Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENGENDALIAN VECTOR/RODENT

OLEH :
KELOMPOK 1

✓ Michaelis Diana Anggriani ✓ Serliana Lende


✓ Marisa Donatiana Sinlae ✓ Ardian S. Leky
✓ Apendita J. R. Y. Freitas ✓ Janwar Daud Namo
✓ Jeni Rambu Kaita Riwa ✓ Yuskariot Dapa Tadi
✓ Flaviana Dos Santos ✓ Andini Julintri Balukh
✓ Meylani A. C. Massi ✓ Yogi Maramba Hahar
✓ Adriana Putri Boimau ✓ Melina Anaci Tefa
✓ Natalia Kristin ✓ Hendrika Yuniartin Ganis
✓ Yustina Anjela Un ✓ Thersa Yusmina Dethan
✓ Agostin N. Djawa ✓ Maria D. M. Manek
✓ Maria S. Keron ✓ Mario Yohanes K. Djawaluna
✓ Wanti Tobe

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentang
vector tikus.
Dalam pembuatan makalah ini, kami pun sering menemukan berbagai
kesulitan. Sebagai makhluk sosial, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
yang dengan kerendahan hati bersedia membantu. Oleh sebab itu, kami
mengucapkan limpah terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini baik secara material maupun nonmaterial.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami mengharapkan adanya kritikan, saran, dan tanggapan dari para
pembaca yang bersifat membangun bagi makalah ini agar dapat berguna bagi kita
semua.

Kupang, September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Identifikasi dan Morfologi Tikus ..............................................................3
2.2 Karakteristik, Habitat, dan Reproduksi Pada Tikus ..................................6
2.3 Penyakit Akibat Tikus .............................................................................14
2.4 Pencegahan Penyakit Akibat Tikus .........................................................19
2.5 Pengendalian Vektor Tikus .....................................................................20
BAB III PENUTUP ...............................................................................................25
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................25
3.2 Saran ........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tikus adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama
tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang
menjijikan di perumahan. Pekembangbiakan tikus sangat cepat, umur 1-5 bulan
sudah dapat berekembangbiak. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa
kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai
penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan.
Tikus sebagian besar berada di rumah, di perkebunan atau disawah yang
berperan sebagai hama. Tikus yang berada dirumah membuat berbagai macam
masalah yang menyebabkan penyakit tertentu. Tikus dapat masuk ke sudut rumah.
Tikus dapat menghasilkan sampah juga dapat membuang kotoran di rumah-rumah
yang menjadi sarang tikus. Tikus juga dapat masuk ke dapur dan membuang air
kecil di sekitar peralatan masak dan bahan makanan. Akibatnya jika peralatan tidak
dicuci dengan baik dan juga makanan yang tercemar oleh kencing tikus dapat
menyebabkan penyakit berbahaya.
Rodentia komensal yaitu rodentia yang hidup didekat tempat hidup atau
kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit
yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari
kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat
ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau
melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau).
Selain itu hewan pengerat ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak
sedikit, yakni dengan merusak bahan pangan, instalasi medik, instalasi listrik,
peralatan kantor seperti kabel-kabel, mesin-mesin komputer, perlengkapan
laboratorium, dokumen/file dan lain-lain, serta dapat menimbulkan penyakit.
Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain, pes,
salmonelosis, leptospirosis, murin typhus. Dilihat dari nilai estetika keberadaan

1
tikus menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab,
kurang pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan/manajemen
lingkungan yang kurang baik. Dalam pengendalian tikus diperlukan strategi yang
dapat memadukan semua teknik pengendalian yang kompatibel menjadi satu
kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang
tidak menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi menghasilkan keuntungan optimal
bagi lingkungan dan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana identifikasi dan morfologi dari vektor tikus?
2. Bagaimana karakteristik dan habitat dari vektor tikus?
3. Penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan oleh vektor tikus?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit akibat vektor tikus?
5. Bagaimana upaya pengendalian vektor tikus ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi danmorfologi dari vektor tikus
2. Untuk mengetahui karakteristik dan habitat dari vektor tikus
3. Untuk mengatahui penyakit apa sajayang ditumbukan vektor tikus
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit akibat vektor tikus
5. Untuk mengetahui upaya pengendalian vektor tikus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi dan Morfologi Tikus


a. Klasifikasi
Di dunia rodentia ada 29 suku/familia, 468 marga/genera dan 2052
jenis/spesies, sedangkan di Indonesia ada 3 suku ialah Scuridae, Muridae, dan
Hystricidae. Ketiga suku tersebut dipilahkan berdasarkan konsistensi rambut,
kelebatan dan panjangnya rambut yang tumbuh di ekor serta adanya ukuran
foramen orbitalis. Anggota Scuridae (suku baji-bajingan) di Indonesia ada 54
jenis, Muridae (suku tikus-tikusan) ada 171 jenis dan Hystricidae (suku landak-
landakkan) ada 6 jenis.
b. Morfologi
Ciri-ciri tikus adalah memiliki kepala, badan dan ekor yang terlihat jelas.
Tubuh tertutup rambut, tetapi ekor tikus bersisik dan kadang terlihat rambut.
Tikus memiliki sepasang daun telinga, mata, bibir kecil yang lentur. Di sekitar
hidung atau moncong terdapat misai , yang bentuknya meyerupai kumis.
Badan tikus umumnya berukuran kecil (±500 mm), sehingga tikus biasanya
disebut mamalia kecil. Ukuran panjang badan tikus lebih besar daripada mencit
(≤180 cm). tikus dan mencit betina memiliki kelenjar mamae yang tumbuh
dengan baik. Kelenjar susu berjumlah 4-5 pasang dengan putting-putting tampak
jelas.

3
c. Cara Identifikasi Tikus
Cara identifikasi tikus dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara kuantitatif
dan kualitatif. Cara kuantitatif (satuan:mm) diukur sebagai berikut:
1. Panjang total (PT) panjang dari ujung ekor sampai ujung hidung, diukur
dalam posisi lurus dan terlentang
2. Panjang ekor (E) : diukur dari pangkal sampai ujung ekor
3. Panjang kaki belakang (KB): diukur dari panjang tumit sampai ujung jari kaki
terpanjang. Pengukuran KB dengan cakar.
4. Panjang telinga (T) : diukur dari pangkal telinga ke titik terjauh di daun
telinga.
5. Berat tubuh (B) : diukur dengan timbangan (gram)
Cara kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Rambut pengawal (guard hair); rambut tikus yang berukuran lebih panjang
dari pada rambut bawah (under fur). Rambut pengawal ada yang berbentuk
duri ada yang tidak seperti Rattus norvegicus dan Bandicota indica. rambut
pengawal bentuk duri biasanya pangkal melebar dan ujungnya menyempit.
Konsistensi rambut pengawal bentuk duri biasanya pangkal melebar dan
ujungnya menyempit. Konsistensi rambut pengawal bentuk duri bisa halus
bisa kasar dan bahkan kaku seperti pada sebagian besar anggota Maxomys,
Rattus exulans dan sebagian anggota Niviventer. Pada Rattus tanezumi,
rambut pengawal bentuk duri tidak kaku.
2. Warna rambut : pengamatan pada warna rambut punggung dan perut.
Perbedaan warna rambut tersebut menentukan jenis tikus. Perlu diperhatikan
apakah warna rambut punggung dan perut berbeda nyata (kontras) atau tidak
seperti pada tikus rumah (R.tanezumi). Tikus riul (R.norvegicus) antara
warna rambut perut dan punggung tidak berbeda nyata, sebaliknya pada tikus
belukar (Rattus tiomanicus) dan tikus sawah (Rattus argentiventer) warna
perut dan punggung berbeda nyata. Warna rambut perut ada yang putih bersih
seperti pada R. tiomanicus, ada yang abu – abu seperti pada Mus sp, Rattus
exulans, R.tanezumi dan R.norvegicus.

4
3. Rumus puting susu : angka depan menunjukkan jumlah pasangan putting susu
yang tumbuh di dada, sedang angka belakang menunjukkan pasangan putting
susu yang tumbuh di perut sebagai contoh rumus putting susu R. tanezumi :
M=2+3
4. Warna ekor : beberapa jenis tikus memiliki warna permukaan bawah dan atas
tidak sama atau dwiwarna seperti pada semua anggota Maxomys, sebagian
besar Niviventer dan sebagian Leopoldamys.
5. Gigi seri atas : warna dan bentuk gigi seri. Ada tiga macam bentuk gigi seri
yaitu prodont apabila sumbu gigi seri menghadap ke depan, opisthodont
apabila sumbu gigi seri mengarah ke belakang, orthodont apabila sumbu gigi
seri arahnya tegak.
6. Foramina incisivum: posisi terhadap geraham depan (beberapa jenis tikus
foramina incisivum) mencapai geraham depan seperti pada semua anggota
Rattus, ada yang tidak seperti pada semua anggota Maxomys. Selain posisi
foramina, ukuran foramina juga perlu diperhatikan misalnya pada semua
anggota Maxomys memiliki foramina yang pendek lebar.
7. Tulang langit – langit (palatum) belakang: posisinya terhadap geraham
belakang. Beberapa jenis tikus palatum belakang terletak di belakang
geraham belakang seperti pada anggota Rattus, tetapi ada pula yang terletak
di depan geraham belakang seperti pada Maxomys.
8. Arah sumbu gigi seri atas juga bisa untuk membantu dalam identifikasi tikus,
misalnya ada gigi seri yang prodont artinya sumbu gigi seri mengarah ke
depan, orthodont artinya sumbu gigi seri tegak lurus dan opisthodont artinya
sumbu gigi seri arahnya ke belakang.
9. Ukuran lempeng zigomatik juga penting dalam identifikasi misalnya lempeng
zigomatik pada R. argentiventer lebih lebar daripada R. tiomanicus dan R.
tanezumi. Selain ukuran, bentuk dan arah bagian depan lempeng zigomatik
juga dapat membedakan jenis.

5
2.2 Karakteristik, Habitat, dan Reproduksi Pada Tikus
a. Karakteristik Tikus
Tikus bisa hidup selama 2-3 tahun, mempunyai masa reproduksi aktif
selama satu tahun, dan lama bunting selama 20-22 hari. Umur dewasa saat 40-
60 minggu, durasi umur kawin 2 minggu dengan siklus estrous 4-5 hari, dan
berat dewasa mencapai 300-400 gram.
Karakteristik tikus juga terbagi dalam karakter kualitatif dan kuantitatif.
Karakter kualitatif dapat dilihat dari warna, bentuk hidung, bentuk badan dan
tekstur rambut.
a. Warna
Warna yang diamati pada tikus adalah warna rambutnya. Pengamatan
terhadap warna, dapat dibagi dua yaitu warna dorsal dan ventral. Untuk
warna dorsal juga dibagi dua yaitu warna badan dan ekor, demikian juga
untuk bagian ventralnya.
b. Bentuk hidung (moncong)
Bentuk hidung tikus secara umum terbagi menjadi dua yaitu kerucut
terpotong yang biasanya terdapat pada tikus yang berukuran besar, dan
kerucut yang biasanya terdapat pada tikus berukuran sedang dan kecil.
c. Bentuk badan
Bentuk badan tikus secara umum juga terbagi dua yaitu silindis membesar
ke belakang yang biasanya terdapat pada tikus yang berukuran besar, dan
silindris yang biasanya terdapat pada tikus yang berukuran sedang dan kecil.
d. Tekstur rambut
Tekstur rambut berkorelasi dengan ukuran tubuhnya. Tikus yang berukuran
besar mempunyai tekstur rambut yang kasar dan ukuran rambut yang
panjang. Sedangkan tikus yang berukuran kecil mempunyai tekstur rambut
yang lembut/halus dan ukuran rambut yang pendek. Tikus berukuran sedang
berada di antaranya.
Sedangkan karakter kuantitatif tikus dapat dilihat dari bobot tumbuh,
panjang kepala dan badan, panjang ekor, panjang total, panjang telapak kaki,
panjang telinga, panjang tengkorak dan jumlah puting susu tikus.

