Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

NAMA MAHASISWA : 1. THAHARAH OCTY WINAHYU


2. BIMA SAKTI PAMUNGKAS
3. JORDAN NANDA PRADANA
4. AFRIDA NUR TIFANI
5. ULFAH FAOZIAH

SEMESTER : I (SATU)

MATA KULIAH : TEKNIK PENGAMBILAN SEMPEL

WAKTU DAN LOKASI : 15 NOVEMBER 2017 - WORKSHOP KAMPUS 7


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

A. MATERI PRAKTIKUM

1 JEIS PRAKTIKUM : Pengukuran Debit

2 TUJUAN : Mahasiswa mampu memahami dan mepraktikkan


pengukuran debit air, curah hujan, ventilasi alam, dan
ventilasi buatan sesuai prosedur yang telah diajarkan.
3 METODE : -

B. DASAR TEORI
1. Pengukuran Debit Air
Menurut Sachlan (1980) perairan umum merupakan sumber daya yang
mempunyai potensi besar baik bagi perikanan maupun untuk kehidupan manusia.
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa
semua jenis makhluk hidup bersifat aquatic.
Arus merupakan gerakan yang mengalir dari suatu massa air yang
disebabkan oleh desitas air lau, tiupan angin atau dapat pula disebabkan gerakan
bergelombang panjang. Selanjutnya Sidjabat (1976), arus adalah pergerakan
massa air secara horizontal yang disebabkan oleh angin yang bertiup terus
menerus dipermukaan dan desitas air laut.Apabila diperhatikan arus ini pada
bagian permukaan akan sulit untuk diramal kemana arah arus tersebut.
Odum (1971) mengemukakan bahwa air yang mengandung kadar garam
kurang dari 0,5 permil, termasuk pada air tawar (freshwater).
Nybakken (1988) menyatakan bahwa air adalah media tempat semua
organisme air, yang juga merupakan elemen dasar penyusun dari tumbuhan dan
binatang. air juga merupakan medium tempat terjadinya sebagai reaksi kimia
baik di dalam maupun di luar organisme hidup.
Selanjutnya Sihotang (1989) mengemukakan, waduk adalah bentuk
perairan yang terletak diantara perairan sungai dan danau. Setiap waduk
mempunyai morfologi yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan
antara satu waduk dengan waduk yang lain karena di waduk terdapat perbedaan
yang menyolok antara lotik dan lentik.
Menurut Sihotang (1989), ciri khas waduk adalah mempunyai aliran yang
searah dari sungai utama. Waktu pergantian air relatif singkat. Perkembangan
trofiknya memperlihatkan eutrofik yang akan berubah menjadi oligotrofik.
Nutrien yang kaya akan memperlihatkan produktivitas dan setelah pengaliran air
yang searah akan membuang nutrien ke sungai di bagian bawah. Menurut Carlo
(2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum
diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau
sebagai tempat penyimpan air dengan kualitas yang baik.
Penentuan debit air sungai diperlukan untuk mengetahui besarnya air yang
mengalir dari sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai perlu di ketahui
luas penampang stasiun, yaitu dengan mengukur kedalaman, masing-masing titik
pengukuran (Ongkosongo, 1980).
Uktoselya (1991) menyatakan bahwa Arus merupakan suatu
gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal masa air.
Arus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisik pada sungai dan muara
sungai, seperti pengikisan darat, pemindahan sedimen dan sebagainya.
Disamping itu besarnya volume air yang mengalir dan kuatnya pasang surut,
akan mem pengaruhhi sistema arus pada muara sungai.

