Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TIKUS

OLEH :

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2021
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Tugas ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.
Penulis memahami tanpa bantuan, doa, dan bimbingan dari semua orang
akan sangat sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar tugas ini lebih
baik dan bermanfaat.

Makassar, 30 Januari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHUALUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut  perkiraan total penduduk yang disusun Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu Jumlah penduduk
Indonesia 2020 berada di kisaran 271 juta jiwa dengan paling banyak
menghuni Pulau Jawa. Jumlah penduduk laki-laki yaitu 135.821.768
orang, dengan jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen
dibandingkan 2019, yaitu 134.858.411 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
perempuan yaitu 132.761.248 orang, dengan jumlah ini juga mengalami
kenaikan 0,82 persen dibandingkan 2019, yaitu 131.676.425 jiwa. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia maka akan mempengaruhi
aktivitas di berbagai sektor, contohnya dalam sektor pertanian, kelautan
dan perikanan, serta industri.
Menurut WHO ( 2005 ), vektor adalah serangga atau hewan lain
yang biasanya membawa Agent penyakit yang merupakan suatu risiko
bagi kesehatan masyarakat. Keberadaan vektor penyakit dapat
mempermudah penyebaran agent penyakit. Hal ini menentukan bahwa
masuknya agent baru ke dalam suatu lingku gan akan merugikan
kesehatan masyarakat setempat. Sedangkan binatang pengganggu adalah
binatang yang dapat mengganggu, meyerang, ataupun menimbulkan
kerusakan dan hidup disekitar manusia seperti tikus, rayap, anjing,kucing,
babi, atau binatang lainnya. Vektor dan binatang pengganggu dapat
merugikan manusia, merusak lingkungan hidup manusia dan akan
mengganggu kesejahteraan hidup manusia, oleh karena itu keberadaan
vektor dan binatang pengganggu tersebut harus dikendalikan.
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah suatu upaya untuk
mengurangi atau menurunkan populasi vektor dan binatang pengganggu
tersebut ke suatu tingkat yang tidak mengganggu ataupun membahayakan
kehidupan manusia.
Salah satu dampak penyakit yang disebabkan oleh tikus yaitu
Hantavirus Pulmonary Syndrome ( HPS ) penyakit ini dapat menyebabkan
kematian pada seseorang dan penularannya biasa melalui urine, kotoran,
atau air liur dari tikus yang terinfeksi ( Verury Verona Handayani, 2019 )
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin menyusun makalah
tentang tikus.

B. TUJUAN
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Tikus?
2. Bagaimana Ekologi Tikus?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Tikus?
4. Bagaimana Bantuk Makanan Tikus?
5. Apa Saja Indera Pada Tikus?
6. Bagaimana Sarang Tikus?
7. Bagaimana Siklus Hidup Tikus?
8. Bagaimana Tanda-Tanda Keberadaan Tikus?
9. Apa Saja Penyakit Yang Disebabkan Oleh Tikus?
10. Bagaimana Pengendalian Tikus?
C. MANFAAT
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Tikus.
2. Untuk Mengetahui Ekologi Tikus?
3. Untu Mengetahui Jenis-Jenis Tikus?
4. Untuk Mengetahui Bantuk Makanan Tikus?
5. Untuk Mengetahui Indera Pada Tikus?
6. Untuk Mengetahui Sarang Tikus?
7. Untuk Mengetahui Siklus Hidup Tikus?
8. Untuk Mengetahui Tanda-Tanda Keberadaan Tikus?
9. Untuk Mengatahui Penyakit Yang Disebabkan Oleh Tikus?
10. Untuk Mengatahui Cara Pengendalian Tikus?
BAB II

