DISUSUN OLEH
NIM. P1337433119010
2A
POLITEKNIK KESEHATAN
TAHUN 2020
PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH CAIR
A. DASAR TEORI
Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I
tentang prosedur impor limbah, menyatakan bahawa limbah adalah bahan/barang sisa
atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah
dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan. Pengertian limbah
menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi
menjadi empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah
suara. Artikel ini akan menjelaskan secara rinci masing-masing jenis limbah ini.
Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I
tentang prosedur impor limbah, menyatakan bahawa limbah adalah bahan/barang sisa
atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah
dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan. Pengertian limbah
menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi
menjadi empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah
suara. Artikel ini akan menjelaskan secara rinci masing-masing jenis limbah ini.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah
yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Pengertian
limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik
yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain
yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.
Untuk mengetahui limbah cair berdampak negatif atau tidak bagi lingkungan
perlu adanya pemeriksaan yang mengacu pada standar baku mutu. Sebelum
kepemeriksaan maka perlu dilakukan pengambilan sampel limbah cair sesuai
prosedur dan tujuannya.
B. TUJUAN
Mengetahui prosedur pengambilan sampel sesuai prosedur yang ditetapkan
pada SNI Air dan Air Limbah – Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah melalui
titik-titik pengambilan sampel.
Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Aseptiskan tangan
3. Botol sampel dibuka kemudian diisi air sampel sampai 2/3 volume botol
4. Aseptiskan mulut botol menggunakan bunsen
5. Tutup rapat botol
6. Beri label
7. Kemudian letakan pada ice box yang sudah diberi es
8. Bawa ke laboratorium
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tentukan titik pengambilan sampel
3. Mengambil sampel dengan tidak terjadi aerasi
4. Pastikan sampel yang diambil memenuhi volume botol sampel
5. Tutup rapat botol sampel
6. Beri label pada botol
7. Letakan sampel pada tas sampel
8. Bawa sampel ke laboratorium untuk diperiksa
1.) Dilakukan pada titik pada aliran bertubulensi tinggi agar terjadi
pencampuran denganbaik, yaitu pada titik dimana limbah mengalir pada
akhir proses produksi menuju keIPAL.
2.) Apabila tempat tidak memungkinkan untuk pengambilan contoh maka
dapat ditentukan lokasi lain yang dapat mewakili karakteristik air limbah.
D. KESIMPULAN
Pengambilan sampel limbah cair menyesuaikan tujuan dari pemeriksaannya.
Ada berbagai macam teknik pengambilan sampel limbah cair yaitu Grap Sampling,
Composit Sampling, Gabungan waktu, Gabungan tempat, dan Gabungan Tempat dan
Waktu. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan bioliogi menggunakan prinsip steril
dan perlakuannya selalu aseptis, sedangkan pengambilan sampel untuk pemeriksaan
kimia menggunakan prinsip tidak aerasi agar hasil pemeriksaan menunjukan data
yang representatif. Pengambilan sampel memperhatikan titik-titik lokasi pengambilan
sampel yang disesuaikan dengan tujuan pengambilan sampel.
PEMERIKSAAN KUALITAS LIMBAH CAIR PARAMETER FISIK
PEMERIKSAAN SUHU DAN TSS (Total Suspended Solid)
A. DASAR TEORI
Suhu adalah besaran yang menyatakan tingkatan panas suatu benda. Fluktuasi
suhu dalam air akan berpengaruh terhadap kehidupan di dalam air. Peningkatan dan
penurunan suhu dalam air dipengaruhi oleh derajat ketinggian tempat, komposisi
substrat, kekeruhan, curah hujan, angin, suhu limbah dan reaksi – reaksi kimia yang
terjadi dalam air. Kenaikan suhu sebesar 10oC dapat mengakibatkan ikan tertekan dan
laju metabolisme meningkat dua kali lipat. Suhu optimal beberapa jenis moluska
adalah 20oC, dan apabila melampaui batas tersebut akan mengakibatkan
berkurangnya aktivitas kehidupannya (Budiarsa, 2015).
Total Suspended Solid ( TSS ) adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,
ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga
nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan
ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh
adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik.
Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk
partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang
mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki
pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground
pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
B. TUJUAN
Mengetahui prosedur pengambilan sampel parameter fisik yaitu pada
pemeriksaaan kualitas suhu dan TSS.
Dengan pengertian
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (mL)
Catatan :
Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar diameter
kertas saring atau kurangi volume contoh uji.
Ukur volume contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg sampai
dengan 200 mg. Jika volume yang disaring tidak memenuhi hasil minimum,
perbesar volume contoh uji sampai 1000 mL.
D. HASIL
a.) Pengukuran Suhu
Data diambil dari hasil praktikum pengukuran suhu air pada Mata Kuliah
Pencemaran Lingkungan semester II.
E. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan pengukuran suhu yang dilakukan di kolam IPAL
Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang menghasilkan data besaran suhu pada
tempat tersebut sebesar 26 ̊ . Hal ini berarti suhu kolam IPAL tersebut menurut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010 tentang Tata
Laksana Pengendalian Pencemaran Air Menteri Negara Lingkungan Hidup masih
memenuhi syarat standar untuk suhu kolam pengendalian limbah air yaitu tidak lebih
dari 40 ̊ C (≤ 40 ̊ C). Sedangkan menurut PERMENKES RI No. 416 tahun 1990 untuk
batas maksimum suhu air apabila dikatakan bersih yaitu +3 ̊ C dari suhu udara sekitar.
Pada hasil pemeriksaan TSS yang diambil dari data sekunder hasil
pemeriksaan dari mahasiswa Fakultas Kesehatan Lingkungan .Universitas
Diponegoro pada tahun 2017 yang dilakukan pada limbah salah satu industri tahu di
Semarang didapatkan besaran TSS pada limbah tersebut sebesar 8000 mg/Lzat. Hal
ini berarti bahwa masa TSS pada 1 mg sampel limbah sebanyak 8000 mg/Lzat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-diponegoro/dasar-kesehatan-
lingkungan/practical/laporan-praktikum-tss/3288635/view
PEMERIKSAAN COD PADA SAMPEL LIMBAH CAIR
A. DASAR TEORI
Chemical Oxygen Dimand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) yaitu
jumlah oksigen (Mg O2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
ada dalam sampelair dimana pengoksidasian K2 Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen. Angka yang ditunjukan COD merupakan ukuran bagi pencemar air dari zat-
zat organik yang secara alamiah dapat mengoksidasi melalui proses mikroorganisme
dan dapat juga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.Tes COD
dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih. K2Cr2O7 yang
tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan beberapa oksigen yang
telah tersisa/terpakai. Sisa K2Cr2O7 ditentukan melaui titrasi dengan ferro amonium
sulfat (FAS). Indikator Feroin yang digunakan akkhir titrasi yaitu saat warna hijau-
biru larutan menjadi coklat.
B. TUJUAN
Untuk memahami prosedur pemeriksaan COD pada sampel limbah cair.
a.) Alat :
- Pipet gondok 1
- Sendok spatula 1
- Tabung reaksi tutup ulir 2
- Gelas beacker 1
- Gelas ukur
- Reaktor COD
- Labu erlenmeyer 100 ml 2
- Statif
- Buret asam
- Pipet tetes
- Corong kaca
b.) Bahan :
- Aquadest
- Sampel
- 3 ml H2SO4
- 1,00 ml Pro COD 0,25N
- FAS 0,1 N
- Indikator feroin
c.) Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Siapkan 2 tabung COD dan beri label pada tiap tabung (label BL untuk tabung
yang berisi bianko, dan tabel SP untuk tabung yang berisi sampel)
3. Isi tabung bianko dengan 2ml air aquadest, ditambah dengan 3ml H2SO4 pro
COD 1,00 ml K2Cr2O7 dan sepucuk sendok spatulakecil H2SO4 kristal
4. Tabung sampel disi dengan 2ml air aquadest, ditambah dengan 3 ml H2SO4
pro COD, 1,00ml K2Cr2O7 dan sepucuk sendok spatula kecil H2SO4 kristal
5. Tutup tabung dan homogenkan
6. Memanaskan kedua tabung di reaktor COD selama 2 jam, lalu dinginkan
7. Memindahkan larutan tabung BL dan larutan SP kedalam labu erlenmeyer
yang berbeda
8. Tambahkan 10ml aquadest pada setiap tabung untuk membilas
9. Menambahkan 1-3 tetes indikator ferroin
10. Titrasi dengan FAS 0,1 N hingga berubah warna menjadi merah bata/coklat
11. Hitung kadar COD dengan cara
1000
2 x ( ml titran blanko – ml titrasi sampel) x F.FAS x 0,1 x BEO2 = ... mg/L
D. HASIL
KODE VOLUME VOLUME VOLUME
AWAL (ml) AKHIR (ml) TITRASI (ml)
Blanko (BL) 0 3 3
Sampel (SP) 3 5,8 2,8
= 80 Mg/L O2
E. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diperoleh kadar COD sebesar 80mg/L O2. Maka
berdasarkan baku mutu yang dianjurkan adalah 25 mg/l O2 untuk dinilai COD.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sampel tersebut mengalami pencemaran yang
cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.iffiarahman.com/2012/12/pemeriksaan-cod-chemical-oxygen-
demand.html
PEMERIKSAAN LUMPUR LIMBAH CAIR
PARAMETER TELUR CACING DAN PARASIT
A. DASAR TEORI
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan yang
memuat pengaturan bahwa pemerintah menetapkan tata cara pembinaan dalam rangka
kegiatan pengairan yang meliputi pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang
dapat merugikan penggunaannya serta lingkungannya. Hal ini juga diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah nomor 122 tahun 2015 tentang sistem Penyediaan Air minum
yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara
terpadu dengan penyelenggaraan sanitasi untuk mencegah pencemaran air baku dan
menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan air minum. Selanjutnya amanat ini
ditindaklanjuti dengan disahkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat nomor 04 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik sebagai aturan pelaksana yang bertujuan untuk
mewujudkan penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Limbah Domestik yang efektif,
efisien, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Parasit didefinisikan sebagai organisme yg terdiri atas satu sel yang kita kenal
dengan nama protozoa atau organisme banyak sel atau yang disebut helminth / cacing.
