Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENYEDIAAN AIR

Dosen Pembimbing : Suparmin, S.ST, M.Kes

DISUSUN OLEH

DIAH NUR AZIZAH

NIM. P1337433119010

2A

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA III

TAHUN 2020
PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH CAIR

PADA BERBAGAI SUMBER LIMBAH CAIR

A. DASAR TEORI
Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I
tentang prosedur impor limbah, menyatakan bahawa limbah adalah bahan/barang sisa
atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah
dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan. Pengertian limbah
menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi
menjadi empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah
suara. Artikel ini akan menjelaskan secara rinci masing-masing jenis limbah ini.
Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I
tentang prosedur impor limbah, menyatakan bahawa limbah adalah bahan/barang sisa
atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah
dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan. Pengertian limbah
menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi
menjadi empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah
suara. Artikel ini akan menjelaskan secara rinci masing-masing jenis limbah ini.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah
yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Pengertian
limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik
yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain
yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.
Untuk mengetahui limbah cair berdampak negatif atau tidak bagi lingkungan
perlu adanya pemeriksaan yang mengacu pada standar baku mutu. Sebelum
kepemeriksaan maka perlu dilakukan pengambilan sampel limbah cair sesuai
prosedur dan tujuannya.
B. TUJUAN
Mengetahui prosedur pengambilan sampel sesuai prosedur yang ditetapkan
pada SNI Air dan Air Limbah – Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah melalui
titik-titik pengambilan sampel.

C. METODE DAN CARA KERJA


Berdasarkan SNI Air dan Air Limbah – Metoda Pengambilan Contoh Air
Limbah melalui titik-titik pengambilan sampel. Ada beberapa macam jenis
pengambilan sampel yaitu :

1.) Contoh Sesaat (Grap Sample)


Pengambilan sampel yang dilakukan satu kali (sesaat) pada suatu titik tertentu
2.) Contoh Gabungan Waktu (Composit Sample)
Campuran contoh yang diambil dari satu titik pada waktu yang berbeda, dengan
volume yang sama
3.) Contoh Gabungan Tempat
Campuran contoh yang diambil dari titik yang berbeda pada waktu yang sama,
dengan volume yang sama
4.) Contoh Gabungan Waktu dan Tempat
Campuran contoh yang diambil dari beberapa titik dalam satu lokasi pada waktu
yang berbeda, dengan volume yang sama

Prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan biologi menggunakan


prinsip steril dan perlakuannya yang aseptis. Sampel air yang diambil harus dalam
keadaan steril. Hal ini dimaksudkan agar air yang diambil mengandung bakteri
yang murni berasal dari air tersebut

Alat dan Bahan :


1. Botol sampel steril volume ±250 ml
2. Kertas pembungkus atau kertas payung
3. Kapas
4. Tali
5. Korek api
6. Bunsen
7. Larutan spirtus
8. Alkohol 70%
9. Label dan alat tulis
10. Tas pembawa sampel/Ice box
11. Autoclave

Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Aseptiskan tangan
3. Botol sampel dibuka kemudian diisi air sampel sampai 2/3 volume botol
4. Aseptiskan mulut botol menggunakan bunsen
5. Tutup rapat botol
6. Beri label
7. Kemudian letakan pada ice box yang sudah diberi es
8. Bawa ke laboratorium

Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia juga dilakukan berdasarkan


prosedur yang sudah ditetapkan. Prinsip yang digunakan yaitu diusahakan sampel air
tidak aerasi atau terkontaminasi zat kimia selain sesuai pada keadaan lapangan. Cara
kerjanya adalah sebagai berikut :

Alat dan Bahan :


1. Botol winkler/botol yang bukan terbuat dari logam dan kedap udara
2. Label
3. Tas pembawa sampel

Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tentukan titik pengambilan sampel
3. Mengambil sampel dengan tidak terjadi aerasi
4. Pastikan sampel yang diambil memenuhi volume botol sampel
5. Tutup rapat botol sampel
6. Beri label pada botol
7. Letakan sampel pada tas sampel
8. Bawa sampel ke laboratorium untuk diperiksa

Pengambilan sampel harus menentukan titik pengambilan sampel yang


disesuaikan dengan tujuan dari pengambilan sampel tersebut. Sebagai contoh
adalah pengambilan sampel air limbah industri. Lokasi pengambilan contoh air
limbah industri harus mempertimbangkan ada atau tidak
adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Keterangan gambar:
1) Bak kontrol saluran air limbah;
2) Inlet IPAL;
3) Outlet IPAL;
4) Perairan penerima sebelum air limbah masuk ke badan air;
5) Perairan penerima setelah air limbah masuk badan air.

