Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM PEST CONTROL

PEMBUATAN ATTRACTAN BERUPA AIR RENDAMAN JERAMI,


TRAPPING TELUR OVITRAP DAN LETHAL OVITRAP
DI RUMAH DINAS DAN WILAYAH KAMPUS VII POLTEKKES
SEMARANG

Dosen Pengampu :

Dr. Aris Santjaka, SKM., M.Kes.

Disusun oleh :

Kelompok 1/B1

Kelas 3B

1. Eka Lisa Purwasih (P1337433117057)


2. Yogi Ramadhan S. (P1337433117058)
3. Nada Shafa Nur H. (P1337433117060)
4. Alifta Nur’aini (P1337433117061)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

A. Dasar Teori
Ovitrap (singkatan dari Oviposition trap) adalah alat untuk mendeteksi keberadaan
nyamuk. Jika kepadatan nyamuk rendah dan survei larva yang menunjukkan hasil yang
tidak produktif (misal B1 kurang dari 5), seperti dalam kondisi yang normal. Secara
khusus, ovitrap di gunakan untuk mendeteksi infestasi nyamuk ke area baru yang
sebelumnya pernah dibasmi.
Tujuan dari survei perangkap telur adalah untuk mengetahui ada/tidaknya nyamuk
dalam situasi densitas sangat rendah, yang mana dengan metode single larva
maupun tidak dapat menemukan adanya kontainer positif. Survei ini dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut ovitrap. Ovitrap berupa bejana (kaleng, palstik atau
potongan bambu) yang dinding bagian dalamnya dicat hitam dan diberi air secukupnya.
Ke dalam bejana tersebut dimasukan padel yaitu berupa potongan bambu atau kain yang
tenunanya kasar dan berwarna gelap sebagai tempat menyimpan telur. Ovitrap ini
akan ditempatkan baik di dalam atau diluar rumah yang gelap dan lembab karena
nyamuk menyukai tempat-temat tersebut untuk bertelur. Setelah satu minggu dilakukan
pemeriksaan ada/tidaknya telur.
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde Diptera.
Pada umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya (metamorfosis), yaitu
telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorphosis
sempurna, yaitu telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup
didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup diluar air. Pada umumnya telur akan
menetas dalam 1-2 hari setelah terendam dalam air. Stadium jentik biasanya
berlangsung antara 5-15 hari, dalam keadaan normal berlangsung 9-10 hari. Stadium
berikutnya adalah stadium pupa yang berlangsung 2 hari, kemudian menjadi nyamuk
dewasa dan siklus tersebut akan berlangsung kembali. Dalam kondisi yang optimal,
perkembangan dari stadium telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu
sedikitnya 9 hari.
Induk nyamuk biasanya meletakkan telur nyamuk pada tempat yang berair dan tidak
mengalir. Pada tempat kering, telur nyamuk akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan
telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
a. Nyamuk Anopheles spp. akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu
atau bergerombol tetapi saling lepas, telur Anopeles mempunyai alat pengapung.
b. Nyamuk Culex sp. akan meletakkan telur di permukaan air secara bergerombolan
dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
c. Nyamuk Aedes sp. meletakkan telur yang mana menempel pada dinding kontainer
dan mengapung di permukaan air.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Ember
b. Tali rafia
c. Batu
d. Mesin pencacah
e. Gelas plastik kecil
f. Kuas
g. Alat tulis
h. Timbangan
i. Nampan
j. Pipet
k. Beaker glass
l. Kurungan nyamuk
2. Bahan
a. Kertas ovistrip
b. Jerami
c. Cat
d. Jaring

