Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KESMAS DASAR

KESEHATAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK V
PEMINATAAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

DEBRIYANTI DANIEL (811419175)


MIRANDA OCTAVIANY (811419026)
MUKMIRANDA TANGAHU (811419148)
NURFITRACILYA MAGFIRAH YUSUF (811419045)
RAHAYU WAHYUNI HEMETO (811419025)
SHAFIRA RAHMATIYA HAMZAH (811419141)
VANIA SHAFIRA MOHAMAD (811419109)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
A. JUDUL
Identifikasi Vektor Penyakit
B. TUJUAN
1. Mengenal dan Mengidentifikasi jentik dan nyamuk dewasa sebagai vektor
penyakit.
2. Mengidentifikasi jenis lalat dan menghitung kepadatan lalat.
3. Mengidentifikasi jenis tikus dan ektoparasit

C. DASAR TEORI

1. Vektor Nyamuk
Nyamuk termasuk family Culicidae dan merupakan family yang sangat besar
yang terdiri atas 31 genus dan ratusan spesies, genus terbesar yang penting untuk ilmu
kedokteran adalah Anopheles, Culex, Aedes dan Mansonia. Nyamuk mempunyai bagian
mulut yang panjang dan hanya betina yang mengisap darah. Telur diletakkan diatas air
atau ditempat lembab. Larva dan pupa keduanya-duanya hidup didalam air, nyamuk
dewasa keluar dari pupadan kawin padsa umur 1 sampai 2 hari, yang betina mengisap
darah setiap 4 sampai 5 hari untuk kemudia bertelur (Team Teaching, 2021).
Kebiasaan nyamuk makan cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa
yang menusuk amusia dan hewan lainnya. Sedangkan nyamuk jantan hanya makan
nektar tanaman. Beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis
binatang. Nyamuk betina mengigit manusia, hewan pemeliharaan, seperti sapi, kuda,
kambing, dan sebagainya. Keabanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang
cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak
mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakan telur. Pada
nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit
mamalia. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan tekur dan oleh karena
diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein,
kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang
diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betin, dengan bagian mulut yang
tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus
Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan
pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain. Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus
hidup yaitu telur, larva, pupa dan dewasa ( Wahyuni, 2021 )
Salah satu nyamuk yang merupakan vektor dari penyakit demam berdarah
dengue adalah aedes aegypti. Berdasarkan taksonominya ini termasuk kedalam ordo
diptera, subordo nematocera, famili culicidae, subfamili culicinae, genus aedes,
subgenus, stegomya, spesies aedes aegypti. Secara umum tubuhnya terdiri dari tiga
bagian, yaitu kepala, thorak, dan abdomen ( perut ). Sementara itu, pada penetrasi
temofes kedalam tubuh jentik aedes aehypti berlangsung cepat karena dapat
mengabsorbsi lebih dari 99% temofos dalam waktu 24 jam setelah itu di uabah menjadi
produk-produk metabolik sebagian itu di ekskresikan melaui air ( Yulidar, 2021 ).