6
a. Bobot tubuh (Weight = W)
Pengukuran bobot tubuh ini dilakukan pada saat tikus tidak aktif, yaitu
dalam Keadaan mati atau dibius. Bobot tubuh dinyatakan dalam satuan gram
(g).
b. Panjang kepala dan badan (HeadandBody = HB)
Pengukuran ini dilakukan pada tikus dalam keadaan terlentang, dimulai dari
ujung hidung (moncong) sampai pangkal ekor yang biasanya ditandai
dengan adanya lubang anus. Satuan pengukuran yang digunakan adalah
milimeter (mm).
c. Panjang ekor (Tail = T)
Pengukuran dimulai dari pangkal ekor (lubang anus) sampai ujung ekor
dalam ukuran milimeter (mm).
d. Panjang total (Total Length = TL)
Ukuran panjang total merupakan penjumlahan dari HB dan T, (mm)
e. Panjang telapak kaki belakang (HindFoot = HF)
Pengukuran dilakukan dari tumit sampai ujung jari yang terjauh, tidak
termasuk panjang kuku, (mm).
f. Panjang telinga (Ear = E)
Pengukuran dilakukan terhadap daun telinga dari arah dalam, dimulai dari
lubang telinga sampai ujung daun telinga yang terjauh, (mm)
g. Panjang tengkorak (Skull = S)
Pengukuran dilakukan dari moncong sampai tengkuk, (mm)
h. Jumlah puting susu (Mammary Formula = MF)
Dihitung jumlah puting susu di bagian dada (pektoral) dan di bagian perut
(inguinal), dinyatakan dalam satuan pasang
i. Panjang dan lebar testis tikus jantan (Tidak umum dilakukan)
Satuan mmLebar sepasang gigi pengerat rahang atas (Incisors =
I)Pengukuran dilakukan pada bagian tengah dari sepasang gigi pengerat,
(mm)
b. Habitat Tikus

7
Persebaran tikus dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan
jauh/dekat hubungannya dengan kehidupanmanusia dan kesehatan
1. Jenis domestik (domesticspecies)
Tikus domestik melakukan aktivitas hidup (mencarimakan, berlindung,
bersarang, dan berkembang biak)sangat bergantung dengan aktivitas manusia.
Jenis inidikenal pula sebagai synanthropic atau hidupnya dilingkungan
pemukiman manusia. Banyak dijumpai diberbagai bagian lingkungan rumah,
gudang, kantor danfasilitas umum lainnya seperti pasar, terminal, stasiun
danBandar udara.
Tikus menyukai tempat gelap dan kotor,seperti di atap, sela-sela dinding,
sisa-sisa bahanbangunan, serta tempat sumber pakan seperti: dapur,lemari,
tempat menyimpan hasil panen atau pakan ternak.Contoh tikus rumah R.
tanezumi, tikus got R. norvegicus,dan mencit rumah Mus musculus.

Sketsa tempat keberadaan tikus di lingkunganrumah

2. Jenis peridomestik (peridomesticspecies)


Aktivitas hidup tikus sebagian besar dilakukan di luarrumah. Dijumpai di
lahan pertanian, perkebunan, sawahdan pekarangan rumah, misalnya tikus
ladang R. exulans,tikus sawah R. argentiventer, tikus wirokBandicotaindica,
dan mencit sawah M. caroli. Tikus domestik danperidomestik juga disebut
tikus komensal (comensalrodent) karena sering kontak dan berhubungan
denganmanusia.

8
3. Jenis silvatik (sylvaticspecies)
Tikus jenis ini aktivitas hidupnya dilakukan jauh darilingkungan manusia,
memakan tumbuhan liar, bersarangdi hutan dan jarang berhubungan dengan
manusia. Tikusdada putih Niviventerfulvescens, tikus belukar R.tiomanicus.
Jenis-jenis tikus berdasarkan karakteristik dan habitanya:
1. Tikus got (Rattusnorvegicus)
Rattusnorvegicus dapat ditemukan di saluran air/got di pemukiman kota
dan pelabuhan. Ciri-ciri Rattusnorvegicus adalah sebagai berikut : ukuran
panjang ujung kepala sampai ekor 300-400 mm, ukuran panjang ekor 170-
230 mm, ukuran panjang kaki belakang 42-47 mm, ukuran telinga 18-22
mm, warna rambut bagian punggung yaitu coklat kehitaman sedangkan
warna rambut bagian dada dan perut berwarna abu-abu
2. Tikus rumah (Rattustanezumi)
Habitat hewan pengerat ini adalah di liang tanah. Bisa di gedung, saluran
air, atau sistem saluran pembuangan yang menghubungkan ke arah luar
ruangan. Mereka suka menggali demi mendapatkan habitat yang nyaman.
Hasil galiannya ini bisa mengakibatkan kerusakan pada saluran
pembuangan.
Tikus rumah banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur), perkantoran,
rumah sakit, sekolah maupun gudang. Adapun ciri-ciri tikus rumah sebagai
berikut: ukuran panjang total ujung kepala sampai ekor 220-370 mm,
ukuran panjang ekor 101-180 mm, ukuran panjang kaki belakang 20-39
mm, ukuran lebar telinga 13-23 mm, warna rambut punggung berwarna
coklat tua kehitaman dan rambut bagian dada dan perut berwarna coklat tua
atau abu-abu tua.
3. Tikus (Mus domesticus)
Berikut ini adalah ciri-ciri Mus domesticus:
1) Panjang tubuhnya sekitar 3 sampai 10 cm.
2) Ukuran ekornya lebih panjang dari tikus atap tapi tidak lebih panjang
dari Rattusnorvegicus.

9
3) Warnanya biasanya coklat muda atau abu-abu dengan ciri warna perut
yang lebih terang.
4) Ukuran telinganya lebih besar dari pada Rattusrattus.
5) Ukuran kaki dan kepala Mus domesticus yang sudah dewasa lebih kecil
jika dibandingkan dengan Rattus ratus.
6) Gesit dan pandai memanjat.
7) Jejak kakinya berukuran lebih kecil dari tikus Rattusrattus.