2. Pengukuran Debit Udara Ventilasi Alam


Ventilasi adalah tempat pertukaran udara yang digunakan untuk memelihara
dan menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan atau kenyamanan. Ventilasi ini
juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat kerja
melalui bukaan atau lubang seperti jendela, pintu, lubang angin atau dibantu
peralatan kipas angin (fan) atau dengan ventilasi lokal dan ventilasi sistem
pengendali suhu dan kelembaban udara (air conditioning)sampai batas yang tidak
membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan
gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Definisi lain menyebutkan bahwan
ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruang tertutup. Selain
itu, Ventilasi adalah teknik engineering control yang penting untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas udara ditempat kerja.
Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu
bangunangedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan
temperatur, sehinggaterdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.
Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela,
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan:
a. Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan
yangmembutuhkan ventilasi; dan
b. arah yang menghadap ke:
 Halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang
terbuka ke atas.
 Teras terbuka, pelataran parkir, atau sejenis; atau
c. Ruang yang bersebelahan.
3. Pengukuran Debit Udara Ventilasi Buatan
Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik seperti kipas
angin (fan), penyedot udara (blower),exhauster. Cara ini digunakan bila
cara alamiah tidak mencukupi, misalnya ukuran ruang luas. Ada dua jenis
kipas angin yaitu sistem baling-baling dan sistem sedot pompa sertrifugal.
Kipas angin yang digunakan garis tengah besar dengan putar per menit
sekecil mungkin untuk memberikan kenyamanan.Aliran udara dibuat
merata dalam seluruh ruang, diletakkan dekat sumber kontaminan.Bila
sumber kontaminan dekat dinding kipas angin berfungsi sebagai pengisap
kontaminan keluar (exhauster).Bila berat jenis kontaminan lebih besar dari
berat jenis udara, maka kipas dipasang dekat lantai. Bila dipasang pada
langit-langit, tinggi ruang harus lebih dari 3 m. Kapasitas kipas ditentukan
oleh volume ruang, jumlah pergantian udara dalam ruang yang diperlukan.
Persyaratan teknik ventilasi mekanik :
a. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai.
b. Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara
maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau
sebaliknya.
c. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut
dihuni.
d. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi
mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3
volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6
meter dari lantai.
e. Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih
satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh
mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.
f. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi
ruangan harus sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Pengukuran Debit Curah Hujan
Hujan adalah proses jatuhnya bintik air dari langit atau awan yang merupakan
gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi. Hujan adalah hydrometeor yang
jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai diameter 0.5 mm atau lebih.
Pada saat air hujan jatuh ke bumi,sebagian air jatuh langsung ke permukaan bumi
dan ada juga yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi memiliki 3
macam, yaitu interception loss, through fall, dan stem flow. Interception loss
adalah air yang jatuh ke vegetasi tetapi belum sampai mencapi tanah sudah
menguap. Through fall adalah air hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi
terhambat oleh dedaunan terlebih dahulu. Stem flow adalah air hujan yang jatuh ke
vegetasi dan mengalir melalui batang vegetasi tersebut. Air hujan yang terhambat
vegetasi sebagian ada yang menguap lagi atau mengalami evaporasi ada juga yang
kemudian jatuh ke permukaan tanah (through fall). Air hasil through fall ini
mengalir di permukaan dan berkumpul di suatu tempat menjadi suatu run off
seperti sungai, danau, dan bendungan apabila kapasitas lengas tanah sudah
maksimal yaitu tidak dapat menyerap air lagi. Dalam lengas tanah, ada zona aerasi
yaitu zona transisi dimana air didistribusikan ke bawah (infiltrasi) atau keatas (air
kapiler). Semakin besar infiltrasi, tanah akan semakin lembab dan setiap tanah
memiliki perbedaan kapasitas penyimpanan dan pori-pori tanah yang berbeda-
beda. Vegetasi mengalami fotosintesis pada saat siang hari dan mengalami
transpirasi. Peristiwa berkumpulnya uap air di udara dari hasil evaporasi dan
transpirasi disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi
atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhan perbedaan tekanan di udara.
Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari
permukaan ke udara, dengan asumsi tidak ada batasan kapasitas (Hakim, 1986).
Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling
penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan
bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu proses dan
menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu
kawasan (DAS). Peran hujan sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam
suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan mempengaruhi proses
yang terjadi didalamnya (Susilowati dan Dyah Indriana Kusumastuti, 2010).
Metode yang dapat digunakan dalam menganalisis curah hujan tersebut
terdiri dari metode aritmatika, metode poligon thiessen, dan metode isohyet
(Suroso, 2006).
1. Jumlah hujan (P) yang menunjukkan tebal hujan selama hujan berlangsung,
satuan dalam mm.
2. Lama hujan (Dr) yang menunjukkan lama waktu terjadinya hujan, satuan dalam
jam.
3. Intensitas hunan (I) yang menyatakan jumlah hujan yang jatuh persatuan waktu
tertentu, satuannya dalam mm/jam.
4. Intensitas hujan puncak (Ip) yang menyatakan intensitas hujan menuju puncak
hujan.
Dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran, ada beberapa sifat hujan
yang perlu diperhatikan, yaitu intensitas hujan (I), lama waktu hujan (t), kedalaman
hujan (d), frekwensi (f), dan luas daerah pengaruh hujan. Intensitas hujan adalah
tinggi atau kedalaman hujan per satuan waktu. Dengan kata lain bahwa intensitas
curah hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka waktu yang pendek
dan memberikan gambaran derasnya hujan per jam. Untuk mendapatkan nilai
intensitas hujan di suatu tempat, maka alat penakar hujan yang digunakan harus
mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu berlangsungnya hujan sampai
hujan tersebut berhenti. Dalam hal ini, alat penakar hujan yang digunakan adalah
alat penakar hujan otomatis (Susilowati dan Indriana, 2010).
Air yang masuk ke dalam tanah sebahagian dimanfaatkan tanaman untuk
membentuk bahan organik dalam proses fotosintesa, sebagian diluapkan melalui
proses transpirasi. Air yang masuk dalam tanah dapat tertahan dalam tanah
sebelum diserap oleh tanaman, atau bergerak ke atas melalui pipa kapiler
kemudian menguap dari permukaan tanah, dapat juga terus bergerak sebagai air
perkolasi yang tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Pairunan A, dkk, 1985).
Cuaca sangat mempengaruhi terjadinya hujan tergantung dari kondisi cuaca
maupun kondisi klimatologi suatu wilayah. Terjadinya hujan pada dasarnya
disebabkan oleh berbagai macam faktor klimatologis, antara lain arah angin,
radiasi surya, temperatur, tekanan udara, kelembaban udara, serta berbagai macam
faktor lainnya. Akibat dari pemanasan yang bersumber dari matahari, maka terjadi
penguapan (evaporation) baik dari permukan air laut, sungai, danau, permukaan
tanah maupun penguapan dari tanaman (transpiration). Uap air naik pada
ketinggian tertentu akan diubah menjadi awan yang kemudian berkumpul menjadi
bintik air sehingga akan menjadi hujan (Susilowati dan Dyah Indriana
Kusumastuti, 2010).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan Bahan :
1. Penggaris
2. Stopwatch
3. Weir (persegi, segitiga, dan trapesium)
4. Busur derajat
5. Ember dan takaran
6. Current meter
7. Kipas angin
8. Electrical blower
9. Portable propeller ventilator
10. Anemometer

D. CARA KERJA
1. Pengukuran debit air
a. Rumus Kontinuitas
 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Mengukur luas penampang basah
 Mengukur kecepatan air pada saluran yang datar dan lurus ( menggunakan
bola pingpong yang dialirkan pada permukaan air sesuai jarak dan waktu
yang telah ditentukan, karena v = s/t atau menggunakan alat pengukur
kecepatan air, yaitu current meter
 Menulis hasil data berdasarkan praktik yang telah dilakukan
 Memasukkan data pada rumus Q
b. Cara penakaran
 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Mengalirkan/ membuka air kran, dan air kran tersebut ditampung dalam
ember takaran sebanyak 2 L. Dan pada saat yang bersamaan, hitung pula
waktu yang diperlukan oleh air hingga tertampung sebanyak 2 L dengan
menggunakan stopwatch.
 Menulis hasil data berdasarkan praktik yang telah dilakukan
 Memasukkan rumus Q
c. Menggunakan Ambang
 Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan
 Mengukur lebar weir untuk weir persegi dan trapesium
 Mengukur tan θ untuk weir segitiga dan trapesium
 Meletakkan/ memampatkan air yang mengalir dengan menggunakan weir
secara bergantian antara weir persegi, segitiga, dan trapesium.
 Mengukur kedalaman air yang telah dimampatkan dari bibir weir sampai ke
permukaan air
 Menulis data hasil praktik yang telah dilakukan
 Memasukkan rumus Q
2. Pengukuran Debit Udara ( Ventilasi Buatan )
Pengunaan kipas angin, electrical blower, dan portable propeller ventilator
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Mengukur diameter alat/ saluran keluar udara.
c. Mengukur kecepatan udara pada jarak tertentu dengan menggunakan anemometer.
d. Menulis data hasil praktikum.
e. Memasukkan data pada rumus.
3. Pengukuran Debit Ventilasi Alam
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Mengetahui fungsi ruangan
c. Menghitung volume ruangan ( Panjang x Lebar x Tinggi ruangan )
d. Menentukan berapa kali per jam sikulasi udara
e. Menentukan kapasitas fan yang sesuai dan berapakah ukuran bukaan (opening)
yang dibutuhkan.
4. Pengukuran Debit Curah Hujan
a. Mengamati data curah hujan yang telah diberikan.
b. Memilih salah satu bulan dari 4 bulan basah yang telah diberikan.
c. Mendata curah hujan yang telah dipilih tersebut dibuat grafik.
d. Mencatat perbedaan curah hujan setiap harinya.
e. Menentukan koefisien bidang kasar dari lokasi tersebut.
f. Mengukur luas lokasi yang akan diukur debit curah hujannya.

