Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Yang melatar belakangi pembuatan makalah vektor dan binatang pengganggu ini khususnya pada lalat adalah karena lalat ini merupakan salah satu binatang pengganggu yang merisaukan masyarakat dan dapat menyebabkan penyakit terhadap manusia pada umumnya. Lalat ini berkembang biak dengan baik pada makanan yang busuk dan di tumpukan sampah sampah seperti pada rumah yang menumpuk sampahnya dan mengeluarkan bauk yang di sukai oleh lalat. Lalat pada umumnya memili beberapa jenis seperti: Lalat batu Lalat alder Lalat dobson Lalat ikan Lalat ular Lalat kakaktua Lalat kalajengking Lalat menggantung Lalat lalat ngengat Lalat gergaji Semua jenis lalat ini memiliki ordo tersendiri. Namun yang kami bahas dalam makalah kami adalah lalat dari ordo diptera.

B.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah kami yaitu : 1. 2. Bagaimanakah cara perkembangbang biakan lalat ? Jelaskan proses terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat ?

C.

Tujuan Adapun tujuan kami dalam membuat makalah vektor dan binatang pengganggu

khususnya lalat adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepadatan lalat pada setiap rumah tangga bahkan restauran dan TPS.

BAB II PEMBAHASAN
A. Lalat Lalat termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap. Lalat ini berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai dari telur, larva, pupa dan imago. Musca demostica ( lalat rumah ) bertelur antara 100-150 butir. Telur telur ini menetas menjadi larva kira kira dalam waktu 24 jam dan makanannya adalah bahan bahan yang dapat membusuk, dan keadaan dalam bentuk larva berlangsung antara 3 7 hari. Larva yang matur pindah ketempat yang sejuk dan kering serta membentuk pupa inaktif, bentuk pupa ini memerlukan waktu antara 3 sampai beberapa hari. Sayapnya tidak terlipat lagi dan kulitnya berchitin dn keras dan tergantung pada suhu dan iklim, lalat rumah dapat hidup dalam jaringan hidup manusia dan menyebabkan penyakit myasis. Lalat rumah mempunyai jarak terbang kira kira sampai 1 mil. Lalat rumah ini dapat menularkan penyakit penyakit seperti : Kolera Thypus Disentri Parathypus Conjunctivitis Trachoma dan Poliomyelitis

Sedangkan lalat kandang ( stomoxis calcitrans ) adalah contoh lalat yang menusuk dan mengisap. Lalat demikian termasuk family tabanidae dan dapat menularkan penyakit seperti : B. Tulameria dan Anthrax. Pengukuran kepadatan populasi lalat Kepadatan populasi lalat dapat di ukur dengan fly grill. Tehnik ini di kembangkan oleh schudder, terdiri atas kisi kisi yang tersusun olh 24 bilah kayu dengan panjang masing masing 36 inci, lebar 3/4 inci dan tebal 1/4 inci, dijajar dengan

jarak masing masing bilah 3/4 inci pada sebuah kerangka berbentuk huruf z. fly grillyang lebih kecil berukuran 18 inci telah di kembangkan untuk pengukuran lalat yang berkumpul dalam klaster ketika istirahat dan makan. Kepadatan lalat di hitung berdasarkan jumlah lalat yang hinggap pada grill per satuan waktu, dan belum ada ketentuan mengenai kesatuan waktu ini. Oleh karena alat ini hanya digunakan untuk mengukur kepadatan secara kualitatif, misalnya untuk membandingkan kepadatan di suatu wilayah tertentu dengan wilayah lain, maka satuan waktu bias ditentukan sendiri oleh pengamat atau peneliti. Bentuk alat yang lain adalah perangkap lalat ( fly trap ), yang berbentuk sangkar silender yang terbuat dari kawat kasa yang dilengkapi dengan pintu masuk tetapi ada untuk pintu keluar ( invented cone entrance ). Di dalamnya di taruh umpan dari jeroan ayam, buah buahan busuk atau bahan bahan yang berbau sejenisnya. Fly trap di gunakan untuk pengukuran kualitatif.

C.

