Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

Pengendalian Vektor
Tentang

“Pratikum Pengendalian Tikus”

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Desri Yanti (1903075)
2. Arisa (1903068)
3. Yessi Jason ( 1903072)

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Pengendalian Vektor dengan judul “Pratikum
Pengendalian Tikus”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian
Vektor yang diberikan oleh dosen pengampu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, penyusunan, penguraian, maupun isinya. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak,
baik bagi pembaca maupun kami sendiri.

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................I

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN

1..1Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah..................................................................................................2

1.3 Tujuan ......................................................................................................................2

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Tikus......................................................................................................3

2.2 Makanan Tikus..........................................................................................................4

2.3 Indera pada Tikus......................................................................................................5

2.4 Sarang.......................................................................................................................5

2.5 Perkembangbiakan....................................................................................................6

2.6 Pengendalian.............................................................................................................6

2.7 Jenis-jenis Tikus........................................................................................................6

2.8 Tanda-tanda keberadaan tikus...................................................................................8

2.9 Alat dan Bahan..........................................................................................................9

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemukiman kota yang padat merupakan salah satu masalah yang ada di suatu
negara. Kepadatan disebabkan oleh banyaknya manusia yang tinggal dan adanya
kekurangan lahan untukbertempat tinggal. Padatnya tempat ini menimbulkan banyak
masalah yang terjadi pada kehidupan manusia. Penataan ruang yang kurang baik,
kekurangan lahan untuk mendesain rumah, kekurangan lahan menyebabkan tidak adanya
lahan yang seharusnya digunakan semisal jamban dan banyak masalah yang lain.
Faktor lain yang dapat menjadi masalah adalah kesehatan. Dengan kekurangan
lahan inilah masalah kesehatan dapat muncul. Kekurangan lahan dapat menyebabkan
kekurangan tempat menyimpan sehingga semua diletakkan dalam satu tempat.
Ketidakrapian terjadi, dapat menyebabkan kesemrawutan sehingga banyak vektor senang
untuk ikut bernaung semisal dalam suatu rumah. Serangga dan binatang pengganggu
dapat juga menjadi masalah akibat kekurangan lahan. Salah satu dari vektor penyebab
dari masalah tersebut adalah tikus.
Tikus identik dengan lingkungan manusia yang tidak sehat dan dekat dengan
sawah atau dekat dengan hutan. Tikus merupakan hewan pengerat yang mengganggu
kehidupan manusia dan juga dapat menularkan penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh
tikus dilakukan secara tidak sengaja seperti halnya kuman yang menempel di badan
tikus, kutu yang hidup di kulit dan penyakit yang ada di dalam pencernaan tikus. Hewan
ini merupakan hewan yang menjijikkan menurut manusia disebabkan karena perilakunya
yang mengganggu dan bau yang dihasilkan oleh beberapa jenis tikus.
Tikus dapat dijadikan indikator kesehatan dan baiknya manajemen suatu
tempat. Semisal rumah sakit yang ada beberapa diantaranya hidup banyak tikus.
Kebersihan, kenyamanan, dan kesehatan rumah sakit tersebut terganggu akibat adanya
vektor ini. Selain itu di restoran kelas dunia, kebersihan dapurnya dari adanya tikus
menjadi hal penting dan menjadi tolok ukur manajemen dalam restoran tersebut. Tikus
yang selama ini kita tahu selalu membawa masalah kemudian dengan melakukan
praktikum penangkapan dan identifikasi tikus ini diharapkan kita nanti mampu untuk
mengetahui informasi tentang tikus yang lebih mendalam. Sehingga kita bisa melakukan
pengendalian terhadap tikus yang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan dan
juga masalah-masalah gangguan yang dilakukan oleh tikus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Untuk mengidentifikasi atau mengetahui ciri-ciri khas dari tikus berdasarkan
jenis dan habitatnya
2. Untuk mengetahui jenis makanan kesukaan tikus, dalam mempermudah dalam
proses trapping
3. Untuk mengetahui keberadaan atau habitat tikus
4. Untuk mengetahui keberadaan adanya ektoparasit tikus