Habitat hewan ini adalah di tanah, sedangkan sarangnya di dalam liang.

4. Tikus sawah (Rattusargentiventer)


Tikus sawah banyak ditemukan di daerah persawahan dan di padang alang-
alang. Adapun ciri-ciri morfologi tikus sawah adalah sebagai berikut :
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 270-370 mm, ukuran panjang ekor
130-192 mm, ukuran panjang kaki belakang 32-39 mm, ukuran lebar telinga
18-21 mm, warna rambut punggung coklat muda berbintik bintik putih,
sedangkan rambut bagian perut berwarna abu-abu.
5. Tikus ladang (Rattusexulans)
Tikus ladang pada umumnya terdapat di semak-semak, kebun, ladang sayur
sayuran dan di pinggiran hutan, namun dapat juga dijumpai di dalam rumah.
Adapun ciri-ciri morfologi tikus ladang adalah sebagai berikut : ukuran
panjang ujung kepala sampai ekor 139-365 mm, ukuran panjang ekor 108-
147 mm, ukuran panjang kaki belakang 24-35 mm, ukuran lebar telinga 11-
28 mm, warna rambut punggung yaitu coklat sedangkan rambut bagian perut
berwarna abu-abu.
Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Tikus
a. Jarak Rumah dengan Saluran Terbuka
Saluran pembuangan merupakan tempat hidup tikus dikarenakan sifat
saluran yang lembab sehingga tikus dapat berkeliaran.
b. Keberadaan Sarang Tikus
Tempat tersembunyi yang akan sering ditempati oleh tikus dan biasanya
terletak dekat dengan sumber makanan.

10
c. Karakteristik Rumah
Karakteristik yang berhubungan dengan keberadaan dan kepadatan tikus
yaitu rumah rapat tikus dengan kondisi pintu masuk dan keluar rumah rapat,
tidak berlubang, tidak bercelah antara daun pintu dengan bingkainya, atau
maksimal lebar celah 0,5 cm, kondisi ventilasi rumah ditutup rapat
menggunakan bahan saringan yang tidak mudah dikerat atau dilubangi oleh
tikus, lantai dan dinding rumah sudah diplester, lubang jendela berjarak 1
meter di atas permukaan lantai di bawahnya, dengan daun jendela rapat
dengan bingkainya. Baju, kain, buku, kertas, kardus dan barang-barang
disimpan rapi dalam lemari tertutup, makanan siap saji disimpan dalam
lemari tertutup dan rapat.
d. Predator
Predator merupakan upaya pengendalian secara biologis terhadap tikus
tidak adanya predator tikus populasi tikus akan terhindar dari musuh alami
serta kompetisi
e. Sumber Pakan
Ketersediaan makanan dan minum tikus di dalam maupun di lingkungan
luar rumah dapat mempengaruhi banyaknya populasi tikus. Kebiasaan tikus
dalam mencari makanan pada malam hari dimulai setelah matahari
terbenam. Jenis makanan yang dimakan sesuai dengan lingkungan dimana
ia tinggal.
f. Keberadaan Sampah Pemukiman
Adanya sisa bahan makanan atau sampah yang ada di dalam, di luar rumah
maupun di sekitar rumah dengan keadaan tempat sampah terbuka, dan
adanya tumpukan barang bekas di rumah. Sehingga perlunya membuang
sisa bahan makanan yang ada di dalam rumah dan meletakkan sampah di
luar rumah dengan kondisi tempat sampah yang tertutup.
g. Keanekaragaman Tanaman
Tumbuhan yang berpengaruh terhadap tingginya populasi tikus di sekitar
lingkungan pemukiman warga seperti rumpun, semak, bambu. Semakin
beragam tanman pada suatu lingkungan pemukiman, area perkebunan atau

11
lahan kosong disekitar pemukiman maka dapat menunjang untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan tikus
h. Suhu udara
Suhu udara ideal untuk lingkungan tempat tinggal manusia berkisar 16-
30°C. Ruangan dalam rumah yang gelap dan lembab dapat menimbulkan
banyak serangga, hewan pengerat dan mikrobakteri.
i. Pencahayaan
Tikus sulit menerima rangsang cahaya dengan intensitas lemah. Dengan
intensitas pencahayaan gelap dapat meningkatkan aktifitas tikus.
j. Kelembapan
Kelembapan udara berpengaruh terhadap ukuran dan penyebaran populasi
tikus. Kelembapan udara yang tinggi merupakan kondisi yang ideal bagi
tikus
k. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam membersihkan lingkungan rumah, dapur dan
merpasikan barang yang tidak terpakai di sekitar rumah
c. Cara Reproduksi Tikus
1. Sistem reproduksi tikus jantan
Alat reproduksi tikus jantan terdiri dari testis dan saluran-salurannya serta
kelenjaer asesoris. di dalam testis terdapat tubulus seminuferus yang
mrmpunyai kemampuan memproduksi spermatozoa. saluran reproduksi terdiri
dari epididmis, vas deferens, ampula dan penis dimana di dalamnya terdapat
uretra. epididimis adalah suatu pembuluh yang berada di bagian dorsal tesrtis,
lanjutan dari duktus eferensia, terdiri dari tiga bagian yaitu caput, korpus dan
kauda epididimis (Salisbury dan van Demark, 1985). kelenjar asesoris atau
pelengkap yang berkembang adalah kelenjar prostat yang terletak di sekitar
uretra dan kantong kencing. kelenjar asesoris tersebut menghasilkan cairan
yang merupakan media pembawa spermatoxoa pada waktu ejakulasi.
2. Sistem reproduksi tikus betina
Alat mencit betina terdiri dari ovarium sebagai organ reproduksi premis
yang menghasilkan sel telur serta hormone reproduksi betina yaitu estrogen