TINJAUN PUSTAKA
1. Pengertian Tikus
Tikus adalah hewan pengerat ( rodensia ) yang lebih dikenal
manusia sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang, dan
hewan pengganggu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak
diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan inijuga membawa,
menyebarkan, dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak
dan hewan peliharaan. Tikus adalah satwa liar yang bisa beradaptasi
dengan kehidupan manusia. Tikus digolongkan ke dalam Ordo Rodentia
( hewan pengerat ) dan Famili Muridae ( Destika Putri Gumay, 2019 )
Klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut ;
 Dunia : Animalia
 Filum : Chordata
 Sub Filum : Vertebrata
 Kelas : Mamalia
 Subkelas : Theria
 Ordo : Myomorpha
 Famili : Murinae
 Sub famili : Murinae
 Genus : Rattus dan Mus
2. Ekologi Tikus

Naik turunnya populasi tikus dipengaruh oleh faktor lingkungan yang


secara umum dapat dikelompokkan menjadi faktor abiotik dan faktor
biotik ( Singgih, H., 2006 )
a. Faktor Abiotik
Faktor yang penting mempengaruhi dinamika populasi tikus
air minum dan sarang. Air merupakan kebutuhan yang sangat penting
bagi tikus. Tikus riul membutuhkan air bebas setiap harinya,
sedangkan mencit rumah relative lebih tahan haus dan hanya minum
jika menemukan air.
Sarang bagi tikus mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai
tempat untuk melahirkan dan membesarkan anak-anaknya,
menyimpan pakan yang akan digunakan pada saat sulit mencari
makan, berlindung dari pengaruh lingkungan yang tidak
menguntungkan seperti hujan dan panas, beristirahat di siang hari,
melarikan diri dari kejaran predatornya.
b. Faktor Biotik
Faktor biotik yang penting dalam mengatur populasi tikus antara lain :
a) Tumbuhan atau hewan kecil sebagai sumber pakan.
b) Pathogen ( penyebab penyakit ) dari golong virus, bakteri,
cendawan, nematofe, protozoa, dan sebagainya.
c) Predator ( pemangsa ) dari golongan reptilian, aves, dari mamalia.
d) Tikus lain sebagai kompetitor, khususnya pada saat populasi
tinggi.
e) Manusia yang merupakan musuh utama tikus.
3. Jenis-jenis Tikus
Menurut Aria Agustia ( 2015 ) bahwa jenis tikus dijelaskan secara
tuntas yaitu, sebagai berikut :
a. Tikus Rumah ( Rattus rattus )
Tikus rumah merupakan binatang nokturnal dan hidup secara
berkelompok, dan dalam satu kelompok terdiri dari beberapa tikus
jantan dan tikus betina . Yang termasuk dalam jenis tikus rumah
( rattus rattus ) yaitu tikus atap ( roof rat ) , tikus kapal ( shift rat ), dan
black rat. Jika dilihat dari dari jarak kedekatan hubungan antara
aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah merupakan jenis
domestik, yaitu aktifitas dilakukan di dalam rumah manusia atau juga
tikus komensal ( comensal rodent ) atau stnanthropic. Tikus ini
mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor 220-370 mm.
Ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 12-23
mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas
cokelat tua dan rambut badan bawah ( perut ) cokelat tua kelabu.
Tikus rumah merupakan binatang arboreal dan pemanjat
ulung. Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala
dibawah sangat lihai, dan bila jatuh dari ketinggian 5,5 meter tidak
akan menimbulkan luka yang berarti bagi tikus. Makanan yang
dibutuhkan seekor tikus dalam sehari sebanyak 10-15% dari berat
badannya. Perilaku makan tikus dengan memegang makanan dengan
kedua kaki depan, dan kebiasaan mencicipi makanan untuk menunggu
reaksi makanan tersebut dalam perutnya. Hal ini perlu diperhatikan
apabila kita memberantas tikus dengan racun. Tikus mempunyai
kebiasaan mencari makan dua kali sehari yaitu pada 1-2 jam setelah
matahari tenggelam dan pada 1-2 jam sebelum fajar.
Umur tikus rumah rata-rata satu tahun dan mencapai dewasa
siap kawin pada umur 2-3 bulan baik pada tikus jantan maupun
betina . Masa bunting selama 21-23 hari dan seekor tikus betina dapat
melahirkan 6-12 (rata-rata 8) ekor anak tikus. Setelah 24-48 jam
melahirkan, tikus betina siap kawin lagi atau disebut post partum
oestrus.
Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain ( parasit )
yang ada di dalam tubuh ( endoparasit ) dan diluar/menempel di
tubuh ( ektoparasit ) yang merupakan penular atau penyebab banyak
sekali jenis penyakit. Endoparasit tikus antara lain cacing, virus,
jamur, protozoa, bakteri, dan rickettsia yang mempunyai tempat hidup
di hati dan ginjal tikus. Sedangkan ektoparasit tikus meliputi pinjal,
xenopsylla cheopsis, stivalus cognatus, kutu ( lice ), hoplopleura
pasifica, larva tangau, tungau, dan caplak.
Gambar 2.1 Rattus rattus ( Tikus Rumah )
Sumber : Amori, G., Hutterer, R., Kristufek, B., Yigit, N., Mitsain,
G. & Palomo , L.J. ( 2008)
b. Tikus Got ( Rattus Norvegicus )
Tikus got, tikus cokelat, tikus rumah besar atau tikus
laboratorium ( Rattus Norvegicus ) adalah salah satu spesies tikus
yang paling umum di jumpai di perkotaan. Hasil seleksi terhadap
hewan ini banyak digunakan sebagai hewan percobaan ( dikenal
sebagai tikus putih ) dan sebagai hewan peliharaan ( dengan warna
bervariasi.
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47
mm, telinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae 3+3 = 12.
Warna rambut bagian atas cokelat kelabu, rambut bagian perut
kelabu. Tikus ini banyak dijumpai diseluruh air/roil/got di daerah
kota dan pasar.
Gambar 2.2 Rattus Norvegicus ( Tikus Got/Tikus Putih )
Sumber : Ruedes, L. (2008). “Tikus Got” Versi 2011.1. Persatuan
Internasional Untuk Pelestarian Alam.
c. Tikus Ladang ( Rattus Exulas )
Tikus ladang mempunyai panjang ujun kepala sampai ekor
139-365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm
dan ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai rumus mamae 2+2 =
8. Warna rambut badan atas cokelat kelabu, rambut bagian perut
putih kelabu. Jenis tikus ini banyak terdapat di semak-semak dan
kebun ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan dan kadang-
kadang masuk ke rumah.

