Dosen :
Yulianto, BE, S.Pd, M. Kes
Dr. Djamaluddin Ramlan, SKM, M.Kes
NAMA : ......................................................
......................................................
A. TUJUAN
Membuat audiogram hasil pemeriksaan audiometri tenaga kerja dengan
memberikan nada murni pada hantaran udara baik dalam pemeriksaan awal maupun
pemeriksaan berkala.
B. STANDAR ACUAN
C. DASAR TEORI
Dalam evaluasi program konservasi pendengaran di tempat kerja dilakukan
pemeriksaan audiometri dengan standar minimal yaitu memberikan nada murni pada
hantaran udara. Pemantauan audiometri dilakukan dengan memberikan nada murni
frekwensi tertentu pada hantaran udara sehingga dapat ditentukan tingkat suara
terendah yang masih dapat terdengar (tingkat ambang dengar).
Pengukuran pada hantaran udara berupa pemberian nada murni ke liang telinga
luar, kemudian nada tersebut berjalan melalui telinga tengah ke telinga dalam. Sedangkan
pengukuran nada hantaran tulang berupa penempatan vibrator nada murni di prosesus
mastoid (bagian dari tulang kepala di belakang telinga). Signal nada tersebut kemudian
menggetarkan tulang temporal, dalam hal ini nada tidak mengikuti aliran hantaran udara
tetapi merangsang telinga dalam secara langsung melalui hantaran tulang.
Manfaat pemeriksaan audiometri monitoring :
Tingkat intensitas suara minimum yan dapat didengar oleh telinga orang muda
sehat adalah 20 mikropaskal, hal ini dikenal sebagai tingkat akustik 0 dB. Pada audiometri
digunakan tingkat referensi lain yang dikenal sebagai tingkat ambang dengar 0 dB. Pada
frekuensi ± 3000 Hz, tingkat ambang dengar lebih tinggi 10 dB di atas tingkat akustik. Hasil
pemeriksaan normal berada dalam kisaran ≤ 25 dB pada seluruh frekwensi. Bila terdapat
kecenderungan hasil pemeriksaan melebihi 25 dB terutama pada frekwensi 500 atau 1000
Hz, kemungkinan terdapat perbedaan latar belakang kebisingan ruang pemeriksaan yang
terlalu bising. Bila terdapat perbedaan > 40 dB antara telinga kanan dan kiri, maka
dilakukan prosedur masking untuk menentukan tingkat ambang dengar sebenarnya.
Audiogram orang yang menderita tuli akibat bising awal menunjukkan tingkat
ambang dengar normal pada frekwensi 500 - 2000 Hz dan penurunan tingkat ambang
dengar pada frekwensi 3000 - 6000 Hz dengan puncaknya pada frekwensi 4000 Hz,
kemudian kembali membaik pada frekwensi 8000 Hz. Frekwensi rendah menunujkkan
kuatnya pembicaraan dan frekwensi tinggi memberikan kejelasan pembicaraan. Pada tuli
akibat mereka tidak bermasalah dengan adanya kerasnya suara tetapi mereka tak dapat
mendengar kejelasan pembicaraan khususnya konsonan t, k dan p.
D. PERALATAN DAN BAHAN
E. PROSEDUR KERJA
1. Persiapan tenaga kerja yang akan diperiksa:
a. Hindari paparan bising (termasuk musik) selama 16 jam sebelum dilakukan
pemeriksaan.
b. Lakukan pemeriksaan telinga luar apakah ada sumbatan (contoh: serumen). Bila
terdapat sumbatan harus dibersihkan terlebih dahulu (konsultasikan ke dokter
THT).
d. Duduk dalam ruangan kedap suara (≤ 40 dB) atau duduk dalam ruangan tenang (≤
40 dB) menghadap kearah yang berlawanan dengan operator.
e. Orang yang akan diperiksa harus bebas dari paparan bising (belum terpapar,
sebelum masuk ruang bising) minimal 16 jam untuk menghindari adanya
Temporary Threshold Shift (TTS).
f. Lakukan pemeriksaan telinga luar apakah ada sumbatan (contoh: serumen). Bila
terdapat sumbatan harus dibersihkan terlebih dahulu (konsultasikan ke dokter
THT).
