Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN RUMAH SAKIT SISTEM

DARING

“ Kajian Penilaian Sanitasi Rumah Sakit ”

Dibimbing oleh :
A.T Diana Nerawati, SKM, M.Kes
Fitri Rokhmalia, S.ST, M.KL
Demes Nurmayanti, ST, M.Kes
Hadi Suryono, ST.,MPPM
Imam Thohari, ST, M.Mkes
Pratiwi Hermiyanti, S.ST, M.KL

Disusun Oleh :
Safira Alya Nurul Jannah (P27833118009)

Kelas D-III A Semester 5


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
PROGRAM STUDI DIII SANITASI SURABA TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

1. Judul Laporan : LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN RUMAH


SAKIT SISTEM DARING “ Kajian Penilaian Sanitasi
Rumah Sakit ”

2. Pembuat Laporan :
a. Nama Lengkap : Safira Alya Nurul Jannah
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat Email : Annahlya0509@gmail.com
d. NIM : P27833118008
e. Institut : Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
f. Jurusan : Kesehatan Lingkungan Surabaya
g. Prodi : D3 Sanitasi Surabaya
h. Semester : V (Lima)

3. Anggota Laporan : 1 Orang


4. Dosen Pembimbing :
a. Nama : A.T Diana Nerawati, SKM, M.Kes
NIP : 196312091986032001
b. Nama : Fitri Rokhmalia, S.ST, M.KL
NIP : 198805272010122004
Surabaya, 17 November 2020
Menyetujui,

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

(A.T Diana Nerawati, SKM, M.Kes) (Fitri Rokhmalia, S.ST, M.KL)


NIP. 196312091986032001 NIP. 198805272010122004
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Belajar Lapangan Rumah Sakit Sistem Daring. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Tata Graha, K3RS dan Sanitasi Rumah Sakit. Kami
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
sehingga Laporan Praktikum Belajar Lapangan ini dapat diselesaikan, yaitu:

1. Ibu A.T Diana Nerawati, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Sanitasi Rumah Sakit.
2. Ibu Fitri Rokhmalia, S.ST., M.KL selaku dosen pembimbing mata kuliah
Sanitasi Rumah Sakit.
3. Ibu Demes Nurmayanti, ST., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
K3RS.
4. Bapak Hadi Suryono, ST., MPPM selaku dosen pembimbing mata kuliah
K3RS.
5. Imam Thohari, ST, M.Mkes selaku dosen pembimbing mata kuliah Tata
Graha.
6. Pratiwi Hermiyanti, S.ST, M.KL selaku dosen pembimbing mata kuliah Tata
Graha.
7. Semua pihak yang turut serta membantu dalam pelaksanaan Praktik Belajar
Lapangan Sistem Daring.

Dengan terselesainya penyusunan Laporan Praktik Belajar Lapangan


Sistem Daring ini, kami berharap dapat menambah pengetahuan tentang Tata
Graha, K3RS, dan Sanitasi Rumah Sakit, serta bermanfaat bagi pembaca. Maka
dari itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi penyempurnaan
laporan ini

Surabaya, 17 November 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Rumah


Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dimana rumah sakit
merupakan salah satu hasil pembangunan di bidang kesehatan yang
merupakan fasilitas pelayanan umum dan memberikan pelayanan kesehatan
secara preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dan edukatif guna
meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat.

Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, rumah sakit juga dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Interaksi berbagai komponen di rumah sakit seperti bangunan, peralatan,
manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan
kesehatan, dapat berdampak baik maupun buruk.

Keberadaan rumah sakit dilihat dari aspek kesehatan lingkungan, pada


dasarnya terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Dalam kesehariannya
lingkungan biotik dan abiotik ini akan melakukan interaksi baik langsung
maupun tidak langsung. Atas dasar itu, maka di lingkungan rumah sakit
dimungkinkan terjadinya kontak antara tiga komponen (pasien, petugas, dan
masyarakat) dalam lingkungan rumah sakit dan benda- benda/alat-alat yang
dipergunakan untuk proses penyembuhan, perawatan dan pemulihan
penderita. Hubungan tersebut bersifat kontak terus menerus yang
memungkinkan terjadinya infeksi silang pasien yang menderita penyakit
tertentu kepada petugas rumah sakit dan pengunjung rumah sakit yang
sehat. Akan tetapi mungkin juga berfungsi sebagai carier kepada pasien,
petugas dan pengunjung (Dinata, 2008).

Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnya disebut


sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasar
meningkatnya tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global.
Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh International Organization for
Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang
pengelolaan lingkungan (Adisasmito, 2008).

Manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit adalah,


perlindungan terhadap lingkungan, manajemen lingkungan rumah sakit yang
lebih baik, pengembangan sumber daya manusia, kontinuitas peningkatan
performa lingkungan rumah sakit, kepatuhan terhadap perundang-
undangan, bagian dari manajemen mutu terpadu,
pengurangan/penghematan biaya dan dapat meningkatkan citra rumah sakit
(Adisasmito, 2007).

Mengacu pada ilmu kesehatan lingkungan, penerapannya juga


dijelaskan secara langsung sesuai dengan permasalahan di lingkungan
sekitar, bahkan kecelakaan kerja yang berdampak pada penyakit akibat
kerja (PAK). Hal tersebut juga harus diperhatikan guna mengurangi potensi
bahaya yang terjadi pada petugas kerja di rumah sakit. Mengingat
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga sangat penting. Selain
itu, dalam menunjang terlaksananya pelayanan kesehatan yang baik,
rumah sakit membutuhkan perhatian yang serius terutama dalam
kebersihan lingkungan dan fasilitas didalamnya. Maka dari itu
penyelenggaraan housekeeping di rumah sakit sangat penting diperhatikan
guna menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar tetap bersih,
nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak
mencemari lingkungan.
I.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami Sanitasi Rumah Sakit secara umum.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa memahami Sanitasi Rumah Sakit.
b. Agar mahasiswa memahami Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Rumah Sakit.
c. Agar mahasiswa memahami Tata Graha di Rumah Sakit.

I.3 Manfaat
Laporan ini dapat dimanfaatkan bagi :
1. Untuk Ilmu Pengetahuan
Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk penerapan ilmu dan
penerapan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan
mengenai sanitasi rumah sakit
2. Untuk Institusi Kesehatan
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan
masalah pada program sanitasi rumah sakit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 SANITASI RUMAH SAKIT

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya


memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI,
2009). Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat (Siregar, 2003).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa rumah sakit adalah sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang yang
sehat. Kumpulan banyak orang ini akan dapat memungkinkan rumah
sakit menjadi tempat penularan penyakit, gangguan kesehatan dan
pencemaran lingkungan. Untuk menghindari terjadinya resiko dan
gangguan kesehatan maka diperlukan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).
Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit
berdasarkan kepemiliknnya, rumah sakit berdasarkan jenis
pelayanannya dan rumah sakit berdasarkan kelasnya. Berdasarkan
kepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah sakit, yaitu (1) rumah
sakit pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten), RS
BUMN/ABRI dan RS Swasta, (2) RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus, (3)
RS kelas A, B, C dan RS kelas D. Namun, semua RS Kabupaten telah
ditingkatkan statusnya menjadi RS Kelas C (Muninjaya, 2004).
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar dan spesialistik dan
subspesialistik. Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah rumah sakit
umum milik pemerintah baik Pusat, ataupun Daerah. Rumah Sakit
Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar (Siregar, 2003).
Sedangkan Muninjaya, (2005) menyatakan bahwa RS Kelas C
mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam,
kebidanan, dan anak)

2. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai


'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan
(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Sanitasi Rumah Sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor


lingkungan fisik, kimiawi, dan biologik di rumah sakit yan menimbulkan
atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap
kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat
disekitar rumah sakit.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yg optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula, Terdapat beberapa faktor yang harus
dilakukan sengan cara pengendalian lingkungan fisik, kesehatan,
maupun kelangsungan hidupnya. Tujuan dilakukannya kesehatan
lingkungan adalah agar terciptanya keadaan serasi sempurna dari
semua faktor yang ada di lingkungan fisik manusia sehingga
perkembangan fisik manusia dapat dipelihara dan ditingkatkan (Hariza
Andani, 2011).