Karakteristik pokok dari organisme ini, sehingga disebut sebagai parasit, karena
mereka hidupnya tergantung pada hospes. Gejala yang ditimbulkan akibat terinfeksi
parasit khususnya cacing yaitu sakit perut, diare, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, mual, demam, BAB berdarah, dan anemia. Maka dari itu perlu dilakukan
pemeriksaan parameter parasit pada lumpur sisa IPAL untuk monitoring apakah
prosduk sisa dari IPAL dapat berdampak buruk atau tidak bagi lingkungan.
B. TUJUAN
Mengetahui prosedur pengambilan sampel lumpur IPAL, pemeriksaan dengan
parameter parasit telur cacing dan menentukan jenis parasit yang ditemukan.
a. Alat :
1. Sendok tanah
2. Kantong plastik
3. Spidol
4. Tabung reaksi
5. Centrifuge lengkap dengan tabungnya
6. Obyek glass
7. Deck glass
8. Gelas ukur
9. Kaca pengaduk
10. Mikroskop
11. Saringan
12. Timbangan
b. Bahan :
1. Sampel tanah
2. Larutan hipoklorid 30%
3. Eosin
4. Aquadest
5. Alkohol 70%
c. Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel
1.) Bersihkan titik lokasi yang telah ditentukan dengan garpu tanah dari
jasad renik atau bebatuan
2.) Siapkan kantong plastik kemasan yang diberi kode nama pengambil,
lokasi, tanggal pengambilan dengan menggunakan spidol permanen
3.) Kerok sampel tanah pada lokasi yang akan diperiksa seluas 40x40 cm
dengan menggunakan sendok semen kurang lebih sebanyak 100 gram
4.) Ikatlah kantong-kantong tersebut untuk selanjutnya dikirim ke
laboratorium
2. Pengiriman Sampel
Pengiriman dilakukan tidak lebih dari 7 hari dan dalam kondisi suhu
yang tidak terlalu panas. Apabila laboratorium Rumah Sakit belum dapat
melakukan pemeriksaan maka dapat dikirim ke laboratorium terdekat.
D. HASIL
Data hasil pemeriksaan diambil dari data sekunder hasil praktikum terdahulu.
Dari hasil praktikum pengambilan sampel tanah yang diambil dari depan laboratorium
Biologi Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang telah diperiksa dengan
ditambahkan NaCl terlarut dan dimasukan ke dalam tabung centrifuge kemudian
dibiarkan selama 30 menit. Dan hasilnya tidak ditemukan telur cacing yang
membahayakan bagi manusia.
E. PEMBAHASAN
Dalam praktikum biologi tanah ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
karakteristik tanah, seperti nutrient,komposisi,kontaminasi,keasamaan dan
mengetahui ciri-ciri telur cacing yang ada di tanah tersebut. Contoh jenis-jenis parasit
cacing yang biasanya terdapat pada tanah seperti :
Analisis tanah menentukan tingkat kecocokan tanah terhadap aktivitas pertanian dan
jenis tanaman yang ditanam. Supaya kita juga mengetahui tanah itu tercemar atau
tidak. Mikroorganisme melakukan berbagai aktivitas yang saling berinteraksi dengan
sesama mikroorganisme lain. Peranan mikroorganisme di dalam tanah sangat besar
bagi kehidupan mengingat semua dekomposisi dan mineralisasi serasah bahan organic
menjadi bahan anorganik terjadi karena peranan mikroorganisme yang ada dalam
tanah. Mikroorganisme memegang peranan penting dalam ekosistem karena
menguraikan sisa organic yang telah mati menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke
dalam tanah seperti Nitrogen. Tetapi disini kita juga mengamati jenis telur yang dapat
menginfeksi manusia, berdasarkan hasil praktikum kelompok kami setelah dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop hasilnya negative tidak ditemukan adanya telur
cacing pada tanah tersebut.
F. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat setelah praktikum yaitu, setelah diamati
menggunakan mikroskop sampel tersebut negatif dan tidak ada telur cacing. Dengan
demikian sampel tanah yang diambil kelompok kami di depan laboratorium
mikrobiologi Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang, bahwa pada tanah tersebut
tidak ada telur cacing yang bisa menginfeksi manusia. Hal ini menandakan bahwa
tanah tersebut tidak berresiko tertinfeksi parasit khususnya cacing.
LAMPIRAN