C. Cara Kerja
1. Pembuatan Rendaman Air Jerami (Attractan)
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Potong jerami kecil-kecil dengan menggunakan mesin pencacah.
c. Timbang jerami yang sudah dipotong dengan menggunakan timbangan sebanyak
1 kg.
d. Masukkan ke dalam jaring dan ditekan hingga padat, lalu diikat menggunakan
tali rafia.
e. Masukkan ke dalam ember dan diberi air sebanyak 5 liter.
f. Lalu masukkan batu untuk menekan jerami masuk ke dalam air supaya terendam
sempurna.
g. Letakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari, karena dikhawatirkan
bakteri yang dihasilkan mati terkena sinar matahari. Kemudian tunggu selama 1
minggu.
2. Pembuatan Ovitrap
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Angkat batu yang ada di atas rendaman jerami, kemudian ambil jerami tersebut.
c. Tuangkan air rendaman jerami sebanyak 200 gram/liter ke dalam 10 gelas yang
telah dicat berwarna hitam, masing-masing diisi sebanyak ½ dari ¾ gelas atau 20
gram/liter setiap gelasnya.
d. Masukkan kertas ovistrip yang telah diberi label ke dalam gelas tersebut.
3. Pemasangan Ovitrap
a. Setelah ovitrap siap digunakan, letakkan ovitrap tersebut di tempat yang disukai
nyamuk Aedes aegypti seperti tempat yang lembap, sedikit cahaya matahari atau
intensitas cahaya rendah (misalnya kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan lain-
lain).
b. Tunggu selama 5 hari untuk menjadi media perkembangbiakkan nyamuk.
4. Perkembangbiakkan Nyamuk
a. Pindahkan ovistrip yang diduga terdapat telur nyamuk ke nampan yang kering.
b. Amati objek yang diduga telur nyamuk, dapat menggunakan bantuan lup.
c. Jika positif itu adalah telur nyamuk yang ditandai dengan ukuran yang sangat
kecil, berbentuk lonjong, berwarna hitam serta ketika disentuh menempel kuat
pada ovistrip dan tidak mudah jatuh.
d. Masukkan kertas ovistrip ke dalam nampan dan direndam dengan air bersih.
e. Tunggu selama 2 – 3 hari sampai telur berubah menjadi larva nyamuk instar 1.
f. Pindahkan larva nyamuk instar 1 ke beaker glass menggunakan pipet.
g. Beri makanan pada larva yang berasal dari makanan kucing yang ditumbuk
menjadi halus ke dalam beaker glass tersebut.
h. Beri label pada beaker glass yang terdiri atas nama kelompok, tempat
pemasangan, dan jumlah jentik yang telah ditemukan
i. Masukkan beaker glass tersebut ke dalam kurungan nyamuk, kemudian amati
setiap hari perkembangan nyamuk dari instar 1 hingga menjadi nyamuk dewasa.
j. Catat hasil (jumlah telur sampai nyamuk dewasa).
D. Hasil
1. Pembuatan Attractan
Praktik pembuatan atraktan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Oktober
2019. Bahan utama pembuatan atraktan yaitu jerami yang telah dipisahkan antara
yang kering dan yang basah. Jerami yang kering dimasukkan ke dalam mesin
pencacah. Hasil dari cacahan tersebut ditimbang sebanyak 1 kg. Setelah itu
dimasukkan ke dalam ember besar lalu diisi air sebanyak 5 liter dan diletakkan di
tempat yang jauh dari cahaya sinar matahari karena dikhawatirkan bakteri yang
dihasilkan akan mati. Diamkan selama 1 minggu.
2. Pembuatan Ovitrap
Pembuatan ovitrap menggunakan gelas plastik ukuran kecil yang dicat
berwarna hitam dan dibiarkan sampai bau cat menghilang. Pembuatan ovitrap pada
praktikum ini berjumlah 10 buah yang berisi atraktan berupa air rendaman jerami
sebanyak kurang lebih 20 gram/liter setiap gelasnya. Diberi kertas ovistrip untuk
perangkap telur yang diberi label berisi nama kelompok, waktu peletakkan, tempat
peletakkan ovitrap. Tempat peletakkan ovitrap berada di tempat yang endemis
nyamuk (lembap, sedikit cahaya) seperti kamar tidur, kamar mandi, dapur, dll.
3. Pemasangan Ovitrap
Pemasangan ovitrap dilakukan selama 5 hari dimulai pada hari Senin, 7
Oktober 2019 dengan lokasi pemasangan 10 ovitrap yang kelompok kami (kelompok
1) lakukan berada di 3 lokasi yaitu :
a. Rumah dinas dosen Bu Sari sebanyak 4 ovitrap (2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar
mandi).
b. Toilet pantry gedung R1 Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang sebanyak 2
ovitrap pada 2 toilet.
c. Rumah kos anggota kelompok kami sebanyak 4 ovitrap :
1) Eka Lisa Purwasih (1 kamar tidur, 1 dapur terbuka)
2) Nada Shafa Nur H. (1 kamar tidur, 1 dapur)
Setelah 5 hari pemasangan, ditemukan 19 bintik hitam yang diduga telur nyamuk
Aedes aegypti pada ovitrap yang dipasang di toilet pantry gedung R1 Kampus 7
Poltekkes Semarang. Kemudian ovistrip diletakkan di nampan dan direndam dengan
air bersih.
4. Perkembangbiakkan Nyamuk
Setelah 1 – 2 hari kertas ovistrip direndam dengan air bersih, ternyata tidak
ditemukan larva nyamuk apapun. Hal tersebut menunjukkan bahwa bintik hitam
yang awalnya diduga telur nyamuk Aedes aegypti, ternyata bukan telur nyamuk
melainkan kemungkinan hanya kotoran.

E. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk memperoleh telur nyamuk Aedes aegypti dengan
trapping menggunakan attractan yang berupa air rendaman jerami dan melihat
perkembangbiakkan nyamuk dari telur hingga nyamuk dewasa. Hasil pengamatan
ovitrap dengan attractan air rendaman jerami yang telah kelompok kami lakukan, tidak
ditemukan adanya telur nyamuk Aedes aegypti di semua tempat yang menjadi target
tempat pemasangan ovitrap kelompok kami. Hal tersebut dapat disebabkan karena
memang tempat tersebut bukan tempat endemis nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosa sempurna, yaitu dari bentuk telur,
jentik, kepompong dan nyamuk dewasa. Stadium telur, jentik, dan pupa hidup di dalam
air (aquatik), sedangkan nyamuk dewasa secara teresterial (di udara bebas). Pada
umumnya telur akan menetas dalam waktu kira-kira 2 hari setelah telur terendam air.
Nyamuk betina setiap kali bertelur dapat mengeluarkan telurnya sebanyak 100 butir.
Fase aquatik berlangsung selama 8 – 12 hari yaitu stadium jentik berlangsung 6 – 8 hari,
dan stadium kepompong (pupa) berlangsung 2 – 4 hari. Pertumbuhan mulai dari telur
sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama 10 – 14 hari. Umur nyamuk dapat
mencapai 2 – 3 bulan (Ridad dkk, 1999).
Menurut Herms (2006), telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval
memanjang, berwarna hitam, berukuran 0,5 – 0,8 mm dan tidak memiliki alat
pelampung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur-telurnya satu per satu pada
permukaan air, biasanya pada tepi air di tempat-tempat penampungan air bersih dan
sedikit di atas permukaan air.
Larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas memiliki siphon yang pendek,
besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya langsing, bergerak sangat lincah dan pada
waktu istirahat membentuk sudut hamper tegak lurus dengan permukaan air.
1. Larva instar 1 : berukuran 1- 2 mm, berumur satu sampai dua hari setelah telur
menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernapasan pada
siphon belum menghitam (Hoedojo, 1993).
2. Larva instar II : berukuran 2,5 – 3,5 mm, berumur 2 – 3 hari setelah telur menetas,
duri-duri dada belum jelas, corong pernapasan sudah mulai menghitam (Hoedojo,
1993).
3. Larva instar III : berukuran 4 – 5 mm, berumur 3 – 4 hari setelah telur menetas, duri-
duri dada mulai jela dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman (Hoedojo,
1993).
4. Larva instar IV : berukuran 5 – 6 mm, berumur 4 – 6 hari setelah telur menetas
dengan warna kepala gelap (Hoedojo, 1993).
Pupa berbentuk koma, gerakan lambar, sering ada di permukaan air. Pada pupa
terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap nyamuk dewasa dan terdapat
sepasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untu
menyelam cepat dan mengadakan serangkaian jungkiran sebagai reaksi terhadap
rangsang (Aradilla, 2008).
Nyamuk dewasa Aedes aegypti mempunyai ciri khas yaitu dengan adanya garis-garis
dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam, terdapat 2 garis lengkung
yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan 2 buah garis lengkung sejajar di
garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (Soegijanto, 2006). Nyamuk
Aedes aegypti jantan hanya manghisap cairan tumbuh-tumbuhan atau sari bunga untuk
keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina lebih
menyukai darah manusia daripada darah binatang. Darah diperlukan untuk pemasakan
telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, telur yang dihasilkan dapat menetas.
Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah dan tiga hari kemudian akan
bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir. Nyamuk akan menghisap darah setelah 24 jam
kemudian dan siap bertelur lagi. Setelah menghisap darah, nyamuk ini beristirahat di
dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda tergantung
seperti kelambu, pakaian, tumbuh-tumbuhan, di tempat ini nyamuk menunggu proses
pemasakan telur.

F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pembuatan attractan hingga perkembangbiakkan nyamuk
yang telah dilaksanakan mulai hari Selasa, 1 Oktober 2019 oleh kelompok kami
(kelompok 1), diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuatan attractan pada praktikum ini menggunakan bahan utama jerami sebanyak
1 kg yang direndam dengan air sebanyak 5 liter dan dibiarkan selama 1 minggu.
2. Pembuatan ovitrap pada praktikum ini menggunakan gelas plastik berukuran kecil
sebanyak 10 buah yang dicat berwarna hitam dan dipasang kertas ovistrip untuk
menangkap telur nyamuk.
3. Pemasangan ovitrap dilakukan selama 5 hari yang berada di rumah dinas dosen Bu
Sari Kampus 7 Poltekkes Semarang (2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur), 2 toilet
pantry Gedung R1 Kampus 7 Poltekkes Semarang, 2 rumah kos anggota kelompok
kami (kamar tidur, dapur).
4. Hasil pemasangan ovitrap tidak ditemukan telur nyamuk pada pemasangan ovitrap
yang telah kelompok kami lakukan pada lokasi pemasangan ovitrap tersebut.

G. Daftar Pustaka
http://evasulistiani.blogspot.com/2013/04/pembuatan-ovitrap-alat-untuk-merangkap.
html diakses pada tanggal 30 Oktober 2019.
http://digilib.unila.ac.id/2872/12/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 31 Oktober 2019.
H. Lampiran

Jerami kering dipotong Jerami ditimbang 1 Diikat, dimasukkan ke


kecil-kecil dengan kg, di masukkan ke ember dan direndam
mesin pencacah dalam jaring dengan 5 liter air bersih

Jerami di masukkan Gelas plastik dicat hitam,


ke dalam jaring, dimasukkan 20 gr/l air rendaman
diamkan 1 minggu jerami dan dipasang ovitstrip

Anda mungkin juga menyukai