bertelur satu kali atau sudah pernah mengalami satu siklus gonotropik atau satu dilatasi, bila
terdapat dua pembesaran ovarium berarti dua kali siklus gonotropik atau dua dilatasi, dan
seterusnya. Satu siklus gonotropik atau satu dilatasi diperkirakan empat hari, sehingga untuk
memperkirakan umur fisiologis nyamuk yang tertangkap yaitu dari jumlah dilatasi dikalikan
empat hari (Munif, 2007).
Untuk mengetahui rata-rata nyamuk di suatu wilayah, dapat dilakukan pembedahan nyamuknyamuk yang ditangkap untuk memeriksa keadaan ovarium dibawah mikroskop. Apabila ujungujung pipa udara (Tracheolus) pada ovarium masih menggulung dan ovarium belum membesar,
berarti nyamuk itu belum pernah bertelur (nulli parous) apabila pipa-pipa udara sudah terurai /
terlepas gulungannya serta ovarium pernah membesar maka nyamuk itu sudah pernah bertelur
(parous) (Munif, 2007).
sporozoit. Guna mengurangi false-positive, maka pengujian hanya dilakukan pada bagian
protoraks.
c. Metode sediaan toraks (Squash-Method) :
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan sporozoit dalam jaringan toraks nyamuk.
Jaringan protoraks dalam larutan NaCl dibedah dengan jarum halus.
Setelah diuraikan, jaringan otot serta kulit toraks dipisahkan
dan dibuang.
Setelah sediaan kering pada temperature kamar, difiksasi dengan metanol 96% dan diwarnai
dengan Giemsa.
Periksa dengan mikroskop perbesaran 1000 kali
Hasil positif secara visual terlihat warna hijau.
d. Keterangan :
ELISA telah digunakan sebagai salah satu cara epidemiologi untuk mengidentifikasi nyamuk
terinfeksi malaria. Antibodi monoklonal ini dipakai sebagai fase padat dan dikonjugasikan
dengan enzim, sebagai penanda terdapatnya protein Circum Sporozoite dalam homogenat
nyamuk yang diinkubasi pada sumuran microplate.
Circum Sporozoite Protein (CSP) merupakan antigen terpenting yang terdapat pada permukaan
sporozoit, memainkan peranan dalam menimbulkan perlindungan diperantarai antibody terhadap
parasit.
Antibodi monoklonal diproduksi terhadap antigen dengan spesifisitas yang telah ditentukan.
ELISA dengan penangkapan antigen merupakan metode yang bermanfaat untuk mendeteksi
secara cepat dari antigen protein spesifik seperti halnya dalam homogenat nyamuk (pul gerusan
nyamuk).
ELISA menggunakan enzim yang direaksikan dengan substrat, menghasilkan produk dengan
intensitas warna sebanding dengan kadar homogenat nyamuk yang diperiksa. Produk yang
dihasilkan pada uji ELISA dapat dibaca dengan ELISA Reader berdasarkan kerapatan optik (OD)
yang hasilnya dapat dicetak melalui computer. Dengan uji ELISA, suatu nyamuk Anopheles sp
dinyatakan mengandung protein circum sporozoite apabila secara visual berubah warna menjadi
hijau (Wigati, 2010).
Daftar Pustaka
Mujiono, et al. 2007. Penentuan Vector Malaria di Kecamatan Teluk Dalam, Nias.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_118_malaria.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei 2010.
Munif, et al. 2007. Bionomi Anopheles sp.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/352075780_0125-9695.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei
2010.