Anda di halaman 1dari 34

PENGAWASAN PENGENDALIAN VEKTOR

PADA SANITASI TRANSPORTASI & MATRA

OLEH
SUSY ARIYANI A
Pengertian :
PerMenKes RI Nomor 50 tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan
Binatang Pembawa Penyakit Serta
Pengendaliannya, vektor adalah arthropoda
yang dapat menularkan, memindahkan dan/
atau menjadi sumber penular penyakit. Vektor
yang dimaksud seperti nyamuk, lalat, kecoa
dan serangga lainnya.
pengendalian adalah upaya untuk mengurangi
atau melenyapkan faktor risiko penyakit
dan/atau gangguan kesehatan.
Contoh : penyakit yang meluas dari vektor
pengganggu adalah nyamuk Anopheles
pembawa penyakit malaria, penyakit Demam
Berdarah dengue yang disebabkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
Pengendalian vektor terpadu (PVT) merupakan
pendekatan yang menggunakan kombinasi
beberapa metode pengendalian vektor yang
dilakukan berdasarkan azas keamanan,
rasionalitas, dan efektifitas pelaksanaannya
serta dengan mempertimbangkan kelestarian
keberhasilannya.
• Penyakit tular vektor merupakan penyakit
menular melalui vektor yaitu antara lain
malaria, demam berdarah, filariasis (kaki
gajah), chikungunya, dan Japanese
encephalitis (radang otak).
• kaitan dengan pengawasan vektor di
transportasi, pariwisata dan matra
• Nyamuk Aedes aegypti
• Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor
penular penyakit Demam Berdarah Dengue
yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan
termasuk masalah kesehatan di transportasi,
pariwisata dan matra.
• Nyamuk Aedes aegypti
• Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor
penular penyakit Demam Berdarah Dengue
yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan
termasuk masalah kesehatan di transportasi,
pariwisata dan matra.
GAMBAR METAMORFOSA nyamuk Aedes aegypti
• Kepadatan jentik akan dapat berakibat pula
larva yang mati karena berdesakan, jentik
dapat bertahan sampai 13 hari di tanah
lembab dan sering ditemukan pada tempat-
tempat yang berisi air jernih.
• Jentik juga dapat bertahan pada lingkungan
yang bersuasana asam sebesar 5,8 - 8,8pH,
alkalis/basa, serta mengandung kadar garam.
Pengendalian penyakit DBD yang tepat
adalah dengan cara melakukan
pemutusan rantai penularan yaitu
dengan pengendalian vektornya, karena
vaksin dan obat masih dalam proses
penelitian.
Perkembangbiakan vektor Aedes
beberapa faktor :
1. Perubahan iklim global,
2. Kemajuan teknologi transportasi,
3. Mobilitas penduduk,
4. Urbanisasi,
5. Infrastruktur penyediaan air bersih yang
kondusif untuk perkembangbiakan vektor
DBD
6. Perilaku masyarakat yang belum mendukung
upaya pengendalian.
• prinsipnya pengendalian penyakit Demam
Berdarah dengue adalah dengan cara
melakukan
• Penyuluhan
• Pemantauan jentik secara berkala
• Larvasida selektif
• Fogging
• Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 4 M PLUS
:
• MENGURAS : Menguras dan menyikat dinding
tempat penampungan air seperti : bak mandi dan
drum.
• MENUTUP : Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air seperti : drum, tempayan dan
lain-lain.
• MENGUBUR : Mengubur atau menimbun barang-
barang bekas serta mengumpulkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air dan
dibuang ke tempat pembuangan sementara
(TPS).
• PLUS CARA LAIN : Mengganti air vas bunga
seminggu sekali, mengeringkan air di alas pot
bunga, memperbaiki saluran air dan talang air
yang tidak lancar/rusak serta memasang kawat
kasa atau menggunakan obat anti nyamuk serta
menggunakan kelambu untuk menghindari dari
gigitan nyamuk.
• MEMANTAU : Memantau dan memeriksa
tempat-tempat penampungan air sebagai tempat
berkembangbiak nyamuk aedes aegpty seperti
bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga,
dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.
• Angka Bebas Jentik
• Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya,
yang dimaksud dengan Angka Bebas Jentik
(ABJ) adalah persentase rumah atau
bangunan yang bebas jentik, dihitung dengan
cara jumlah rumah yang tidak ditemukan
jentik dibagi dengan jumlah seluruh rumah
yang diperiksa dikali 100%.
• prinsipnya pengendalian penyakit Demam
Berdarah dengue adalah dengan cara
melakukan
• Penyuluhan
• Pemantauan jentik secara berkala
• Larvasida selektif
• Fogging
ABJ = jumlah rumah bangunan negatif/jentik x 100 %
Jumlah seluruh rumah diperiksa

Contoh : pengamatan dilakukan terhadap 100 rumah dan


bangunan, 6 rumah diantaranya positif jentik Aedes spp.
Maka ABJ dihitung sebagai berikut :
Diketahui :
Jumlah seluruh rumah yang diperiksa 100 rumah
Jumlah rumah yang positif jentik 6 Aedes spp , artinya
yang negatif 94 rumah.

