Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGUKURAN KEPADATAN LALAT DENGAN FLY GRILL

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Maharani Damayanti (2018031065)

Mita Selfia Dewi (2018031070)

Niken Ayu Ariesta (2018031081)

Nurfitri Khoerunnisa (2018031084)

Nurul Aisah (2018031086)

Nurul Hidayah (2018031087)

PROGRAM STUDI : KSESEHATAN MASYARAKAN (KESMAS)


KELAS : KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lalat merupakan salah satu insekta atau serangga yang termasuk dalam ordo diptera.
Kehidupan lalat banyak dijumpai hampir diseluruh permukaan bumi. Serangga ini banyak
merugikan manusia karena merupakan vektor pembawa masalah kesehatan masyarakat.
Keberadaan lalat sangat memberikan gangguan besar bagi manusia disekitarnya, antara
lain mengganggu ketenangan, menggigit, sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada
manusia melalui penularan secara mekanis, biologis serta myasis. Lalat sangat
menyenangi tempat-tempat yang basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah,
tumbuh-tumbuhan busuk, selain itu dengan kebiasaan lalat menyukai dan tertarik dengan
makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari dan tempat istirahat lalat dan tempat
perkembangbiakannya.
Lalat merupakan insekta yang mempunyai sepasang sayap yang berbentuk
membran, dan termasuk golongan Clyptrata muscodiae bagian dari super family
muscodiae.Semua bagian tubuh lalat bisa berperan sebagai alat penular penyakit
(badan, bulu pada tangan dan kaki, feces, dan muntahannya). Saat ini terdapat
sekitar ±60.000-100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua spesies perlu diawasi
karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat
(Santi, 2001).
Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah
( Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria),
dan lalat latrine (Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan
dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit
saluran pencernaan, seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah daerah tersebut
potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Metode pengukuran kepadatan
lalat yang populer dan sederhana adalah dengan menggunakan alat fly grill. Prinsip kerja
dari alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai hingga pada permukaan benda
yang bersudut tajam vertikal.
Tempat Perindukan atau berkembang biak Tempat yang disenangi lalat adalah tempat
basah, benda-benda organik,sampah basah, kotoran manusia, kotoran binatang, tumbuh-
tumbuhan busuk, dankotoran yang menumpuk secara kumulatif (di kandang ternak)
sangat disenangi oleh larva lalat sedangkan yang tercecer jarang dipakai sebagai tempat
berkembang biak (Depkes RI, 1992).
Fly grill merupakan salah satu alat sederhana yang banyak digunakan dalam mengukur
kapadatan lalat. Alat ini memiliki cara kerja yang sederhana dalam mengukur tingkat
kepadatan lalat. Keunggulan fly grill ini adalah terbuat dari bahan yang mudah
ditemukan, cara membuatnya sederhana dan murah. Pengukuran kepadatan lalat
menggunakan alat ini akan lebih akurat karena dalam penghitungannya diperhatikan per
blok grill. Selain itu, fly grill ini dapat diwarnai dengan berbagai macam warna agar
dalam pengukuran kepadatan lalat dapat menggunakan fly grill dengan warna yang lebih
baik dan lebih akurat dalam mengukur kepadatan lalat.
Pengaruh Kepadatan Lalat Terhadap Kesehatan Pengaruh kepadatan lalat erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kuman atau bakteri.
Oleh sebab itu, populasi lalat lebih banyak berada di tempat sampah di bandingkan
dengan saluran pembuangan air limbah. Lalat dapat membawa kuman dari tempat sampah
dan tempat-tempat kotor yang dihinggapinya ke dalam makanan apabila makanan
tersebut tidak di tutup (terbuka), sehingga menimbulkan penyakit bawaan makanan akibat
bakteri yang dibawa lalat pada tubuh dan kakinya. Bila lalat terlampau banyak pada TPS,
maka lalat dapat mencemari makanan dari kuman yang di bawa lalat, selain itu lalat juga
mengganggu kenyaman dan merusak pemandangan sehingga menimbulkan rasa jijik
karena terkesan jorok. Pakar kesehatan menyebutkan bahwa lalat ternyata bisa
memberikan bahaya kesehatan yang cukup tinggi. Satu ekor lalat ternyata bisa membawa
200 jenis bakteri yang kerap kali berasal dari tempat-tempat kotor yang dihinggapi
sebelumnya seperti sampah, makanan basi, atau bahkan kotoran hewan dan kotoran
manusia. Selain itu, lalat ternyata memiliki rambut tipis pada kaki mereka yang bisa
menjadi media bagi bakteri untuk berpindah pada makanan. Bakteri pada lalat hanya
memerlukan satu detik untuk berpindah pada makanan yang di konsumsi. Dalam banyak
kasus, tanpa disadari lalat ternyata bisa muntah pada makanan yang dihinggapinya karena
lalat memang harus memuntahkan enzim pencernaannya agar bisa memakan makanan
yang di hinggapi .

1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum pengukuran kepadatan lalat, mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui tata cara pengukuran kepadatan lalat dilapangan serta cara pengendaliannya.
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Alat
 Fly Grill
 Counter
 Timer
 Alat Tulis
 Blanko Pengukuran
2.2 Bahan
 Lalat Liar
2.3 Cara Kerja
 Letakan fly grill secara datar pada tempat dan jarak yang telah ditentukan
 Biarkan beberapa saat (untuk penyesuaian bagi lalat)
 Hitung jumlah lalat yang hinggap pada fly grill selama 30 detik, sebanyak 10 kali
pengukuran, kemudian hitung jumlah lalat yang hinggap di fly grill
 Setelah 30 detik pertama, catat hasil dan jumlah lalat yang berhasil dihitung pada
kertas blanko yang telah disediakan. Lakukan hal tersebut sebanyak 10 kali
perhitungan ( 10 kali pengukuran) untuk satu orang pengukur
 Ambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat yang tertinggi, kemudian dirata-
ratakan.
 Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalatdengan satuan ekor perblock grill.
BAB III
HASIL PENGUKURAN
3.1 Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran densitas lalat selanjutnya diinput pada tabel dibawah ini :
Lokasi : Pasar Kramatwatu
Kelurahan : Kramatwatu
Titik : Kios Daging Ayam
Umpan : Daging Ayam
Temperatur : 30o C
Musim : Kemarau
Kecepatan angin :-

Hasil Pengukuran Rata-rata jumlah


lalat
No Lokasi/Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (5 pengukuran
yang tertinggi
dibagi dengan 5)
1. Pasar keramat
(pedagang 18 33 24 15 8 9 17 10 27 16 23.8
ayam potong)

 Rata-rata kepadatan lalat dari titik tertinggi


T = 119 / 5
= 23,8
 Interpretasi hasil pengukuran:
a. 0-2 : Rendah atau tidak menjadi masalah.
b. 3-5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
perkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran, hewan dan lain-lain).
c. 6-20 : Tinggi atau padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat
perkembangbiakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendalian.
d. >20 : Sangat tinggi atau sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat-tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian
lalat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok menganai kepadatan lalat di Pasar
Kramatwatu, rata-rata jumlah lalat dari titik tertinggi adalah 23,8 yang artinya tingkat
kepadatan lalat di Pasar Kramatwatu lebih dari 20 dan masuk kedalam kategori sangat
tinggi atau sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian lalat.

4.2 Saran
Sebaiknya Dinas terkait dapat memperhatikan kondisi ini dan dapat melakukan
pengendalian segera bagi pasar-pasar yang memperoleh angka kepadatan lalat yang
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/811409126/pengaruh-variasi-warna-fly-grill-
terhadap-kepadatan-lalat-di-tempat-pelelangan-ikan-tpi-kota-gorontalo.html

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6044

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/viewFile/5559/4086
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai