Dosen Pembimbing :
1. Kuat Prabowo, SKM. M.Kes.
2. Agus Riyanto, SKM. M.K.M.
3. Drs Pangestu, M.Kes
Disusun oleh :
Kelompok 1
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga laporan
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 17 September
2022
Kelompok 1
ii
Daftar Isi
Halaman Judul..............................................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
2.1 Intervensi Teknis Pada Media Air...............................................................5
2.2 Intervensi Teknis Pada Media Udara...........................................................6
2.3 Intervensi Teknis Pada Media Tanah dan Pengelolaan Sampah..................8
2.4 Intervensi Teknis Pada Media Pengamanan Makanan dan Minuman.........10
2.5 Intervensi Teknis Pada Media Pengendalian Vektor Penyakit....................11
2.6 Intervensi Sosial Penyehatan Pemukiman...................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui intervensi teknis pada media air.
2. Untuk mengetahui intervensi teknis pada media udara.
3. Untuk mengetahui intervensi teknis pada media tanah dan pengelolaan sampah.
4. Untuk mengetahui intervensi teknis pada media makanan dan minuman.
5. Untuk mengetahui intervensi teknis pada media vector penyakit.
6. Untuk mengetahui intervensi social penyehatan permukiman.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang
dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut di atas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan
berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga
merupakan arahan tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh
setiap program kerja pengendalian pencemaran air. Salah satu upaya pemerintah dalam
5
pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Ada 2
usaha penanggulangan yaitu:
b) Instalansi pengolahan air bersih, instalansi pengolahan air limbah, yang dioperasikan
dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar
c) Dari segi kebijakan atau peraturan pun mengenai pencemaran air ini telah ada.
d) Bila ingin benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan hukumnya
harus dilaksanakan pula.
Kualitas udara ambiens di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun baik oleh alam atau aktivitas manusia dan memenuhi persyaratan baku mutu udara
yang berlaku dengan perhatian khusus terhadap parameter parameter sebagai berikut:
a) Tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-55 dbA
b) Gas berbau (H2S dan NH3) secara biologis tidak terdeteksi
c) Partikel debu diameter <10 lig tidak melebihi 150 gg/m3
d) Gas SO tidak melebihi 0,10 ppm
e) Debu terendap tidak melebihi 350 mm3/m2/hari
6
b) Kualitas kimia, terdiri dari parameter: Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida
(NO2), Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Timbal (Plumbum=Pb),
asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS), Asbes, Formaldehid (HCHO),
Volatile Organic Compound (VOC).
Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain,
bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk
furnitur serta interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah
(ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehida, debu, dan kelembaban yang
berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti
dalam hal penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relatif
murah seperti batubara dan biomassa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu
pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia
pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan yang
dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama.
Pencemaran udara dalam ruang rumah, khususnya di daerah perdesaan pada negara-
negara berkembang, antara lain dikarenakan penggunaan bahan bakar padat sebagai energi
untuk memasak dengan tungku sederhana/kompor tradisional. Bahan bakar tersebut
menghasilkan polutan dalam konsentrasi tinggi dikarenakan terjadi proses pembakaran yang
tidak sempurna. Keadaan tersebut akan memperburuk kualitas udara dalam ruang rumah
apabila kondisi rumah tidak memenuhi syarat fisik, seperti ventilasi yang kurang memadai,
serta tidak adanya cerobong asap di dapur.
Gangguan kesehatan akibat pencemaran udara dalam ruang rumah sebagian besar
terjadi di perumahan yang cenderung menggunakan energi untuk memasak dengan energi
biomassa. Dalam upaya melindungi kesehatan masyarakat dari pencemar udara dalam ruang
rumah, maka diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang dapat memberikan
acuan dalam pengendalian pencemaran udara dalam ruang rumah.
Pengawasan dan pemantauan terhadap kualitas udara dalam ruang rumah dilaksanakan
oleh petugas kesehatan lingkungan di puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/ kota.
Pengawasan tersebut diarahkan untuk meningkatkan upaya penyehatan udara dalam ruang
rumah oleh masyarakat. Maka, langkah intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
7
1. Penyuluhan
4. Pemberian stimulan
Pendampingan kepada
8.
masyarakat
9. Fasilitas sarana/teknis
Limbah domestic, yang sangat banyak penanggulangan sampah ini yaitu dengan cara
memisahkan antara sampah organik atau sampah yang dapat atau mudah terurai oleh tanah,
dan sampah anorganik atau sampah yang akan terurai tanah tetapi membutuhkan waktu yang
sangat panjang untuk terurai oleh tanah. Sampah organik yang mudah terurai oleh tanah,
misalnya dijadikan bahan urukan, ke-mudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat
permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi, dibuat kompos dan khusus kotoran hewan dapat
8
dibuat biogas dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme. Cara penanganan yang terbaik dengan mendaur ulang sampahsampah
menjadi barang-barang yang mungkin bisa dipakai.
