Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU REKAYASA TEKNOLOGI SANITASI

“Teknologi Sanitasi”
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Rekayasa Teknologi Sanitasi

Dosen Pengampu:
Catur Puspawati, ST, MKM
Agus Riyanto, SKM, M.Kes
Indah Restanty, SKM, MKKK

Disusun oleh:

Kelompok 2

1. Ainundita Paramananda (P21335119005)


2. Akmal Muhammad (P21335120002)
3. Annisa Wulandari (P21335120006)
4. Muhammad Rafli Azhari (P21335120024)
5. Oktaviana Kharisma Tri Pamungkas (P21335120030)
6. Salsabila Fadhilah (P21335120036)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAKARTA II
Jakarta, 2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teknologi Sanitasi” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Ilmu Rekayasa Teknologi Sanitasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Rekayasa
Teknologi Sanitasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 25 February 2023

Kelompok 2,

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Teknologi Sanitasi.......................................................................... 3

2.2 Jenis Teknologi Sanitasi .................................................................................... 3

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teknologi Sanitasi ............................ 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 13

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga
maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: i) air
limbah; ii) persampahan; dan iii) drainase tersier. Rekayasa dapat diartikan usaha memecahkan
permasalahan kehidupan seharihari dengan berpikir rasional dan kritis sehingga menemukan
kerangka kerja yang efektif dan efisien. Kata rekayasa merupakan terjemahan bebas dari kata
engineering yaitu perancangan dan rekonstruksi benda ataupun produk baru yang telah
berperan dan berguna. Prinsip rekayasa adalah mendaur ulang sistem, bahan, dan ide yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman (teknologi) terbarukan. Oleh karenanya, rekayasa
harus seimbang dan selaras dengan kondisi dan potensi daerah setempat menuju karya yang
mempunyai nilai jual yang tinggi.
Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh
di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul berbagai
jenis penyakit yang salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Di dunia, penyakittersebut
telah menimbulkan kematian sekitar 2,2 juta anak per tahun dan menghabiskan banyak dana
untuk mengatasinya. Minimnya sanitasi lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah,
tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan masyarakat, telah menyebabkan terustingginya
kematian bayi dan anak oleh penyakit diare dan berperan penting dalam mengundang
munculnya berbagai vektor pembawa penyakit. Penanganan sanitasi lingkungan oleh
pemerintah sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala. Jumlah fasilitas yang ada tidak
sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Selain itu, masyarakat di banyak wilayah masih
mempraktekkan perilaku hidup yang tidak sehat, seperti buang air besar di kebun atau di sungai
yang airnya kotor, mencuci di sungai yangairnya kotor, membuang sampah sembarangan dan
lain-lain. Karena itu, kita diharapkan tidak meniru perilaku tersebut dan mampu mengajak
rekan dan orang-orang di sekitar untuk mempraktekkan hidup sehat dengan menciptakan
sanitasi lingkungan yang baik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan pengertian teknologi sanitasi?


2. Apa saja jenis-jenis teknologi?
3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi teknologi sanitasi?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa/i mengetahui apa itu pengertian teknologi sanitasi?


2. Agar mahasiswa/i mengetahui jenis-jenis teknologi?
3. Agar mahasiswa/i mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi teknologi sanitasi?

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teknologi Sanitasi

2.1.1 Teknologi
Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologia, techne yang berarti
‘keahlian’ dan logia yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang sempit, teknologi
mengacu pada obyek benda yang digunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti
mesin, perkakas, atau perangkat keras. Dalam pengertian yang lebih luas, teknologi dapat
meliputi: pengertian sistem, organisasi, juga teknik. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan
dan kemajuan zaman, pengertian teknologi menjadi semakin meluas, sehingga saat ini
teknologi merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan jenis penggunaan dan pengetahuan
tentang alat dan keahlian, dan bagaimana ia dapat memberi pengaruh pada kemampuan
manusia untuk mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada di sekitarnya.
2.1.2 Pengertian Sanitasi
Menurut Widyati dan Yuliansih (2002), sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sanitasi
adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau
masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya
bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Chandra dalam
Zafirah, 2012). Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan
lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik
manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan hal-hal yang mengganggu perkembangan fisik,
kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya (Adisasmito, 2007).
2.1.3 Teknologi Sanitasi
Teknologi Sanitasi adalah Pengembangan dan penerapan teknologi di bidang
sanitasi dan lingkungan yang efektif dan efisien ditujukan utuk meningkatkan pengelolaan
sanitasi yang ramah lingkungan; akses yang lebih luas bagi masyarakat; kontinuitas layanan;
perlindungan dan pelestarian Sumber Daya Alam.
2.2 Jenis Teknologi Sanitasi

