi dalam bidang pengetahuan
mengenai perancangan sistem evakuasi kedaruratan.
b. Manfaat bagi Dosen
Sebagai bahan evaluasi dan penilaian terhadap bahan ajar yang dijadikan sebagai
tolak ukur pemahaman mahasiswa mengenai materi tentang perancangan sistem
evakuasi kedaruratan.
c. Manfaat bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa agar dapat mengetahui tentang
perancangan sistem evakuasi kedaruratan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Evakuasi Darurat


Sistem evakuasi adalah suatu tindakan memindahkan manusia secara langsung dan
cepat dari satu lokasi ke lokasi yang aman agar menjauh dari ancaman atau kejadian yang
dianggap berbahaya atau berpotensi mengancam nyawa manusia atau mahluk hidup lain.
Darurat adalah situasi yang lain dari situasi normal yang mempunyai kecenderungan atau
potensi membahayakan, baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan.
Keadaan darurat merupakan suatu keadaan, kondisi atau kejadian yang tidak normal dimana
keadaan ini terjadi secara tiba-tiba. Situasi ini dapat pula menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan sekitarnya, mengganggu kegiatan yang ada, organisasi serta komunitas yang
sedang beraktivitas saat itu, maka dari itu situasi ini harus segera dilakukan penanggulangan.
Situasi darurat dapat berubah menjadi bencana (disaster) yang mengakibatkan banyak korban
atau kerusakan.
Sistem evakuasi darurat adalah perpindahan langsung dan cepat dari orang-orang
yang menjauh dari ancaman atau kejadian yang sebenarnya dari bahaya. Contohnya berkisar
dari evakuasi skala kecil pada sebuah bangunan karena ancaman bom atau kebakaran sampai
pada evakuasi skala besar di sebuah distrik karena banjir, penembakan atau mendekati badai.
Dalam situasi yang melibatkan bahan-bahan berbahaya atau kontaminasi, pengungsi
sebaiknya didekontaminasi sebelum diangkut keluar dari daerah yang terkontaminasi.
2.2 Tujuan Evakuasi Darurat
Tujuan dilaksanakannya evakuasi darurat adalah untuk menghindari terjadinya lebih
banyak korban, menekan tingkat keparahan sakit yang dialami oleh korban untuk
menghindari kecacatan, serta meminimalkan terjadinya kematian pada korban. Evakuasi
dalam keadaan darurat sangat penting untuk menyelamatkan nyawa manusia.
Dalam evakuasi darurat diperlukan penentuan jalur evakuasi tergantung pada posisi
letak titik-titik bahaya dan posisi dari penduduk, serta jalur yang tersedia menuju pada lokasi
yang aman. Jalur evakuasi berfungsi untuk mobilisasi penduduk dari ancaman bahaya
menuju ke tempat yang lebih aman ketika terjadi bencana. Pada tempat yang rawan bencana
atau memiliki potensi bahaya yang tinggi perlu memperhatikan jalur dalam proses evakuasi.

4
Pada saat melakukan evakuasi darurat perlu diperhitungkan jumlah orang yang
dimobilisasi, kapasitas orang yang bisa dibawa, serta rute yang dipilih menuju ke tempat
aman. Dengan waktu yang relatif singkat, faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan demi
keselamatan semua orang. Bagian yang cukup penting dalam evakuasi yaitu memilih rute
menuju tempat aman. Penduduk yang dimobilisasi harus ke tempat yang aman melalui rute
terpendek. Evakuasi darurat harus dilakukan sebaik mungkin dengan waktu yang
dipergunakan untuk memindahkan orang-orang harus seminimal mungkin dan hambatan rute
harus dihindari.
2.3 Perancangan Sistem Evakuasi Darurat
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2016
tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja perkantoran terdapat beberapa persyaratan
dan tata cara yang perlu diperhatikan dalam merancang evakuasi.
a. Persyaratan
1) Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu kelancaran
evakuasi dan mudah dicapai.
2) Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari bahaya
api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian
rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar (exit).
3) Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan mempunyai lebar
untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m.
4) Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari sumber
utama.
5) Arah menuju pintu keluar (exit) harus dipasang petunjuk yang jelas.
6) Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.
b. Tata cara
1) Pelaksanaannya sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional).
2) Mengikuti instruksi komando.
3) Tidak membawa barang-barang.
4) Keluar melalui pintu darurat dan menuju titik kumpul (assembly point).
5) Lakukan simulasi evakuasi kedaruratan secara periodik.