ABJ = 94 x 100 % = 94 %
100

NILAI BAKU MUTU ANGKA BEBAS JENTIK ADALAH > 95


• Nyamuk Anopheles
• Siklus Hidup Nyamuk Anopheles sp.
• Anopheles mengalami metamorfosis
sempurna yaitu stadium telur, larva,
kepompong, dan dewasa yang berlangsung
selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi ke dalam
2 (dua) perbedaan habitatnya yaitu
lingkungan air (aquatik) dan di daratan
(terrestrial).
• Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan
50-200 telur satu persatu di dalam air atau
bergerombol tetapi saling lepas.
• Telur Anopheles mempunyai alat pengapung,
dari telur sampai menjadi larva dibutuhkan
waktu selama 2 sampai 3 hari, atau 2 sampai 3
minggu pada iklim-iklim lebih dingin.
• Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu,
nutrisi, dan ada tidaknya binatang predator
yang berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari
bergantung pada suhu. Kepompong (pupa)
merupakan stadium terakhir di lingkungan
aquatik dan tidak memerlukan makanan.
Perilaku Nyamuk Anopheles sp
Berdasarkan obyek yang digigit (hospes),
nyamuk dibedakan menjadi antrofilik, zoofilik,
dan indiscriminate biter.
Nyamuk antrofilik adalah nyamuk yang lebih
suka menghisap darah manusia, dan
dikategorikan zoofilik apabila nyamuk lebih suka
menghisap darah hewan.
Nyamuk menghisap darah tanpa kesukaan
tertentu terhadap hospes disebut indiscriminate
biter.
• berdasarkan objek yang digigit, berdasarkan
tempat menggigitnya nyamuk juga dapat
dibedakan menjadi eksofagik dan endofagik.
• eksofagik apabila nyamuk lebih suka
menggigit di luar rumah
• endofagik apabila nyamuk lebih suka
menggigit di dalam rumah
Tempat Perindukan Larva Vektor Malaria
• Tempat perindukan larva nyamuk atau Habitat
nyamuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu habitat air
mengalir dan habitat air menggenang.
• Jenis Anopheles sp. yang hidup dalam habitat seperti
ini antara lain: Anopheles palmatus, Anopheles
barbumbrosus, Anopheles vagus, Anopheles hunteri,
Anopheles barbirostris, Anopheles sinensis,
Anopheles nigerrimus, Anopheles sundaicus,
Anopheles subpictus, dan Anopheles maculates.
• habitat air menggenang dibagi dalam tiga
kategori, yaitu:
• 1) Habitat air tanah,
• 2) Habitat air bawah permukaan tanah, dan
• 3) habitat kontainer.
Anopheles sp. hanya ditemukan pada habitat air
tanah dan habitat air bawah permukaan tanah,
• Pengendalian
• Beberapa upaya pengendalian yang dapat
dilakukan dengan cara pengurangan jumlah
dan luasnya temmpat perindukan potensial
dan tempat beristirahat nyamuk Anopheles ,
dengan melakukan pengelolaan lingkungan
yang dapat berupa manipulasi/modifikasi
lingkungan dan sanitasi lingkungan.
• Manipulasi/modifikasi lingkungan adalah mengubah
lingkungan agar tidak cocok bagi berkembangbiaknya
nyamuk Anopheles, diantaranya adalah :
– Pembuatan saluran/kanal untuk mencegah terjadinya air
payau, biasanya dilakukan pada vektor di daerah pantai.
– Pembedahan bendungan pasir lagun, keberhasilannya
tidak permanen karena pasir pantai cepat menutup
kembali.
– Pengurangan/penimbunan/reklamasi tempat perindukan
– Mengubah tempat perindukan menjadi kolam dengan
pinggiran yang vertikal.
– Pengglontoran parit di daerah pegunungan khusus untuk
An maculatus.
– Reboisasi hutan lindung dan hutan bakau.
Sanitasi lingkungan adalah mengelola lingkungan
agar tidak cocok bagi nyamuk Anopheles
bersarang/bertelur. Jenis kegiatannya adalah
sebagai berikut :
• Membersihkan lumut di kolam, lagun, dan
genangan air payau di daerah pantai.
• Membersihkan semak – semak ditebing sungai,
tempat istirahat vektor An. Maculatus
• Penebaran ikan pemakan jentik
• Pola tanam padi-padi palawija dan pola tanam
serempak.
• Pola tambak bersih, pembersihan tambak ikan.
• Pengaturan pola ternak yang sehat.
Tugas
1. Pengawasan Lalat pada Sanitasi Transportasi,
pariwisata dan Matra,
- siklus hidup lalat dan jenis lalat
- Perilaku hidup lalat dan habitat
- Pengendalian lalat menghilangkan
tempat perkembanbiakan lalat dan
menghilangkan sumber yng menarik bagi lalat
• Indeks Populasi Lalat
• Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya
kecoa
2. Pengawasan Kecoa pada Sanitasi Transportasi,
pariwisata dan Matra,
- siklus hidup kecoa dan jenis –jenis kecoa
- Perilaku hidup kecoa dan habitat
- Pengendalian kecoa menghilangkan tempat
perkembanbiakan kecoa dan menghilangkan sumber yang
menarik bagi kecoa
• Indeks Polpulasi Kecoak
• Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 50
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor
dan Binatang Pembawa Penyakit Serta
Pengendaliannya
Pengawasan Tikus
3. Pengawasan Tikus pada Sanitasi Transportasi,
pariwisata dan Matra,
- siklus hidup Tikus dan jenis-jenis tikus
- Perilaku hidup Tikus dan habitat
- Pengendalian Tikus menghilangkan
tempat perkembanbiakan Tikus dan
menghilangkan sumber yang menarik bagi Tikus
• Success Trap
• Berdasarkan Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 50 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Anda mungkin juga menyukai