NIM : PO713221181079
PRODI : DIII/ IIB
MATA KULIAH : SANITASI INDUSTRI DAN K3
BAHAN BAKU
Karena bahan baku mudah rusak, maka terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menanganinya yang dijabarkan sebagai berikut:
Pencucian:
Pencucian memerlukan desain yang spesifik untuk suatu jenis bahan baku,
yang berarti setiap jenis bahan baku memiliki cara pencucian yang berbeda-beda
(bila menggunakan mesin, mesin yang digunakan untuk mencuci setiap jenis
bahan juga berbeda-beda) tergantung karakteristik bahan tersebut.
1. Sortasi
2. Peeling
Cassava washing
and peeling
machine. Sumber:
www.cassavaproces
singplant.com
Penyimpanan, contoh:
First in first out: bahan baku/ produk yang sudah lebih lama disimpan harus
dipakai/ dijual terlebih dahulu, sementara bahan baku/ produk yang lebih baru
diproduksi dipakai setelahnya.
Contoh first in first
outdimana produk
yang sudah lebih
lama disimpan akan
dikeluarkan terlebih
dahulu.
PROSES
Dari sudut pandang manajer, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sektor
produksi industri pangan ialah:
1. Efisiensi tenaga kerja (sumber daya manusia), misalnya:
2. Apakah industri ini merupakan industri padat karya atau bukan
3. Berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton
produk?
4. Kelancaran proses produksi, misalnya:
5. Ada sebuah saringan dalam pabrik yang setiap 2 minggu sekali bocor,
sehingga simpanan besi seperti (suku cadang) stok baut dan sebagainya
harus selalu tersedia / siap digunakan untuk menjamin kelancaran proses.
PRODUK
1. Pengemasan
2. Diperlukan desain kemasan sesuai karakteristik produk agar produk tidak
mudah rusak saat proses distribusi.
3. Pemberian label pada kemasan:
4. Keterangan pada label produk sangat berpengaruh terhadap penjualan.
Komponen utama yang harus terdapat pada label produk adalah:
5. Nama Produk
6. Berat Produk (Netto)
7. Kode Produksi
8. Expired Date
9. Komposisi (komponen tidak halal harus disebutkan bila ada)
10. Nutrition Value, dll
11. Pengangkutan
12. Waktu distribusi seringkali diperhatikan karena kualitas produk dapat
menurun seiring berjalannya waktu.
MONITORING
Monitoring merupakan suatu komponen penting dalam suatu program
INTEGRADED PEST MANAGEMENT DI INDUSTRI PANGAN . Hasil
monitoring akan memberikan informasi tentang populasi hama, lokasi dan kondisi
yang mendukung pertumbuhan hama. Manajer pengendalian hama membutuhkan
informasi ini untuk membuat keputusan tentang treatment yang terbaik.
Monitoring digunakan untuk :
• Mendetaksi populasi hama pada tahap dini, pada saat lebih mudah untuk
dikontrol.
• Mendapatkan pusat populasi hama dan membatasi penyebarannya.
• Menilai besarnya populasi hama dan kerusakan yang ditimbulkannya.
• Menentukan layout bangunan dan mencatat kondisi yang mendukung
timbulnya masalah hama.
• Mengevaluasi keberhasilan program pengendalian hama.
Monitoring terdiri atas inspeksi secara reguler (teratur), dilakukan secara
sistematis, untuk mendaptkan perkiraan ukuran, luas dan lokasi populasi hama.
Dalam monitoring dengan inspeksi tersebut sangatlah pentong untuk membuat
catatan dengan mendetail, menjadi rekaman tertulis. Untuk bangunan yang luas,
rekaman tersebut harus memuat layout bangunan, dengan posisi perangkap-
perangkap atau alat-alat monitoring lainnya. Perangkap diberi nomer atau kode
untuk memudahkan pencatatan. Dalam melakukan monitoring dilakukan hal-hal
berikut : 1. Mengamati tanda-tanda kehadiran atau adanya hama (pest signs) 2.