Menurut Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004 Kesehatan lingkungan


rumah sakit yang harus diperhatikan sebagai berikut:

a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit meliputi


kondisi fisik bangunan dan kelengkapannya, pencahayaan,
penghawaan, kebisingan, dan fasilitasi sanitasi.
b. Hygine dan sanitasi makanan dan minuman.
c. Penyehatan air meliputi air minum dan air bersih.
d. Pengelolaan limbah meliputi limbah cair, padat, dan gas.
e. Pengelola tempat pencucian linen (laundry)
f. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
g. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi.
h. Pengamanan radiasi
i. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan.

3. Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial atau sering disebut sebagaai HAIs ( Healthcare


Associated Infections) menurut WHO (2013) adalah infeksi yang
didapatkan dan berkembang selama pasien dirawat di rumah sakit. Risiko
HAIs di Negara berkembang sebanyak 20 kali lebih tinggi daripada negara
maju. Setiap saat 1.4 juta orang didunia menderita infeksi di rumah sakit.
Setiap tahun suntikan tidak aman menyebabkan 1.3 juta kematian
umumnya karena transmisi blood-borne patogen
Seseorang terkena Infeksi Nosokomial jika :

 infeksi yang terjadi selama proses perawatan di rumah sakit atau di


fasilitas kesehatan lain,
 saat masuk pasien tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi
 infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang
 juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi karena pekerjaan

Gambar 1. Skema HAIs

 Sumber Infeksi di RS adalah pada :


 Pasien sendiri
 Dari luar pasien sendiri
 Manusia
 Pasien
 Petugas kesehatan
 Pengunjung
 Peralatan
 Alat kesehatan/Instrumen
 Lingkungan
 Udara
 Air
 Tanah
Cara terjadinya Infeksi di RS
1. Self Infections, terjadi pada diri pasien sendiri
2. Cross Infections, terjadi antar pasien, atau antara pasien dengan
staf/ tenaga RS
3. Environmental Infection, terjadi melalui faktor lingkungan seperti
makanan, air, Udara, alt seperti cairan kateter, dll

 Beberapa jenis HAIs :


 Surgical site infections (SSI) 
 Catheter-associated urinary tract infections (CAUTI) 
 Central venous catheter–related bloodstream infections (CRBSI) 
 Ventilator-associated pneumonia (VAP)
Program Pengendalian Penyakit Infeksi Nosokomial (PPI), merupakan
program yang dilakukan dengan tujuan menurunkan atau meminimalkan
insiden rate infeksi berhubungan dengan pelayanan kesehatan pada
pasien , petugas dan pengunjung serta masyarakat sekitar rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dengan mempertimbangkan
cost effectiveness, maka dibutuhan manajemen PPI
Manajemen PPI adalah Merupakan kegiatan untuk mengendaliakan
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pembinaan, monitoring evaluasi serta
pelaporan
Program Pengendalian Infeksi atau HAIs harus dilaksanakan setiap
saat, dimanapun, kapanpun oleh siapapun memberikanlayanan kesehatan.
Keberhasilan Program PPI harus ada dukungan manajemen, keterlibatan
dan komitmen seluruh personil.
Program PPI meliputi :
1. Kewaspadaan Isolasi
2. Surveilens
3. Pendidikan dan Latihan
4. Penggunaan anti Mikroba
5. Pencegahan Infeksi