2. vektor Lalat

Lalat berperan sebagai agen pembawa penyakit yang dapat menimbulkan dampak
negative terhadap kesehatan manusia. Peranan tersebut didukung oleh struktur tubuh,
tingkah laku, dan habitat lalat yang pada umumnya berada pada tempat yang kotor.
Anggota tubuh lalat, terutama kaki yang ditumbuhi bulu-bulu halus sepanjang purvili
pada ujung tarsus dapat menghasilkan cairan lengket yang menjadi sarana baik sebgai
agen pembawa penyakit (Team Teaching, 2021).
Lalat merupakan salah satu insekta atau serangga yang termasuk dalam ordo
diptera. Lalat berperan sebagai vector yang akan membawa kuman penyebab penyakit
dari orang yang sakit ke orang yang sehat, serta dapat membawa kotoran dari tempat
hinggapnya yang jorok/kotor menuju ke rumah, bahkan bisa langsung kebahan
makanan. Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah
daerah tersebut berpotensi untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Populasi lalat
yang tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa faktor hygiene sanitasi yang tidak sesuai Permenkes RI salah satunya oleh
keberadaan vektor lalat di kantin merupakan faktor mempengaruhi kualitas jajanan
(minuman) khususnya keberadaan bakteri E.coli. Fly grill merupakan salah satu alat
sederhana yang banyak digunakan dalam mengukur kapadatan lalat. Alat ini memiliki
cara kerja yang sederhana dalam mengukur tingkat kepadatan lalat. Keunggulan fly grill
ini adalah terbuat dari bahan yang mudah ditemukan, cara membuatnya sederhana dan
murah. Pengukuran kepadatan lalat menggunakan alat ini akan lebih akurat karena
dalam penghitungannya diperhatikan per blok grill. Kepadatan dan penyebaran lalat
sangat dipengaruhi oleh reaksi terhadap cahaya, suhu dan kelembaban udara, serta
warna dan tekstur permukaan tempat. Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik
(tertarik pada cahaya). Penelitian yang menggunakan fly grill untuk mengetahui densitas
dan identifikasi lalat yang menunjukkan tingkat kepadatan Jenis lalat yang terdapat di
warung makan adalah jenis lalat Musca domestica dan Jenis lalat di tempat penjualan
ikan basah adalah jenis lalat Phaenicia sp dan dan Musca domestica. Metode
Pengukuran kepadatan lalat berdasar pada pedoman teknis pengendalian lalat oleh
Depkes RI yang dilakukan dengan menggunakan fly grill. Fly grill di tempatkan pada
area yang ditentukan. Biarkan beberapa saat (untuk penyesuaian bagi lalat). Kemudian,
hitung jumlah lalat yang hinggap pada fly grill selama 30 detik, sebanyak 10 kali
pengukuran, dan selanjutnya hasil tersebut diakumulasi untuk mengetahui jumlah
keseluruhan lalat dan rata-rata jumlah dari lalat yang hinggap pada sesi tersebut. Setelah
30 detik pertama, catat hasil dan jumlah lalat yang berhasil dihitung pada kertas yang
telah disediakan. Kemudian ambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat yang
tertinggi, kemudian dirata-ratakan. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan
satuan ekor per block grill (Amelba, dkk, 2020).

Populasi lalat yang tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan fly grill
merupaka salah satu alat sederhana yang banayk digunakan dalam mengukus kepadatan
alalat. Alat ini memiliki cara kerja yang sederhana dalam mengukur tingkat kepadatan
lalat. Pengukuran kepadatan lalat menggunakan alat ini akan lebih akurat karena dalam
penghitungannya diperhatikan per blok grill. Kepadatan dan penyabaran lalat sangat
dipengaruhi oleh reaksi terhadap cahaya, suhu dan kelembaban udara, serta warna dan
tekstur permukaan tempat. Lalat merupaka serangga yang bersifat fototrofik ( tertarik
pada cahaya ) (Team Teaching, 2021).

3.Vektor Tikus

Dilihat juga dari vektor tikus. Tikus termasuk jenis binatang yang
perkembangannya sangat cepat apabila kondisi lingkungan menguntungkan bagi
kehidupannya. Faktor yang mendukung keberadaan tikus meliputi ketersediaan
makanan, minuman, tempat perlindungan dan tempat perkembangbiakan. Tikus banyak
ditemukan di daerah pemukiman padat penduduk dimana memungkinkan digunakan
sebagai tempat tinggal dan sumber makanan yang cukup bagi tikus (Team Teaching,
2021).
Tikus adalah hewan pengerat yang dapat menularkan berbagai macam penyakit.
Salah satu penyakit yang ditularkan oleh tikus adalah penyakit Leptospirosis. Perilaku
sanitasi lingkungan adalah suatu kegiatan upaya pencegahan terjadinya penularan
penyakit yang ditularkan oleh tikus. Keberadaan tikus adalah salah satu indikator
kurangnya sanitasi lingkungan, sehingga menjadi pemicu penularan Leptospirosis
kepada masyarakat (Gema 2019).
Ektoparasit tikus berperan sebagai vektor biologis dalam penularan beberapa
penyakit pada manusia yang disebabkan oleh pinjal. Xenopsylla cheopis adalah pinjal
tikus yang dikenal sebagai vektor biologi dari penyakit pes. Penularan penyakit yang
dibawa oleh tikus dapat ditularkan secara langsung maupun secara tidak langsung
melalui ektoparasit yang dibawa oleh tikus. . Ektoparasit tikus tersebut berperan sebagai
vektor biologis dalam penularan beberapa penyakit pada manusia (Melahayati 2020).
Macam-macam tikus dan ciri-ciri habitatnya
1. Tikus Got (Rattus norvegicus) salah satu ciri-ciri hewan in adalah tikus
got memiliki tubuh yang berat dan tebal, hidung moncong dan tumpul.
2. Tikus atap (rattus rattus) salah satu cirinya yaitu memiliki ekor sepanjan
7,5 inci hingga 10 inci, sama dengan atau sedikit lebih panjang dari panjang
gabungan kepala dan tubuh mereka.
3. Tikus rumah ( Mus domesticus) salah satu ciri hewan ini adalah ukuran
ekornya lebih panjang dari tikus atap tapi tidak lebih panjang dari rattus rattus
(Team Teaching, 2021).
Keberadaan tikus dan ektoparasitnya (pinjal, kutu, tungau) merupaka faktor risiko
terjadinya masalah kesehatan masyarakat. Survey dapat digunakan sebagai kewaspadaan
dini penyakit menular tikus terkait dengan kepadatan tikus dan ektoparasit. Hasil dari
survey diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat uttuk pencegahan dan
pengendalian penyakit baik yang menular melalui tikus secara langsung maupun melalui
ektoparasit pada tikus. Nilai standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk binatang
pembawa penyakit khususnya tikus yang dipersyaratkan oleh kementrian kesehatan
yaitu <1(Team Teaching, 2021).