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk Memenuhi tugas kuliah pengendalian vektor tentang pengendalian tikus, dan
mengetahui serta mempelajari mengenai hewan tikus serta pengendalian tikus tersebut
agar tidak merugikan kepada kegiatan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Tikus


Ahmad (2011) menyatakan, Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku
Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got
(Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu
organisme model yang penting dalam biologi.
Tikus merupakan binatang pengerat yang sudah menjadi musuh masyarakat
karena sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor. Selain itu tikus sering
merusak property rumah kita karena sifat pengeratnya danmenjadi musuh para petani
karena sering merusak tanaman/sawah mereka. Berbagai tindakan sering kita lakukan
untukmembasmi tikus ini seperti dengan jebakan, lem ataupun dengan racun.

Klasifikasi Tikus
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub famili : Murinae
Genus : Bandicota, Rattus, dan Mus

Insect dan rodent, baik disadari atau tidak, kenyataanya telah menjadi saingan
bagi manusia. Lebih dari itu insect dan rodent, pada dasarnya dapat mempengaruhi
bahkan mengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah
kehidupan yang terlibat dalm gangguan tersebut, erat kaitanya dengan
kejadian/penularan penyakit.hal demikian dapat dilihat dari pola penularan penyakit pest
yang melibatkan empat faktor kehidupan, yakni Manusia, pinjal, kuman dan tikus.
Beranjak dari pola tersebut, upaya untuk mempelajari kehidupan tikus menjadi sangat
relefan. Salah satunya adalah mengetahui jenis atau spesies tikus yang ada, melalui
identifikasi maupun deskripsi.
Untuk keperluan ini dibutuhkan kunci identifikasi tikus atau tabel deskripsi
tikus, yang memuat ciri–ciri morfologi masing – masimg jenis tikus. Ciri–ciri morfologi
tikus yang lazim dipakai untuk keperluan tersebut di antaranya adalah : berat badan
( BB ), panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), cakar (HF), telinga (E),
tengkorak (SK) dan susunan susu (M). Disamping itu, lazim pula untuk diketahui bentuk
moncong, warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor, gigi dan lain-lain. Insect atau
ektoparasit yang menginfestasi tikus penting untuk diketahui, berkaitan dengan
penentuan jenis vektor yang berperan dalam penularan penyakit yang tergolong rat borne
deseases.
2.2 Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak,
baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian
seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus
dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu,
tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal
dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari
hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian
tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai
sumber tenaga.Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan
seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air
dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari
sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki
sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru
ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan
adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru
ditemuinya. Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan
adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-
benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut
membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan
tanda bahaya kepada teman-temannya. maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia
sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut
akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak
akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun. Dalam mencari makanan,
tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk
jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama,
daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan
gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya
air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
2.3 Indera Pada Tikus
Indera Penglihatan Tikus
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus
mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna,
artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus
tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning
diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan makanan
utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat pada
malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat
mencapai 10 meter.
Indera Penciuman Tikus
Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau
makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk
dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang
berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.

Indera Pendengaran Tikus


Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan
frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang
dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
-Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
-Suara-suara menandakan adanya bahaya
-Suara-suara pada saat menemukan makanan
-Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
2.4 Sarang
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama
untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan
yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat
dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu
darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus
juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus,
semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar
yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan
makanan.

2.5 Perkembangbiakan
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti
dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3
minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-
rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari
setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi.

2.6 Pengendalian
Pengendalian yang paling sering kita gunakan biasanya menggunakan metode
gropyokan atau dengan memasang umpan, namun yang palig tepat dilakukan adalah
pengendalian terpadu.
Kalau kita menggunakan umpan beracun ada baiknya kita menggunakan
umpan yang tidak langsung membunuh dengan cepat, gunakanlah rodentisida yang
membunuh secara perlahan misal Klerat dan ratikus, karena seperti yang saya bicarakan
diatas tikus bila makan makanan yang beracun cepat reaksi kematiannya, maka dia akan
memberi sinyal suara kesakitan dan tanda bahaya kepada temannya , sehingga teman-
temannya akan waspada terhadap makanan baru, dan tidak mau makan terhadap umpan
yang kita berikan.
Pemberian umpan tersebut sebaiknya jangan disentuh dengan tangan sebab
indra penciuman tikus sangat tajam terhadap bau yang baru dan aneh termasuk bau
manusia.Lakukan pada saat paceklik pangan bagi tikus yaitu saat lahan beras (tidak
ditanami) sampai pada saat menjelang produksi pangan (bila pada padi menjelang
bunting).