5
Simulasi evakuasi keadaan darurat secara periodik dilakukan untuk mengukur
efektivitas rencana evakuasi, meningkatkan kesiapsiagaan karyawan, memberikan
pengalaman nyata, dan menjaga kepatuhan aturan keselamatan. Dengan melakukan
simulasi evakuasi, perusahaan dapat memastikan bahwa mereka siap menghadapi
situasi darurat dan melindungi keselamatan karyawan dan kepentingan perusahaan.
2.4 Sarana dan Prasarana Evakuasi
1. Tangga Darurat
Setiap tangga darurat tertutup pada bangunan 5 (lima) lantai atau lebih, harus
dapat melayani semua lantai mulai dari lantai bawah, kecuali ruang bawah tanah
(basement) sampai lantai teratas harus dibuat tanpa bukaan (opening) kecuali pintu
masuk tunggal pada tiap lantai dan pintu keluar pada lantai yang berhubungan langsung
dengan jalan, pekarangan atau tempat terbuka dengan ketentuan:
1) Setiap bangunan gedung yang bertingkat lebih dari 3 lantai, harus mempunyai tangga
darurat/penyelamatan minimal 2 (dua) buah dengan jarak maksimum 45m (bila dalam
gedung terdapat sprinkler, maka jarak maksimal bisa 67,5m).
2) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu tahan api, minimum 2
(dua) jam, dengan arah pembukaan ke tangga dan dapat menutup secara otomatis,
dilengkapi dengan kipas (fan) untuk memberi tekanan positif. Pintu harus dilengkapi
dengan lampu dan petunjuk KELUAR atau EXIT yang menyala saat listrik/PLN mati.
Lampu exit dipasok dari bateri UPS terpusat.
3) Tangga darurat/penyelamatan yang terletak di dalam bangunan harus dipisahkan dari
ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan bebas asap, pencapaian mudah, serta
jarak pencapaian maksimum 45m dan minimum 9m.
4) Lebar tangga darurat/penyelamatan minimum 1,20m.

6
2. Pintu Keluar Darurat
Pintu darurat kebakaran harus didesain mampu berayun dari posisi manapun
hingga mencapai posisi terbuka. Beberapa ketentuan yang perlu dipenuhi oleh pintu
kebakaran, diantaranya adalah:
1) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih dari 3 (tiga) lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 (dua) buah.
2) Lebar pintu darurat minimum 100cm, membuka ke arah tangga penyelamatan,
kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
3) Jarak pintu darurat maksimum dalam radius/jarak capai 25m dari setiap titik posisi
orang dalam satu blok bangunan gedung.
4) Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 (dua) jam.
5) Pintu harus dilengkapi dengan: minimal 3 (tiga) engsel, alat penutup pintu otomatis
(door closer), tuas/tungkai pembuka pintu (panic bar), tanda peringatan: “PINTU
DARURAT-TUTUP KEMBALI”, dan kaca tahan api (maksimal 1 m2) diletakkan di
setengah bagian atas dari daun pintu.
6) Pintu harus dicat dengan warna merah.
7) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam standar yang dipersyaratkan.

3. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi adalah jalur yang dipakai manusia untuk menyelamatkan diri saat
terjadi bencana atau suatu kejadian yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu keberadaan
jalur dan sarana evakuasi merupakan salah satu hal yang diutamakan. Pentingnya
melakukan evaluasi pada jalur dan sarana evakuasi adalah salah satu cara dalam
mengurangi jatuhnya korban pada saat terjadi bencana. Jalur evakuasi yang ideal adalah

