Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN

LAPORAN KUNJUNGAN KE
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
SUKAWINATAN PALEMBANG

Disusun oleh:
Bebbi Arisya Kesumaputri, S.KG
16.13101.10.06

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


STIK BINA HUSADA
PALEMBANG
2016

A. Pendahuluan
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar
istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah
yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat. Menurut Keputusan
Dirjen

Cipta

Karya,

nomor

07/KPTS/CK/1999:

Juknis

Perencanaan,

Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Ke-PLP-an Perkotaan dan Perdesaan,


sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi yaitu fase padat, cair, atau
gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah
masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah), maka kualitas
lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang
dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan. Berdasarkan sumbernya
sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, dan
sampah industri sedangkan berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi dua,
yaitu sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya
daun-daunan, sayuran, sampah dapur serta sampah anorganik atau sampah yang
tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng, dan lain-lain.
Setiap aktivitas manusia kota baik secara pribadi maupun kelompok, baik
di rumah, kantor, pasar dan dimana saja berada, pasti akan menghasilkan sisa
yang tidak berguna dan menjadi barang buangan berupa sampah yang sering kali
dalam jumlah besar dan tidak dapat ditangani. Besarnya timbunan sampah yang
tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik
langsung mau pun tidak langsung bagi penduduk kota apalagi daerah di sekitar
tempat penumumpukan.
Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana
diantaranya adalah timbulnya berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit
serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsung diantaranya adalah
bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena

terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai. Selain penumpukan di


tempat pembuangan sementara (TPS), jumlah sampah pun akan semakin
meningkat di tempat pembuangan akhir (TPA).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam

pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,

pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA


merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan disekitarnya. Di TPA, sampah masih mengalami
proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis
sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat bahkan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun misalnya plastik.
TPA Sukawinatan merupakan salah satu TPA yang sampai saat ini masih
beroperasi untuk menampung dan mengolah sampah yang berasal dari seluruh
penjuru Kota Palembang. TPA Sukawinatan berada di Kelurahan Sukajaya
Kecamatan Sukarami yang jaraknya kira-kira 10 km dari pusat Kota Palembang.
Sistem control landfill merupakan sistem pengolahan sampah yang digunakan
TPA dengan luas 25 hektare tersebut. Setiap harinya, sampah yang masuk di
TPA yang mulai beroperasi sejak tahun 1994 tersebut diperkirakan mencapai 650
ton.
Sampah yang ada di TPA Sukawinatan tersebut sudah menggunung serta
memakan area yang cukup luas. Selain itu, sampah yang ada di sana belum
dikelola secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, kunjungan ke TPA
Sukawinatan dilakukan untuk melakukan observasi mengenai pengolahan sampah
dan hubungannya dengan kerusakan alam sekitar dan kesehatan makhluk hidup
yang berada diarea TPA Sukawinatan.

B. Pelaksanaan Kegiatan
Tempat

: Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan Palembang

Waktu

: Jumat, 25 November 2016

Pukul

: 14.00 16.00 WIB

C. Hasil Kunjungan
Berdasarkan hasil pengamatan setelah kunjungan ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Sukawinatan, dapat saya laporkan beberapa hal berikut:
1. Keadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan
a. Jembatan Timbang
Jembatan timbang di TPA Sukawinatan berada tepat didepan kator
TPA Sukawinatan. Jembatan timbang ini berfungsi untuk
mengukur berat sampah yang masuk ke TPA Sukawinatan. Setiap
harinya, sampah yang melalui jembantan timbang ini 600-650 ton.

A
A

Gambar 1. A. Jembatan timbang yang berada tepat didepan kantor TPA Sukawinatan. B.
Petugas jembatan timbang yang mencatat setiap sampah yang masuk ke TPA
Sukawinatan

b. Kolam Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)


Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) merupakan instalasi
pengolahan air limbah yang dirancang hanya untuk menerima
lumpur tinja melalui mobil (truk tinja). IPLT dirancang untuk
mengolah lumpur tinja sehingga tidak membahayakan bagi
kesehatan

masyarakat

dan

lingkungan

sekitarnya.

TPA

Sukawinatan memiliki 6 buah kolam pengendapan yang memiliki

fungsi utama untuk mnegendapkan lumpur tinja yang dibawa oleh


truk tinja. Selain itu, kolam IPLT TPA Sukawinatan dimanfaatkan
untuk memelihara beberapa jenis ikan yang tidak untuk
dikonsumsi. Secara berkala, kolam IPLT ini dikeruk dan endapan
yang dikeruk dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos.