(TPS 3R) merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala komunal atau
kawasan, dengan melibatkan peran aktif pemerintah dan masyarakat, melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat, termasuk untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan/atau yang
tinggal di permukiman yang padat dan kumuh. Penanganan sampah dengan pendekatan
infrastruktur TPS 3R lebih menekankan kepada cara pengurangan, pemanfaatan dan
pengolahan sejak dari sumbernya pada skala komunal (area permukiman, area komersial,
area perkantoran, area pendidikan, area wisata, dan lainlain).
Konsep utama pengolahan sampah pada TPS 3R adalah untuk mengurangi kuantitas
dan/atau memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah secara lebih lanjut di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. TPS 3R diharapkan berperan dalam menjamin kebutuhan
lahan yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan. Hal ini sejalan
dengan kebijakan nasional, untuk meletakkan TPA sampah pada hirarki terbawah, sehingga
meminimasi residu saja untuk diurug dalam TPA sampah. Sesuai dengan target dari
PeraturanPresiden Nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan dan Staregi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan sampah Sejenis Rumah Tangga Tahun 2017-2025
9
sumber sampah, sebelum dikumpulkan atau diangkut melalui sistem kota/kabupaten ke TPS
3R, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berbasis institusi atau TPA sampah.
10
Contoh Identifikasi Permasalahan yaitu masih banyak sekali keluarga yang belum
paham tentang pentingnya hygiene sanitasi makanan dan minuman, sehingga pada
saat pengolahan makanan dan minuman dilakukan dengan asal.
d. Intervensi (social): dilakukan penyuluhan dan praktek tentang hygiene sanitasi
pengolahan makanan dan minuman, karena dengan diterapkannya hal tersebut mampu
meningkatkan status gizi masyarakat.
e. Intervensi (teknis): mencuci tangan sebelum melakukan pengolahan makanan dan
minuman, memakai sarung tangan, harus melakukan pengolahan makanan di tempat
yang bersih dan sesuai.
f. Intervensi (administrasi): Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1096 tahun 2019
tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga mengenai Pengolahan Makanan harus
menggunakan APD (Apron, sarung tangan, masker, penutup kepala), tempat
pengolahan juga harus bersih dan terhindar dari gangguan vector.
11
Intervensi (social): dilakukan penyuluhan dan diberikan pengetahuan mengenai
bagaimana membuang dan mengelola sampah yang baik dan benar di dalam
rumah agar tidak mengundang vector dan penyakit.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunia yang digunakan untuk ber-lindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup
lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Oleh karena itu keberadaan rumah
yanh schat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik.
Rumah terdiri dari ruangan, halaman dan area sekelilingnya. Perumahan terdiri dari
rumah-rumah atau kelompok rumah baik kelompok rumah dalam satu bangunan seperti
rumah susun atau kondominium kelompok kebijakan rumah dalam satu kawasan atau
wilayah tertentu dimana lokasi kualitas surana dan prasarana kesehatan lingkungan
merupakan salah satu faktor penentu dalam terwujudnya kesehatan masyarakat di Perumahan
tersebut.
1. Aspek Teknis
12
Aspek teknis sanitasi permukiman meliputi: (1) kelompok komponen rumah,
langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang
tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, pencahayaan; (2) kelompok sarana
sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan
air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
2. Aspek Sosial
Dengan adanya berbagai aspek dan metode pengawasan dan pemantauan yang
ada maka ada suatu intervensi dengan cara pengukuran atau pemeriksaan dan jenis
alat dan fungsinya secara teknis maupun sosial, Terdiri dari :
1. Teknis
Kelembaban udara
Pencahayaan
Debu
Kebisingan
Kepadatan lalat
Tikus
Luas ruangan,
Ventilasi;
Panas temperatur
13
Pengamatan pembuangan sampah.
2. Sosial
Dari kesimpulan diatas adalah sebuah intervensi dari aspek sosial penyehatan
yaitu dengan instrumen – instrumen yang ada dan dengan acuan keputusan peraturan
menteri kesehatan yang dimana akan terlihat seorang kesehatan lingkungan harus
melakukan aspek teknis dengan pengukuran yang dimana Ruang lingkup sanitasi
pemukiman adalah meliputi; penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah, penyehatan udara, pencahayaan, ventilasi, kebisingan,
konstruksi, pemberantasan vector penyakit, sarana dan prasarana lingkungan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunia yang digunakan untuk ber-lindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup
lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Oleh karena itu keberadaan rumah
yanh schat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik. intervensi dari aspek sosial penyehatan yaitu dengan instrumen–
instrumen yang ada dan dengan acuan keputusan peraturan menteri kesehatan yang dimana
akan terlihat seorang kesehatan lingkungan harus melakukan aspek teknis dengan pengukuran
yang dimana Ruang lingkup sanitasi pemukiman adalah meliputi; penyediaan air bersih,
pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, penyehatan udara, pencahayaan,
ventilasi, kebisingan, konstruksi, pemberantasan vector penyakit, sarana dan prasarana
lingkungan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1096 tahun 2019 tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
Wardana, W.A, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset Yogyakarta, Jakarta
16