7
jalur yang terpendek, tercepat dan teraman menuju tempat yang dianggap aman untuk
menghindari keadaan darurat tersebut.
Adapun syarat-syarat jalur evakuasi yaitu:
1) Keamanan Jalur
Jalur evakuasi yang akan digunakan untuk evakuasi haruslah benar-benar aman dari
benda-benda yang berbahaya yang dapat menimpa diri.
2) Jarak Tempuh Jalur
Jarak jalur evakuasi yang akan dipakai untuk evakuasi dari tempat tinggal semula
ketempat yang lebih aman haruslah jarak yang akan memungkinkan cepat sampai
pada tempat yang aman.
3) Kelayakan Jalur
Jalur yang dipilih juga harus layak digunakan pada saat evakuasi sehingga tidak
menghambat proses evakuasi.
4. Peralatan Pemadam Kebakaran
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang
mencakup alat pemadam api ringan. APAR adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
b. Alat Pemadam Api Berat (APAB) yang menggunakan roda.
c. Sistem Alarm Kebakaran adalah suatu alat untuk memberitahukan kebakaran tingkat
awal yang mencakup alarm kebakaran manual dan/atau alarm kebakaran otomatis.
d. Hydrant halaman adalah hydrant yang berada di luar bangunan gedung.
e. Sistem Sprinkler Otomatis adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara
permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja
secara otomatik memancarkan air, apabila alat tersebut terkena panas pada temperatur
tertentu. Persyaratan sistem ini mengacu pada ketentuan Peraturan yang berlaku.
f. Sistem Pengendalian Asap adalah sistem alami atau mekanis yang berfungsi untuk
mengeluarkan asap dari bangunan gedung sampai batas aman pada saat kebakaran
terjadi. Persyaratan sistem ini mengacu pada ketentuan peraturan yang berlaku.
5. Sistem Pencahayaan Darurat
Sistem pencahayaan darurat harus ditata untuk menyediakan pencahayaan
otomatis saat kejadian terputusnya pencahayaan normal, seperti antara lain saat gagalnya