Gambar 2.3 Rattus Exulans ( Tikus Ladang/ Polinesa )


Sumber : Paul D. Heideman ( fotografer, pemegang hak cipta),
Memmal Slide Perpustakaan, masyarakat amerika mamalia.
d. Tikus Sawah ( Rattus Argentivetter )
Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss)
merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mammalia
(binatang menyusui), yang mempunyai sifat-sifat yang sangat
berbeda dibandingkan jenis hama utama padi lainnya. Oleh karena
itu dalam pengendalian hama tikus ini, diperlukan pendekatan yang
berbeda dibandingkan dengan cara penanganan hama padi dari
kelompok serangga.
Panjang tikus sawah dari ujung kepala sampai ujung ekor
270-370 mm, panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki
belakang 32-39 mm, telinga 18-21 mm sedangkan rumuus mamae
3+3 = 12. Warna rambut badan atas cokelat mudah berbintik-bintik
putih, rambut bagian perut putih atau cokelat pucat. Tikus jenis ini
banyak ditemukan di sawah danpadang alang-alang.

Gambar 2.4 Rattus Argentiveter ( Tikus Sawah )


Sumber : Bailie, J.( 1996 ).Tikus Sawah. 2006 IUCN.
e. Tikus Wirok ( Bandicota Indica )
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor
400-580 mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53
mm, telinga 29-32 mm sedangkan rumus mamae 3=3 = 12. Warna
rambut badan atas dan rambut bagian perut cokelat hitam,
rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekornya kaku seperti
ijuk, jenis tikus ini banyak ditemukan di daerah berawa, padang
alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.

Gambar 2.5 Bandicota Indica ( Tikus Wirok )


Sumber: Wikipedia, Indonesia (2005 ) https://id
.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tikus_Wirok.jpg
f. Mencit ( Mus Musculus )
Mencit adalah anggota Muridae yang berukuran kecil.
Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai
hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan
barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari.
Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia,
setelah manusia.
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
kurang dari 175 mm, ekor 81-108 mm, kaki belakang 12-18 mm,
sedangkan telinga 8-12 mm, dan rumus mamae 3+2 = 10. Warna
rambut badan atasdan bawah cokelat kelabu.

Gambar 2.6 Rattus Mus Musculus ( Mencit )


Sumber : Musser G, Amori, Hutterer R, Krystufek B, Yigit N &
Mitsain G ( 2008 ). “Mus musculus”. IUCN Red List of Threatened
Species.
4. Makanan Tikus
Menurut jurnal Dian Indra Dewi tahun 2010 bahwa Tikus memiliki
kebiasaan makan pada waktu tertentu yaitu pada malam hari. Jumlah
makanan yang diperoleh akan menentukan bertahannya sebuah populasi.
Cuaca juga menjadi penentu populasi Rattus. Corak aktivitas bagi sebagian
besar vertebrata dipengaruhi oleh perubaha cuaca. Hewan terestrial
menunjukkan peningkatan aktivitas jika cuaca panas akan lebih meningkat
pada waktu malam yang disertai hujan.
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan
yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan.
Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras, dan jagung tampaknya
lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi
per hari atau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga
memnyukai umbi-umbian seperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang
berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil
lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untukpertumbuhan
dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber
tenaga.
Tikus merupakan hewan yang sangat aktif pada malam hari
sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.
Tikus memiliki sifat “ Neo-Fobia”,yaitu talut atau mudah curiga terhadap
benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang
demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa
ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara
kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan
agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan
tempat umpan yang digunakan adalah benda-benda alami yang banyak
terdapat di alam . dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat
keracunan dengan cepat maka akan mengeluarkan suara kesakitan dan
tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka dari itu untuk penggunaan
pertisida kimia sebaiknya digunakan pertisida yang membunuh secara
perlahan, dimana tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu
kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun.
Untuk mencari makanannya, tikus selalu pergi dan kembali melalui
jalan yang sama, sehingga lama-kelamaan membentuk jalan tikus. Hal ini
disebabkan karena tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang
sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama
dapat ditandai dengan gesekan benda-benda disekitar jalan tersebut. Dan
juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang
dapat diciuminya ( wikipedia, 2018 ).
5. Indera Pada Tikus
Menurut Ristiyanto, Tuti R, Hadi (1992 ) indera pada tikus
dijelaskan sebagai berikut;
a. Indera Penglihatan : Tidak berkembang dengan baik, hanya mampu
melihat 1/3 dari penglihatan normal dan buta warna.
b. Indera Sentuhan : Tikus menggunakan kumis untuk mengetahui jenis
permukaan. Hasil sensor peraba dikirimkan ke otak sehingga
menghasilkan bentuk benda atau jenis permukaan.
c. Indera Penciuman : Tikus mempunyai indera penciuman yang
berkembang sangat baik. Tikus juga berkomunikasi (status kelompok,
perilaku kawin dll) dengan Pheromones.
d. Indera Pendengaran : Tikus mampu mendengar hingga 75.000 Hz
sedangkan Mencit mampu mendengar hingga 90.000 Hz.
e. Indera Perasa / Pengecap : berfungsi untuk mengecek kualitas
makanan. Tikus mampu membedakan rasa hingga bagian rasa yang
sangat kecil (0,000025%).
6. Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu,
pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang
digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat
dikejar oleh predator ataupun pada saat yang dilakukan gropyokan, dan
pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini
disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan. Selain itu, sarang
sarang tikus juga berdiri dari lorong yang berkelok-kelok, semakin banyak
anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang disarang tikus juga
dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan
kamar sebagai gudang tempat menyimpan bahan makanan ( Ristiyanto,
Tuti R, Hadi. 1992 )
7. Siklus Hidup Tikus
Habitat tikus umumnya berada di permukaan tanah, persawahan,
padang rumput, perkebunan dan semak belukar. Daerah penyebarannya di
kawasan Asia, seperti Thailand, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Filipina, dan termasuk Papua Nugini ( Anita, 2003 )
Luas Wilayah dan jarak jelajah tikus dipengaruhi jumlah sumber
pakan dan populasi tikus. Bila sumber pakan berlimpah ( fase generatif
tanaman ), maka jelajah hariannya pendek ( 50-125 m ) danbila sumber
pakan tikus sedikit ( fase pengolahan tanah sampai dengan akhir
vegetatif ), dapat disimpulakan bahwa tikus akan terus melakukan migrasi
untuk dapat memperoleh pakan.
Tikus dapat berkembang biak dengan cepat sebab waktu yang
diperlukan untuk seekor anak tikus menjadi dewasa relatif singkat. Tikus
got membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama yaitu sekitar 8-12
minggu.
Tikus betina dewasa bisa beranak sepanjag tahun, dan hanya dalam
kurung waktu 24-48 jam setelah melahirkan, tikus betina sudah bisa hamil
kembali. Tikus got betina dewasa hanya beranak antara 4-7 kali pertahun
namun setiap kali melahirkan bisa menghasilkan sekitar 8-12 ekor anak.
Tikus menjadi dewasa dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa
bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang
dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4-12 ekor ( rata-rata 6 ekor )
tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3
hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi
( Ristiyanto, Tuti R, Hadi. 1992 )
8. Tanda-Tanda Keberadaan Tikus
Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan
mencegah kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus
yaitu sebagai berikut, ( Drajat, Agus.2011 0 ;

a. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/nja tikus mudah
dikenal druangan yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk
dan warna yang khas, tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus
yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut ( agak
lunak ), makin lama maka tinja akan semakin keras.
b. Run Ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat
disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama,
bila melalui jalan yang sama, bila melalui lubang diantara eternit
rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam.
c. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus
dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun
membuat jalan misalnya lubang dinding.
d. Borrow
Borrow lubang yang terdapat pada sekitar keberadaan tikus seperti
dinding, lantai, perabotan, dan lain-lain.
e. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus
atau urinnya.
f. Tikus Hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
Ditemukannya bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.
9. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Tikus
Tikus dapat menyebabkan beberapa penyakit yang mungkin
berkembang menjadi gangguan yang parah. Hal tersebut dapat terjadi
ketika kamu mengalami gigitan dan cakaran yang dapat
menyebabkan demam. Gangguan lainnya juga dapat disebabkan kutu dari
badan tikus, urine, hingga kotorannya yang tercampur pada makanan.
Berikut beberapa penyakit yang disebabkan tikus sebagai berikut ;
a. Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)
Salah satu penyakit yang disebabkan tikus adalah hantavirus
pulmonary syndrome (HPS). Penyakit ini dapat menyebabkan kematian
pada seseorang. Penularannya dapat melalui urine, kotoran, atau air liur
dari tikus yang terinfeksi. Seseorang juga dapat terserang penyakit ini
ketika menghirup virus ini. Maka dari itu, pencegahan hewan pengerat
ini di sekitar rumah sangat penting dilakukan.
b. Murine Typhus
Penyakit lainnya yang disebabkan tikus adalah murine typhus.
Gangguan ini dapat ditularkan ke manusia melalui kutu yang terdapat
pada badan tikus. Tikus yang terinfeksi penyakit ini umumnya berada di
lingkungan tropis yang lembap. Seseorang yang hidup di rumah yang
banyak tikus dapat meningkatkan risiko terhadap gangguan ini.
c. Rat-Bite Fever (RBF)
Rat-bite fever (RBF) merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan tikus. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptobacillus
moniliformis ini dapat terjadi ketika kamu tergigit atau tercakar hewan
tersebut. Selain itu, kamu juga mendapatkannya melalui makanan atau
air yang terkontaminasi.
d. Leptospirosis
Penyakit lainnya yang disebabkan oleh tikus adalah
leptospirosis. Hal ini disebabkan oleh bakteri genus leptospira yang
masuk ke tubuh melalui luka yang terbuka lalu bersentuhan dengan
sumber infeksi. Gangguan ini dapat menimbulkan gejala pada
pengidapnya, tetapi beberapa tidak mengalami gejala.
Beberapa gejala yang mungkin timbul ketika terserang
leptospirosis adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot,
hingga penyakit kuning. Jika tidak diobati, pengidapnya akan
mengalami kerusakan ginjal, meningitis, gagal hati, dan gangguan
pernapasan. Pada kasus yang sangat jarang, kematian mungkin saja
terjadi.
e. Eosinofilik Meningitis
Eosinofilik meningitis yang disebabkan oleh tikus. Gangguan ini
menyebabkan infeksi pada otak yang terjadi karena peningkatan jumlah
infeksi cacing yang menembus ke dalam tubuh. Organisme yang paling
sering menyebabkan penyakit ini adalah cacing paru-paru tikus yang
disebut dengan Angiostrongylus cantonensis.
f. Pes
Pes merupakan penyakit zoonisis yang timbul pada hewan
pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular
dan dapat mewabah. Gejalanya antara lain adalah demam tinggi tanpa
sebab, timbulnya bubo pada femoral, inguinal, sesak dan batuk.
10. Pengendalian Tikus
Menurut Hastomo. (2010) pengendalian tikus sebagai berikut :
a. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas
pertimbanngan bahwa pengendalian secara mekanis tidak memberikan
hasil yang sesuai dengan harapan pelanggan atau untunk aplikasi di
luar bangunan. Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada
lokasi yang terdapat aktifitas pengolahan, produksi, makanan, farmasi,
dan area sensitif lainnya. Penempatan racun pada industri makanan
hanya dilakukan diluar ruangan yang tidak berhubungan dengan
produksi dan dilakukan untuk jangka waktu terbatas dan dibawah
pengawasan yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan
dengan menggunakan umpan yang mengandung rodentisida ( racun
tikus ). Alat-alat aplikasi rodentisida ;
1) Tamper Resistant
Merupakan tempat racun padat yang dapat melindungi dari
pengaruh lingkungan.
a) Penempatan tamper resistant diletakkan jauh dari jangkauan
anak-anak.
b) Tempatkan sticker petunjuk dan kartu cek list di atas setiap