Tikus memberikan dampak yang besar di bidang kesehatan yaitu sebagai reservoir
beberapa patogen penyebab penyakit pada manusia. Urin dan air liur tikus dapat
menyebabkan penyakit Leptospirosis. Gigitan pinjal yang ada pada tubuh tikus, dapat
menyebabkan penyakit Pes. Selain itu, tikus juga dapat menularkan beberapa penyakit
lain diantaranya adalah Murine typhus, Salmonellosis, Richettsial Pox, Rabies, dan
Trichinosis. Jenis penyakit yang ditularkan oleh tikus dan hewan lainnya ke manusia dan
sebaliknya, secara umum dikenal dengan penyakit zoonosis. Penyakitpenyakit tersebut
dapat berakibat fatal bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan berujung pada
kematian. Penyakit Pes merupakan salah satu penyakit yang tercatat dalam Internasional
Health Regulations (IHR) sebagai reemerging disease atau penyakit lama yang
berpotensi muncul kembali serta dapat menyebabkan wabah atau kejadian luar biasa.
Keberadaan tikus dan ektoparasitnya merupakan faktor risiko terjadinya masalah
kesehatan masyarakat. Survei ini dapat digunakan sebagai kewaspadaan dini penyakit
menular tikus terkait dengan kepadatan tikus dan ektoparasit Hasil dari survei ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit baik yang menular melalui tikus secara langsung maupun melalui
ektoparasit pada tikus Survei identifikasi tikus dan ektoparasit bertujuan untuk
mengetahui jenis tikus dan ektoparasit yang ada (Hanafi, dkk, 2020).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Identifikasi Jentik/Larva
a. Tabel Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi

Mengamati sampel
1. Mikroskop
larva

Untuk meletakkan
2. Wadah
jentik

Mengambil larva
yang akan
3 Pipet Plastic
dipindahkan ke
wadah.

Menempatkan
Slides Mikroskop larva yang sudah
4.
(Obyek Glass) mati dan akan
diamati
b. Tabel Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi

Menjadi sampel yang


1. Jentik instar
akan diuji

Mematikan larva
2. Formalin 10 % sebelum di uji
mikroskopik

2. Identifikasi Nyamuk Dewasa


a. Tabel Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi

Menempatkan
1. Wadah/Botol Plastik nyamuk yang akan
diuji

Memindahkan
nyamuk yang ada
2. Jarum Pentul
padabotol plastik
ke kaca objek

Menempatkan
3 Kaca Objek (Objek
sampel nyamuk
. Glass)
dewasa yang akan
diamatai di bawah
mikroskop

Untuk
memperjelas
4. Kaca pembesar
mengamati bentuk
nyamuk

Untuk mengamati
5. mikroskop
bentuk nyamuk

b. Tabel Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi

Sampel yang akan di


Sampel Nyamuk
1. amati dibawah
Dewasa
mikroskop
3. Identifikasi jenis & kepadatan lalat
a.Tabel Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi

Flygril
berfungsi
untuk
1. Fly grill
mengukur
kepadatan
lalat.