Perencanaan program sanitasi adalah proses dimana teknologi sanitasi yang paling tepat
guna pada suatu kelompok masyarakat diidentifikasikan, dirancang dan dilaksanakan.
Teknologi tepat guna didefinisikan sebagai teknologi yang memberikan tingkat pelayanan
yang paling dapat diterima secara sosial dan lingkungan pada tingkat biaya yang paling
rendah.

3
a. Sanitasi Sistem Setempat (On-site)
Sanitasi sistem setempat atau lebih dikenal dengan sistem sanitasi on-site merupakan
sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki,
fasilitas ini merupakan fasilitas sanitasi individu seperti septik tank atau cubluk
(Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2013). Sistem sanitasi setempat paling
tepat digunakan pada daerah permukiman dengan tingkat kepadatan rendah, yaitu <25
orang/ha. Hal ini dikarenakan konsumsi air relatif rendah dan memungkinkan penyerapan
air limbah tanpa mencemari air tanah.
b. Sanitasi Sistem Terpusat (Off-site)
Sanitasi sistem terpusat atau lebih dikenal dengan sistem sanitasi off-site merupakan
sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada diluar batas tanah atau dipisahkan dengan
batas jarak atau tanah yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-
rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah
(Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2013). Daerah permukiman dengan
tingkat kepadatan >250 orang/ha sangat cocok menerapkan sistem sanitasi terpusat, karena
apabila musim hujan, di daerah tersebut cukup untuk mengalirkan padatan melalui saluran
tanpa pemompaan.
❖ Teknologi Sanitasi berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Penghubung Pengguna (User Interfaces)
a. WC Sentor Jongkok

WC sentor jongkok adalah seperti WC sentor pada umumnya, kecuali bahwa air
penggelontornya disediakan di bak air atau di tong plastik. Biasanya dibuat dari porselin
dan diproduksi massal (buatan pabrik).
Dalam WC ini ada penjebak air-penutup (berbentuk S) di bawah mangkuk untuk
mencegah lalat dan bau agar tidak kembali. Air diguyurkan secara manual oleh pengguna

4
dengan memakai gayung atau ember untuk menggelontor air kencing dan tinja. Kuantitas
air (sekitar 2 hingga 3 liter) dan guyuran harus cukup banyak dan kuat,agar kotoran naik
dan melewati lengkungan dalam penjebak air-penutup. WC seperti ini bisa disambungkan
ke sistem pengumpulan/ pengolahan setempat(on-site) seperti jamban,tangki septik, ABR
dan UASB. Tergantung sistemnya, black water dari WC sentor jongkok bisa langsung
dialirkan ke saluran limbah.
b. WC Sentor Duduk

WC sentor duduk biasanya dibuat dari porselin dan diproduksi massal (buatan
pabrik). WC sentor duduk terdiri atas tangki air yang menyediakan air untuk penggelontor
dan mangkuk penerima tinja.
Sama seperti WC sentor jongkok, WC sentor duduk (cistern flush toilet) memakai
air untuk menggelontor kotoran. Perbedaannya: air disimpan dalam tangki dan dikeluarkan
hanya dengan mendorong/menarik pengungkit, atau menekan kenop untuk mengguyur WC.
Ketika WC diguyur, air secara otomatis mengisi mangkuk, mengalir bersama kotoran dan
membersihkan mangkuk pada saat bersamaan. WC seperti ini memakai paling tidak 8 liter
air per guyuran. WC sentor duduk umumnya tersedia dengan tipe untuk duduk. WC seperti
ini bisa disambungkan ke sistem pengumpulan/ pengolahan setempat(on-site) seperti
jamban, tangki septik, ABR dan UASB. Tergantung sistemnya, black water dari WC sentor
duduk bisa langsung dialirkan ke saluran limbah.
2) Penampungan, Pengaliran dan Pengolahan Sistem Setempat
a. MCK Umum