Gambar 2. Kolam IPLT TPA Sukawinatan

c. Aliran Air Limbah (Limbi)


Air yang berasal dari tumpukan limbah ini dialirkan melalui
kolam-kolam kecil menuju kolam penampungan air limbi. Air
limbi ini terlihat berwarna coklat kehitaman pekat dan berbau
sangat busuk.

Gambar 3. Aliran air limbi pada kolam-kolam kecil

d. Sumur Pantau
Sumur pantau merupakan sumur yang digunakan untuk memantau
kualitas air sekaligus sebagai pengendali pencemaran air di TPA.
TPA Sukawinatan memiliki 4 sumur pantau yang berada di 4
lokasi yang berbeda. Salah satu sumur pantau yang berada di TPA
Sukawinatan terlihat keruh tetapi air tersebut masih dalam standar
air bersih.

Gambar 4. A. Salah satu sumur pantau di TPA Sukawinatan. B. Terlihat keadaan air pada
sumur pantau

e. Tempat Pencucian Kendaraan


TPA Sukawinatan memiliki satu kolam air limbi (telah bercampur
dengan air hujan) yang dimanfaatkan untuk mencuci kendaraan
pengangkut sampah milik TPA Sukawinatan. Hal ini secara tidak
langsung membuktikan bahwa air limbi yang telah bercampur
dengan air hujan ini layak digunakan untuk mencuci.

Gambar 5. Terlihat seorang petugas TPA Sukawinatan sedang mencuci kendaraan


pengangkut sampah

f. Tumpukan Sampah Organik dan Anorganik


TPA Sukawinatan memiliki tumpukan sampah yang cukup luas
dan tinggi. Tumpukan sampah tersebut pada ketinggian maksimal
akan ditutup menggunakan membran plastik penutup kemudian
ditutup menggunakan tanah. Pada tumpukan sampah yang sudah
ditutup menggunakan tanah, diberikan pipa yang digunakan untuk
mengalirkan gas metan yang berasal dari tumpukan sampah
tersebut.

Gambar 6. Terlihat tumpukan sampah di TPA Sukawinatan yang cukup tinggi

g. Pemukiman Warga di sekitar TPA Sukawinatan


Secara teori, seharusnya jarak terdekat antara TPA dengan
pemukiman warga adalah berkisar 10 km. Namun, pada
kenyataannya tepat di depan kantor TPA Sukawinatan terdapat
beberapa rumah warga. Rumah tersebut diakui dimiliki oleh
pemulung yang biasanya mengambil sampah di TPA Sukawinatan.
Para pemulung mengakui rumah tersebut berada di atas tanah yang
bukan milik TPA Sukawinatan. Sumber air minum yang digunakan
warga adalah air galon yang diisi langsung di tempat pengisian
sedangkan air bersih untuk MCK didapatkan dari sumur yang
mereka buat di sekitar rumah.

Gambar 7. Terlihat beberapa rumah warga yang berada tepat di depan kantor TPA
Sukawinatan

h. Pemulung yang Berada di TPA Sukawinatan


Banyak pemulung yang dating ke TPA Sukawinatan untuk
memilah sampah agar dapat dijual kembali. Bahkan beberapa
pemulung membangun gbuk-gubuk kecil di atas bukit sampah
sebagai tempat peristirahatan setelah lelah memilah sampah.

Gambar 8. Terlihat gubuk-gubuk para pemulung di atas bukit sampah

Gambar 9. Terlihat para pemulung yang sedang memilah sampah di TPA Sukawinatan

i. Kantin di TPA Sukawinatan


Kantin ini berada tidak jauh dari kolam IPLT dan kolam air limbi.
Kantin ini didirikan oleh warga yang bermukim di sekitar TPA
Sukawinatan. Para pemulung dan warga merupakan pelanggan
yang biasanya memanfaatkan kantin ini untuk makan dan sekedar
beristirahat. Kantin ini mendapatkan air minum dari air galon yang
mereka isi di tempat pengisian. Keadaan kantin tampak berantakan
dan dihinggapi banyak lalat.