Stopwatch
berfungsi
untuk
mengukur
2. stopwatch
waktu selama
30 detik
sebanyak 10
kali.
Alat tulis
berfungsi
untuk
mencatat
hasil
3. Alat tulis
pengamatan
dan jumlah
lalat yang
berhasil di
hitung.
b.Tabel Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi

Sampel yang akan di


1. Sampel lalat
amati

4. Identifikasi Tikus dan Ektoparasit


a.Tabel Alat
No
Nama Alat Gambar Fungsi
.

Perangkap/single Single live trap berfungsi


1.
live trap untuk penangkapan tikus

Timbangan/nera Untuk menimbang berat


2.
ca badan tikus
.untuk mengukur panjang
3. penggaris tubuh,kepala,telinga,kaki,d
an ekor tikus

Untuk menyisir kutu pada


4. Sisir kutu
tikus

Untuk mengetahui jenis


5. Mikroskop
ektoparasit pada tikus

b.Tabel Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi

Sampel yang akan


1. Sampel tikus
diamati
Untuk membius
2. Cloroform
tikus

E. CARA KERJA
1.Identifikasi Jentik

a.Tahap I

Memasukkan larva/jentik kedalam gelas plastik/botol plastik yang berisi air, menutup gelas plastik d

b.Tahap II

Memindahkan larva/jentik yang


berada di dalam gelas plastik/botol plastik kedalam cawan petrisidsh atau wadah warna dengan meng
pipet plastik;
Mematikkanlarva/jentikdengan menyemprotkan formalin 10%;

c.Tahap III

Mengidentifikasi larva/jentik beserta bagian – bagiannya dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa
2.Identifikasi Nyamuk

Menyiapkan sampel nyamuk dewasa dan menaruhnya di dalam gelas plastik/wadah plastik;

Meletakkan sampel nyamuk dewasa di atas kaca preparat dengan posisi tengkurap;

Mengidentifikasinyamukbeserta bagian-bagiannya dibawah mikroskop.


3. Identifikasi Jenis dan kepadatan lalat

Menempatkan fly grill pada area yang di tentukan. Biarkan beberapa saat (untuk penyesuaian

Menghitung jumlah lalat yang hinggap pada fly grill selama 30 detik, sebanyak 10 kali pengukuran.

Melakukan pengamatan pada lalat yang hinggap dari jenis, warna dan bentuk lalat
Mencatat hasil pengamatan dan jumlah lalat yang berhasil di hitung

mengambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat yang tertinggi kemudian di rata- ratakan

4. Identifikasi Tikus dan Ektoparasit

Tikus beserta perangkap dibungkus dengan kain dan dimasukkan ke dalam kantong, selanjutnya t
Setelah itu ditimbang berat badan (BB), diukur total long (TL), head and body (HB), tail (T), ea
Mencatat ciri-ciri tikus pada tabel yang disediakan

Tikus yang sudah dibius dengan cloroform ditempatkan di atas kertas putih, kemudian rambut b

Ektoparasit yang didapatkan diletakkan di atas kapas yang sebelumnya telah diberi alkohol kem
perhitungan success trap dan indeks pinjal

Succes trap adalah presentase tikus yang terperangkap oleh perangkap,dihitung


dengan cara jumlah tikus yang didapat dibagi dengan jumlah perangkap dikalikan
100%.

Success trap = jumlah tikus yang terperangkap x 100%


Jumlah perangkap

= 1 x 100%
2
= 50%
Indeks pinjal umum : jumlah yang ditangkap dibagi dengan jumlah tikus yang
diperiksa.
Indeks pinjal umum = Jumlah seluruh pinjal yang di dapat
Jumlah tikus yang diperiksa
= 7
1
= 7
F.HASIL PRAKTIKUM
a. Identifikasi Jentik/ Larva Instar 3 (Culex sp.)
No. Gambar Mikroskop Gambar Tangan Ket.
1. Antena
Kepala (Head) dan Dada
1. 2. Mata
(Thorax)
3. Thorax
No. Gambar Mikroskop Gambar Tangan Ket.