Gambar 2. Skema Program PPI

Gambar 3. Kewaspadaan Isolasi


 Pendidikan dan Latihan
 Diklat PPI kepada
 Seluruh staf (dokter, perawat, non medik)
 Mahasiswa, PPDS
 Sosialisasi PPI kepada
 Pasien, keluarga
 Pengunjung
 Masyarakat sekitar RS
Pencegahan infeksi, dilakukan dengan memutus mata rantai
penularan dan atau menghindari terjadinya resiko penularan penyakit
melalui kegiatan layanan perawatan pasien.
Surveilens : Melakukan Kegiatan Surveilans HAIs pada Infeksi Aliran
Darah Primer (IADP), Infeksi Saluran Kemih (ISK), Infeksi Pneumonia
(VAP), Infeksi Luka Operasi (ILO)
Penggunaan anti mikroba : Dilakukan Berdasarkan indikasi Profilaksis /
Teraupetik, Empirik / Definitif.

4. Penyehatan Lingkungan dan Ruang Bangunan RS


1) Bangunan Dan Ruangan Rumah Sakit
Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan
persyaratan ruang bangun yang bertujuan menciptakan pengaturan
yang nyaman, bersih dan sehat sehingga tidak memberikan dampak
negatif kepada pasien, pengunjung, dan tenaga kerja rumah sakit.
Kondisi ruangan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, situasi
bangunan dan penggunaan ruangan. Lantai harus kedap air, tidak
licin, dan mudah di bersihkan. Pembersihan harus menghindarkan
beterbangannya debu dengan cara pembersihan basah
menggunakan kain pel dan antiseptik. Kain pel harus disediakan
khusus, mana yang untuk ruang aseptik dan mana yang untuk
ruangan umum.
Angka kuman kebersihan lantai yang masih bisa diterima
adalah 0-5 mikroorganisme per cm untuk lantai kamar operasi dan
5-10 mikroorganisme per cm untuk lantai bangsal.
Untuk menjaga kualitas udara ruangan digunakan aerosol
gliserin atau penyinaran dengan sinar ultra violet. Angka kuman di
udara yang masih bisa diterima di kamar operasi adalah 5-10
mikroorganisme per feet3 dan tidak boleh ada stafilococcus
hemolitikus, sedangkan untuk udara ruangan bangsal angka kuman
yang masih bisa diterima adalah 10-20 mikroorganisme per feet 3.
Jumlah tempat tidur jangan lebih dari empat bed per bangsal.
Basinet bayi memerlukan luas lantai 24-30 feet, sedangkan untuk
isolasi diperlukan luas lantai 40 feet per basinet.
Suhu dan kelembaban ruangan harus di usahakan sedemikian
sehingga terasa nyaman.

Ruang Suhu (00C) Kelembaban (%RH)


Kamar operasi 22-25 50-60
Kamar Pulih 24-25 50-60
Kamar bersalin 22-25 50-60
Kamar perawatan bayi 26-27 40-50
Kamar observasi bayi 26-27 40-50
Perawatan prematur 26-27 50-60
ICU 26-27 50-60
Ruang rawat 22-27 50-60

Table 1. Suhu dan Kelembaban

2) Penerangan
Semua ruangan harus diberi penerangan. Ruangan perawatan harus
ada penerangan umum dan penerangan khusus untuk individu. Sakelar
untuk penerangan umum diletakkan didekat pintu masuk sedangkan
sakelar untuk individu di letakkan didekat tempat tidur pasien dan mudah
dijangkau.
Ruang Pencahayaan (Lux)
Ruang rawat 100-200
Ruang rawat saat tidur 50
Ruang operasi 300-500
Ruang endoskopi 300-500
Ruang rontgen 75-100
Koridor Minimal 60
Tangga Minimal 100
Kantor Minimal 100
Gudang Minimal 100
Ruang farmasi Minimal 200
Dapur Minimal 200
Ruang cuci Minimal 200
Toilet Minimal 100
Kamar isolasi tetanus 0,1-0,5 warna biru

Table 2. Pencahayaan

5) Kebisingan
Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45 dBA, diruang
poliklinik maksimum 80 dBA, laboratorium maksimum 68 dBA, ruang cuci
dapur maksimum 78 dBA.

6) Penyediaan Air Bersih


Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memerlukan air bersih.
Air ini bisa didapat daria air PAM. Apabila PDAM tidak dapat memasok air
cukup untuk rumah sakit maka bisa diambil dari air tanah. Air tanah lebih
mudah mengolahnya menjadi air yang memenuhi persyaratan
dibandingkan dengan apabilarumah sakit harus menggunakan air
permukaan.
Kualitas dan kuantitas air yang dibutuhkan rumah sakit harus terjamin
sesuai dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun
1990. Kadang-kadang rumah sakit masih harus melakukan pengolahan
tambahan terhadap air bersih yang tersedia untuk keperluan khusus,
misalnya untuk mesin hemodialisa. Menurut perhitungan rumah sakit
setiap harinya membutuhkan minimal 500 liter per tempat tidur. Semakin
besar jumlah tempat tidur,semakin rendah proporsi kebutuhan air per
tempat tidur. Menurut perhitungan dirumah sakit setiap harinya
membutuhkan air sebanyak 220-300 liter per tempat tidur,untuk rumah
sakit tertentu bisa mencapai 500 liter per tempat tidur.

Air panas untuk badkuip jangan melebihi suhu 40 0C, apabila yang
tersedia melebihi 400C maka harus ada kran pencampur air dingin.Air
panas yang tersedia jangan melebihi 60 0C.Kebutuhan air dikamar
cuci(laundry) sebanyak 40 liter/kg cucian, 60% dari jumlah ini berupa air
panas.

7) Pengawasan Kualitas Air Dirumah Sakit

Kualitas air dirumah sakit harus selalu dipantau secara terus menerus
agar persediaan air bersih tetap aman.Penurunan kualitas air akan
mengganggu dsan membahayakan kesehatan.

Harus dilakuakn perlindungan terhadap air mulai dari masuknya air


PDAM ke recervoir sampai ke tempat keluarnya air di kran dimana air
diambil. Kegiatan pokok pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut :

 Inspeksi sanitasi, dimulai dengan pembuatan peta jaringan distribusi


air,melakukan pengamatan dimana kira-kira tempat rawan yang
mungkin akan terjadi kontaminasi,menentukan ditempat mana saja
akan dilakukan pengambilan sampel dan berapa kali frekuensi
pengambilan sampel.
 Pemeriksaan sampel air, bisa dilakuakan di labor rumah sakit atau di
BLK (Balai Laboratorium Kesehatan )
8) Limbah Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1994 tentang pengolahan
limbah bahan berbahaya dan beracun menetapkan bahwa limbah hasil
kegiatan rumah sakit dan laboratoriumnya termasuk dalam daftar limah
B3 dari sumber yang speseifik dengan kode limbah D227.
Uraian limbahnya adalah antibiotik kadaluarsa, perelatan medik yang
terkontaminasi,limbah infeksi dan kemasan obat-obatan
.
9) Limbah Medik

Limbah medis atau libah klinis dalah limbah yang berasal dari
pelayanan medis, perawatan, farmasi, laboratorium, radiografi, penelitian.
Limbah ini bersifat membahayakan dan perlu dilakukan pengamanan
terhadapnya.Limbah ini dapat digolong-golongkan menjadi :
1. Limbah benda tajam bisa berupa jarum,pipet,pecahan kaca,pisau
bedah.Kesemuanya adalah berbahaya mempunyai potensi
menularkan penyakit.
2. Limbah infeksius dihasilkan oleh laboratorium,kamar isolasi,kamar
perawatan,sangat berbahaya bisa menularkan penyakit.
3. Limbah jaringan tubuh berupa darah, anggota badan hasil
amputasi,cairan tubuh,plasenta.Plasenta sering diminta keluarga
pasien untuk dibawa pulang.
4. Limbah farmasi berupa obat atau bahan-bahan yang telah
kadaluarsa,obat yang terkontaminasi ,obat yang dikembalikan oleh
pasien atau tidak digunakan.
5. Limbah kimia ada yang berbahaya dan tidak
6. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotop.
10) Pembuangan Air Limbah
Untuk bisa yakin bahwa limbah yang dikeluarkan tidak
mengandung mikroorganisme berbahaya dan agar efisiensi biaya
sebaiknya limbah yang bisa disterilkan terlebih dahulu dicampur dengan
air limbah lain.Misalnya bahan-bahan pemeriksaan yang mengandung
kuman TB atau kuman polio disterilkan dengan otoklaf kemudian baru
masuk ke dalam septic tank.
11) Pembuangan Sampah Padat
Rumah sakit mengahasilkan sampah medis dan sampah non medis.
Untuk usaha pengelolaannya terlebih dahulu ditentukan jumlah sampah
yang dihasilkan setiap harinya.
Ada rumus untuk menghitung jumlah sampah yang dihasilkan suatu
rumah sakit sebagai berikut :