Gambar 10. Terlihat kantin dan beberapa pemulung dan warga yang sedang makan dan
beristirahat

2. Cara Pengelolaan Sampah di TPA Sukawinatan


Berikut alur pengelolaan sampah di TPA Sukawinatan:
Pengangkutan
sampah dari TPS
menuju TPA
Sukawinatan

Penimbangan
sampah di jembatan
timbang

Pemisahan sampah
oleh petugas dan
pemulung

Pengumpulan
sampah

Penumpukan sampah
yang tidak dapat
dimanfaatkan
kembali

Pengolahan
sampah
menjadi
kerajinan dan
pupuk kompos

Sampah
diambil
pemulung
untuk dijual
kembali

Penimbunan sampah
menggunakan tanah
Kerajinan
Pemanfaatan gas
metane yang berasal
dari sampah menjadi
tenaga listrik
Pupuk Kompos

3. Dampak TPA Sukawinatan pada Lingkungan

Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui kualitas


air yang ada di sekitar TPA Sukawinatan. Penelitian mengenai bakteri
yang ada di air sumur pantau TPA Sukawinatan menyatakan bahwa air
tersebut memenuhi kriteria standar air bersih. Pada standar tersebut, air
dinyatakan aman untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK).
Tingkat kesuburan tanah di sekitar TPA Sukawinata tergolong
baik. Beberapa pohon tumbuh subur dan memiliki daun yang hijau. Hal
tersebut mungkin karena tanah yamg berada di atas timbunan sampah
merupakan salah satu jenis tanah yang mengandung pupuk organik alami.
Kualitas udara di TPA Sukawinatan tergolong cukup baik,
walaupun bau yang menyengat tercium sangat pekat yang berasal dari
tumpukan sampah. Hal tersebut disebabkan tumpukan sampah yang sudah
sangat banyak sehingga wajar apabila udara di sekitar TPA Sukawinatan
tidak begitu segar untuk dihirup.

Gambar 11. Terlihat pohon dan rerumputan yang tumbuh subur di sekitar TPA
Sukawinatan

4. Dampak TPA Sukawinatan pada Kesehatan

Menurut pernyataan dari tim pengelola TPA Sukawinatan, belum


ada satupun laporan mengenai penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
penurunan kesehatan lingkungan akibat pencemaran TPA Sukawinatan
pada pengelola TPA Sukawinatan dan warga yang tinggal di sekitar TPA
Sukawinatan. Penyakit-penyakit seperti diare amat sangat jarang terjadi
pada pegawai maupun warga sekitar. Hal ini mungkin disebabkan oleh
tingkat kekebalan tubuh pengelola TPA Sukawinatan dan warga yang
tinggal di sekitar TPA Sukawinatan tergolong tinggi akibat seringnya
berinteraksi dengan lingkungan TPA Sukawinatan.
Beberapa hewan yang hidup di sekitar TPA Sukawinatan terlihat
sangat sehat. Sapi, ayam dan kucing terlihat sangat sehat karena memakan
apa saja yang mereka jumpai. Rerumputan dan sampah merupakan
makanan yang sehari-hari dimakan oleh hewan-hewan tersebut. Menurut
pengelola TPA, sapi-sapi tersebut dimiliki oleh pemulung yang tinggal di
sekitar TPA Sukawinatan. Sapi-sapi tersebut biasanya akan dijual oleh
pemiliknya tetapi lokasi penjualannya tidak di wilayah Kota Palembang.

Gambar 12. Tampak beberapa sapi yang hidup di sekitar TPA Sukawinatan

5. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS)

Pembangkit

Listrik

Tenaga

Sampah

(PLTS)

merupakan

pemanfaatan gas metane yang berasal dari sampah untuk dikonversikan


menjadi tenaga listrik. Sampah yang telah ditumpukan selama 3 tahun
akan mengalami dekomposisi kemudian gas metane yang dihasilkan dari
proses dekomposisi dialirkan dari tumpukan sampah ke mesin PLTS
melalui pipa-pipa yang telah dipasang. Gas metane yang telah dialirkan ke
mesin PLTS kemudian dikonversi menjadi tenaga listrik. Mesin PLTS di
TPA Sukawinatan mampu menghasilkan tenaga listrik dengan kapasitas
engine 300 KW per hari yang diperkirakan dapat megaliri listrik pada 300
rumah.
Namun PLTS Sukawinatan belum bisa beroperasi karena masih
dalam proses jual beli dengan pihak PLN. Hal ini menyebabkan gas
metane yang berasal dari tumpukan sampah di TPA Sukawinatan belum
bisa dimanfaatkan sebai tenaga listrik. Dalam waktu dekat, PLTS TPA
Sukawinatan akan beroperasi dan dapat mengaliri listrik ke pemukiman
terdekat.

Gambar 13. Terlihat mesin PLTS yang berada di TPA Sukawinatan

Anda mungkin juga menyukai