2.7 Jenis-jenis tikus


antara lain:
-Mencit (Mus sp.)
-Tikus rumah (Rattus rattus)
-Tikus got (Rattus norvegicus)
-Tikus sawah (Rattus argentiventer)
-Wirok (Bandicota sp.)
-Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus)
-Mencit Rumah (Mus-musculus)
-Mencit Ladang (Mus-Caroli)
-Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai “tikus”, sesungguhnya bukanlah termasuk
golongan hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa serangga (Insectivora).
Tikus rumah (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa yang mudah dijumpai di
rumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat. Hewan
ini termasuk dalam subsuku Murinae dan berasal dari Asia. Namun demikian, ia lalu
menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal penanggalan modern dan betul-betul
menyebar pada abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tikus
rumah pada masa kini cenderung tersebar di daerah yang lebih hangat karena di daerah
dingin kalah bersaing dengan tikus got.
Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk
dan bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia lebih gesit dan
pemanjat ulung, bahkan berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam atau coklat terang,
meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna putih atau loreng. Ukurannya
biasanya 15-20 cm dengan ekor ± 20cm. Hewan ini nokturnal dan pemakan segala,
namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu beranak kapan saja, dengan anak 3-10
ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3 tahun dan menyukai hidup berkelompok.

Jumlah kelahiran tikus dapat dipengaruhi oleh:


-Kondisi Iklim
-Pakan yang terlimpah
-Tempat tinggal yang aman

2.8 Tanda-tanda keberadaan tikus


Tanda dan keberadaan adanya tikus dapat dilihat melalui jejak yang ditinggalkan. Jejak
yang ditinggalkan seperti dropping atau kotoran tikus. Kotoran tikus mudah dikenal dari
bentuk dan warna khasnya. Kotoran tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap
serta lebih lembut (agak lunak), semakin lama kotoran akan menjadi lebih keras. Selain
itu tanda keberadaan tikus juga dapat dilihat dari bekas gigitan tikus, karena tikus
memiliki kebiasaan menggigit dan membuat lubang. (Hannang, 2005).
Simanjuntak (2006) menyatakan bahwa dalam rangka mencegah penyakit yang
disebabkan oleh tikus, maka perlu memperhatikan kepadatan tikus. Adanya tikus di
lingkungan pemukiman perlu diwaspadai pula keberadaan ektoparasit terutama pinjal
yang berpotensi menularkan penyakit pes, murine typhus, dan tularemia. Pes merupakan
penyakit bersifat akut. Penyakit Pes dikenal ada 2 macam yaitu Pes bubo ditandai dengan
demam tinggi, tubuh menggigil, perasaan tidak enak, malas, nyeri otot, sakit kepala
hebat, pembengkakan kelenjer (lipat paha,ketiak dan leher). Sedangkan Pes pneumonic
ditandai dengan gejala batuk hebat, berbuih, air liur berdarah, dan sesak nafas.
Penyakit yang ditimbulkan oleh vektor diantaranya adalah penyakit pes dan
leptospirosis, dalam hal ini Nurjannah (2011) mengemukakan :
 Penyakit Pes (Plague)
Di dalam siklus penyakit ini tikus berperan sebagai “host”. Epizootic
umumnya terjadi pada Rattus rattus diardii. Apabila tikus banyak yang mati, pinjal yang
dalam hidupnya memerlukan darah kemudian pindah ke manusia. Bila pinjal-pinjal
tersebut mengandung baksil per yaitu Yersinia (Pasteurella) pestis, maka bisa menular
kepada manusia. Pes ini pada manusia disebut pes bubo ”bubonic plague” dan disamping
itu ada pula yang disebut pes paru-paru ”pneumonic plague atau lung plague” dan pes
septichaemia – ”septichaemic plague”. Bila pes bubo ini dibiarkan saja (tidak diobati),
bisa menjalar ke paru-paru, timbullah pes paru-paru skunder (secondary lung plague)
yang sangat ditakuti, karena bisa menular melalui udara. Pes inilah yang biasanya
menyebabkan epidemi dan menimbulkan banyak korban. Pada keadaan yang luar biasa
dimana baksil pes telah meracuni seluruh pembuluh darah, bisa menyebabkan pes
septichaemi. Penderita bisa meninggal secara tiba-tiba dalam keadaan yang sangat
mengerikan. Mungkin inilah yang menyebabkan kenapa penyakit pes zaman dahulu
disebut ”penyakit setan atau black death”. Sebelum penyakit pes tersebut pindah ke
manusia melalui perantaraan pinjal tikus (Xenophsylla spp, Nosopsyllus fasciatus, dan
pinjal tikus lainnya) dari ”host”nya yang terkenal (di Indonesia) yaitu R.r diardi. Di
dalam tubuh tikus penyakit pes tersebut dapat bersiklus secara abadi pada tubuh beberapa
jenis binatang lainnya (”rodent”).
Jenis-jenis binatang pengerat ini tidak semuanya akan mati bila kena penyakit
pes. Binatang tersebut berfungsi sebagai pembawa (”carrier atau vehicle”) baksil pes. Di
Indonesia R. exulans telah diketahui sebagai pembawa penyakit pes di daerah Boyolali,
sedangkan di Amerika dikenal jenis-jenis lainnya yaitu : Citellus variegates dan C
beechevi. Hal inilah antara lain yang menyebabkan mengapa bidang kesehatan banyak
menaruh perhatian kepada binatang mengerat dan melakukan penelitian-penelitian.
Penyakit pes yang abadi pada berjenis-jenis binatang pengerat di alam terbuka
yang umumnya jauh dari kehidupan manusia disebut “sylvatic plague” atau “campestral
plague”. Tempat-tempat di alam dimana binatang mengerat selalu mengandung bibit
penyakit disebut “foci” (jamak) atau ”focus” (tunggal). Mengetahui sumber dan
pergerakan penyakit-penyakit tersebut ke manusia sangat menarik bagi para
“epidemiologist” sedangkan mengetahui jenis-jenis binatang yang terlibat beserta situasi
habitatnya sangat menarik bagi para “mammalogist” dan “animal ecologist”. Pekerjaan
untuk mengetahui dimana ada foci tersebut disebut “foci detection” dan data yang
diperoleh sangat berguna untuk melakukan program pemberantasan penyakit pes. Inilah
salah satu kegunaan dari binatang pengerat tersebut, disamping sebagai binatang
percobaan di laboratorium juga digunakan dalam evaluasi kegiatan di lapangan
(melakukan pooling test).
 Leptospirosis
Penyakit ini di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda banyak menimpa
pekerja-pekerja pada tempat-tempat penggalian tanah, terutama tanah-tanah yang lembab
ataupun yang berair, seperti misalnya got-got dan tambang-tambang. Pada saat itu tikus
yang menularkan penyakit ini adalah R. novergicus. Terakhir penyakit ini
memperlihatkan dirinya kembali di kecamatan Kayu Agung, kabupaten Ogan Komering
Ilir, sekitar tahun 1970. Dengan adanya sistem adanya ”trapping” yang meluas
ditemukan banyak R. exulans yang terjangkit Leptospirosis. Di Malaysia ”host”nya yang
terkenal adalah R. novergicus dan R. argentiventer. Leptospira berkembang biak pada
ginjal tikus. Kemidian Leptospira ini dikeluarkan melalui urine dan akan tetap hidup
untuk beberapa waktu lamanya di tanah yang lembab/basah ataupun di air. Penularan
kepada manusia terjadi melalui selaput lendir atau luka di kulit. Pada dewasa ini penyakit
tersebut sudah tidak begitu kelihatan lagi namun diduga penyakit tersebut masih
berkembang biak terus di hutan diantara rodentia liar.

