Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Pengertian Lalat

Lalat merupakan salah satu insekta ordo diptera, yaitu insekta

yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Pada saat ini

telah ditemukan tidak kurang dari 60 ribu sampai 100 ribu spesies lalat.

Tidak semuanya yang perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak

berbahaya bagi kesehatan manusia (Depkes R.I., 1991, h. 1).

Tubuh lalat berbulu halus dan pada kakinya terdapat bulu-bulu

yang mengandung cairan semacam perekat, sehingga benda-benda yang

kecil mudah melekat (I. Made E. Adnyana, 1985, h. 9).

Seekor lalat dapat membawa 6,5 juta jasad renik. Insting lalat

untuk mempertahankan hidup dan daya tariknya terhadap bau busuk

menuntun lalat untuk mencari tempat-tempat kotor dan untuk mencari

sesuatu yang penting atau penyebaran kuman secara mekanis beberapa

penyakit menular, seperti; demam typhus, para typus dan beberapa

infeksi salmonella, seperti; disentri amoeba maupun baciller, cholera,

typhus perut, diare atau gastroenteritis, polionmyelitis, antrax, dan

conjunctivitis.

2. Pengertian Pasar

Menurut Depkes R.I. (1990, h. 60) pasar adalah :

“Suatu tempat yang mana sebagian terdiri atas pelataran


terbuka dan sebagian lagi atas perumahan-perumahan/
bangunan-bangunan, untuk bertemunya penjual dan
pembeli termasuk fasilitasnya dimana penjual dapat

7
mempergerakkan barang dagangannya dengan membayar
retribusi”.

Pengendalian Lalat

1. Pengendalian terhadap Larva Lalat

a. Perbaikan Lingkungan untuk Mengurangi Tempat-tempat yang

Berpotensi sebagai Tempat Perindukan :

1) Sampah terutama sampah dapur ditampung pada tempat sampah

yang baik dan tertutup dan waktu maksimum 3 hari harus sudah

dibuang.

2) Pengangkutan dan pembuangan sampah dilakukan setiap hari

dengan cara yang baik.

3) Tempat pengumpulan sampah diberi alas yang kedap air misalkan

dengan besi plat, seng, dan lain-lain.

4) Menggunakan kakus/ WC yang selalu dalam keadaan bersih,

sebagai tempat buang kotoran.

5) Kotoran ternak harus dijauhkan dari tempat tinggal manusia dan

kotoran dibalik-balik 3 hari sekali.

b. Penggunaan Racun Serangga sebagai Larvasida

Setiap bahan organik yang lembab (sampah basah maupun

kotoran) dapat merupakan tempat perindukan lalat. Penggunaan

bahan kimia atau racun serangga selain membunuh larva lalat juga

membunuh musuh alami dari larva lalat tersebut. Penyemprotan

dengan larutan atau emulsi larvasida ditunjukan pada sampah-sampah

organik atau kotoran-kotoran manusia/ binatang, sehingga membasahi

seluruh bahan atau media.


Diazinon akan memberikan daya risidu 1-2 minggu, sedangkan

yang lain daya risidualnya kurang lama, sehingga dengan demikian

penyemprotan harus diulang setiap 1-2 minggu. Alat penyemprotan

yang dipergunakan ; spraycan atau mist blower.

Tabel 2.1 : Beberapa Insektisida yang Dipakai untuk Penyemprotan

Nama Insektisida Konsentrasi (%) Dosis g/m²


Diazinon
1–2 0,4 – 0,8
Fenthion
1 – 2,5 0,4 – 1,6
Dimethoate
1 – 2,5 0,4 – 1,6
Malathion
5 1,0 – 2,0
Gardona
1-5 1,0 – 2,0

Sumber : Dit. Jen PPM & PLP, 2001

2. Pengendalian terhadap Lalat Dewasa

a. Penyemprotan dengan Risidu Insektisida

Penyemprotan dilakukan terhadap permukaan yang menjadi

tempat hinggap, tempat makan atau tempat istirahat lalat, terutama

pada tempat-tempat hinggap pada malam hari, sehingga kemungkinan

waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama. Insektisida

yang digunakan dapat dari golongan organophospate yang memiliki

daya risidu 2-4 minggu, sehingga dengan demikian harus diulang 2-4

minggu sekali. Alat semprot yang digunakan adalah spraycan atau

mist blowe (Dit. Jen PPM & PLP, 2001, h. 5).

b. Pemakaian di dalam Ruangan

Menggunakan kertas atau tali-tali yang telah diberikan lapisan

insektisida yang digantungkan pada langit-langit atau dinding dimana

banyak terdapat lalat. Insektisida yang digunakan dapat berasal dari

golongan organophospat, antara lain diazinon, fenifrotion dan lain-lain.


c. Umpan (paison bait)

Umpan yang dipergunakan untuk memberikan bau yang

menarik bagi lalat. Bahan-bahan yang dipakai sebagai umpan dapat

berupa tepung jagung, air yang dicampur gula dan lain-lain. Insektisida

yang dapat dipakai; diazinon, dichlorfos, malathion dan lain-lain.

Insektisida tersebut dicampurkan pada umpan, baik umpan basah

maupun kering. Umpan kering dapat dicampur dengan insektisida

sebanyak 1-2 %, sedangkan umpan basah dapat dicampur dengan

insektisida sebanyak 0,1 % dan diletakkan pada tempat-tempat yang

banyak lalatnya.

d. Tindakan Mekanis

Tindakan mekanis hanya merupakan tindakan pelengkap yaitu

tindakan yang dilakukan setelah dilakukan penyemprotan seperti

pembersihan oleh tenaga, tidak dapat memberikan hasil yang besar.

e. Tindakan Pelindungan (screening)

Tindakan pelindungan (screening) tidak untuk mengurangi

jumlah lalat, tetapi sangat penting untuk mencegah hinggapnya lalat

pada makanan atau minuman.

f. Penggunaan Attractan

Menurut Adang Iskandar, dkk (1985, h. 268) yang dimaksud

dengan atractan adalah bahan-bahan kimia dan non kimia yang

dipergunakan untuk menarik atau mendekatkan serangga dan

kemudian masuk terperangkap atau terpapar racun yang dipasang.

Bau-bauan alamiah sangat memegang peranan dalam

kehidupan lalat, terutama yang berkaitan dengan indera penciuman


untuk menemukan makanan, pasangan hidup ataupun tempat untuk

melekatkan telurnya.

Secara umum fungsi dari attractan adalah sebagai berikut:

1) Menarik hama menuju racun umpan atau perangkap, beberapa

contoh yang sering digunakan adalah :

a) Gula, bumbu kacang, ikan, udang dapat dipakai bersama

racun :

 Organophospate seperti trichlorfon dan dichlorvos untuk

memberantas lalat, semut, dan kecoa.

 Organokhlorine seperti kepone dan mirex untuk

memberantas kecoa, semut dan lalat.

b) Muschoere yaitu sejenis hormon sex yang dikembangkan

untuk menarik lalat rumah agar masuk perangkap atau umpan

beracun

c) Octyl butyrate yaitu bahan kimia sintetis untuk menarik hewan

yang sering menyerang pengunjung tempat rekreasi maupun

buah-buahan.

2) Memperoleh populasi hama

Penelitian biologi memerlukan sampel populasi hama,

untuk itu campuran sampah basah, sisa makanan dari media

untuk bertelur bagi berbagai spesies lalat diperlukan sampel

populasi hama. Campuran sampah basah, sisa makanan dari

media untuk bertelur bagi berbagai spesies lalat dapat

dipergunakan sebagai standar umpan dalam penangkapan lalat.


Campuran birmolasses dipergunakan untuk menarik lalat rumah

agar masuk perangkap.

3) Mempertinggi daya tarik risidu semprotan

Penambahan gula sebanyak 2,5 bagian dalam racun akan

disemprotkan terhadap lalat mampu meningkatkan daya tarik dan

daya tahan racun organophospate.

g. Umpan Lalat (snip)

Snip adalah umpan lalat siap tabur yang dapat membunuh lalat

dengan cepat dan tidak ada efek samping bersifat racun dan kontak

perut. Snip berbentuk butiran berwarna merah dan kuning dengan

bahan aktif yang dikandung snip adalah azamethiphos 1 % yang

merupakan suatu insektisida pembunuh lalat seketika dan berdaya

tahan lama. Azamethiphos juga mengandung 9-tricosene yaitu zat

penarik lalat dan zat pemahit (I made E. Adnyana, 1985, h. 21).

Azamethiphos yang dikandung snip memiliki toksisitas yang

sangat rendah terutama bagian golongan mamalia dan mengandung

zat pemahit yang mencegah kemungkinan termakan secara tidak

sengaja.

Snip digunakan dengan cara ditaburkan di atas secarik kertas

atau wadah karton dan lain-lainnya dan tempatkan umpan tersebut

pada lokasi yang kita kehendaki seperti di lantai dan tempat-tempat

lainnya yang memungkinkan untuk meletakkan umpan tersebut

dimana banyak lalat.

Keunggulan snip adalah sebagai berikut :


1) Bekerja dengan daya bunuh yang cepat terhadap lalat dan kecoa.

2) Berdaya tahan lama (efektif 4-8 minggu).

3) Toksisitas sangat rendah, sehingga tidak ada efek samping yang

merugikan.

4) Mengandung zat pemahit yang mencegah untuk termakan secara

tidak sengaja.

5) Mengandung zat penarik (sex pheromone) yang menarik lalat

untuk bergerombol disekitar butiran.

6) Sanitasi dan hygiene jadi bersih, sehingga bebas dari keluhan

tetangga dan teguran petugas kesehatan.

h. Perekat Lalat (cell fly-paper)

Perekat lalat adalah suatu alat perangkap lalat yang berbentuk

persegi dengan menggunakan kertas yang ada perekatnya dan tidak

mengandung racun. Komposisi dari kertas perekat mengandung

minyak jarak (castrol oil) 1 bagian yang berfungsi sebagai lem dan

resin putih (white resin) damar 1 bagian yang berfungsi sebagai

penarik lalat. Minyak jarak (castrol oil) 1 bagian dan resin putih damar

2 bagian dicampurkan dan dipanaskan tetapi jangan direbus,

selanjutnya diaduk-aduk sampai merata (homogen). Setelah selesai

campuran tersebut dipasang pada kertas secara merata (Dit. Jen PPM

& PLP, 2001, h. 15). Perekat lalat mempunyai nilai lebih, yaitu

diperoleh lalat dalam keadaan hidup. Perhitungan lalat akan lebih

seksama dan dapat digunakan dalam laboratorium untuk penelitian.

Metode ini merupakan metode yang sederhana karena mudah

didapatkan, murah, dan dapat menangkap jenis lalat apa saja. Perekat
lalat tidak memiliki kandungan racun yang dapat membahayakan,

karena tidak membunuh lalat secara langsung, tetapi hanya menang-

kap lalat atau sebagai attractan. Cara kerja kertas perekat lalat adalah

kertas perekat diletakkan pada tempat yang banyak lalat. Lalat akan

datang, karena pada kertas perekat terdapat resin putih yang berfungsi

untuk menarik lalat, kemudian akan menempel pada kertas perekat

yang sudah terdapat lem minyak jarak (castrol oil).

A. Data Umum

1. Geografi Pasar Tambaksogra

Pasar Tambaksogra didirikan tahun 1925 sebagai salah satu

upaya untuk melayani para pedagang dan pembeli di wilayah kabupaten

Banyumas dan sekitarnya. Pasar Tambaksogra berada di Jalan Sunan

Bonang, Desa Tambaksogra RT 04/ RW V, Kecamatan Sumbang, Kabu-

paten Banyumas. Aktivitas di Pasar Tambaksogra dimulai dari pukul

06.00 WIB sampai 10.00 WIB. Pasar Tambaksogra didirikan dengan

lahan seluas 1.400 m². Berdasarkan letak geografis Pasar Tambaksogra

berada pada tempat yang strategis, berada di pusat keramaian dengan

batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Balai Desa Tambaksogra

b. Sebelah Barat : Jalan Sunan Bonang

c. Sebelah Timur : Gang Arjuna

d. Sebelah Selatan : Desa Tambaksari


Pasar Tambaksogra terletak di sebelah Selatan Desa Tambak-

sogra berbatasan dengan Desa Tambaksari dan terletak di tengah

permukiman warga. Pasar Tambaksogra masih dalam proses pemekaran,

masih ada kios yang belum diisi oleh pedagang.

Pasar Tambaksogra dilengkapi dengan fasilitas pasar seperti

kantor pasar, los pasar, tempat parkir motor, halaman pasar, dan WC

umum. Fasilitas lainnya berupa kios-kios penjualan yang ada di Pasar

Tambaksogra.
2. Tata Guna Lahan di Pasar Tambaksogra

Luas penggunaan lahan di Pasar Tambaksogra dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Luas Penggunaan Lahan

No. Tempat Luas (m²) Persen (%)


1 TPS 9 0,64
2 WC umum 6 0,42
3 Kantor 20 1,43
4 Tempat parkir 45 3,21
5 Los 465 33,21
6 Halaman 120 8,57
7 Kios 680 48,57
8 Jalan setapak 155 11,07
Jumlah 1.400 100,00

Jumlah TPS 1 unit, WC umum 1 unit, tempat parkir 1 unit, los 5 unit (los daging,

los sayur, los buah-buahan, los warung makan, los alat-alat rumah tangga), kios 52 unit

ditambah 14 unit yang masih kosong dan kantor 1 unit. 52 kios terdiri dari : kios apotik 1

unit, pedagang sayur 3 unit, pedagang alat listrik 2 unit, ayam potong 2 unit, warung

kelontong 13 unit, pakan burung 1 unit, penjual sandal 1 unit, pakaian 1 unit, jajanan

pasar 11 unit, warung makan 9 unit, konter 1 unit, salon 2 unit, dan penjual alat rumah

tangga 5 unit. Jumlah keseluruhan pedagang mencapai 128 pedagang.

Terdapat petugas kebersihan di Pasar Tambaksogra sebanyak 2 orang. Pasar

dibersihkan sehari sekali pada pukul 11.00 WIB. TPS Pasar Tambaksogra dibersihkan

atau diangkut ke TPA (tempat pengumpulan akhir sampah) 2 kali dalam satu minggu

kali, yaitu pada hari Selasa dan Sabtu.

3. Klimatologi

Data klimatologi di Desa Tambaksogra khususnya Pasar Tambaksogra adalah

temperatur udara minimum 24º C, temperatur maksimum dapat mencapai 32º C. Curah

hujan 1000 mm/ tahun, se-hingga sebagian besar Desa Tambaksogra potensi dan
perkembangan wilayah merupakan swasembada pertanian, sedangkan kelembaban

60 % - 90 %.

A. Pembahasan Umum

1. Geografi Pasar Tambaksogra

Pasar Tambaksogra mempunyai luas 1.400 m², dengan melihat batas-batas

wilayah pasar dapat disimpulkan bahwa keadaan geografis pasar tersebut akan

mempengaruhi kepadatan lalat, mengingat aktivitas di dalam pasar selalu menghasilkan

sampah.

Keberadaan pasar yang berada di permukiman warga sangat berisiko terhadap

mobilitas lalat, karena mobilitas lalat sangat bergantung pada ada tidaknya makanan

yang diperlukan. Jarak terbang ini rata-rata 6-9 km dan dapat mencapai 20 km dan ini

sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin (Depkes R.I., 2001, h. 6), tetapi menurut

Adang Iskandar, dkk (1985, h. 19) menyatakan bahwa penyelidikan jarak terbang lalat

dari tempat yang padat penduduknya tidak lebih dari 500 m. Lalat akan hinggap pada

habitat yang sesuai. Lalat merupakan salah satu vektor penyebar penyakit, untuk

mengatasinya penduduk hendaknya bersikap waspada antara lain dengan menjaga

kebersihan lingkungan agar tidak menjadi tempat bersarangnya lalat, menutup makanan

dan minuman agar tidak dihinggapi lalat, membuang sampah pada tempatnya,

meningkatkan kebersihan lingkungan baik lingkungan pasar maupun lingkungan

permukiman.

2. Tata Guna Lahan di Pasar Tambaksogra

Tata guna lahan di Pasar Tambaksogra dibagi oleh beberapa tempat yaitu : TPS

(0,64 %), WC umum (0,42 %), tempat parkir (3,21 %), los (33,21 %), jalan setapak

(11,07 %), halaman (8,57 %), kantor (1,43 %) dan kios (48,57 %). Tempat yang paling

luas adalah kios (48,57 %), dan kedua adalah los (33,21 %).
Jumlah TPS 1 unit, WC umum 1 unit, tempat parkir 1 unit, los 5 unit (los daging,

los sayur, los buah-buahan, los warung makan, los alat-alat rumah tangga), kios 52 unit

ditambah 14 unit yang masih kosong dan kantor 1 unit. 52 kios terdiri dari kios apotik 1

unit, pedagang sayur 3 unit, pedagang alat listrik 2 unit, ayam potong 2 unit, warung

kelontong 13 unit, pakan burung 1 unit, penjual sandal 1 unit, pakaian 1 unit, jajanan

pasar 11 unit, warung makan 9 unit, konter 1 unit, salon 2 unit, dan penjual alat rumah

tangga 5 unit. Jumlah keseluruhan pedagang mencapai 128 pedagang.

Semakin banyak tempat yang berpotensi sebagai tempat berkembangbiak atau

sekedar untuk mencari makan bagi kelangsungan hidup lalat, maka akan semakin tinggi

tingkat kepadatan lalatnya. Jika tingkat kepadatan lalat tinggi akan berpengaruh

terhadap derajat kesehatan masyarakat di sekitar lingkungan pasar, karena lalat meru-

pakan salah satu vektor penyebar penyakit. Khususnya lalat rumah (Musca domestica)

merupakan salah satu serangga yang berperan sebagai vektor penyakit. Penyakit yang

dapat ditularkan oleh lalat diantaranya typoid, cholera, dan disentri (Thomas Cheng,

1973, h. 837).

3. Klimatologi

Berdasarkan data klimatologi di Desa Tambaksogra, kemungkinan lalat untuk

berkembangbiak dalam suhu 24º C - 32º C tinggi. Menurut Adnyana (1985, h. 9) suhu

optimum untuk berkembangbiak lalat adalah 80º F - 90º F (23º C - 32º C) sedangkan

pada suhu 46º C atau lebih akan membunuh telur dan larva.

Kelembaban di sekitar lokasi penelitian mencapai 60 % - 90 %, sehingga kemungkinan

untuk lalat dapat hidup besar, karena kelembaban optimum lalat untuk dapat hidup, yaitu

sebesar 90 % (Adang Iskandar, dkk, 1985, h. 18).


A. Saran

1. Bagi Pengelola Pasar Tambaksogra

Tingkat kepadatan lalat di Pasar Tambaksogra tinggi, sehingga perlu dilakukan

pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan lalat dan apabila mungkin

direncanakan upaya pengendalian lalat seperti: meningkatkan sanitasi Pasar

Tambaksogra, membuang sampah pada tempatnya agar lalat tidak hinggap pada

sampah yang berserakkan, menggunakan perangkap lalat, TPS (tempat pengumpulan

sampah sementara) diberi penutup untuk mengurangi jumlah lalat yang datang.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai upaya pengendalian lalat rumah (Musca domestica), khususnya

menggunakan perangkap berupa kertas perekat lalat perlu diperhatikan warna kesukaan

lalat yaitu warna kuning. Hal ini berkaitan dengan jumlah lalat yang akan terperangkap

pada kertas perekat lalat.

Dafus

Departemen Kesehatan R. I. 1991. Pemberantasan Lalat. Jakarta: Ditjen PPM dan PLP
E. Adnyana, I. Made. 1985. Pemberantasan Serangga Penyebar Penyakit Tanaman Luar dan
Penggunaan Pestisida. Denpasar: SPPH Denpasar
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
. 2001. Pengendalian Lalat. Jakarta: Ditjen PPM dan PLP

Anda mungkin juga menyukai