8
prasarana umum atau suplai tenaga listrik, membukanya pemutus arus atau setiap gerakan
manual, dan termasuk tak sengaja membukanya sakelar pengendali fasilitas pencahayaan
normal. Pencahayaan yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari
aliran listrik yang bisa diandalkan. Pencahayaan sarana jalan keluar atau jalan keluar
harus terdiri dari paling sedikit 2 (dua) sumber listrik yang berbeda, sehingga jika salah
satu sumber aliran tersebut tidak bekerja, maka sumber yang lain dapat bekerja secara
otomatis.
6. Area Berhimpun Sementara (Refuge Area)
Area Berhimpun Sementara (refuge area) dapat diletakkan di setiap lantai di
setiap Saf Pemadam Kebakaran, yang berhubungan langsung dengan lif kebakaran,
sehingga dengan mudah dapat dicapai oleh penghuni yang memiliki keterbatasan fisik.
Area Berhimpun Sementara diletakan di lobi bebas asap dengan luasan paling sedikit 8
m2 (delapan meter persegi) dengan 6 m2 (enam meter persegi) lobi bebas asap ditambah 2
m2 (dua meter persegi) area untuk kursi roda/penghuni yang memiliki keterbatasan fisik
7. Tempat Evakuasi/Assembly Point
Assembly point merupakan tempat yang digunakan bagi pengguna bangunan
gedung dan pengunjung bangunan gedung untuk berkumpul setelah proses evakuasi.
Sesuai Permen PUPR No.14 Tahun 2017 titik kumpul harus memenuhi persyaratan teknis
di antaranya:
1) Jarak minimum titik berkumpul dari bangunan gedung adalah 20m untuk melindungi
pengguna bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung dari keruntuhan atau
bahaya lainnya.
2) Titik berkumpul dapat berupa jalan atau ruang terbuka.
3) Lokasi titik berkumpul tidak boleh menghalangi akses dan manuver mobil pemadam
kebakaran.
4) Memiliki akses menuju ke tempat yang lebih aman, tidak menghalangi dan mudah
dijangkau oleh kendaraan atau tim medis.
5) Persyaratan lain mengenai titik berkumpul mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam situasi darurat bencana, seringkali terjadi kegagapan penanganan dan
kesimpangsiuran informasi serta data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga dapat
mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana. Dalam situasi
tersebut perancangan sistem evakuasi kedaruratan yang baik sangat dibutuhkan demi
keselamatan tenaga kerja dan semua orang yang berada di sekitar daerah bencana. Sistem
evakuasi adalah suatu tindakan memindahkan manusia secara langsung dan cepat dari satu
lokasi ke lokasi yang aman agar menjauh dari ancaman yang dianggap berbahaya baik bagi
manusia atau mahluk hidup lain. Evakuasi kondisi darurat merupakan suatu hal yang wajib
diperhatikan pada setiap tempat kerja untuk menghindari terjadinya lebih banyak korban
jiwa, menekan tingkat keparahan sakit yang dialami oleh korban untuk menghindari
kecacatan, serta meminimalkan terjadinya kematian pada korban
Dalam perancangan sistem evakuasi darurat terdapat beberapa persyaratan dan tata
cara yang perlu diperhatikan dalam rangka melancarkan proses evakuasi kondisi darurat
sesuai dengan yang tertera dalam Permenkes RI No 48 tahun 2016. Adapula beberapa sarana
dan prasarana evakuasi yaitu tangga darurat, pintu keluar darurat, jalur evakuasi, peralatan
pemadam kebakaran, sistem pencahayaan darurat, area berhimpun sementara dan tempat
evakuasi. Hal penting yang juga harus diperhatikan dalam perancangan sistem evakuasi
darurat adalah pemilihan rute menuju tempat aman harus dilakukan sebaik mungkin dengan
waktu yang dipergunakan untuk mengevakuasi orang-orang seminimal mungkin melalui rute
terpendek dan hambatan rute harus dihindari.
3.2 Saran
Keadaan darurat merupakan suatu keadaan yang tidak normal yang tidak diharapkan
dan dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca kedepannya
untuk memahami berbagai materi yang telah didapatkan oleh penulis terkait perancangan
sistem evakuasi sebagai tambahan informasi yang bermanfaat dalam keadaan darurat.
Begitupula baik kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
penulis demi kesempurnaan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alala, P. S., Rifaldin, H., & Subroto, G. (2022). Manajemen Industri dalam Penerapan
Kedaruratan B3 dan Limbah B3 di PT. X. Environmental Engineering Journal ITATS,
2(1), 1-10.
Batmetan, J. R. (2016). Algoritma Ant Colony Optimization (ACO) unutk Pemilahan Jalur
Tercepat Evakuasi Bencana Gunung Lokon Sulawesi Utara. Jurnal Teknologi
Informasi-Aiti, 14(1), 31-48.
Harmanto, O., Widjasena, B., & Suroto. (2015). Analisis Implementasi Sistem Evakuasi Pasien
dalam Tanggap Darurat Bencana Kebakaran pada Gedung Bertingkat di Rumah Sakit X
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3), 555-562.
Kemala, A. D., & Dody, I. (2019). Rancang Bangun Sistem Penentuan Jalur Evakuasi Keluar
Gedung Rumah Sakit Saat Kondisi Darurat Menggunakan Alogaritma Dijkstra Dengan
Antrian Prioritas. JITCE (Journal of Information Technology and Computeer
Engineering), 3(1), 30-38.
Kementerian Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 48 Tahun
2016 Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Kementerian
Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2017 Tentang Persyaratan Kemudahan
Bangunan Gedung. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
Khoiriyati, A., dkk. (2015). Pelatihan Evakuasi Korban Bencana Di Desa Sonopkis Kidul.
Laporan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Mahkama Agung Republik Indonesia. (2021). Prosedur Peringatan Dini dan Keadaan Darurat.
URL: http://www.pn-samarinda.go.id/index.php/hubungikami/prosedur-peringatan-dini-
dan-keadaan-darurat. Diakses tanggal 22 Maret 2023.
Nimbus 9 tech. (2023). Jalur Evakuasi: Pengertian, Fungsi, dan Contoh Penerapannya. URL:
https://nimbus9.tech/blog/jalur-evakuasi-adalah/. Diakses tanggal 14 Maret 2023.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2021. Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2021 Tentang
Persyaratan Teknis Sarana Penyelamatan Jiwa. Gubernur DKI Jakarta. Jakarta.
Pepadu, J., Murtiadi, S., Agustawijaya, D. S., Akmaluddin, A., Ngudiyono, N., & Kencanawati,
N. N. (2023). Pelatihan Rekayasa Bangunan dan Jalur Evakuasi Menghadapi Bahaya
Kebakaran untuk Praktisi Muda di Kota Mataram. Jurnal Pepadu, 4(2), 229-237.

Pratama, A. (2016). Perancangan Sarana Penyelamat Diri dan Kebutuhan Apar pada Darurat
Kebakaran di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan, The Indonesian Journal
of Occupational Safety and Health, 591), 21-3-0.

11
Prawiro, M. (2018). Pengertian Evakuasi dan Contohnya, Tujuan, Urutan Evakuasi Bencana.
URL: https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-evakuasi.html. Diakses
tanggal 22 Maret 2023.
Rahadian, E. Y., dkk. (2016). Evaluasi Desain Jalur Evakuasi Pengguna Bangunan dalam
Kondisi Darurat pada Bangunan Apartemen X. Jurnal Teknik Arsitektur FTSP, 4(4), 1-
13.
Salindeho, I. K., Umboh, J. M. L., & Sondakh, R. C. (2020). Gambaran Penerapan Sistem
Tanggap Darurat Kebakaran di PT. Nutrindo Freshfood Internasional Kota Bitung. Jurnal
KESMAS, 9(7), 72-77.

12

Anda mungkin juga menyukai