5
MCK (Mandi Cuci Kakus) adalah bangunan sanitasi yang ditujukan untuk umum.
Pengelolaan MCK ditangani oleh masyarakat sendiri, yang dapat melayani 20 – 200 Rumah
Tangga. Biaya operasinya didapat dari pemungutan iuran pemakaian MCK yang ditetapkan
atas kesepakatan bersama.
MCK umum terdiri dari beberapa bilik dalam satu bangunan, dengan mangkuk /
tempat jongkok WC individual. Setiap mangkuk jamban dipakai bersama oleh beberapa
keluarga. MCK umum dilengkapi kamar mandi, sarana cuci, dan pengolahan air limbah. Air
limbah dibuang kedalam tangki septik atau tangki Imhoff, atau reaktor anaerobik. Jarak
maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani adalah 100 m.
Lokasi daerah harus bebas banjir. Sumber air bisa berasal dari PDAM, air tanah, dan air
hujan (bagi daerah yang curah hujannya di atas 1300 mm/tahun, dapat dibuat bak
penampungan air hujan sesuai kuantitas air yang dibutuhkan). Kebutuhan minimal untuk
setiap orang adalah 45 liter.
b. Tangki Septik

Tangki Septik adalah bak kedap air yang terbuat dari beton, fibreglass, PVC atau
plastik, untuk penampungan dan pengolahan black water dan grey water. Merupakan tangki
pengendapan dan proses anaerobik untuk mengurangi padatan dan material organik.

6
Tangki septik adalah ruang kedap air di bawah tanah yang menampung kotoran dan
air penggelontor (black water) dari WC. Tangki septik biasanya punya paling tidak dua
ruang. Panjang ruang pertama harus paling tidak 50% dari panjang total dan, jika hanya ada
dua ruang, maka panjang ruang pertama harus 2/3 dari panjang total. Endapan dari tangki
septik dibuang melalui truk penyedot. Pipa saluran masuk berbentuk T dipakai untuk
mempermudah aliran masuk tanpa mengganggu kotoran di permukaan. Penapis, atau
pemisah di antara ruang, dipakai untuk mencegah agar sampah dan padatan tidak lolos
masuk ke dalam aliran limbah yang keluar (efluen). Pipa saluran keluar berbentuk T akan
mengurangi kotoran dan padatan yang terbuang.
c. Filter Anaerobik (bio filter)

Filter Anaerobik adalah bak kedap air yang terbuat dari beton, fibreglass, PVC atau
plastik, untuk penampungan dan pengolahan black water dan grey water. Ini adalah tangki
pengendapan, dan proses anaerobik membantu mengurangi padatan serta material organik.
Tetapi pengolahannya hanya moderat.
Filter Anaerobik berupa sebuah tangki septik yang diisi satu atau lebih kompartemen
(ruang) yang dipasangi filter. Filter ini terbuat dari bahan alami seperti kerikil, sisa arang,
bambu, batok kelapa atau plastik yang dibentuk khusus. Bakteri aktif ditambahkan untuk
memicu proses. Bakteri aktif ini bisa didapat dari lumpur tinja tangki septik dan
disemprotkan pada materi filter. Aliran air limbah yang masuk (influent) akan mengaliri
filter, kemudian materi organik akan diuraikan oleh biomassa yang menempel pada materi
filter tersebut. Diperlukan 6 - 9 bulan untuk menstabilkan biomassa di awal proses.
3) Penampungan dan Pengaliran Sistem Terpusat
a. Tangki Interseptor

7
Tangki Interseptor adalah Bak Kontrol yang dibangun dari beton, atau pasangan batu
bata kedap air. Fungsinya untuk memisahkan padatan lumpur tinja dan sampah, supaya tidak
masuk ke saluran perpipaan air limbah sistim komunal atau terpusat.
Tangki Interseptor adalah bangunan berbentuk segiempat atau silindris, antara
saluran limbah di bangunan dan saluran limbah di jalan. Fungsinya untuk memutus air
limbah dari rumah/kantor dan mengeluarkan padatan yang mengapung dan tertinggal dari
saluran limbah. Lubang pemeriksa dipakai untuk menguras padatan lumpur tinja dan
sampah. Tangki Interseptor ini memisahkan padatan dalam air limbah sebelum masuk
kedalam sistem saluran air limbah. Jadi secara efektif mengurangi ukuran pipa. Karena
sebagian besar padatan dikeluarkan dari tangki ini, maka kecepatan air tidak perlu terlalu
tinggi. Tujuannya agar saluran bisa bersih sendiri. Waktu retensi biasanya 24 jam. Tingkat
efisiensi penurunan BOD adalah 30 – 50%, dan efisiensi pemisahan padatan adalah 50 –
85%.
b. Saluran Limbah Kondominial (Simplified Sewers)