kontak umpan berkunci.
c) Kontak umpan berkunci dipergunakan untuk pengumpanan di
dalam ruangan umum dan ruangan terbuka.
d) Setiap tempat racun umpan harus diberi nomor
seri/pengenal/no. Penempatan untuk memudahkan
monitoring dan pencatatan.
2) Racun Minuman
Racun minuman merupakan pilihan terbaik dalam
pengendalian tikus, jika ketersediaan makanan di lokasi
pemasangan banyak. Aplikasi racun minuman dapat dilakukan
bersamaan dengan umpan racikan dengan hasil yang lebih baik.
Hati-hati dalam aplikasi racun minuman, karena sifat racun
minuman yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan
kontaminasi.
3) Penanganan Bangkai
Tikus pasca pengendalian kumpulkan tikus yang
terperangkat/mati, musnahkan dengan cara membakar dan
dikubur dengan kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm, begitu
pula dengan setiap bahan sisa atau sisa pembungkus umpan racun.
4) Peralatan Keselamatan dan Pakaian Kerja
Dalam melaksanakan aktivitas pengendalian tikus, kelengkapan
keselamatan kerja yang harus dipenuhi meliputi ;
a. Sarung tangan karet apabila berhubungan dengan rodentisida,
bangkai tikus.
b. Masker penutuphidung dan mulutapabila berhubungan
dengan bangkai tikus.
c. Helmet apabila bekerja di area kolong bangunan atau daerah
berbahaya atau bila ditentukan oleh pemilik/ penanggung
jawab lokasi.
d. Sepatu safety dan safety glass dan tanda pengenal lainnya
bila ditentukan oleh pemilik/penanggung jawab lokasi.
e. Pakaian kerja yang dipergunakan khusus melakukan
pekerjaan.
f. Pakai tanda pengenal perusahaan yang masih berlaku
( Ramlan, 1996 )
b. Pengendalian Non Kimiawi
1) Sanitasi dan Higienes Lingkungan
Tikus akan berkembang biak dan hidup dengan baik pada
situasi dimana mereka dengan mudah mendapatkan makanan, air,
tempat berlindung, dan tempat tinggal yang terganggu, ada
beberapa al yang dapat dilakukan untuk meminimaliskan gangguan
tikus di ingkungan yaitu ;
a) Minimaliskan tempat bersarang antara lain : eliminasi
rumput/ semak belukar
b) Meletakkan sampah dalam garbage sampah yang memiliki
konstruksi yang rapat
c) Meniadakan sumber air yang dapat mengundang tikus,
karena tikus membutuhkan minum setiap hari.
2) Pencegahan secara fisik dan mekanis
a) Secara fisik dilakukan dengan ekslusi atau struktur kedap tikus
untuk mencegah tikus dapat masuk ke dalam bangunan antara
lain dengan menutup semua akses keluar-masuk tikus ( cela,
lubang ) pada bangunan, mengeliminasi sarang atau tempat
persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang
menjulur kebanguan, tidak membuat taman terlalu dekat
dengan struktur bangunan.
b) Secara mekanik dilakukan dengan membuat pelindung
sehingga tikus tidak dapat masuk ke dalam rumah, ruangan dan
tempat penyimpanan contohnya dengan memasang plat besi
pada pohon. Pengendalian secara mekanis lainnya juga dapat
dilakukan antara lain dengan menggunakan perangkat antara
lain perangkap lem, perangkap jepit, perangkap massal dan
perangkap elektrik. Perangkap merupaka cara yang paling
disukai untuk membunuh atau menangkap.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tikus adalah hewan pengerat ( rodensia ) yang lebih dikenal manusia
sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang, dan
hewan pengganggu yang menjijikan di perumahan.
2. Naik turunnya populasi tikus dipengaruh oleh faktor lingkungan yang
secara umum dapat dikelompokkan menjadi faktor abiotik dan faktor
biotik ( Singgih, H., 2006 )
3. Jenis-jenis tikus yaitu tikus rumah,tikus got, tikus ladang, tikus
sawah,tikus wirok dan mencit.
4. Menurut jurnal Dian Indra Dewi tahun 2010 bahwa Tikus memiliki
kebiasaan makan pada waktu tertentu yaitu pada malam hari
5. Indera pada tikus yaitu penglihatan, sentuhan, penciuman,
pendengaran, perasa.
6. Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu
utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang
digunakan dalam keadaan yang membahayakan.
7. Tanda keberadaan tikus yaitu droping, run ways, grawing, borrow,
baud an tikus hidup.
8. Penyakit yang disebabkan tikus yaitu hantavirus pulmonary syndrome
(HPS), murine typhus, rat-bite fever (RBF), leptospirosis, eosinofilik
meningitis dan pes.
9. Pengendalian tikus dapat dilakukan denga cara pengendalian kimiawi
dan non kimiawi.
Daftar Pustaka

Ahmad, Hamsir dkk. (2011). Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu


Politeknik Kesehatan Makassar. Kesehatan Lingkungan. Makassar.
Anita, C. (2003). Tikus dan Cara Pengendaliannya. Fakultas Biologi UGM.
Bacaan Agrikulturo Title Yogyakarta.
Agusti, Aria. (2015). Pengendalian Vektor Tikus.
https://ariagusti.files.wordpress.com/2015/10/pengendalian-vektor-tikus-
kelompok-1-fkm-unand.pdf
Drajat, Agus. ( 2011 ). Laporan Identifikasi Tikus. Web. Diakses pada tanggal 06
Januari 2021. https://files.wordpress.com/2011/03/laporan-identifikasi-
tikus.pdf )

Anda mungkin juga menyukai