Perbesaran 4x
Badan (Abdomen)

1. Abdome
2.
n /Badan

Perbesaran 4x
3. Ekor (Tali) 1. Sifon
(Ekor)

Perbesaran 4x
b. Identifikasi Nyamuk
No. Gambar Mikroskop Gambar Tangan Ket
Kepala (Head)

1. Antena
1. 2. Palps
3. Probocis

Perbesaran 4x
2. Sayap 1. Sayap

Perbesaran 4x
c. Identifikasi Jenis, warna, dan bentuk lalat
Gambar Keteranagan
Jenis lalat : musca domestica
Warna: abu- abu kehitam
Bentuk lalat:
- panjang 6-9 mm
- mata menonjol dan terpisah
- kepala besar berwarna gelap
- rongga dada berwarna abu- abu dengan
4 garis sempit
- perut berwarna kuning
- 4 sayap bengkok dan ujung syap sedikit
rucing

Hasil pengukuran di kantin universitas negeri gorontalo


HASIL PENGUKURAN JUMLAH RATA-RATA
TITIK LALAT PADA 30 DETIK KE- KEPADATAN
KATEGORI
LOKASI DARI NILAI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TERTINGGI
I 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 2 RENDAH
Rumus :

P=

P=
P=

P = 2 (Rendah)
d .Identifikasi dan kepadatan tikus dan ekstoparasit
Ciri-ciri Morfologi Tikus yang di temukan.
Tikus yang di temukan
Pengamatan
Tikus 1 Tikus 2
Jenis kelamin Betina
Warna badan & ekor Coklat keabuan
Beret badan/BB (gram) 280 g
Bentuk Badan Memanjang
Bentuk Hidung Tumpul
Panjang Total (mm) 46 mm
Kepala & badan (mm) (5 mm) (18 mm)
Ekor (mm) 23 mm
Telinga (mm) 22 mm
Kaki Belakang (mm) 9,7 mm
Tengkorak (mm) 3 mm
Pinjal 7
Tungau -
Ektoparasit
Kutu -
Caplak -

Keberhasilan Pemerangkapan Tikus di wilayah Kota Tengah


Jumlah Jumlah
Lokasi Succes trap
perangkap tikus Ket.
pelaksanaan (%)
terpasang tertangkap
Kota Tengah 2 1 50 % TMS
1. Indeks Pinjal pada Tikus di Wilayah Kota Tengah
Jumlah
Lokasi Jumlah Indeks
tikus Ket.
pelaksanaan pinjal pinjal
tertangkap
Kota tengah 1 7 7 TMS > 2

G. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Jentik/Larva
Kegiatan pertama yang dilakukan pada parktikum kali ini yaitu
mengidentifikasi larva, salah satu anggota kelompok mengambil sampel larva di
selokan samping kampus. Sebelum melakukan pemeriksaan, terlebih dahulu
sampel larva di tuang kedalam wadah dan di hitung jumlah larva yang di dapat
menggunakan pipet plastik. Setelah menghitung jumlah larva yang di dapat,
mengambil 1 sampel larva dan dilakukan penyortiran larva/jentik yang akan di
amati, dimana larva yang diinstruksikan untuk diamati dibawah mikroskop yaitu
larva dalam tingkatan instar III yang ditandai dengan ciri larva yang memiliki
bentuk tubuh lebih jelas dan ukuran yang sedikit lebih besar. Adapun perbesaran
yang digunakan dalam pengamatan larva/jentik yaitu perbesaran lensa objektif
40x dan lensa okuler 10x agar larva dapat diamati dengan jelas.
Pengamatan dan pengidentifikasian larva dimulai bagian per bagian, dimana
dimulai dari bgain kepala, thorax hingga keseluruhan abdomen. Secara
keseluruhan struktur tubuh larva (morfologi) yang nampak dapat dilihat dengan
jelas seperti yang telah di jabarkan dalam tabel hasil pengamatan. Sehingga dari
pengidentifikasian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa larva yang diamati
merupakan jenis larva anopheles karena ditinjau dari ciri-ciri larva anopheles.
Yaitu terdiri atas kepala,torax dan abdomen dan panjang tanpa kak,kepala
mempunyai mata majemuk,antena berbulu,bagian mulut digunakan untuk
menggigit,kedelapan ruas abdomen mengandung spirakel yang berfungsi untuk
lubang udara,terletak sejajar dengan permukan air,mempunyai sikat palmata
seperti kipas,tidak mempunyai siphon (corong nafas),pada bagian anus
mempunyai insang anal yang brfungsi untuk menyerap air dan mampu menahan
suhu rendah maupun sedang.
2. Identifikasi Nyamuk Dewasa
Pada Kegiatan berikutnya yaitu mengidentifikasi nyamuk dewasa ditinjau
dari morfologi nyamuk yang nampak di bawah mikroskop. Setiap kelompok
membawa sampel nyamuk dewasa atau lebih yang di tangkap seacara acak.
Untuk nyamuk yang diamati dipilih hanya 1 nyamuk dewasa yang diambil
(ditangkap) yang sudah mati namun bagian-bagian tubuhnya masih utuh tanpa ada
yang hilang dan di letakkan di wadah dan di bawah ke laboratorium.
Selanjutnya nyamuk yang sudah mati diletakkan diatas kaca preparat sampel
nyamuk dewasa pun diamati bagian per bagian agar struktur tubuh nyamuk
dewasa terlihat dengan jelas. Perbesaran yang digunakan tetap sama seperti
perbesaran untuk pengamatan larva yaitu perbesaran 40x.
Pengamatan struktur tubuh nyamuk dimulai dari bagian kepala, bagian dada
(thorax), bagian abdomen hingga kaki serta sayap dari nyamuk dan dijabarkan
satu per satu morfologinya seperti yang sudah di tuliskan dalam tabel hasil
pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa nyamuk yang di amati merupakan jenis nyamuk Aedes aegypti karena
dilihat dari ciri-ciri yang ada yaitu nyamuk Aedes aegypti ukuran sedang,warna
hitam dan terdapat garis-garis dan titik-titik putih pada badan dan kaki, nyamuk
betina mempunyai antena dengan bulu yang tidak lebat, sikap hingga sejajar sama
dengan culex maupun mansonia. Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DHF
(dengue haemorhagic fever).
3. Identifikasi Nyamuk Dewasa
Kegiatan selanjutnya yakni identifikasi vektor lalat setiap kelompok
diinstrusikan untuk mengidentifikasi jenis lalat dan menghitung kepadatan lalat
pada area kantin bagian belakang fakultas hukum. Kegiatan pertama yang
dilakukan pada praktikum kali ini yaitu setiap kelompok mengidentifikasi jenis
warna dan bentuk lalat yang hinggap pada fly grill yang sudah ditempatkan pada
area yang sudah ditentukan. Untuk kelompok V AKK, fyl grill ditempatkan pada
kantin di bagian kantin belakang fakultas hukum. Dari hasil pengamatan
disimpulkan bahwa jebis lalat yang hinggap di fly grill adalah jenis lalat musca
domestica karena mempunyai warna abu-abu kehitaman, panjang 6,9 mm, mata
menonjol dan terpisah,kepala besar berwarna gelap.
Kegiatan berikutnya yaitu menghitung tingkat kepadatan lalat, pengukuran
kepadatan lalat dilakukan menggunakan fly grill di kantin bagian belakang
fakultas hukum kemudian dibiarkan beberapa saat untuk penyesuain bagi lalat
yang hinggap di fly grill. Selanjutnya dihitung jumlah lalat yang hinggap pada fly
grill selama 30 detik sebanyak 10 kali pengukuran, dan diambil sebanyak 5 hasil
perhitungan kepadatan lalat yang tertinggi kemudian di rata-ratakan. Untuk
mendapatkan hasil rata-rata anka kepadatan lalat dengan menggunakan satuan
ekor per blok grill.
Berdasarkan hasil pengukuran jumlah lalat yang dilakukan selama 30 detik
dan sebanyak 10 kali pengukuran, didapatkan hasil pengukuran berturut-turut 1 1
2 1 1 1 1 1 1 0 dan hasil pengukuran kepadatan lalat yang di dapatkan pada kantin
ini yaitu 2 atau berada pada kategori rendah.
Kepadatan lalat pada kantin ini rendh dikarenakan pengelolaan sampah yang
baik dan terdapat tempat sampah sehingga tidak terdapat sampah-sampah
berserahkan yang dapat mengundang lalat.
4. Identifikasi vektor tikus
Kegiatan selanjutnya yakni mengidentifikasi jenis tikus dan ektoparasit.
Setiap kelompok dihimbau untuk membawa sampel tikus yang ditangkap secara
acak dengan menggunakan perangkap/single live trap. Kelompok 5 menggunakan
2 perangkap dalam menangkap tikus, perangkap pertama merupakan perangkap
yang telah disediakan dari laboratorium, sedangkan perangkap yang ke 2
merupakan perangkap tikus yang di sediakan sendiri dengan kelompok.
Setelah meggunakan 2 perangkap tersebut yang di letakkan di tempat yang
berpotensi menjadi habitat tikus, di dapatkan 1 tikus yang terperangkap pada salah
satu perangkap, sedangkan pada perangkap lainnya tidak ada satupun tikus yang
berhasil tertangkap,setlah mendapatkan sampel tikus terebut, kemudian di bius
menggunakan cloroform, setelah menunggu brberapa menit sampai tikus tebius,
untuk melakukan pengukuran berat badan (BB) yang di timbang mnggunakan
timbangan/ neraca. kemudian mengukur total long ( TL) atau panjang tubuh dari
ujung kepala hingga ujung ekor, head and body (HB)/ kepala dan tubuh tikus
(tail), telinga (ear), kaki belakang (behind foot), dan tengkorak ( skull) yang di
ukur menggunakan pnggaris. Selai itu, jenis kelamin, warna badan dan ekor,
bentuk badan, seta bentuk hidung juga merupakan ciri- ciri morfologi yang di
amati pada tkus tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah di lakukan di
dapatkan tikus tersebut berjenis kelamin betina dengan badan dan ekor warna
coklat ke abu- abuan. Kemudian untuk berat badan (BB) tikus tersebut yaitu 280
g. Bentuk badan memanjang serta bentuk hidungnya yang tumpul.

H. KESIMPILAN
Berdasarkan kegiatan praktikum identifikasi vektor larva/jentik dan
nyamuk dewasa, indentifikasi jenis lalat dan kepadatan lalat,serta identifikasi
jenis tikus dan ekstoparasit, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Larva/jentik yang didefinisikan di bawah mikroskop dengan perbesaran
lensa objektif 40x dan lensa okuler 10x adalah jenis larva anopheles
2. Nyamuk yang diidentifikasi dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa
objektif 40x dan lensa okuler 10x merupakan jenis nyamuk Aedes aegypi
3. Lalat diidentifikasi secara langsung di kantin bagian belakang fakultas
hukum merupakan jenis lalat musca domestica. Sedangkan angka
kepadatan lalat yang didapatkan berdasarkan pengukuran lalat
menggunakan fly grill adalah sebesar 2 yang termasuk dalam kategori
rendah.
4. Tikus diidentifikasi melalui ciri-ciri tikus dan disesuaikan dengan
identifikasi tikus adalah jenis tikus rumah (mus domesticus) . sedangkan
ektoparasit yang diidentifikasi melalui ciri-ciri ektoparasit dibawah
mikroskop merupakan ektoparasit jenis pinjal. Indeks pinjal umum yang
didapatkan dari hasil pertimbangan adalah sebesar 7
DAFTAR PUSTAKA

Amelba, T, Lanjahi, G, dkk. 2020. Perbandingan Kepadatan Lalat pada kantin


fakultas dan kantin pondokan di Universitas Hasanuddin, Makassar Tahun
2020. Hal 1-2
Yulidar, Dinata. A. 2021. Rahasia Daya Tahan Hidup Nyamuk Demam Berdarah.
Yogyakarta : CV BUDI UTAMA
Gema, Perilaku Sanitasi Lingkungan Terhadap Keberadaan Tikus Sebagai Vektor
Leptospirasit di Surabaya, Kesehatan Lingkungan, Vol. 17 No 1, Nomor
06.
Melawati, Identifikasi Ektoparasit Pada Tikus, Jurnal Medika, Vol 2, Nomor 2
Hanafi, M.A, Nasruddin, N.K, dkk.2020. Identifikasi Tikus dan Ektoparasit di
kawasan "workshop" sekitar universitas Hasanuddin kota Makassar tahun
2020. Hal 1-2
Team Teaching. 2022. Penuntun Praktikum Kesmas Dasar. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo.
Wahyuni. D, Makomulamin, dkk. 2021. Buku Ajar Epidemiologi dan
Pengendalian Vektor. Yogyakarta : CV BUDI UTAMA

Anda mungkin juga menyukai