Pemberantasan lalat Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Sampah sangat

erat hubungannya dengan timbul dan berkembangnya lalat itu sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan sampah, maka masalah lalat juga merupakan masalah sosial. Karena itu dalam penanganannya perlu melibatkan masyarakat secara bersama sama. Sampah yang mudah membusuk ( garbage ) merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan bahan organik yang membusuk, baunya merangsan lalat untuk dating mengerumuni, karena bahan bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka. Pengendalian lalat dapat berjalan dengan baik karena system pengelolaan sampah yang baik pula. Adapun komponen komponen dalam sistem pengelolaan sampah yang harus mendapat perhatian agar lalat tidak ada kesempatan untuk bersarang dan berkembang biak adalah mulai dari : 1. Penyimpanan setempat ( onsite storage ) yang tempat penyimpana sampahdimana sampah dihasilkan ( biasanya berbentuk bak bak di rumah tangga dsb ), yang harus memenuhi syarat agar lalat tidak dapat menjangkaunya diantaranya adanya bak bak yang tertutup rapat, baik pada waktu kosong maupun terisi.

2.

Pengumpulan sampah dari tempat penyimpanan setempat ke tempat pengumpulan sampah ( TPS ) atau langsung ke tempat pembuangan akhir, yang setidak tidaknya alat pengumpul/pengangkut dipersyaratkan tertutup rapat agar tidak terjangkau lalat.

3.

Transfer dan transport, yaitu tempat pengumpulan sampah dan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir, yang di persyaratkan untuk TPS harus bersih/tersangkut ( tak ada sisa sampah pada waktu sore/malam hari, atau sebaiknya TPS terlindung tak terjangkau lalat dan binatang pengganggu lainnya.

4.

Tempat

pembuangan

akhir

TPA

yang

sebaiknya

menggunakan

metode sanitary landfill. Keterlambatan pengangkutan sampah juga akan menjadi peluang bagi bersarangnya lalat. Kebersihan di rumah tangga atau instansi instansi pemerintah, perkantoran, tempat tempat umum sebagainya merupakan syarat mutlak agar lembaga lembaga tersebut terbebas dari lalat. Oleh karena itu kesadaran akan perlunya berperilaku sehat dan lingkungan menjadi kewajiban seluruh komponen masyarakat. Yang perlu mendapat perhatian adlah pola berfikir bahwa lalat harus diisolasi dari makanan mereka yang pada dasarnya lalat akan terangsan oleh bau yang busuk, amis, anyir, dan sejenisnya. Di sampi itu pemberantasan lalat dapat juga dilakukan dengan menggunakan insektisida, sekalipun hal inii kurang efektif. Biasanya ini dilakukan di tempat tempat khusus seperti tempat pembuangan akhir sampah. Secara singkat tindakan tindakan yang diperlukan untuk pemberantasan lalat adalah : Menjaga kebersihan secara umum, Menempatkan sampah pada container yang tertutup rapat sebelum sampah diangkut dan dibuang ke TPA, Mengadakan TPS sampah yang dilengkapi dengan kontener kontener besar yang tertutup rapat, Menghindari adanya dan timbulnya open dumps, Menggunakan kakus yang saniter ( water sealed latrine ), Penggunaan insektisida pada TPS atau TPA yang menggunakan metode open dumoing.

D. Pengamatan, penyelidikan dan pengendalian Pengamatan adalah dimana telah dilakukan penyelidikan terlebih dahulu dan setelah itu dilakukan pengamatan untuk memberikan dan menunjang informasi yang lebih akurat.Pengamatan yang dilakukan pada lalat adalah : 1. Mengamati tingkat pertumbuhan pada setiap fase metamorfosis pada lalat. Cara mengamati tingkat pertumbuhan pada setiap fase metamorfosis pada lalat adalah dengan mengetahui setiap fase pada lalat. Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari. Dalam waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 500 butir. Dengan kemampuan bertelur ini, maka dapat diprediksikan dalam waktu 3-4 bulan, sepasang lalat dapat beranak-pinak menjadi 191,01 x 1018 ekor (dengan asumsi semua lalat hidup). Bisa kita bayangkan, dengan kemampuan berkembang biak lalat tersebut dapat memberikan ancaman tersendiri. 2. Mengamati dampak berbahaya yang ditimbulkan oleh lalat. Lalat adalah binatang pengganggu yang dapat menyebabkan dampak berbahaya bagi manusia. Lalat sebenarnya bukan suatu agen infeksi melainkan peranannya lebih cenderung sebagai vektor atau agen pembawa atau penular penyakit. Peranan lalat menularkan penyakit ini didukung dari bentuk anatomi tubuhnya yang banyak terdapat bulu sehingga bibit penyakit (virus, bakteri, protozoa) melekat dan tersebar ke ternak/hewan lain dan manusia. Selain itu, lalat juga mempunyai cara makan yang unik, yaitu lalat meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair baru disedot ke dalam perutnya. Cara makan inilah yang ikut disinyalir sebagai cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh lalat kemudian menulari/menginfeksi manusia terlebih lagi kita tahu dan tak jarang menemukan lalat sedang hinggap di makanan.

Dari beberapa literatur juga disebutkan setiap kali lalat hinggap disuatu tempat, maka + 125.000 bibit penyakit dijatuhkan pada lokasi tersebut (wikimedia, 2007). Prof. Drh. Hastari Wuryastuty, M.Sc, PhD (2005) peneliti di fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan jika seekor lalat yang memiliki berat 20 mg mampu membawa bibit penyakit (virus) sebanyak 10% dari berat badannya, yaitu 2 mg maka lalat tersebut dapat menulari 2.000 ekor ayam. Hal ini disebabkan setiap 1 gram virus dapat menginfeksi satu juta ekor ayam. Begitu pula dengan cara lalat menginfeksi manusia. Larva dan lalat dewasa juga menjadi hospes intermediet atau inang perantara bagi infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus) pada ayam. Larva dan lalat dewasa sering kali termakan oleh ayam sehingga ayam dapat terserang cacing pita tersebut. Selain itu, lalat juga berperan sebagai vektor mekanik bagi cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri. Lalat yang hinggap di feses atau litter yang telah tercemar bakteri kolera maka lalat tersebut sudah berpotensi menyebarkan kolera pada ayam lainnya dan apabila ayam tersebut dikomsumsi oleh manusia tanpa memasak daging ayam tersebut dengan matang maka daging ayam tersebut yang telah mengandung beberapa bibit penyakit akan menginfeksi manusia tersebut. Penyelidakan yang dapat dilakukan pada lalat adalah : 1. Menyelidiki tingkat daya terbang pada lalat dari tempat perkembang biakan lalat. Kelompok kami mengambil suatu penyelidikan pada lalat pada cara terbang dan dan tingkat daya terbangnya dari tempat perkembangbiakannya namun lalt tidak suka terbang terus menerus, sehingga lalat sering sering mampir. Menurut penyelidikan jarak terbang dari lalat dari tempat padat penduduknya tidak lebih dari 1/2 km, tetapi ada pula yang melaporkan bahwa jarak terbang lalat tersebut lebih dari 20 km. Lalat apabila berkembangbiak dekat dari perumahan masyarakat maka besar kemungkinan lalat tersebut dapat mengakibatkan penyakit trachoma.

2.

Menyelidiki proses perkembangbiakan dari lalat. Lalat berkembang biak dengan empat tahapan/siklus hidupnya yaitu :

a.

Stadium pertama ( stadium telur ) Stadium ini lamanya 12 24 jam dan bentuk telurnya lonjong, bulat berwarna

putih dan besar telurnya 1 2 mm ( 0,8 1 ) lalat betina bertelur dengan jumlah yang banyak 150 200 butir. Lalat bertelur di tempat kotoran yang panas dan lembab faktor tempat dapat mempengaruhi lamanya stadium ini. Apabila suhu panas maka lebih cepat pertumbuhannya dan apabila suhu dingin maka pertumbuhan lambat dengan suhu 100c.

b.

Stadium kedua ( stadium larva ) Stadium terbanyak adalah stadium larva dan memiliki tiga tingkatan yaitu adalah

Setelah keluar dari telur larva belum banyak bergerak. Memasuki tingkat dewasa larva lebih banyak bergerak. Dan memasuki tingkat terakhir kembali tak bisa bergerak. Larva memiliki bentuk yang bulat panjang dengan warna putih kekuning

kuningan dan keabu abuan dan mempunyai segment sebanyak 13 dan panjangnya 8 mm ( 2 mm ). Larva ini selalu bergerak dan makan dari bahan bahan organis yang terdapat disekitarnaya dan pada tingkat terakhir larva ini berpindah tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong dan lamanya stadium ini 2 8 hari/2 5 hari tergantung dari temperatur setempat, namun larva ini mudah mati pada suhu 730c. c. Stadium ketiga ( stadium pupa ) Lamanya stadium ini 2 8 hari dan berbentuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam dan pada stadium ini kurang bergerak dan memiliki panjang 5 mm ( 8 10 mm ) dan mempunyai selaput luar yang keras yang biasa disebut chitine, dibagian depan terdapat spiracel yang disebut posterior spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya. d. Stadium keempat ( stadium dewasa ) Ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga ( lalat ) dari stadium pertama sampai menjadi lalat membutuhkan waktu 7 hari atau lebih tergantung pada kondisi lingkunganny dan biasanya 8 20 hari.

Tempat perkembangbiakan lalat yaitu : a. Kotoran yang terdiri kotoran manusia, hewan, sampah atau bahan bahan lain yang berasal dari binatang atau tumbuh tumbuhan yang telah membusuk. b. c. Suhu perkembangbiakannya: Tidak aktif : 390F ( 1,1 ) Mati Aktif : 320F (00c) : 53 700F (11,7 21,10c )

Maximum : 900F ( 32,20c ) Optimum : 340c dengan kelembaban 90% Phase telur lalat : 160c 200c 25 c 300c
0

= 44,8 hari

18,00c = 26,7 hari = 20,5 hari = 16,1 hari = 10,4 hari

d.

Dan urutan kotoran yang disukai sebagai tempat perkembangbiakannya untu bertelur adalah : Kotoran kambing Kotoran babi Kotoran kuda Kotoran kerbau Kotoran kucing Dan kotoran anjing Masa bertelur 4 20 hari Sexual maturity 2 3 hari Betina bertelur 4 5 kali seumur hidupnya.

e. Cara bertelurnya lalat :

f. Cara lalat makan o Makanan utama lalat adalah barang barang cair dan benda benda keras dicairkan lebih dulu dengan air ludahya.

o Memuntahkan sebagian makananya, dengan demikian memungkinkan untuk penyebaran kuman kuman penyakit.

3. Menyelidiki cara lalat menularkan penyakit Lalat suka hinggap di tempat tempat yang kotor, misalnya kotoran dan kemudian hinggap lagi pada makanan yang tidak di tutup dan manusia mengkomsumsi makanan tersebut ddan dapat menyebabkan penyakit seperti diare. Pengendalian adalah upaya upaya yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah kepadatan populasi dari lalat. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah : a. Kontrol manejemen Menjaga kebersihan secara umum, Menempatkan sampah pada container yang tertutup rapat sebelum sampah diangkut dan dibuang ke TPA, Mengadakan TPS sampah yang dilengkapi dengan kontener kontener besar yang tertutup rapat, Menghindari adanya dan timbulnya open dumps, Menggunakan kakus yang saniter ( water sealed latrine ), Penggunaan insektisida pada TPS atau TPA yang menggunakan metode open dumoing.

b.

Kontrol biologi Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Spalangia

nigroaenea merupakan sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit bagi pupa lalat. Mekanismenya ialah tawon dewasa bertelur pada pupa lalat, yaitu

dibagian puparium(selubung pupa) dan perkembangan dari telur tawon memangsa pupa lalat (pupa lalat mati). Selain tawon, tungau (Macrochelis

muscaedomesticae dan Fuscuropoda vegetans) dan kumbang (Carnicops pumilio, Gnathoncus nanus) juga merupakan lawan lalat. Aplikasi dari teknik pengendalian lalat ini memerlukan suatu menajemen yang relatif sulit. Siklus hidup hewan pemangsa lalat tersebut juga relatif lebih lama. Selain itu, hewan pemangsa lalat ini dapat juga menjadi agen penularan penyakit. Meskipun

10

demikian, keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga, terlebih lagi keberadaan lalat di kandang juga membantu dalam proses dekomposisi (penguraian) feses atau sampah organik lainnya sehingga baik jika digunakan sebagai pupuk kompos. c. Kontrol mekanik Teknik pengendalian lalat ini relatif banyak diaplikasikan oleh masyarakat pada umumnya. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk membasmi lalat, biasanya disebut sebagai perangkap lalat. Perangkap tersebut bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) dan dilengkapi dengan bahan yang dapat menarik perhatian lalat untuk mendekat. Perangkap lalat seringkali diletakkan di tengah kandang. Di tempat penyimpanan telur sebaiknya juga diletakkan perangkap lalat ini. Lalat tidak akan bergerak atau terbang melawan arus atau arah angin. Oleh karenanya tempatkan fan atau kipas angin dengan arah aliran angin keluar kandang atau ke arah pintu kandang. Penggunaan plastik yang berisi air (biasanya di warung makan) juga bisa digunakan untuk mengusir lalat meskipun mekanisme kerjanya belum diketahui. Teknik pengendalian lalat ini (kontrol mekanik) relatif kurang efektif untuk diaplikasikan ji-ka populasi lalat banyak.

d.

Kontrol kimiawi Cyromazine merupakan zat aktif yang digunakan untuk membunuh larva lalat

sedangkan azamethipos dan cypermethrinmerupakan zat aktif yang bekerja membunuh lalat dewasa. Penggunaan cyromazine untuk membasmi lalat de wasa tidak akan memberikan hasil yang optimal (lalat dewasa tidak bisa mati) dan begitu juga sebaliknya (pemberian cypermethrintidak akan bisa membunuh larva lalat).

E.

Tujuan

a.

Tujuan melakukan pengamatan adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan metamorfosis dan dampaknya bagi manusia.

b.

Tujuan melakukan penyelidikan adalah untuk mengetahui seberapa jauhh jarak terbang lalat dari tempat perkembangbiakannya ke rumah rumah masyarakat.

11

F. a. 1. 2. 3.

Prosedur kerja Prosedur kerja pengamatan : Melakukan survei ketempat yang ditempati lalat berkembangbiak, Mengamati setiap saat tingkat pertumbuhannya, Melakukan survei kepada orang yang telah terinfeksi oleh penyakit yang disebabkan oleh lalat,

4.

Mengamati setiap perkembangan dari penyakit yang telah disebakan oleh lalat.

b. 1. 2.

Prosedur kerja penyelidikan : Melakukan survei Menyelidiki setiap saat perkembangnnya.

G. Kriteria keberhasilan Dari kelompok kami memutuskan bahwa langkah dan makalah yang kami buat adalah memenuhi kriteria keberhasilan.

Dampak dari lalat: A. Gangguan Kesehatan Lalat sebagai binatang pengangu terhadap kesehatan manusia: Lalat banyak sekali jenisnya dan yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musa domestica), lalat hijau (lucilia) , lalat biru (calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis). Dari beberapa jenis yang disebutkan diatas lalat rumah tertentu pemakan makanan yang berbau busuk biasa dia memakan bahan berbentuk cairan seperti : Sirup, Susu, buah-buahan dan sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran, air dia juga mencemari makanan pada kulit/tubuh yang basah seperti mulut, lubang hidung, mata pada luka serta pada daging kemudian lalat hinggap pada keju, gula, dan makanan lain lalat memakan makanan kering dengan bantuan dia mengeluarkan air liurnya yang mengandung penyakit kemudian dihisapnya kembali makanan tadi hingga lalat sudah dikenal sejak lama sebagai pembawa penyakit.Lalat rumah ini tersebar merata di berbagai penjuru dunia, beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan oleh lalat ini seperti disentri, kholera, typhoid, diare gatal-gatal pada kulit.

12

Penyakit tersebut disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk Penularan ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi merupakan tempat menenmpelnya micro organisme penyakit perut kemudian hinggap pada makanan. Lalat Rumah, lalat hijau, lalat biru dapat membawa kuman dari sampah atau kotorannya kepada makanan dan menimbulkan penyakit bawaan makanan. Lalat membawa bacteri pada tubuh dan kaki-kakinya, Sewaktu lalat menikmati makanan ia akan mencemari makanan melalui cairan yang dikeluarkan oleh makanan yang dicerna dan masuk kembali kedalam permukaan makanan . Bila lalat terlampau banyak maka lalat dapat membuang kotoran diatas makanan, sehingga makanan menjadi tercemar oleh telor atau larva lalat, ada juga gangguan kenyamanan merusak pemandangan geli/jijik, gatal-gatal pada kulit, menimbulkan tidak nyaman akhirnya napsu makan berkurang, selain itu dari segi estitika terkesan jorok akibatnya dapat menjadi sumber complain bagi tamu karena dianggap telah menjual makanan yang kotor. Lalat pengganggu umumnya mati dengan insektisida berupa tepung atau semprotan yang dapat memusnakan telor, Lalat dewasa dan larvanya. Jika penggunaan insektisida semprotan yang berizin akan menimbulkan sisa atau iresidu, tentu saja penanganannya harus hati-hati terutama ditempat pengolahan makanan karena bahan kimia (pestisida selain mencemari makanan langsung juga akan mencemari peralatan atau terhirup langsung bila tidak hati-hati sewaktu penyemprotan oleh sebab itu peralatan orang dan makanan harus jauh dan peralatan/makanan diletakkan ditempat tertutup, karena perlu dipertimbangkan factor keamanannya bila mana akan menggunakan perusahaan pemberantas hama (pest control) swasta. Pengetahuan tentang racun dan insektisida, kebiasaan dari lalat serta resiko pencemaran harus diketahuinya dengan baik. Lalat mengandalikan insting tertarik pada bau-bau yang has yaitu pada sampah yang membusuk, telur-telur lalat perlu waktu 1 (satu) hari untuk menetasnya larva dan diperlukan waktu 3 5 hari untuk berubah dari larva menjadi pupa atau kepompong dan pada hari ke 7 (tujuh) pupa tersebut berubah bentuk menjadi lalat dewasa, maka untuk memutuskan siklus hidup, penumpukan sampah oleh karena peranan yang demikian besar dalam penyebaran penyakit dan khususnya yang dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, penjamah, dan tempat dimana makanan tersebut berada perlu

13

mendapat pengawasan yang cermat terhadap lalat sehingga tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia.

B. Penyakit yang ditularkan oleh lalat serta gejala-gejalanya 1. Desentri penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari sampah, kotoran manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push. 2. Diare cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu. 3. Typhoid cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi. 4. Cholera penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi.

C. Epidemiolagi 1. Cholera yang tersebar diseluruh dunia tidak terganggu pada iklim, Hygiene perorangan yang buruk serta sanitasi lingkungan yang rendah mempunyai pengarah langsungterhadap Incidence cholera. Penyediaan air bersih yang memadai mencegah kontaklalat atau lipas terhadap makanan dan minuman serta pelaksanaan karantina bagi penderita cholera dapat mengurangi kejadian cholera zizuepidemi cholera disuatu daerah. 2. Disentry basiller seperti halnya clolera, desentri basiler berkaitan langsung dengan kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan, di Indonesia penyakit ini sering terjadi pada pemukiman yang dengan kualitas pemukiman yang buruk dan selain itu penyakit sering menyerang dan terjadi pada anak-anak. 3. Desentri amoeba hampir ditemukan diseluruh dunia terutama didaerah tropik dan daerah beriklim sedang. Di Indonesia desentri amoeba banyak ditemukan dalam keadaan idemis, prevalensinya berkisarar antar 1080% hal ini berhubungan dengan

14

carapenularan yang begitu mudah dan cepat melalui kontaminasi makanan atau minuman oleh kista matang dan kebersihan perorangan yang buruk.

Hasil pengukuran: Kekanan 1m= 6 2m= 5 3m=2 4m=1 5m=1 6m=3 7m=1 8m=1 9m=3 10m=kekiri 1m=3 2m=3 3m=1 4m= 5m= 6m= 7m= 8m= 9m= 10m=1 kedepan 1m=3 2m=1 3m=1 4m= 5m= 6m= 7m= 8m= 9m= 10m=

Rumus : T1 +T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8+T9+T10 5 =13+8+3+1+1+7+8+1+0+0 5 = 8,4

Hasilnya yaitu sangat padat

15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Secara keseluruhan dapat dilakukan pengamatan dan pengendalian tehadap lalat ,agar kita dapat mengetahui bagaimana cara pengendalian terhadap lalat. B. Saran Untuk demi penyempurnaan suatu materi kita perlu mengadakan praktek langsung, untuk mengetahui bagaimana cara mengamati dan menyelidiki,serta pengendalian lalat.

16

DAFTAR PUSTAKA

J. Borror. Donald. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gajah Mada University Press J. johnson F norman. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Ke enam. Gajah Mada University Press Marlina Nina, SKM. 1985. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Sarudji Didik,M.Sc. 2006. Kesehatan Lingkungan. Media ilmu http//:Wikipedia. Gambar lalat. 2011 (di akses/18/12/11)

17

Anda mungkin juga menyukai