Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN
KEPADATAN LALAT
[PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU- A]

Disusun oleh :

1. Mey Anggita P (P07133217023)


2. Utami Yuli A (P07133217036)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA


SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN KEPADATAN LALAT

A. WAKTU PELAKSANAAN
1. Praktikum pemeriksaan kepadatan lalat : Minggu, 31 Maret 2019

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengukur tingkat kepadatan lalat di lapangan serta cara
pengendaliannya.

C. DASAR TEORI
Status masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
lingkungan. Lingkungan yang kurang memenuhi syarat sanitasi dapat mengundang
berbagai macam penyakit menular. Upaya untuk mencegah dan memberantas
penyakit menular dengan cara meningkatkan atau memperbaiki sanitasi lingkungan
dan telah diketahui bahwa salah satu sebab penyebaran penyakit menular adalah
melalui serangga (Arthropoda) dari semua jenis ini yang paling besar adalah jenis
insektisida yaitu lalat.

Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera,
yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat
mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir
diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh dunia terdapat lebih kurang
85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis lalat yang
paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat
hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia
canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan
masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Vektor
adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan agent infection dari
sumber infeksi kepada host yang rentan (Kusnoputranto, 2000).

Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu–bulu badannya, kaki-


kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan tempat menempelnya
mikroorganisme penyakit yang dapat berasal dari sampah, kotoran manusia, dan

2
binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke makanan manusia, maka kotoran tersebut
akan mencemari makanan yang akan oleh manusia sehingga akhirnya akan timbul
gejala sakit pada manusia yaitu sakit pada bagian perut serta lemas. Penyakit-
penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, thypus perut, diare
dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
(Depkes, 2001).

Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting, mengingat


dampak yang ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik
buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam
menetukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan
biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat.

Lalat merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat.


Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah
yangmerupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak
dikelola dengan baik akan mengundang lalat untuk datang dan berkontak dengan
manusia. Dengan didorong oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan
higiene dan sanitasi, pada akhirnya lalat akan menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.

Penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat
seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta fecesnya. Upaya
pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan
lingkungan dengan salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit
termasuk lalat.

D. ALAT
No. Nama dan Spesifikasi Alat Jumlah
1. Fly grill 1 buah
2. Counter 1 buah
3. Stopwatch 1 buah
4. Hygrothermometer 1 buah

3
5. Alat tulis 1 set
6. Blanko pengukuran 1 buah

E. PROSEDUR KERJA
1. Letakkan fly grill secara datar pada tempat dan jarak yang telah ditentukan
2. Biarkan beberapa saat (untuk penyesuaian bagi lalat)
3. Letakkan juga hygrothermometer berdekatan dengan fly grill
4. Hitung jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik, sebanyak 10 kali
pegukuran, kemudian hitung jumlah lalat dengan menggunakan counter
5. Setelah 30 detik pertama, catat hasil dan jumlah lalat yang berhasil dihitung
pada kertas blanko yang telah disediakan. Lakukan pengukuran tersebut
sebanyak 10 kali perhitungan (10 kali pengukuran) untuk satu orang
pengukur.
6. Ambil sebanyak 5 kali perhitungan kepadatan lalat yang tertinggi, kemudian
dirata-ratakan.
7. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per block
grill
8. Cocokkan tingkat kepadatan lalat dengan standar
Keterangan:
Standar penilaian :
0-2 : rendah (tidak jadi masaah)
3-5 : sedang (perlu dilakukan penanganan)
6-20 : tinggi (lakukan penanganan pada tempat berkembangbiaknya,
jika perlu lakukan pengendalian
>20 : sangat tinggi (lakukan pengendalian)
9. Buatlah rekomendasi interpretesi dari kepadatan lalat yang ada berdasarkan
standar
10. Untuk kelengkapan informasi, perlu juga diadakan pengukuran suhu,
kelembaban dan keadaan cuaca secara umum.

F. HASIL PENGAMATAN

4
Dari praktikum ini kami hanya mengambil sampling pengukuran tingkat
kepadatan lalat pada 2 titik sampling, maka hasil yang kami dapatkan adalah
sebagai berikut:

TABEL PENGAMATAN JUMLAH LALAT DI WARUNG MAKAN BU SUDAR

ALAMAT: PANTAI DEPOK, BANTUL

YOGYAKARTA

1) Hasil pengukuruan desitas lalat (pre-test)

Hasil Pengamatan Rata-Rata


Titik
No pengukuran
Sampling 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 terbesar

1 T-1(Dapur) 9 8 12 10 15 15 15 17 12 18 16

2 T-2 (T. Sampah) 2 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1,2

2) Hasil pengukuruan desitas lalat (post-test)

Hasil Pengamatan Rata-Rata


Titik
No pengukuran
Sampling 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
terbesar

1 T-1a(Dapur) 20 17 19 10 16 16 15 12 10 12 16,8

Umpan : Sampah

Temperatur : 28ºC /Kelembaban : 62%

Musim : Kemarau

Kecepatan Angin : 8,5 km/h

5
Keterangan :

Jadi, Nilai Rata – Rata Tingkat Kepadatan Lalat yang diukur disetiap lokasi diambil
dari 5 pengukuran paling tertinggi yaitu:

a. Pre-test

1. T-1: (18+17+15+15+15)/5 = 16 ≈ 16 ekor lalat


2. T-2 : (2+1+1+1+1)/5 = 1,2 ≈ 2 ekor lalat

b. Post-test
1. T-1a: (20+17+16+16+15)/5 = 16,8 ≈ 17 ekor lalat

G. PEMBAHASAN

Berdasarkan pengukuran kepadatan lalat pre-test yang telah kami lakukan


dengan menggunakan fly grill dapat dianalisa bahwa lalat yang berada di T-1
mendapatkan nilai rata-rata dari hasil 5 pengukuran yang tertinggi yaitu 16 ekor
lalat maka, termasuk dalam kategori tidak aman. Dengan demikian, tingkat
kepadatan lalat di T-1 cukup tinggi maka dari itu perlu pengamanan terhadap
tempat-tempat berbiaknya lalat mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.
Kemudian lokasi kedua pengukuran tingkat kepadatan lalat adalah di T-2 yang
tepatnya di tempat sampah. Dari hasil 5 pengukuran tertinggi, rata-rata yang
didapat yaitu 2 ekor lalat maka, termasuk dalam kategori aman. Dengan demikian,
pengukuran tingkat kepadatan lalat di T-2 rendah (tidak jadi masalah), oleh karena
itu tidak perlu adanya pengamanan.

Untuk pengukuran kepadatan lalat post-test (setelah dilakukan pengamanan


dengan pemasangan perekat lalat) yang telah kami lakukan dengan menggunakan
fly grill dapat dianalisa bahwa lalat yang berada di T-1a mendapatkan nilai rata-rata
dari hasil 5 pengukuran yang tertinggi yaitu 17 ekor lalat. Dengan demikian, tingkat
kepadatan lalat di T-1a cukup tinggi dan termasuk dalam kategori tidak aman.

6
Meskipun sudah dilakukan pengamanan dengan menggunakan perekat lalat, namun
tingkat kepadatan lalat meningkat dari rata-rata 16 ekor lalat menjadi 17 ekor lalat.
Mungkin ini dikarenakan semakin banyaknya pengunjung sehingga tumpukan
sampah sisa bahan-bahan dapur seperti sayuran yang masih segar bertambah dan
juga konsdisi tempat sampah yang berada di dalam dapur tidak tertutup rapat
sehingga mengundang banyak lalat untuk hinggap, maka dari itu perlu pengamanan
yang lebih tepat terhadap tempat-tempat berbiaknya lalat mungkin direncanakan
upaya pengendaliannya. Upaya yang dapat dilakukan seperti T-1a harus dalam
keadaan tertutup rapat sehingga tidak mengundang vektor lalat dan sampah dipilah
agar tidak menjadi berserakan serta membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di
dasar dapur karena lalat masih dapat berkembang biak pada tempat tersebut.

H. KESIMPULAN
Dari praktikum pengukuran tingkat kepadatan lalat yang dilakukan di sekitar
Pantai Depok tepatnya di warung makan Bu Sudar dapat disimpulkan bahwa cara
pengukuran kepadatan lalat yaitu letakkan fly grill pada tempat yang sudah
ditentukan sebagai tempat pengukuran, kemudian hitung jumlah lalat yang hinggap
pada fly grill dan hitung dalam waktu 30 detik dengan menggunakan stopwatch,
lakukan pengukuran selama 10 kali.

 Dan jumlah rata – rata tingkat kepadatan lalat pre-test yang ada didapatkan:

1. T-1 = 16 ekor lalat ( Tidak aman/cukup tinggi)


2. T-2 = 2 ekor lalat (Aman/rendah)
 Dan jumlah rata – rata tingkat kepadatan lalat post-test yang ada didapatkan:
1. T-1a = 17 ekor lalat ( Tidak aman/cukup tinggi)

I. SARAN
Dari hasil praktikum Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat maka saran kami
adalah dalam pengukuran tersebut hasil yang didapatkan yaitu dikategorikan tidak
aman atau cukup tinggi. Kondisi lingkungan yang tidak bersih sehingga lalat banyak,
sebaiknya lingkungan harus bersih terutama tempat sampah harus dalam kondisi
tertutup agar lalat tidak ada.

7
8

Anda mungkin juga menyukai