8
Saluran limbah kondominial (simplified sewer) adalah sebuah jaringan perpipaan air
limbah yang dibangun memakai diameter pipa kecil. Pipa ditanam pada kedalaman yang
lebih dangkal dan kemiringan yang kecil dibanding saluran limbah konvensional.
Saluran limbah kondominial (simplified sewers) adalah jaringan saluran air limbah
dengan pipa berdiameter kecil. Saluran ini bisa diletakkan dalam batas-batas properti (di
halaman belakang, di sepanjang kaki lima), bukan di tengah jalan. Lubangorang (manhole)
tidak diperlukan di setiap perpotongan atau perubahan arah. Bak kontrol saja cukup, dan
disediakan pada titik-titik perpotongan utama atau ketika ukuran pipa berubah. Rumah
pompa (lift station) hanya diperlukan pada daerah yang sangat datar, cukup dengan pompa
air biasa. Blok dengan saluran limbah kondominial berbasis masyarakat dihubungkan
dengan saluran limbah konvensional yang memakai gaya gravitasi, atau diarahkan ke bagian
utama saluran air limbah kondominial dengan pipa berdiameter besar. Bagian utama saluran
air limbah kondominial masih bisa diletakkan dengan kedalaman yang dangkal, asalkan jauh
dari lalu-lintas kendaraan. Saluran limbah kondominial dapat direncanakan secara fleksibel
dengan biaya investasi kecil dan sambungan rumah yang lebih besar.
4) Pengolahan Akhir Sistem Terpusat
a. Lumpur Aktif (Activated Sludge)

Activated Sludge adalah sebuah rangkaian bak reaktor yang menggunakan


mikroorganisme aerobik, untuk menguraikan zat organik dalam air limbah dan
menghasilkan kualitas efluen yang baik. Untuk memelihara kondisi aerobik dan biomassa
aktif konstan, maka diperlukan penyediaan oksigen yang tepat.
Aerasi air limbah secara intensif dalam proses lumpur aktif menghasilkan formasi
massa bakteri. Massa bakteri ini disebut lumpur aktif. Mikro-organisme berlebih dalam
massa bakteri mampu mengurai materi organik. Mikro-organisme terkonsentrasidalam
tangki aerasi, dan ini mengurangiwaktu penguraian menjadi hanya beberapa jam, bukan
beberapa bulan dalam kondisi alami. Walaupun bakteri aerobik adalah organisme paling
9
umum, tapi bakteri anaerobik dan/atau bakteri nitrifikasi (nitrifying) bisa ada bersama
organisme yang lebih tinggi. Untuk mempertahankan kondisi aerobik dan membuat
biomassa (biomass) aktiftetap tertinggal, diperlukan pasokan oksigen secara konstan dan
tepat waktu. Proses Lumpur Aktif memiliki beberapa varian dalam disain dan susunannya,
untuk memastikan bahwa air limbah tercampur dan diaerasi, termasuk Aerasi Terluaskan
(Extended Aeration), Sequencing Batch Reactor (SBR), parit oksidasi (oxidation ditch), dan
process carrousel.
b. Rotating Biological Contactor (RBC)

Rotating Biological Contactor (RBC) adalah sebuah serial piringan lingkaran yang
diputar secara perlahan pada ruangan yang dialiri air limbah, sehingga piringan tenggelam
setengah bagian. Piringan dapat dibuat dari bahan polystyrene atau polyvinyl chloride atau
polypropylene.
RBCadalahunitpengolahansekunderyangbiasanyadidahului oleh unit pengolahan
primer yaitu; tangki septik, filter anaerobik, clarifier, dan sebagainya. Dalam RBC,
pertumbuhan biomassa menempel pada permukaan piringan. Perputaran piringan akan terus
menerus memberikan kesempatan kontak biomassa dengan air limbah/zat organik,
bergantian dengan kontak udara untuk penyerapan oksigen. Hal ini dipertahankan supaya
proses yang terjadi adalah aerobik. Perputaran piringan juga untuk menghilangkan
kelebihan biomassa yang menempel pada piringan, dengan pencukuran secara mekanis.
Selanjutnya, lumpur yang dihasilkan dialirkan ke unit bak pengendap (clarifier).
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teknologi Sanitasi