E. HASIL PRAKTIKUM
1. Pengukuran kedalaman air untuk menghitung luas penampang basah
2. Penggunaan weir (ambang) untuk mengukur debit air

3. Alat ventilasi udara buatan (kipas angin)

4. Mengukur kecepatan udara yang dihasilkan oleh electric bower


5. Mengkur kecepatan udara yang dihasilkan oleh portable propeller ventilator

F. PEMBAHASAN
1. Pengukuran Debit Air ( Rumus Kontinuitas )
Kedalaman air : 4,5 cm
Lebar penampang : 36 cm
Luas : 4,5 cm x 36 cm = 162 cm2
Jarak : 400 cm
Waktu tempuh : 4, 97 sekon
Kecepatan : 400 : 4,97
: 80, 48 cm/s
Rumus : Q = v. A
Q = Debit air
v = Kecepatan
A = Luas penampang

Q = v. A
= 80, 48 cm/s . 162 cm2
= 13038, 2 cm3/s
= 13, 03 liter/sekon.

2. Pengukuran Debit Air Cara Penakaran


Volume air :2L
Waktu : 6, 96 sekon

Rumus : Q=V/t
Q = Debit air
V= Volume air
t = Waktu

Q=V/t
= 2 / 6,96
= 0, 287 liter/sekon.

3. Pengukuran Debit Air ( Ambang )


Lebar weir persegi : 20 cm
Lebar weir trapesium : 4 cm
Tan θ weir trapesium : tan 120o = 0,7
Tan θ weir segitiga : tan 60o = 0,32
Kedalaman air persegi : 2 cm
Kedalaman air trapesium : 3 cm
Kedalaman air segitiga : 4 cm
Rumus weir persegi : Q = 2/3. B.

= 2/3.20

= 13, 3

= 53,2 cm3/ sekon.

Rumus weir trapesium : Gabungan antara weir persegi dan weir segitiga

Q = 2/3. B. + 8/ 15. tg (θ/2).

= 53,2 + 0, 085. 32 cm3/ sekon.

Rumus weir segitiga : Q = 8/ 15. tg (θ/2).

= 8/15 tg (60/2).

= 8/ 15. 0,16

= 0, 085.

= 0, 085. 32 .

4. Pengukuran Debit Udara Buatan( Kipas Angin )


Diameter : 71 cm
Luas Penampang : 3957, 185 cm2
Kecepatan : 73,1 cm/s
Rumus : Q = v. A
Q = Debit udara
v = Kecepatan : v = s/t
A = Luas penampang
Q = v. A
= 73,1 . 3957, 185
= 289270, 2 cm3/sekon.

5. Pengukuran Debit Udara Buatan( Electrical blower )


Diameter : 6,5 cm
Luas Penampang : 33, 166 cm2
Kecepatan : 14, 7 cm/s

Rumus : Q = v. A
Q = Debit udara
v = Kecepatan : v = s/t
A = Luas penampang
Q = v. A
= 14, 7 . 33, 166
= 487, 54 cm3/sekon.

6. Pengukuran Debit Udara Buatan ( Portable propeller ventilator )


Diameter : 31 cm
Luas Penampang : 754, 385 cm2
Kecepatan : 29, 8 cm/s

Rumus : Q = v. A
Q = Debit udara
v = Kecepatan : v = s/t
A = Luas penampang
Q = v. A
= 29, 8 . 754, 385
= 22480, 673 cm3/sekon.

7. Pengukuran Debit Ventilasi Alam


Kecepatan : 2, 133 cm2/s
Luas : 24, 192 cm2

Rumus : Q = v. A
Q = Debit udara
v = Kecepatan : v = s/t
A = Luas penampang
Q = v. A
= 2, 133. 24, 192
= 51, 601 cm3/sekon

8. Pengukuran Debit Curah Hujan


Koefisien : 0,8
Luas lokasi (Halaman Auditorium Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang )
: 541 m2
Intensitas hujan : 287, 5 mm/bulan

Rumus : Q = C. I. A
Q = Debit curah hujan
C = Koefisien kekasaran bidang
I = Intensitas curah hujan
A = Luas bidang

Q = C. I. A
= 0,8 . 287,5 . 541
= 124, 430 m3/sekon.
F. KESIMPULAN
Pelaksanaan praktikum debit air, debit udara, debit ventilasi, dan debit curah
hujan ini memberikan banyak manfaat, keterampilan, dan pengalaman mahasiswa dalam
melakukan observasi lapangan serta laboratorium mengenai debit air, debit udara, debit
ventilasi, dan debit curah hujan sehingga materi yang ada pada bab tersebut dapat
terimplementasi secara nyata dan mahasiswa mendapatkan ilmu yang lebih mendalam dari
kegiatan praktikum yang dilakukan. Selain itu dengan penggunaan alat-alat serta metode
pengukuran debit tersebut memberikan mahasiswa pemahaman baru yang diharapkan
dapat digunakan pengembangan selanjutnya dalam kehidupan sehari-hari baik di
lingkungan pendidikan maupun masyarakat serta dapat mendorong mahasiswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan penelitian yang berkaitan dengan debit tersebut sehingga
materi yang telah didapatkan dari praktikum ini dapat tersalurkan secara positif dan
berkembang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai