Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Materi Praktek
PENGUKURAN INTENSITAS SUARA

Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.

Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................

PRODI D-III KESEHATAN LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PENGUKURAN INTENSITAS SUARA

A. ACARA : Pengukuran intensitas suara.

B. TUJUAN : Mengukur intensitas suara di tempat kerja

C. DASAR TEORI
Bising dalam Kesehatan Kerja diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor
intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki oleh yang
mendengarnya, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara musik dan
sebagainya, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Oleh karena kebisingan dapat membahayakan kesehatan maka diperlukan suatu
pengukuran intensitas suara agar keberadaan suara disuatu tempat dapat terkontrol
sehingga keberadaannya tidak membahayakan kesehatan.
Jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, dapat dibagi
atas :
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya
mesin, kipas angin, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga
relatif tetap akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada
frekuensi 500, 1000 dan 4000 Hz. Misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
3. Bising terputus-putus (intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus menerus,
melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di
lapangan terbang.
4. Bising impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
suara tembakan, suara ledakan mercon, suara meriam.
5. Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja terjadi secara
berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang mengganggu (irritating noise), intensitas tidak terlalu keras, misalnya
mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda
bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging / injurious noise), adalah bunyi yang
intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan
fungsi pendengaran.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau
ada yang menggolongkan gangguan berupa gangguan auditory misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.
Lebih rinci dapat digambarkan dampak bising terhadap kesehatan pekerja sebagai
berikut :
1. Gangguan Fisiologis, gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah,
peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama
pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis, gangguan ini dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Paparan jangka waktu lama dapat
menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner
dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi, gangguan komunikasi akibat bising dapat menyebabkan
terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi
pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan
tentunya dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja.
4. Gangguan Keseimbangan, yang mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala
pusing, mual dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan gangguan pendengaran dan bahkan ketulian.
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang
berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal
memahami pembicaraan. Secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena bising
itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai
berikut :
No Gradasi Parameter
1. Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6 m)
2. Sedang Kesulitan dalam percakan sehari-hari mulai jarak > 1,5 m
3. Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak
> 1,5 m
4. Berat Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak >
1,5 m
5. Sangat Berat Kesulitan dalam percakapan keras / berterial pada jarak <
1,5 m
6. Tuli Total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam
berkomunikasi
Tingkat cacat pendengaran juga dapat ditentukan dengan mengukur nilai
ambang dengar (Hearing Threshold Level = HTL), yaitu angka rata-rata penurunan
ambang dengan dengan dB pada frekuensi 500, 1000, 2000, 4000 Hz.
Penurunan nilai ambang dengar dilakukan pada kedua telinga.
No Tingkat Cacat Parameter
Pada pemeriksaan audiometri ambang dengar tidak
1. Telinga Normal melebihi 25 dB dan di dalam pembicaraan biasa tidak
ada kesukaran mendengar suara perlahan.
Pada pemeriksaan audiometri ambang dengar 25 - 40 dB
2. Tuli Ringan
dan terdapat kesukaran mendengar.
Pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang dengar
3. Tuli Sedang antara 40 – 55 dB Seringkali terdapat kesukaran untuk
mendengar pembicaraan biasa.
Tuli Sedang Pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang dengar
4.
Berat rata-rata antara 55 - 70 dB. Kesukaran mendengar suara
pembicaraan kalau tidak dengan suara keras.

Ambang dengar rata-rata antara 70 - 90 dB. Hanya dapat


5. Tuli Berat
mendengar suara yang sangat keras.
Tuli Sangat Ambang dengar 90 dB atau lebih. Sama sekali tidak
6.
Berat mendengar pembicaraan.

D. ALAT
Sound Level Meter (SLM).
Alat tulis

E. BAHAN
Suara pada tempat kerja.

F. PROSEDUR KERJA
1. Tentukan titik sampling yang jauh dari medan magnet / faktor lain yang
mengganggu.
2. Kalibrasi SLM dengan menggeser saklar function dan range ke cal sampai pada
display muncul 94 dB.
3. Pegang SLM dengan jarak 0,5 meter dari badan dan ketinggian 1,2 - 1,5 m dari
permukaan lantai.
4. Pengukuran intensitas bising di tempat kerja yang bertujuan untuk melakukan
pemantauan dilakukan pagi, siang dan sore.
5. Pengukuran intensitas bising di tempat kerja yang bertujuan untuk mengatahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja dilakukan sesuai dengan tempat dan jam
kerja (8 jam).
6. Pengukuran intensitas bising di lingkungan permukiman, dilakukan selama 24
jam.
7. Pembacaan intensitas bising dilakukan setiap 5 detik, kemudian dicatat pada
lembar kerja
8. Hitung bising sinambung setara dengan rumus :
Leq = 10 log [(Ti/Tn) x ∑ 10(Li/10) ]

a. Leq : tingkat kebisingan sinambung setara.


b. Leq(1) : kebisingan sinambung setara 1 menit.
c. Leq(10) : kebisingan sinambung setara 10 menit.
d. Ti : waktu pembacaan ( 5 detik ) dan,
e. Tn : total waktu (60 detik) dan,
f. Li : intensitas bising hasil pengukuran, dan
g. Leq(10) : Ti= 1 menit, Tn = 10 menit, Li = Leq(1).

G. NAB KEBISINGAN
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN BERDASAR PERMENAKER NO 0 TAHUN 2018
TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN KERJA

Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam dbA


8 85
4 88
Jam
2 91
1 94
30 97
15 100
7.5 103
Menit
3.75 106
1.88 109
0.94 112
28.12 Detik 115
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.22 136
0.11 139
Tidak boleh terpapar dengan intensitas lebih dari 140 dB walaupun sesaat.

H. HASIL
Blangko Hasil pengukuran Intensitas Suara

5 Pengukuran Menit Ke-


k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
e

1
121,6 121,6 121,5 120,7 120,2 120,1 120,7 121,1 121,3 120,4
2
120,7 121,5 121,5 120,2 120,6 120,8 121,4 120,4 121,2 121,4
3
121,6 121,1 121,5 121,2 121,6 121,7 121,5 120,7 120,8 121,5
4
121,6 121,4 121,5 121,5 121,5 121,6 120,9 121,8 120,5 121,4
5
121,2 121,6 121,5 122,0 121,9 121,1 120,6 121,1 120,9 121,1
6
121,6 121,5 121,6 122,2 120,7 121,4 120,8 121,2 121,3 121,3
7
121,0 121,5 121,4 121,8 121,0 121,5 121,1 120,8 121,4 121,5
8
121,5 121,6 121,5 121,5 121,5 121,7 121,4 120,7 121,6 121,5
9
120,5 121,3 121,7 121,1 121,6 121,4 121,3 120,9 121,7 121,6
10
121,4 121,6 120,9 120,9 120,7 121,1 120,9 121,0 121,0 121,2
11
121,2 121,3 120,4 121,5 122,6 121,3 120,5 120,6 121,1 121,1
12
121,5 121,4 121,0 120,6 122,5 121,5 121,6 120,9 121,6 120,7

Leq(
1)
121,22 121,45 121,34 121,30 121,42 121,28 121,07 120,94 121,21 121,23

Leq(
10) 121,26

I. INTERPRETASI
Pengukuran dilakukan pada wilayah kerja terbuka, yaitu jalanan tepat pada
lokasi depan kampus 7 pada lokasi tersebut terdapat lalu lalang kendaraan
yang didominasi kendaraan besar seperti truk dan bus. Pada wilayah kerja
tersebut potensi terkena paparan adalah pedagang pinggir jalan, tukang
becak, pengguna jalan (pejalan kaki), dll.
Pada pengukuran ini juga dilakukan dengan 10 titik pengukuran dan 12 kali
pembacaan dengan perhitungan per lima detik. Selector yang diatur pada
sound level meter ialah slow selector, karena sumber bunyi (kebisingan) di
wilayah kerja fluktuatif atau kadang bising kadang tidak.
Menurut Permenakertrans Nomor 13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas
kebisingan di wilayah kerja adalah 85 dBA untuk paparan 8 jam per hari atau
40 jam per minggu. Dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan 10 titik
pengukuran nilai kebisingan melebihi nilai ambang batas (85 dBA), maka
wilayah kerja tersebut tidak aman untuk dilakukan aktivitas tanpa ada
penanganan kebisingan ditempat kerja.

J. KESIMPULAN

1. Kebisingan seringkali terjadi ditempat kerja yang bias menimbulkan


gangguan kesehatan pada pekerja, diantaranya ialah ketulian yang akan
merambat pad produktivitas kerja
2. hasil pengukuran pada 10 titik pengukuran di wilayah kerja (ldepan pintu
masuk kampus 7) melebihi Nilai Ambang Batas
3. Dengan adanya hasil pengukuran yang melebihi Nilai Ambang Batas maka
wilayah kerja tersebut tidak aman untuk dilakukan aktivitas kerja tanpa ada
pengendalian atau pencegahan kebisingan
Purwokerto, ……………,20......

Pembimbing Praktikum Praktikan,

…………………………. ….…………………….
NIP.: NIM.:

Anda mungkin juga menyukai