12
dan progesteron, di lengkapi dengan saluran reproduksi sebagai organ
reproduksi sekunder yang terdiri dari oviduk, uterus servik, vagina, dan vulva.
saluran-saluran reproduksi betina selain bertugas menerima telur yang di
produksi oleh ovarium juga menampung spermatozoa yang di pancarkan oleh
alat kelamin jantan (Hafez, 1993).
Tikus dan mencit mencapai umur dewasa sangat cepat, masa
kebuntingannya sangat pendek dan berulang-ulang dengan jumlah anak yang
banyak pada setiap kebuntingan. Masa bunting tikus singkat Sejak kawin
sampai melahirkan 19-23 hari.Kemampuan birahi induk setelah melahirkan
(postpartumoestrus) 1-2 hari setelah melahirkan induk siap dikawini.
Kemampuan melahirkan sepanjang tahun (poliestrus) Induk dapat melahirkan
tanpa mengenal musim dan masa istirahat dalam bereproduksi.Besarnya
jumlah keturunan Rata-rata per kelahiran 6 ekor. Tikus cepat menjadi dewasa
Berat anak tikus (cindil) 4,5-6,5 gram. Setelah berumur 2-3 bulan anak tikus
siap kawin. Tikus siap kawin sepanjang tahun, tikus jantan di daerah tropis siap
kawin setiap saat.
3. Siklus hidup tikus

Gambar siklus hidup tikus

Siklus estrus merupakan siklus reproduksi pendek yang dialami oleh hewan
pengerat, sehingga dapat dijadikan model hewan yang ideal untuk penelitian
tentang perubahan yang terjadi selama siklus reproduksi. Sebagian besar data

13
dalam literatur tentang siklus estrus diperoleh dari tikus karena mudah
dimanipulasi dan menunjukkan siklus estrus yang jelas dan terdefinisi dengan
baik. Tahapan siklus estrous dan perubahan hormonal siklus estrus pada tikus
juga pada mencit terjadi selama 4 atau 5 hari dan dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu:

1. Tahap pertama yaitu proestrus. Pada tahap ini, ada dominasi sel-sel epitel
nuklear. Sel-sel ini dapat muncul dalam kelompok atau secara individual.
Tahap ini sesuai dengan hari pra-ovulasi, ketika E2 (estradiol) meningkat
dan akibatnya, pada malam hari, terjadi lonjakan LH dan FSH sehingga
ovulasi terjadi.
2. Tahap kedua yaitu fase estrus. Fase ini ditandai secara khas oleh sel
cornifiedsquamousepithelial. E2 tetap tinggi sepanjang pagi dan jatuh
kembali ke tingkat basal pada sore hari.
3. Tahap ketiga yaitu fase metestrus. Pada tahap ini, ada campuran tipe sel
dengan dominasi leukosit dan beberapa sel epitel dan/atau
cornifiedsquamousepithelial. Konsentrasi plasma E2 rendah.
4. Tahap keempat yaitu diestrus. Tahap ini sebagian besar terdiri dari leukosit.
Selama tahap ini, kadar E2 plasma mulai meningkat. Selama estrus,
metestrus dan diestrus, serta sirkulasi plasma LH dan FSH rendah.

2.3 Penyakit Akibat Tikus


Tikus dapat menyebarkan lebih dari 35 penyakit di seluruh dunia. Penyakit
yang disebabkan oleh tikus dapat ditularkan secara langsung pada manusia.
Penularannya dapat melalui feses, urine, air liur, atau gigitan tikus. Sementara itu,
penyakit yang disebabkan oleh kuman pada tikus juga dapat disebarkan secara tidak
langsung melalui kutu, tungau, atau kutu yang memakan tikus. Berikut adalah
beberapa penyakit akibat tikus:
1. Hantavirus
Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) pertama kali ditemukan
pada tahun 1993. Menurut Centers for Disease Control and Prevention

14
(CDC), penyakit ini ditularkan oleh jenis tikus rusa, tikus berkaki putih,
tikus padi, dan tikus kapas.
Penyakit dari hewan pengerat yang satu ini menular ketika Anda
menghirup partikel dari urine, kotoran, atau air liur tikus yang ada di udara.
Anda juga bisa terinfeksi jika menyentuh atau memakan sesuatu yang
bersentuhan dengan sesuatu yang pernah terkena tikus. Digigit tikus juga
bisa berakibat terkena penyakit ini, meskipun kasusnya jarang.Gejala awal
hantavirus (HPS) sangat mirip dengan gejala flu, seperti:
a. Demam
b. Sakit kepala
c. Muntah
d. Diare
e. Sakit perut

Sekitar 4 hingga 10 hari kemudian, orang yang terkena mungkin juga


mengalami batuk, sesak napas, dan penumpukan cairan di paru-paru.Tidak
ada perawatan, obat, atau vaksin untuk mengatasi hantavirus. Namun, orang
yang terkena penyakit ini harus segera mendapatkan perawatan medis di
ruang perawatan intensif. Nantinya, Anda akan diberikan terapi oksigen
untuk mengurangi efek dari gangguan pernapasan parah.

2. Hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS)

Sama seperti hantavirus, HFRS adalah demam yang muncul bersamaan


dengan perdarahan (hemoragik) dan disertai sindrom ginjal. HFRS
termasuk penyakit seperti demam berdarah, demam berdarah epidemik, dan
epidemi nephropathia. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh tikus ini
serupa dengan penyakit hantavirus.

Penyakit ini biasanya berkembang di dalam tubuh mulai dari 2-8


minggu setelah terkena. Gejala awal bisa ditandai dengan kondisi di bawah
ini:
a. Sakit kepala terus-menerus

15
b. Nyeri punggung dan perut
c. Demam
d. Menggigil
e. Mual
f. Penglihatan kabur

Terkadang, penyakit ini juga bisa ditandai dengan wajah, mata, dan
kulit yang berwarna agak kemerahan. Gejala parah juga bisa muncul ketika
seseorang mengalami penyakit ini, yaitu tekanan darah rendah, syok akut,
hingga gagal ginjal akut.HFRS diatasi dengan mengontrol jumlah cairan
dan elektrolit dalam tubuh Anda. Selain itu, penyakit yang disebabkan oleh
tikus ini juga bisa diatasi dengan:

a. Pemeliharaan kadar oksigen dan tekanan darah.


b. Dialisis untuk mengatasi kelebihan cairan yang parah.
c. Obat ribavirin yang diberikan melalui infus

3. Penyakit PES
Penyakit pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestisida yang
ditularkan oleh tikus dan hewan pengerat lainnya. Bakteri penyebab
penyakit pes ini dibawa oleh kutu yang tertular dari hewan pengerat,
sehingga kutu kemudian akan menyebarkan bakteri tersebut saat menggigit
tubuh Anda.
Umumnya, penyakit pes tersebar di daerah yang lingkungan padat
penduduk dengan sanitasi yang buruk. Gejala penyakit pes yang paling
sering terjadi, yaitu munculnya pembengkakan kelenjar getah bening di
selangkangan, ketiak, atau leher.
Dalam beberapa kasus, penyakit pes bisa menyerang paru-paru.
Kondisi ini tentu sangat membahayakan karena bisa dengan mudah menular
dari orang ke orang, melalui droplet atau tetesan air liur saat batuk atau
bersin. Komplikasi penyakit dari tikus ini bisa berujung pada meningitis,
bahkan kematian.