c. Pasang earphone dengan posisi merah pada telinga kanan dan biru pada telinga
kiri.
e. Bila orang yang diperiksa mendengar maka ia akan menekan tombol respon,
petunjuk lampu akan menyala.
g. Naikkan lagi intensitas suara dengan setiap kenaikan 5 dB sampai orang yang
diperiksa mendengar lagi. Berikan rangsangan pendek 3 kali bila respon hanya 1
kali maka naikan lagi 5 dB dan berikan rangsangan 3 kali. Bila telah didapatkan
respon yang tetap maka perpaduan antar penurunan dan penambahan
merupakan batas ambang dengar.
h. Catat ambang dengar tersebut dalam audiochart, untuk telinga kanan dengan
memberi tanda 0 warna merah, dan untuk telinga kiri dengan memberi tanda X
warna biru
i. Untuk frekuensi berikutnya yaitu 2000, 3000, 4000, 6000 dan 8000 Hz mulailah
pada tingkat 15 dB dibawah ambang dengar pada frekuensi 1000 Hz. Adalah 50
dB maka pada frekuensi berikutnya dimulai pada intensitas 30 atau 35 dB
j. Lakukan pengukuran untuk frekuensi diatas 1000 Hz dengan cara yang sama
ulangi pemeriksaaan pada frekuensi 1000 Hz dan terakhir pemeriksaaan 500 Hz.
2. TAHAP PELAKSANAAN
a. Berikan instruksi kepada orang yang diperiksa untuk memberikan respon dengan
menekan tombol respon atau mengangkat tangan setiap mendengar nada melalui
earphone
b. Tempatkan earphone sesuai dengan liang telinga (warna merah pada telinga
kanan dan wama biru pada telinga kiri)
f. Tekan tombol nada mulai dari 0 dB dan tingkatkan intensitas secara bertahap
dengan menekan / memutar tombol intensitas, lepaskan tombol nada bila
terdapat respon
i. Tingkatkan intensitas 5 dB lebih tinggi dan berikan nada pendek 3 (tiga) kali
j. Jika terdapat respon, ulangi prosedur diatas sehingga orang yang diperiksa
memberikan 2 respon dari 3 nada pendek yang diberikan
k. Turunkan intensitas 5 dB lebih rendah dan berikan nada pendek 3 (tiga) kali.
l. Tingkat intensitas terendah yang mernberikan 2 respon dari 3 rada pendek yang
diberikan diambil sebagai tingkat ambang dengar.
m. Catat tingkat ambang dengar pada audiagram dengan spidol (tanda lingkaran
merah untuk telinga kanan; tanda silang untuk telinga kiri).
n. Periksa tingkat ambang dengar pada frekuensi 2000, 3000 4000 dan 6000 Hz
dengan prosedur yang sama. Jika tidak harus dilakukan pemeriksaaan ulang.
p. Periksa tingkat ambang dengar pada frekuerisi 500 Hz dengan prosedur yang
sama.
4. INTERPRETASI AUDIOGRAM
d. Diharapkan semua test audiogram tenaga kerja berada pada batas normal artinva
tidak ada ambang dengar yang lebih dari 25 dB terutama pada frekuensi 500 dan
1000 Hz, jika ada kemungkinan background noise terlalu tinggi.
- untuk hantaran tulang, untuk telinga kanan tanda > dan untuk kiri tanda <
5. KRITERIA AUDIOGRAM
a. Untuk membuat data baseline (pre employment) diharapkan ambang dengar rata-
rata frekuensi percakapan tidak melebihi 25 dB.
F. PENILAIAN KECACATAN
1. Evaluasi Kecacatan pada NIHL
Dalam menghitung cacat akibat bising (NIHL) diperlukan audiogram nada murni
pada saat mulai bekerja di lingkungan bising dan audiogram yang terakhir. Bila
audiogram pada saat mulai bekerja pada lingkungan bising tidak ada, maka dianggap
ambang pendengaran yang dulu adalah 25 dB. Juga diperlukan umur pekerja untuk
koreksi terhadap penurunan akibat pertambahan umur (koreksi presbiacusis) dimana
tiap kenaikan 1 tahun setelah umur 40 tahun ambang pendengaran ditambah 0,5 dB.
Dengan catatan tidak lebih dari 12,5 dB.
Tuli sedang berat Pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang dengar rata-
rata antara 55 - 70 dB. Kesukaran mendengar suara
pembicaraan kalau tidak dengan suara keras.
Tuli sangat berat Ambang dengar 90 dB atau lebih. Sama sekali tidak
mendengar pembicaraan.
- Untuk dua telinga (binaural) yaitu monoaural yang baik dikalikan 5 ditambah
monoaural lainya dibagi 6.
G. PELAPORAN
1. Identifilkasi: meliputi identifikasi perusahaan, tenaga kerja, petugas, peralatan,
kondisi dan waktu pelaksanaan
4. Hasil Pengujian: beripa audiogram yang menunjukan tingkat ambang dengar tenaga
kcrja. Audiograni berkala digunakan untuk menilai efektifitas program koservasi
pendengaran (misalnya penggunaan alat pelindung telinga), Bila terdapat kelainan
pendengaran pada pemeriksaaan audiometri monitoring,sebaiknya tenaga kerja
dikonsultasikan ke dokter ahli THT untuk penatalaksanaan selanjutnya.
5. Interpretasi: Bila terdapat penurunan rerata daya dengar >10 dB pada frekwensi tinggi
atau > 15 dB pada salah situ frekwensi dibandingkan dengan data awal, maka
hal tersebut menunjukan adanya gangguan pendengaran akibat paparan bising. Pada
tenaga keja sebaiknya diberikan konsceling, evaluasi ulang penggunaan alat pelindung
telinga, dan pada kasus berat ditempatkan pada tempat kerja yang tidak bising.
H. Interprestasi Hasil
Dari hasil pengukuran ambang dengar yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti
yang tertera pada table. Lalu untuk menghitung Hearing Treshold Level masing – masing
orang, dilakukan penjumlahan dB pada hasil frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz,
setelah itu dibagi 4. Maka di dapatlah hasil HTL
Dari 13 orang yang diperiksa, terdapat 2 orang yang diduga mengalami tuli ringan,
akrena dari hasil HTL, nilai yang di dapat lebih dari 25 dB, yaitu :
I. Kesimpulan
Dari Praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahawa 11 orang memiliki
pendengaran normal dan 2 orang mengalami penurunan pendengaran dan dikategorikan
menderita tuli ringan. Dan, dari hasil pengukuran ambang dengar, di dapatkan grafik atau
audiogram untuk Caca seperti yang terlampir.
No. Telinga
250 500 1000 2000 3000 4000 6000 8000
Aris ( R ) 20 35 35 10 5 5 5 5
1.
Aris ( L ) 5 5 5 5 5 5 5 5
Caca ( R ) 10 5 5 5 5 5 5 5
2.
Caca ( L ) 5 5 5 10 5 5 5 5
Cantika (R) 15 15 30 15 5 5 5 5
3.
Cantika (L) 5 5 5 5 5 5 5 5
4. Berli ( R ) 20 15 25 5 10 15 5 10
Berli ( L ) 35 30 30 25 20 25 25 20
5. Raventi (R) 30 25 25 5 5 10 20 10
Raventi (L) 35 25 20 10 10 15 15 15
6. Lulu ( R ) 5 30 15 5 5 10 5 5
Lulu ( L ) 5 20 5 5 5 5 5 5
7. Sabrina (R) 15 5 5 5 10 5 5 5
Sabrina (L) 35 40 30 10 10 15 15 15
8. Chrisna (R) 40 15 15 5 20 15 5 5
Chrisna (L) 5 5 10 20 20 30 10 10
9. Feby ( R ) 20 10 10 5 5 5 5 5
Feby ( L ) 5 20 25 5 5 5 5 5
10. Firda ( R ) 25 25 20 25 10 20 5 5
Firda ( L ) 20 30 25 25 15 10 15 5
11. Alfi ( R ) 30 40 30 15 15 10 5 5
Alfi ( L ) 30 30 10 10 10 5 5 5
12. Ade ( R ) 15 30 10 10 10 5 5 5
Ade ( L ) 15 15 5 5 5 5 10 10
Kalisha ( L ) 20 40 30 15 5 10 10 20