2.9 ALAT DAN BAHAN


ALAT
2.10 Pit Trap (Perangkap tikus)
2.11 Mistar penggaris
2.12 Neraca ohaus
2.13 Kantong plastik ukuran besar
2.14 Alat tulis
2.15 Kunci identifikasi
2.16 Sisir tikus
2.17 Handscoon
2.18 Masker
2.19 Baskom
BAHAN

1. Kapas
2. Chloroform
3. Insektisida aerosol
4. Umpan tikus
5. Tikus hidup

CARA KERJA
1. PRE BITTING
a. Memasang berbagai makanan ditempat yang akan dipasang perangkap tikus,
hindarkan kemungkinan termakan hewan lain.
b. Membiarkan selama sehari semalam lalu amati jenis makanan apa paling
banyak di makan tikus.
c. Ulangi sampai diperoleh data yang meyakinkan.
d. interpretasi data yang ada : makanan yang paling banyak dimakan adalah
makanan yang disukai dan digunakan sebagai umpan.
2. TRAPPING
a. Cuci perangkap yang akan di pakai menggunakan ditergen atau air panas agar
bau dari bekas tikus sebelumnya tidak terbawa. Gunakan perangkap tikus
hidup (cage trap )
b. Pasang beberapa tempat ( sesuai kaidah sampling) dengan menggunakan
umpan berdasarkan data predibiting ( sembarang ). Waktu dpemasangan di
lakukan pada sore hari.
c. Pada hari berikutnya, semua perangkap di ambil. Pisahkan perangkap yang
ada tikusnya dan perangkap yang kosong.
d. Tikus yang tertangkap di bawa ke laboratoriun untuk di identifikasi.
3. IDENTIFICATION
a. Perangkap yang sudah ada tikusnya di masukkan pada kantong plastik,
kemudian kantong di ikat rapat
b. Ambil chloroform dengan spuit, kemudian suntikan kedalam kanting tersebut
c. Diamkan beberapa saat hingga tikus mati, kemudian kantong di buka, dengan
mulut kantong tidak berhadapan dengan kita.
d. Bila perlu, semprotkan insektisida aerosol ke dalam kantong untuk membunuh
ektoparasit yang tidak mati oleh chloroform
e. Perangkap di keluarkan dari kantong plastik, dan tikus yang mati juga di
keluarkan dari perangkap.
f. Lakukan penyisiran terhadp tikus tersebut, untuk mendapatkan ektoparasit.
g. Ektoparasit yang di peroleh, dimasukkan pada botol yang di berikan pengawet
( misal : alcohol ), untuk mengidentifikasi pada waktu yang lain.
h. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan dan pengukuran terhadap tikus tersebut
sesuai dengan kunci identifikasi. Dapat pula hanya dilakukan pengukuran
terutama terhadap berat badan (H & B), panjang kepala (H & B), ekor (T),
cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK), dan jumlah puting susu (M).
i. Interprestasi data di atas, sesuai dengan kunci identifikasi, atau mencocokkan
pada table diskripsi tikus.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam famili Muridae. Tikus merupakan hewan
pengganggu dan merupakan vektor dari beberapa penyakit yaitu penyakit Pes yang
disebabkan oleh ektoparasit yang menempel di tubuhnya dan penyakit Leptospirosis lewat air
kencingnya. Tikus memiliki indra yang tajam kecuali indra pengelihatannya yang buta warna.
Tikus memiliki perilaku mengenali makanannya, tikus akan mencoba makanan sedikit untuk
mengetahui reaksi alergi dalam tubuhnya untuk selanjutnya apabila tidak terjadi alergi tikus
akan memakan semua.

Pengendalian pada tikus meliputi pengendalian fisika, kimia, dan biologi. Dengan
melakukan pengendalian ini, penyakit akibat tikus dapat dihindari. Untuk selanjutnya
mahasiswa sudah mampu untuk melakukan identifikasi tikus menggunakan kunci identifikasi
yang sesuai. Dengan mengetahui spesies tikus dapat diketahui tikus dari manakah yang
menjadi masalah.

Anda mungkin juga menyukai