16
4. Lymphocytic chorio-meningitis (LCM)
Lymphocytic chorio-meningitis (LCM) adalah penyakit dari tikus yang
disebabkan oleh virus choriomeningitis limfositik (LCMV), turunan virus
Arenaviridae. LCM bisa dibawa oleh hewan pengerat yang biasanya ada di
rumah-rumah.
Selain itu, virus ini juga bisa disebarkan oleh hewan pengerat
peliharaan seperti hamster. Jika Anda tergigit atau terkena air liur dan air
kencing hewan tersebut, Anda berisiko tinggi mengalami penyakit infeksi
ini.
Penyakit ini awalnya tidak akan menimbulkan gejala tertentu. Gejala
baru timbul setelah 8-13 hari setelah terserang virus pada tikus ini. Anda
akan merasakan gejala, seperti:
a. Demam
b. Kurang nafsu makan
c. Nyeri otot
d. Sakit kepala
e. Mual dan muntah

Dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit LCM bisa berkembang


lebih jauh hingga menimbulkan peradangan pada sumsum tulang belakang.
Jika ini terjadi, akan muncul beberapa gejala seperti kelemahan otot,
kelumpuhan, hingga perubahan lainnya pada tubuh.

5. Rat bite fever (RBF)


RBF adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan tikus. Gigitan
tersebut dapat mengakibatkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Spirillum minus atau Streptobacillus moniliformis. Ketika seseorang
terserang RBF, maka akan muncul berbagai gejala yang tidak biasa.Gejala
yang ditimbulkan dari rat bite fever adalah:
a. Demam
b. Muntah
c. Sakit kepala

17
d. Nyeri otot
e. Nyeri sendi
f. Kemerahan pada kulit

Selain melalui gigitan, penyakit yang disebabkan oleh bakteri pada


tikus ini juga bisa ditularkan lewat makanan dan minuman yang sudah
dimakan atau terkena air liur tikus. Jika tidak diobati, gigitan tikus yang
menyebabkan rite bite fever bisa menjadi penyakit yang bahaya atau bahkan
fatal.

6. Leptospirosis
Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang ditularkan oleh tikus ketika
seseorang memiliki luka terbuka. Kemungkinan, infeksi terjadi saat luka
terbuka yang belum sembuh tersebut bersentuhan atau terkena langsung
dengan perantara, misalnya air atau tanah, yang sudah tercemar oleh urine
hewan pengerat ini.Gejala penyakit akibat bakteri pada tikus ini ada banyak,
seperti:
a. Demam tinggi
b. Sakit kepala
c. Menggigil
d. Nyeri otot
e. Muntah
f. Kulit dan mata kuning
g. Mata merah
h. Sakit perut
i. Diare
j. Ruam

Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui


a. Penularan secara langsung, yaitu penularan dari hewan ke manusia.
Penularan terjadi saat seseorang melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan hewan. Misalnya peternak, perawat hewan,
petugas dirumah potong hewan,Penularan melalui darah, air kencing

18
dan cairan lain yang mengandung bakteri Leptospira yang masuk
kedalam tubuh.
b. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui air, genangan,
sungai, danau, saluran air dan sebagainya yang tercemar air kencing
hewan yang mengandung bakteri Leptospira

2.4 Pencegahan Penyakit Akibat Tikus


Pencegahan terhadap beberapa penyakit yang diakibatkan oleh tikus, dapat
dilakukan dengan:
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Kebersihan lingkungan menjadi factor yang mendukung
pencegahan penyakit akibat tikus. Lingkungan yang kotor menjadi tempat yang
mendukung keberadaan tikus. Keadaan lingkungan rumah berkaitan dengan
keberadaan tikus di lingkungan sekitar rumah, yang diketahui sebagai reservoir
penyakit Leptospirosis. Komponen rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi salah satu faktor pemicu keberadaan vektor dan perantara
pembawa penyakit termasuk tikus (Katulistiwa & Lestari, 2015)
2. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
3. Mencuci tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah
melakukan aktivitas, misalnya setelah bekerja di sawah, dek rumah ketika
memperbaiki instalasi listrik.
4. Memakai sepatu dari karet dengan ukuran tinggi dan sarung tangan karet bagi
kelompok pekerja yang beresiko tinggi leptospirosis, misalnya petugas
kebersihan dan petugas pemotong daging ataupun orang yang tinggal di daerah
rawan banjir.
5. Membasmi tikus di rumah atau kantor.
6. Membersihkan dengan desinfektan bagian-bagian dari rumah, kantor atau
Gedung-gedung yang diindikasi bekas kencing tikus.

19
2.5 Pengendalian Vektor Tikus
Dikarenakan memiliki dampak yang tidak baik bagi kesehatan, maka vektor
tikus perlu dikendalikan. Berikut merupakan beberapa cara pengendalian terhadap
vektor tikus:
a. Rat Proofing

Upaya rat proofing bertujuan untuk mencegah masuk dan keluarnya tikus
dalam ruangan serta mencegah tikus bersarang di bangunan tersebut. Untuk
mengendalikan tikus di suatu lokasi diupayakan agar lokasi tersebut tertutup
dari celah yang memungkinkan tikus masuk dari luar. Tikus dapat leluasa
masuk lewat bawah pintu yang renggang, lewat lubang pembuangan air yang
tidak tertutup kawat kasa, lewat shaft yang tidak berssekat atau lewat jalur
kabel telepon dan listrik dari bangunan yang tersambung disekitarnya.

Upaya rat proofing dapat ditempuh dengan jalan (Ristiyanto dan Hadi,
1992) :

1. Membuat fondasi, lantai dan dinding bangunan terbuat dari bahan yang
kuat, dan tidak ditembus oleh tikus.
2. Lantai hendaknya terbuat dari bahan beton minimal 10 cm.
3. Dinding dari batu bata atau beton dengan tidak ada keretakan atau celah
yang dapat dilalui oleh tikus.
4. Semua pintu dan dinding yang dapat ditem bus oleh tikus (dengan
gigitannya), dilapisi plat logam hingga sekurang -kurangnya 30 cm dari
lantai. Celah antara pintu dan lantai maksimal 6 mm.
5. Semua lubang atau celah yang ukurannya lebih dari 6 mm, harus ditutup
dengan adukan semen.
6. Lubang ventilasi hendaknya ditutup dengan kawat kasa yang kuat dengan
ukuran lubang maksimal 6 mm..

b. Sanitasi Lingkungan dan Manipulasi Habitat

Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi factor
penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang

20
tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien.Selain
menggunakan bahan kimia, pengendalian vektor juga bisa dilakukan dengan
pengubahan lingkungan. Dengan sanitasi, tikus akan kehilangan tempat
berlindung sementara, tempat membuat sarang, dan pakan alternatif berupa
beberapa jenis gulma. Hal ini dilakukan terutama pada awal tanam dan
selanjutnya selama terdapat pertanaman. semak. Meliputi tindakan
pembersihan gulma, semak, lokasi bersarang, dan habitat tikus seperti batas
perkampungan, tanggul irigasi, pematang, tanggul jalan, parit dan saluran
irigasi. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebar
pematang kurang dari 30 cm) untuk mengurangi tempat tikus berkembang biak.

Manipulasi habitat merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan


keseimbangan dalam agroekosistem.Sanitasi danmanipulasi habitat bertujuan
menjadikan lingkungan tidak menguntungkan bagi kehidupan dan
perkembangbiakan tikus. Tujuan dari perbaikan sanitasi lingkungan adalah
menciptakan lingkungan yang tidak favourable untuk kehidupan tikus. Dalam
pelaksanaannya dapat ditempuh dengan:

1. Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi di tempat


yang kedap tikus.

2. Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang terbuat dari
bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara
dengan baik.

3. Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas fondasi beton atau


semen, rak atau tonggak.

4. Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari.

5. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga tidak


dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.

c. Treatment Tikus (Rodent Control)

21
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk
jangka panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap.
Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan
populasi tikus yang rendah. Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area
tertentu yang akan menarik tikus dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang
tidak sensitive, seperti area parkir/garden, setelah itu baru difokuskan untuk
tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus nyingnying
(mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.

Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi
penempatan umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan
umpan pada suatu lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat
tikus tersebut mati, ditambah tenaga serviceman cukup berpengalaman
mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah (housing), Mall, industri
(pergudangan), Rumah Sakit, Hotel / Apartemen.

d. Pengendalian Kimiawi

Pengendalian tikus secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan


kimia yang dapat membunuh tikus atau dapat mengganggu aktivitas tikus.
Secara umum pengendalian secara kimiawi dapat dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu umpan beracun, bahan fumigasi, bahan kimia repellent, bahan
kimia antifertilitas.

1. Rodentisida

Rodentisida atau umpan racun merupakan teknologi pengendalian yang


paling banyak digunakan oleh para petani. Pengendalian tikus dengan
menggunakan umpan beracun atau perangkap berumpan racun mempunyai
efek sementara, racun perut (Rrodentisia campuran, antikoagulan kronik)
adalah umpan beracun yang hanya dianjurkan digunakan didaerah/tempat
yang tidak dapat dicapai oleh hewan.Rodentisida yang dipasarkan pada
umumnya dalam bentuk siap pakai atau dicampur sendiri dengan bahan
umpan. Rodentisida digolongkan menjadi racun akut dan antikoagulan.

22
Racun akut dapat membunuh tikus langsung setelah memakan umpan.
Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan tikus mati setelah
lima hari memakan umpan. Namun, jenis rodentisida antikoagulan
mempunyai efek sekunder negatif terhadap predator tikus. Penggunaan
rodentisida dalam pengendalian tikus sebaiknya merupakan alternatif
terakhir karena sifatnya dalam mencemari lingkungan.

2. Fumigasi

Asap belerang dan karbit merupakan bahan fumigant yang paling sering
digunakan oleh petani. Penggunaan emposan asap belerang merupakan cara
pengendalian tikus yang efektif, mudah dilakukan, dan biayanya murah.
Teknik menggunakan asap belerang merupakan teknik untuk membunuh
tikus di dalam sarang. Sebaiknya teknik fumigasi dengan emposan asap
belerang dilakukan pada saat tikus sedang beranak di dalam sarang agar
dapat membunuh anak tikus dan induknya di dalam sarang (Sudarmaji,
2004). Cara fumigasi lainnya yang dapat dilakukan adalah “tiram, yaitu
suatu cara fumigasi menggunakan teknik asap kembang api dengan bahan
aktif belerang. Tiram dimasukkan ke dalam sarang tikus dan dinyalakan
sumbunya, maka asap belerang akan keluar dan membunuh tikus.