Y = 6,7 – 0,0057A + 0,085B + 0,0051C + 0,0015D + 0,10E + 1,6F


+ 0,00028G

Table 3. Rumus Menghitung Jumlah Sampah

Y = Jumlah sampah per hari per pasien dalam ton

A = Kapasitas tempat tidur termasuk box bayi

C = Jumlah siswa

D = Jumlah siswa yang di tinggal di rumah sakit

E = Junlah pasien rawat jalan pertahun dalam ribuan

F = angka 1 untuk rumah sakit kelas A dan angka 0 untuk kelas B

G = Jumlah pasien bedaqh per tahun

12) Pemisahan Limbah


Untuk memudahkan pengelolahan limbah maka limbah dipilah-pilah
untuk dipisahkan. Untuk memisahkan sampah ini digunakan kantongan
berwarna.
 Kantong hitam untuk limbah non medis.
 Kantong kuning untuk semua jenis yang akan dibakar.
 Kantong kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang dibakar
atau ditanam.
 Kantong biru muda dengan strip biru tua untuk limbah yang akan
diotoklaf sebelum dibuang.

Untuk sampah yang berbahaya digunakan kantong dan container


standar, yaitu untuk :

 Sampah infeksius berupa kantong berwarna kuning dengan simbol


biohaard warna hitam.
 Sampah sitotosik berupa kantong berwarna ungu dengan simbol
berbentuksel sedang dalam telofase.
 Sampah radioaaktif berupa kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif warna kuning.
13) Penampungan Sampah
Sampah untuk sementara (beberapa jam) ditampung di tempat
sampah. Tempat sampah ini harus tidak mudah berkarat, kedap air,
bertutup, mudah diangkut, mudah dikosongkan, mudah dibersihkan.
Untuk memudahkan pengosongan akan lebih baik bila digunakan kantong
plastik dalam tempat sampah. Sebaiknya sampah berupa benda tajam
dipisahkan agar tidak melukai plastik. Setiap radius 20 meter harus
tersedia satu tempat sampah.
14) Pengangkutan Sampah
Sampah diangkut dari tempat sampah sementara ke penampungan
atau ke tempat pemusnahan sampah. Yang perlu diingat dalam
pengangkutan smapah adalah adanya kemungkinan tercecer. Harus
diusahakan agar bahan-bahan yang barbahaya tidak mencemari jalan
yang ditempuh ke pembuangan.
15) Perlakuan Sebelum Sampah Dibuang
Ada sampah yang bisa didaur ulang, misalnya perak nitrat
pembuangan cairan pencuci flm bisa diambil peraknya. Limbah infeksius
sering disterilkan dengan otoklaf. Untuk indikator pemanasan bisa dengan
pita otoklaf yang berubah warnanya bila panas yang dimaksudkan
tercapai. Diberikannya desinfektan.