TITIK LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL

a. Titik pengambilan sampel pada inlet ( titik 2 )

1.) Dilakukan pada titik pada aliran bertubulensi tinggi agar terjadi
pencampuran denganbaik, yaitu pada titik dimana limbah mengalir pada
akhir proses produksi menuju keIPAL.
2.) Apabila tempat tidak memungkinkan untuk pengambilan contoh maka
dapat ditentukan lokasi lain yang dapat mewakili karakteristik air limbah.

b. Titik pengambilan sampel pada outlet ( titik 3 )


Pengambilan contoh pada outlet dilakukan pada lokasi setelah IPAL
atau titik dimana air limbah yang mengalir sebelum memasuki badan air
penerima (sungai).

c. Untuk keperluan pengendalian pencemaran air beberapa titik yang harus


diambil adalah sebagai berikut :
1.) Pada perairan penerima sebelum tercampur limbah (upstream) (titik 4)
2.) Pada saluran pembuangan air limbah sebelum ke perairan penerima (titik
3).
3.) Pada perairan penerima setelah bercampur dengan air limbah
(downsream), namun
4.) belum tercampur atau menerima limbah cair lainnya (titik 5).

D. KESIMPULAN
Pengambilan sampel limbah cair menyesuaikan tujuan dari pemeriksaannya.
Ada berbagai macam teknik pengambilan sampel limbah cair yaitu Grap Sampling,
Composit Sampling, Gabungan waktu, Gabungan tempat, dan Gabungan Tempat dan
Waktu. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan bioliogi menggunakan prinsip steril
dan perlakuannya selalu aseptis, sedangkan pengambilan sampel untuk pemeriksaan
kimia menggunakan prinsip tidak aerasi agar hasil pemeriksaan menunjukan data
yang representatif. Pengambilan sampel memperhatikan titik-titik lokasi pengambilan
sampel yang disesuaikan dengan tujuan pengambilan sampel.
PEMERIKSAAN KUALITAS LIMBAH CAIR PARAMETER FISIK
PEMERIKSAAN SUHU DAN TSS (Total Suspended Solid)

A. DASAR TEORI
Suhu adalah besaran yang menyatakan tingkatan panas suatu benda. Fluktuasi
suhu dalam air akan berpengaruh terhadap kehidupan di dalam air. Peningkatan dan
penurunan suhu dalam air dipengaruhi oleh derajat ketinggian tempat, komposisi
substrat, kekeruhan, curah hujan, angin, suhu limbah dan reaksi – reaksi kimia yang
terjadi dalam air. Kenaikan suhu sebesar 10oC dapat mengakibatkan ikan tertekan dan
laju metabolisme meningkat dua kali lipat. Suhu optimal beberapa jenis moluska
adalah 20oC, dan apabila melampaui batas tersebut akan mengakibatkan
berkurangnya aktivitas kehidupannya (Budiarsa, 2015).
Total Suspended Solid ( TSS ) adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,
ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga
nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan
ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh
adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik.
Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk
partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang
mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki
pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground
pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.

B. TUJUAN
Mengetahui prosedur pengambilan sampel parameter fisik yaitu pada
pemeriksaaan kualitas suhu dan TSS.

C. METODE DAN CARA KERJA

PEMERIKSAAN KUALITAS SUHU


Pemeriksaan suhu dilakukan menggunakan alat Themometer. Pemeriksaan
suhu dilakukan langsung pada lokasi titik pengambilan sampel.

a.) Alat dan Bahan


- Beaker glass
- Thermometer
- Air sampel
b.) Cara Kerja
1. Celupkan seluruh batang thermometer kedalam air sampel ±10 menit.
2. Bacalah suhunya dengan cara memegang tali pada thermometer yang
masih dalam posisi tercelup pada ait sampel dan jangan memegang
batang thermometer.
3. Catatlah suhu dengan thermometer tersebut dalam satuan derajat
celcius.
4. Mencatat angja hasil pengukuran yang didapatkan dengan
PERMENLH NO 51/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair

PEMERIKSAAN KUALITAS TSS


Prinsip analisa TSS sebagai berikut : Contoh uji yang telah homogen disaring
dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan
dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC.
Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan
tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori
saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh
estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

TSS (mg/L) = (A-B) X 1000 / V

Dengan pengertian
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (mL)

a.) Alat dan Bahan


- Kertas saring (glass fiber filter)
- Air sampel
- Desikator
- Oven
- Timbangan analitik ketelitian 0.1 mg
- Pengaduk magnetik
- Pipet volum
- Gelas ukur
- Cawan alumunium
- Cawan porselen/cawan gooch
- Penjepit
- Kaca arloji
- Pompa vacum
b.) Cara Kerja

1. Pisahkan partikel besar yang mengapung.


2. Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering membentuk kerak
dan menjebak air, untuk itu batasi contoh uji agar tidak menghasilkan residu
lebih dari 200 mg.
3. Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu yang
menempel dalam kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah benar-
benar dihilangkan.
4. Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab untuk mencegah
penyumbatan oleh zat koloidal yang terperangkap pada saringan
5. Letakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang vakum dan wadah
pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. Lanjutkan penyedotan untuk
menghilangkan semua sisa air, matikan vakum, dan hentikan pencucian.
6. Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah timbang aluminium.
Jika digunakan cawan Gooch dapat langsung dikeringkan..
7. Keringkan dalam oven pada suhu 103°C sampai dengan 105°C selama 1 jam,
dinginkan dalam desikator kemudian timbang.
8. Ulangi langkah pada butir c) sampai diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau
lebih kecil dari 0,5 mg.
9. Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan
sedikit air suling.
10. Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji
yang lebih homogen.
11. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan
pengaduk mag neti k
12. Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan kering
sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar
diperoleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut yang
tinggi memerlukan pencucian tambahan.
13. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan
pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan
cawan Gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.
14. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103°C sampai
dengan 105°C, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan
timbang.
15. Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan
penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat
lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5
mg.

Catatan :
 Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar diameter
kertas saring atau kurangi volume contoh uji.
 Ukur volume contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg sampai
dengan 200 mg. Jika volume yang disaring tidak memenuhi hasil minimum,
perbesar volume contoh uji sampai 1000 mL.

D. HASIL
a.) Pengukuran Suhu
Data diambil dari hasil praktikum pengukuran suhu air pada Mata Kuliah
Pencemaran Lingkungan semester II.

o Tempat : Kolam IPAL Jurusan Kesehatan Lingkungan kampus 7


Poltekkes Kemenkes Semarang
o Tanggal :
o Parameter : Suhu
o Pemeriksa : Kelompok 2

Pengukuan dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil rata-ratanya. Hasil


pengukuran menunjukan bahwa suhu pada kolam indikator IPAL Jurusan
Kesehatan Lingkungan kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang
sebesar 26 ̊ C
b.) Pengukuran TSS
Data diambil dari data sekunder hasil pemeriksaan dari mahasiswa Fakultas
Kesehatan Lingkungan .Universitas Diponegoro pada tahun 2017 yang dilakukan
pada limbah salah satu industri tahu di Semarang.

Perhitungan dengan CawanZat

Tersuspensi 1 : (34087,9 – 34048,9) x 10005: 7800 mg/LZat


Tersuspensi 2 : (31253,6 – 31212,9) x 10005: 8140 mg/LZat
Tersuspensi 3 : (33086,9 – 33046,6) x 10005: 8060 mg/Lzat

Rata-rata Zat Tersuspensi pada Cawan :

C 1+ C 2+C3 : 7800 + 8140 + 8060


3
= 8000 mg/Lzat

Jadi, zat padat tersuspensi yang disaring menggunakan kertas saring


memilikirata-rata sebesar 5900 mg/L, sedangkan zat padat tersuspensi yang
mengering padacawan memiliki rata-rata sebesar 8000 mg/L yang
dihitung.

E. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan pengukuran suhu yang dilakukan di kolam IPAL
Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang menghasilkan data besaran suhu pada
tempat tersebut sebesar 26 ̊ . Hal ini berarti suhu kolam IPAL tersebut menurut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010 tentang Tata
Laksana Pengendalian Pencemaran Air Menteri Negara Lingkungan Hidup masih
memenuhi syarat standar untuk suhu kolam pengendalian limbah air yaitu tidak lebih
dari 40 ̊ C (≤ 40 ̊ C). Sedangkan menurut PERMENKES RI No. 416 tahun 1990 untuk
batas maksimum suhu air apabila dikatakan bersih yaitu +3 ̊ C dari suhu udara sekitar.
Pada hasil pemeriksaan TSS yang diambil dari data sekunder hasil
pemeriksaan dari mahasiswa Fakultas Kesehatan Lingkungan .Universitas
Diponegoro pada tahun 2017 yang dilakukan pada limbah salah satu industri tahu di
Semarang didapatkan besaran TSS pada limbah tersebut sebesar 8000 mg/Lzat. Hal
ini berarti bahwa masa TSS pada 1 mg sampel limbah sebanyak 8000 mg/Lzat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-diponegoro/dasar-kesehatan-
lingkungan/practical/laporan-praktikum-tss/3288635/view
PEMERIKSAAN COD PADA SAMPEL LIMBAH CAIR

A. DASAR TEORI
Chemical Oxygen Dimand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) yaitu
jumlah oksigen (Mg O2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
ada dalam sampelair dimana pengoksidasian K2 Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen. Angka yang ditunjukan COD merupakan ukuran bagi pencemar air dari zat-
zat organik yang secara alamiah dapat mengoksidasi melalui proses mikroorganisme
dan dapat juga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.Tes COD
dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih. K2Cr2O7 yang
tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan beberapa oksigen yang
telah tersisa/terpakai. Sisa K2Cr2O7 ditentukan melaui titrasi dengan ferro amonium
sulfat (FAS). Indikator Feroin yang digunakan akkhir titrasi yaitu saat warna hijau-
biru larutan menjadi coklat.

B. TUJUAN
Untuk memahami prosedur pemeriksaan COD pada sampel limbah cair.

C. METODE DAN CARA KERJA


Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah kalium
bikarbonat (K2Cr2O7 ) sebagai oksidator pada sampel yang telah ditambahkan asam
pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu.
Selanjutnya kelebihan kalium dikromat ditera dengan cara titrasi.

a.) Alat :
- Pipet gondok 1
- Sendok spatula 1
- Tabung reaksi tutup ulir 2
- Gelas beacker 1
- Gelas ukur
- Reaktor COD
- Labu erlenmeyer 100 ml 2
- Statif
- Buret asam
- Pipet tetes
- Corong kaca

b.) Bahan :
- Aquadest
- Sampel
- 3 ml H2SO4
- 1,00 ml Pro COD 0,25N
- FAS 0,1 N
- Indikator feroin
c.) Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Siapkan 2 tabung COD dan beri label pada tiap tabung (label BL untuk tabung
yang berisi bianko, dan tabel SP untuk tabung yang berisi sampel)
3. Isi tabung bianko dengan 2ml air aquadest, ditambah dengan 3ml H2SO4 pro
COD 1,00 ml K2Cr2O7 dan sepucuk sendok spatulakecil H2SO4 kristal
4. Tabung sampel disi dengan 2ml air aquadest, ditambah dengan 3 ml H2SO4
pro COD, 1,00ml K2Cr2O7 dan sepucuk sendok spatula kecil H2SO4 kristal
5. Tutup tabung dan homogenkan
6. Memanaskan kedua tabung di reaktor COD selama 2 jam, lalu dinginkan
7. Memindahkan larutan tabung BL dan larutan SP kedalam labu erlenmeyer
yang berbeda
8. Tambahkan 10ml aquadest pada setiap tabung untuk membilas
9. Menambahkan 1-3 tetes indikator ferroin
10. Titrasi dengan FAS 0,1 N hingga berubah warna menjadi merah bata/coklat
11. Hitung kadar COD dengan cara
1000
2 x ( ml titran blanko – ml titrasi sampel) x F.FAS x 0,1 x BEO2 = ... mg/L
D. HASIL
KODE VOLUME VOLUME VOLUME
AWAL (ml) AKHIR (ml) TITRASI (ml)
Blanko (BL) 0 3 3
Sampel (SP) 3 5,8 2,8

Perhitungan Kadar COD


1000
2 x (3-2,8) x 1 x 0,1 x 8

= 500 x 0,2 x 1 x 0,1 x 8

= 80 Mg/L O2

E. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diperoleh kadar COD sebesar 80mg/L O2. Maka
berdasarkan baku mutu yang dianjurkan adalah 25 mg/l O2 untuk dinilai COD.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sampel tersebut mengalami pencemaran yang
cukup tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.iffiarahman.com/2012/12/pemeriksaan-cod-chemical-oxygen-
demand.html
PEMERIKSAAN LUMPUR LIMBAH CAIR
PARAMETER TELUR CACING DAN PARASIT

A. DASAR TEORI
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan yang
memuat pengaturan bahwa pemerintah menetapkan tata cara pembinaan dalam rangka
kegiatan pengairan yang meliputi pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang
dapat merugikan penggunaannya serta lingkungannya. Hal ini juga diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah nomor 122 tahun 2015 tentang sistem Penyediaan Air minum
yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara
terpadu dengan penyelenggaraan sanitasi untuk mencegah pencemaran air baku dan
menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan air minum. Selanjutnya amanat ini
ditindaklanjuti dengan disahkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat nomor 04 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik sebagai aturan pelaksana yang bertujuan untuk
mewujudkan penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Limbah Domestik yang efektif,
efisien, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Parasit didefinisikan sebagai organisme yg terdiri atas satu sel yang kita kenal
dengan nama protozoa atau organisme banyak sel atau yang disebut helminth / cacing.
Karakteristik pokok dari organisme ini, sehingga disebut sebagai parasit, karena
mereka hidupnya tergantung pada hospes. Gejala yang ditimbulkan akibat terinfeksi
parasit khususnya cacing yaitu sakit perut, diare, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, mual, demam, BAB berdarah, dan anemia. Maka dari itu perlu dilakukan
pemeriksaan parameter parasit pada lumpur sisa IPAL untuk monitoring apakah
prosduk sisa dari IPAL dapat berdampak buruk atau tidak bagi lingkungan.

B. TUJUAN
Mengetahui prosedur pengambilan sampel lumpur IPAL, pemeriksaan dengan
parameter parasit telur cacing dan menentukan jenis parasit yang ditemukan.

C. METODE DAN CARA KERJA


Pemeriksaan melalui serangkaian proses dari pengambilan sampel,
pemeriksaan laboratorium kemudian menganalisa jenis telur parasit yang temukan.
Prinsip yang dipakai karena pemeriksaan paqrameter biologi maka alat-alat yang
dipakai harus steril dan perlakuannya yang aseptis sehingga hasil pemeriksaan
menunjukan data yang representatif.

a. Alat :
1. Sendok tanah
2. Kantong plastik
3. Spidol
4. Tabung reaksi
5. Centrifuge lengkap dengan tabungnya
6. Obyek glass
7. Deck glass
8. Gelas ukur
9. Kaca pengaduk
10. Mikroskop
11. Saringan
12. Timbangan

b. Bahan :
1. Sampel tanah
2. Larutan hipoklorid 30%
3. Eosin
4. Aquadest
5. Alkohol 70%

c. Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel

1.) Bersihkan titik lokasi yang telah ditentukan dengan garpu tanah dari
jasad renik atau bebatuan
2.) Siapkan kantong plastik kemasan yang diberi kode nama pengambil,
lokasi, tanggal pengambilan dengan menggunakan spidol permanen
3.) Kerok sampel tanah pada lokasi yang akan diperiksa seluas 40x40 cm
dengan menggunakan sendok semen kurang lebih sebanyak 100 gram
4.) Ikatlah kantong-kantong tersebut untuk selanjutnya dikirim ke
laboratorium

2. Pengiriman Sampel
Pengiriman dilakukan tidak lebih dari 7 hari dan dalam kondisi suhu
yang tidak terlalu panas. Apabila laboratorium Rumah Sakit belum dapat
melakukan pemeriksaan maka dapat dikirim ke laboratorium terdekat.

3. Pemeriksaan Parasit pada Tanah


1.) Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-
daunnan sebanyak 5 gram
2.) Masukan tanah ke dalam tabung centrifuge
3.) Timbang 20 ml larutan hipoklorid ke dalam tabung yang berisi tanah
4.) Aduk dengan kaca pengaduk hingga merata dan didiamkan selama 1
jam
5.) Setelah semua rumah tabung dalam centrifuge terisi, hidupkan
centrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama 2 menit. Lakukan
kegiatan tersebut sebanyak 2 kali
6.) Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatan
7.) Edapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 sampai
mencapai kurang lebih ¾ volumee tabung
8.) Putar lagi dengan centrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5
menit
9.) Tabung-tabung centrifuge ini tempatkan dalam rak yang tersedia,
selanjutnya tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1,26 ke dalam
tabung centrifuge sehingga mencapai permukaan tabung
(menggembung),biarkan selama beberapa menit
10.) Tutupkan deck glass pada tiap-tiap tabung dan tunggu selama 30menit
11.) Pindahkan deck glass ke atas sebuah obyek glass, jika perlu tambahkan
eosin
12.) Amati sediaan/preparat di bawah mikroskop
13.) Identifikasi telur parasit yang terdapat pada preparat

D. HASIL

Data hasil pemeriksaan diambil dari data sekunder hasil praktikum terdahulu.
Dari hasil praktikum pengambilan sampel tanah yang diambil dari depan laboratorium
Biologi Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang telah diperiksa dengan
ditambahkan NaCl terlarut dan dimasukan ke dalam tabung centrifuge kemudian
dibiarkan selama 30 menit. Dan hasilnya tidak ditemukan telur cacing yang
membahayakan bagi manusia.

E. PEMBAHASAN
Dalam praktikum biologi tanah ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
karakteristik tanah, seperti nutrient,komposisi,kontaminasi,keasamaan dan
mengetahui ciri-ciri telur cacing yang ada di tanah tersebut. Contoh jenis-jenis parasit
cacing yang biasanya terdapat pada tanah seperti :

o Cacing gelang (famili Ascarididae ), misal Ascaris lumbricoides


o Whipworms (family Trichuridae ), misal Trichuris trichiura

o Cacing tambang (famili Ancylostomatidae ), misalnya Ancylostoma


duodenale dan Necator americanus

o Threadworms (keluarga Strongyloididae ), misalnya Strongyloides


stercoralis.

Analisis tanah menentukan tingkat kecocokan tanah terhadap aktivitas pertanian dan
jenis tanaman yang ditanam. Supaya kita juga mengetahui tanah itu tercemar atau
tidak. Mikroorganisme melakukan berbagai aktivitas yang saling berinteraksi dengan
sesama mikroorganisme lain. Peranan mikroorganisme di dalam tanah sangat besar
bagi kehidupan mengingat semua dekomposisi dan mineralisasi serasah bahan organic
menjadi bahan anorganik terjadi karena peranan mikroorganisme yang ada dalam
tanah. Mikroorganisme memegang peranan penting dalam ekosistem karena
menguraikan sisa organic yang telah mati menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke
dalam tanah seperti Nitrogen. Tetapi disini kita juga mengamati jenis telur yang dapat
menginfeksi manusia, berdasarkan hasil praktikum kelompok kami setelah dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop hasilnya negative tidak ditemukan adanya telur
cacing pada tanah tersebut.

F. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat setelah praktikum yaitu, setelah diamati
menggunakan mikroskop sampel tersebut negatif dan tidak ada telur cacing. Dengan
demikian sampel tanah yang diambil kelompok kami di depan laboratorium
mikrobiologi Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang, bahwa pada tanah tersebut
tidak ada telur cacing yang bisa menginfeksi manusia. Hal ini menandakan bahwa
tanah tersebut tidak berresiko tertinfeksi parasit khususnya cacing.
LAMPIRAN

Dosen Pengampu, Praktikan,

Suparmin, S.ST, M.Kes Diah Nur Azizah


NIM.P1337433119010

Anda mungkin juga menyukai