3. Repellent

Repellent merupakan bahan untuk membuat tikus tidak nyaman berada di


daerah yang dikendalikan. Beberapa bahan alami nabati seperti akar wangi
diduga mempunyai efek repellent terhadap tikus, namun masih perlu
dilakukan penelitian yang lebih intensif

4. Antifertilitas

Beberapa jenis bahan kimia yang digunakan untuk pemandulan manusia


juga dapat digunakan untuk memandulkan tikus. Kesulitan dalam
penggunaan bahan antifertilitas di lapangan pada umumnya menyangkut
dosis umpan yang dikonsumsi oleh tikus. Ekstrak minyak biji jarak

23
(Richinus communis) telah diteliti dapat digunakan sebagai rodentisida dan
antifertilitas nabati pada dosis sublethal. Perlakuan dosis sublethal secara
oral dapat menurunkan produksi sperma tikus jantan hingga 90% dan
kemandulan pada tikus betina.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tikus adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama
tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang
menjijikan di perumahan.Tikus sebagian besar berada di rumah, di perkebunan atau
disawah yang berperan sebagai hama. Ciri-ciri tikus adalah memiliki kepala, badan
dan ekor yang terlihat jelas. Tubuh tertutup rambut, tetapi ekor tikus bersisik dan
kadang terlihat rambut. Tikus memiliki sepasang daun telinga, mata, bibir kecil
yang lentur. Di sekitar hidung atau moncong terdapat misai , yang bentuknya
meyerupai kumis.Tikus bisa hidup selama 2-3 tahun, mempunyai masa reproduksi
aktif selama satu tahun, dan lama bunting selama 20-22 hari. Umur dewasa saat 40-
60 minggu, durasi umur kawin 2 minggu dengan siklus estrous 4-5 hari, dan berat
dewasa mencapai 300-400 gram.
Karakteristik tikusterbagi dalam karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter
kualitatif dapat dilihat dari warna, bentuk hidung, bentuk badan dan tekstur rambut.
Sedangkan karakter kuantitatif tikus dapat dilihat dari bobot tumbuh, panjang
kepala dan badan, panjang ekor, panjang total, panjang telapak kaki, panjang
telinga, panjang tengkorak dan jumlah puting susu tikus.Persebaran tikus dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan jauh/dekat hubungannya dengan
kehidupan manusia dan kesehatandan terdapat jenis-jenis tikus berdasarkan
karakteristik dan habitanya. Tikus berkembang biak dengan siklus estrous yang
dibagi menjadi empat tahap.
Tikus dapat menyebarkan lebih dari 35 penyakit di seluruh dunia. Penyakit
yang disebabkan oleh tikus dapat ditularkan secara langsung pada manusia.
Penularannya dapat melalui feses, urine, air liur, atau gigitan tikus. Sementara itu,
penyakit yang disebabkan oleh kuman pada tikus juga dapat disebarkan secara tidak
langsung melalui kutu, tungau, atau kutu yang memakan tikus.

25
Dikarenakan memiliki dampak yang tidak baik bagi kesehatan, maka vektor
tikus perlu dikendalikan dengan cara rat roofing, sanitasi lingkungan dan
manipulasi habitat, treatment tikus (rodent control), serta pengendalian kimiawi.

3.2 Saran
Disarankan agar kita selalu mawas diridan berusaha melakukan kegiatan-
kegiatan yang dapat mengendalikan dan mencegah perkembangan vektor tikus
sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2020). Macam-Macam Tikus, Habitat, Ciri-Ciri, dan Kotorannya.


Fumida.Com.

Budi utomo, M.si.,Drh , suherni susilowati, M.kes. Drh. Indah Norma Triana, M.si.
(2004). Potensi Antibodi Spermatozoa (ASA) Terhadap Spermatogenesis dan
Ferlitilasis pada Tikus Putih. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga.
Dewi Marbawati dan Hari Ismanto. 2011. Identifikasi Tikus (Hasil Pelatihan Di
Laboratorium Mamalia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Vol 7, No
02 (46-48).

Dewi T.N. 2015. Gambaran Kepadatan Tikus di Kelurahan Randusari Kecamatan


Semarang Selatan Kota Semarang Tahun 2015. Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarkat. Semarang.

Farida, N. (2020). Cari Tahu Tentang Penyakit Dari Tikus Dan Lalat. Jakarta: PT.
Glory Offset Press.
Ismanto, & Marbawati. (2021). Identifikasi Tikus. In iIstitut Pertanian Bogor.
Katulistiwa, N. A., & Lestari, K. S. (2015). Analisis Kondisi Rumah Dan
Keberadaan TikusYang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis Di
Kabupaten Klaten. Journal of Public Health, 8(1), 1–13.
Nurin F. 2021. Hati-Hati! Ini 6 Penyakit Berbahaya Yang Disebebkan Oleh Tikus.
Hellosehat.com. Di: https://hellosehat.com/infeksi/penyakit-yang-disebabkan-
oleh-tikus/. Diakses Pada 15 September 2021.
Parisudha, Annisa. 2020. Upaya pencegahan penyakit yang disebabkan oleh tikus
di RT 05 dan 06 Dusun Pringgolayan, Banguntapan Bantul, D.I Yogyakarta. Vol.
3, No. 1, Maret 2020, Hal. 99-104: Yogyakarta.
PEDOMAN PENGENDALIAN TIKUS. [online] Available at:
https://rsudkoesma.id/wp-content/uploads/PPI/Pengendalian%20Tikus.pdf.

Priyanto, D., Raharjo, J., & Rahmawati, R. (2020). Domestikasi Tikus: Kajian
Perilaku Tikus Dalam Mencari Sumber Pangan dan Membuat Sarang. Balaba:

27
Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 16(1),
67–78. https://doi.org/10.22435/blb.v16i1.2601
Rusmini, 2011, Bahaya Laptospirosis (Penyakit Kencing Tikus) dan Cara
Pencegahannya, Yogyakarta, Gosyen
Publishing.http://ptn.ipb.ac.id/arsifpdf/Materi%202%20Dr.%20Ir.%20Swastiko%
20Priyambodo,%20MS%20-%20TEKNIK%20IDENTIFIKASI%20TIKUS.pdf

Saptiwi Anggi. 2012. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu Tikus


(https://www.academia.edu/93628/MAKALAH_PENGENDALIAN_VEKTOR_
DAN_BINATANG_PENGGANGGU_B_Pengendalian_Tikus_dan_Penyakit_Ya
ng_Berhubungan_Dengan_Tikus_)

Yuliadi, B., Muhidin, & Indriyani, S. (2016). Tikus Jawa, Teknik Survei Di Bidang
Kesehatan.

28

Anda mungkin juga menyukai