Mengisi log sheet Pest Sighting (pencatatan hama yang terlihat) 3. Peralatan untuk
menangkap atau menjebak hama (untuk memonitor hama di malam hari).
Teknik dan Prosedur Monitoring
a. Apa yang harus dilihat atau dicari :
• Kehadiran dan bukti adanya hama
• Bukti adanya kerusakan : sifat kerusakan, dimana kerusakan ditemukan,
apakah masih ada hama di daerah yang rusak tersebut.
• Kehadiran musuh alami hama
• Adanya bukti suatu kegiatan yang berperan dalam menimbulkan masalah
hama. Misalnya penanganan limbah atau sampah yang tidak baik,
banyaknya sisa atau bahan pangan yang berceceran dan tidak dibersihkan
dan lain-lain. • Jika ditemukan hama, terutama serangga yang tidak
dikenal, sampel harus dikumpulkan dan dikirim ke lembaga yang
kompeten untuk diidentifikasi.
b. Frekuensi Monitoring
• Ditentukan oleh biologi dan kebiasaan/sifat hama
• Ditentukan oleh bahan pangan yang diinspeksi atau dimonitor, jika bahan
pangan tersebut mempunyai limit atau treshold kerusakan yang rendah,
monitoring yang lebih intensif diperlukan.
• Dilakukan pada interval yang reguler atau tetap (mingguan atau lebih
sering jika serangan hama tinggi).
c. Ukuran daerah yang harus dimonitor
• Tergantung dari bahan pangannya, luas bangunan atau gudang dan
jumlah dan jenis hama.
• Cukup untuk mewakili semua bagian bangunan atau gudang.
• Tergantung derajat ketepatan yang dibutuhkan dan sumber daya manuais
yang dimiliki.
• Survai dilakukan dengan cara melakukan perjalanan monitor dengan pola
yang telah ditentukan, misalnya berbentuk X, V, Z atau S.
d. Pencatatan/Record
• Pencatatan yang akurat selama melaukan monitoring sanat penting untuk
mengambil keputusan dan mengevaluasi kecenderungan serangan hama
dari waktu ke waktu.
• Pencatatan selama monitoring harus mencakup : semua jenis serangga
yang menguntungkan atau serangga hama; identifikasi terhadap sampel;
metode pengambilan contoh, unit contoh misalnya jumlah serangga per
100 gram bahan, jumah butir biji-bijian yang rusak per 100 gram dan lain-
lain
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk
peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun
berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut
menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan
peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan
kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan
Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk
menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk
pedesaan.
Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara
drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk
saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan
nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian
kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugA terjadi
keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui
makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan
tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak
artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan
kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih
dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon).
Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
b. Manipulasi lingkungan
Manipulasi Lingkungan, adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng
terdiri atas kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan
kondisi sementara yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada
habitatnya. Misalnya perubahan kadar garam dari air, penyentoran saluran air
secara periodik, menghilangkan vegetasi dll.
Mengubah atau memanipulasi tempat tinggal dan tingkah laku
manusia.Adalah untuk mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan
mengurangi kontak antara manusia dengan vektor. Pendekatan ini dilakukan
dengan penempatan dan pemukiman kembali (penduduk) jauh dari sumber vektor,
perlindungan perorangan, pembersihan tempat perkembang biakan, menentukan
pemasangan rintangan-rintangan dan menyediakan fasilitas untuk menyalurkan air
dan kotoran/sampah.
Manipulasi lingkungan Merupakan kegiatan yang bertujuan menghasilkan
keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi beberapa serangga kesehatan
untuk berkembang biak di tempat perindukannya. Kegiatannya meliputi Pasture
rotation (perputaran padang rumput), drained pasture (padang rumput
dikeringkan), forested pasture, penebangan hutan, pembersihan dan pengangkatan
lumut dari.