Tujuan utama dari sistem sanitasi yang sehat yaitu untuk melindungi kesehatan manusia
dan keberlanjutan lingkungan hidup, Menjamin keberlanjutan dengan adanya sarana dengan
teknologi yang tepat guna sesuai dengan kondisi masyarakat dengan tidak mengabaikan
kearifan local. Faktor penting menentukan keberhasilan program sanitasi pemerintah Indonesia

10
Menurut kirmanto (2013) yaitu dengan adanya perubahan perilaku masyarakat, yaitu
menjadikan masyarakat lebih peduli sanitasi dan berperilaku hidup bersih dan sehat. sedangkan
Menurut Mukherjee (1999) Faktor penting menentukan keberhasilan program sanitasi
pemerintah Indonesia yaitu terdapat aspek yang berkaitan yaitu terdiri atas kategori sosial-
masyarakat, organisasi, teknik, lingkungan dan finansial.
Menurut Mulleger dan Lechner (2008) Faktor penting menentukan keberhasilan program
sanitasi pemerintah indonesia Dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu :
1. Kesehatan higenitas
2. Lingkungan dan sumber daya alam
3. Teknologi dan oprasional
4. Finansial dan faktor ekonomi
5. Aspek sosial budaya dan institusi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pembangunan serta keberlanjutan
pemanfaatan fasilitas yang udah dibangun yang dimaksud dengan faktor yang berpengaruh
terhadap keberlanjutan program yaitu karakteristik masyarakat seperti tingkat partisipasi,
kelembagaan, kondisi sosial-ekonomi, dan sebagainya yang dapat membuat program yang
sudah diterapkan ataupun yang akan dijalankan oleh pemerintah dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat secara berkelanjutan. Partisipasi masyarakat misalnya, merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh pada keberhasilan dan ketidakberhasilan suatu program, terutama yang
berbasis masyarakat.

11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, teknologi Sanitasi adalah


Pengembangan dan penerapan teknologi di bidang sanitasi dan lingkungan yang efektif dan
efisien ditujukan utuk meningkatkan pengelolaan sanitasi yang ramah lingkungan; akses yang
lebih luas bagi masyarakat; kontinuitas layanan; perlindungan dan pelestarian Sumber Daya
Alam.
Teknologi tepat guna didefinisikan sebagai teknologi yang memberikan tingkat pelayanan
yang paling dapat diterima secara sosial dan lingkungan pada tingkat biaya yang paling rendah.
Teknologi Sanitasi berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan sebagai berikut: Penghubung
pengguna (User Interfaces), Penampungan, Pengaliran dan pengolahan sistem setempat,
Penampungan dan pengaliran sistem terpusat, dan Pengolahan akhir sistem terpusat.
Tujuan utama dari sistem sanitasi yang sehat yaitu untuk melindungi kesehatan manusia
dan keberlanjutan lingkungan hidup, Menjamin keberlanjutan dengan adanya sarana dengan
teknologi yang tepat guna sesuai dengan kondisi masyarakat dengan tidak mengabaikan
kearifan local.

12
Daftar Pustaka
2011. Kurikulum Pelatihan Teknologi Tepat Guna Kesehatan Lingkungan. BPPSDMK
Kemenkes RI: Jakarta. https://core.ac.uk/download/pdf/291471168.pdf
Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi. (2010).
http://www.ampl.or.id/pdf/buku_panduan_PPSP/4.Opsi_Sistem_dan_Teknologi_Sanitasi
(2010).pdf Diakses pada 24 Februari 2023.
Durriyyah, Samahatu., dkk. 2016. Penentuan Teknologi Sanitasi Di Kawasan Spesifik Daerah
Kering (Studi Kasus Di Kabupaten Sumba Barat Daya Ntt). Jurnal Teknik Lingkungan,
22(1), 86-89.
Pujiarman. 2016. Faktor-Faktor Keberhasilan Pengelolaan Infrastruktur Air Limbah Berbasis
Masyarakat Di Kabupaten Soppeng. Thesis. NSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER. Surabaya
Made Widiadnyana Wardiha, dkk. 2018. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap penyediaan
fasilitas air bersih dan sanitasi dengan sistem Interrelationship Model Di Permukiman
Tradisional di Provinsi NTB dan NTT. Thesis. Institut Teknologi Bandung. Jatinangor.

13

Anda mungkin juga menyukai