16) Insinerator
Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat kering
maupun yang basah. Gas yang dipancarkan oleh sproeier bisa mencapai
suhu 700C. Bahan (sampah) yang dibakar menghasilkan panas yang ikut
mempertahankan panas yang ada.
17) Serangga
Manajemen rumah sakit harus mengusahakan agar di sekitar rumah
sakit tidak ada tempat perindukan untuk segala macam serangga baik
untuk nyamuk, lalat, maupun kecoa. Untuk mengatasi lalat dari luar,
untuk pintu dapur bisa digunakan tabir angin atau wind screen, bisa juga
dengan mempergunakan pintu kawat kasa. Untuk mengurangi datangnya
kecoa hindari adanya ceceran makanan, kalaupun masih ada kecoa bisa
disemprot dengan insektisida malathion, fenitrothion, lorsban dilarutkan
dalam air dengan konsentrasi 0.5-1%. Pembasmian nyamuk dengan
fogging malathion, fenitrothion, lorsban dengan konsentrasi 2.0-2.5%.
18) Tikus
Agar diusahakan tidak ada tempat untuk bersarangnya tikus dirumah
sakit. Tempat yang disukai tikus untuk bersarang adlah lubang di dinding
atau di lantai, tumpukan sampah dan barang bekas. Tikus tidak suka
berkeliaran di tempat yang bersih oleh karena tidak ada makanan yang
dicarinya. Jangan sampai ada penumpukan sisa makanan oleh karena ini
akan menjadi tempat tikus berkumpul. Pestisida yang disarankan adalah
pestisida jenis anti koagulan seperti warfarin, fumarin, dan pivol. Bisa
jugadgunakan perangkap tikus dan lem tikus.
Untuk mengusir tikus bisa juga digunakan alat listrik penimbul bunyi
dengan frekuensi tinggi.
19) Kucing
Kucing sering berdatangan ke rumah sakit, berkembang biak hingga
menyebabkan bau kotoran kucing dan sering mencuri makanan untuk
pasien. Tempat sampah yang tidak ada tutupnya sering diporak-
porandakan kucing. Cara mengatasinya dengan membuangnya jauh-jauh
dari rumah sakit.
20) Pemantauan dan Pengendalian Lingkungan RS melalui Sanitasi
Makanan dan Minuman di RS

Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan


1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan
pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampelminuman.
2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman
E.Coli.
3. Makanan ayng mudah membususk disimpan dalam suhu panas lebih
dari 65,5° atau dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan
yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5° C sampai -1° C.
4. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10° C.
5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :

Jenis Bahan Digunakan untuk


Makanan

3 hari 1 minggu 1 minggu


atau atau kurang atau lebih
kurang

Ikan, udang, dan -5° C -10° C sampai Kurang dari


olahannya sampai 0° C -5° C -10° C

Telur, susu, dan 5° C sampai -5° C sampai Kurang dari


olahannya 7° C 0° C -5° C

Sayur, buah, dan 10° C 10° C 10° C10° C


minuman

Tepung dan biji 25° C 25° C 25° C


Table 4. Suhu Penyimpanan Jenis Bahan Makanan

6. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.


7. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai,
dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
8. Penjamah makanan harus sehat, hygiene perorangan diterapkan
dengan baik dan memiliki sertifikat pelatihan bidan HSM

Gambar 5: Cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah


mengolah makanan
Tata Cara Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Makanan, menerapkan GMP atau
CPPB ( Cara penanganan Pangan yang Baik) pada tahap :
1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi
2. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan
3. Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
4. Pengolahan makanan, perhatikan unsur alat, bahan , tenaga, dan
tempat
5. Pengangkutan makanan
6. Penyajian makanan

Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman


Pengawasan dilakukan secara :
a. Internal
1) Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas
penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah sakit.
2) Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan
sampel makanan dan minuman meliputi bahan makanan
danminuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap
santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap
duburpenjamah.
3) Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel
minuman berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran,daging,
ikan laut.
4) Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan
minimal 2 (dua) kali dalam setahun.
5) Bila terjadi keracunan makanan dan minuman d irumah sakit
maka petugas sanitasi harus mengambil sampel makanan
danminuman untuk diperiksakan ke laboratorium.
b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau
mendadak untuk menilai kualitas.

Anda mungkin juga menyukai