PENDAHULUAN
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya dengan masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser di bawah optimal.
Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang dapat merugikan lingkungan, sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai environmental hazard dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia. Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem penunjang kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jamban keluarga dan pengelolaan air limbah merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001).
Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi, cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat
kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.
Para ahli kesehatan masyarakat sebetulnya sudah sangat sepakat dengan kesimpulan H.L. Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Namun energi dan kebijakan anggaran agaknya masih sangat cenderung kepada program yang bersifat kuratif.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keadaan jamban keluarga di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya? 2. Bagaimana pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya?
1. Untuk mengetahui distribusi fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya 2. Untuk mengetahui gambaran fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya
1. Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Pontianak dalam menerapkan berbagai kebijakan untuk mewujudkan suatu pemukiman yang sehat. 2. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat dan menjadi sumbangan ilmiah bagi peneliti-peneliti selanjutnya. 3. Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamban
Jamban adalah fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
1.
Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. a. Keuntungan yaitu : a.Mudah dibuat b.Bentuk sederhana c. Bahan-bahan dapat dicari didaerah setempat d. Air yang dibutuhkan untuk menggelontor sedikit e. Murah
b. Kerugian Yaitu :
2.
Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Lantrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi syarat, septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Didalam tanki ini tinja akan berada selama beberapa hari, dan mengalami dua proses, yakni :
1. Proses Kimia a. 60 70 % zat zat padat akan mengendap di dalam tanki Sludge. b. Zat zat yang tidak dapat hacur bersama lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menututp permukaan air dalam tangki scum. c. Scum berfungsi : mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakter bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang berfungsi pada proses berikutnya. 2. Proses Biologis Terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob melalui fakultatif anaerob yang memakan zat zat organik alam sludge dan scum.
Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian bagian tinja dan mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk kedalam tempat perembesar. Sampah dan pengelolaannya sampah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dandibuang. 3. Jamban Plasegan Plasegan dari bahasa jawa yaitu melengsengkan, yang berarti miring. Nama ini dipakai dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan kotorannya dihubungkan menggunakan saluran yang miring, jadi tempat jongkok dari jamban tidak dibuat persis diatas tempat penampungan kotoran, melainkan jauh ke sampingnya. 1. Keuntungannya a. Aman pemakaian bagi anak anak dan orang tua. b. Dapat bertahan lama karena proses penguraiannya mudah. 2. Kerugiannya a. Kurang cocok untuk daerah yang kurang air. b. Kurang cocok untuk daerah yang tanahnya jenuh atau tidak menyerap air. c. Biaya pembuatan relative mahal, sehingga tidak cocok untuk masyarakat yang kurang mampu.
3. Jenis leher angsa mempunyai dua cara yaitu 1. Dimana tempat jongkok leher angsa berada langsung diatas galian penampungan kotoran. 2. Dimana tempat jongkok tidak berada langsung diatas lubang galian penampungan. Dalam hal ini, lubang penampungan dapat dibuat dua buah untuk dipergunakan secara bergantian, jika salah satu lubang sudah penuh, untuk daerah pasang surut dapat pula dibangun jamban lain. Jamban Cemplung / Kakus i. Sering dijumpai di daerah pedesaan di Jawa. Sering dijumpai jamban cemplung kurang sempurna, missal : tanpa rumah jamban dan tanpa tutup, sehingga serangga mudah masuk dan bau. ii. Dalamnya 1,5 3 agar tidak mengotori air tanah dibawahnya. iii. Jarak dari sumber air sekurang kurangnya 15 m dan atap dapat terbuat dari daun kelapa. 4. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP Latrine) hampir mirip dengan jamban cemplung tetapi jamban ini lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa, rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bamboo atau jerami. 5. Jamban Empang (Fishpond Latrine), Jamban ini dibangun diatas empang ikan, didalam system jamban ini terjadi daur ulang : Tinja
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan seterusnya. Berfungsi mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja menambah protein bagi masyarakat menghasilkan ikan. 6. Jamban Pupuk (the compost privy), pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang, sampah dan daun daunan. 1. 2. 3. Mula mula membuat jamban cemplung biasa. Di lapisan bawah sendiri ditaruh daun daun. Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (bila ada) tiap tiap hari. 4. Setelah kurang lebih 20 inchi, ditutup lagi dengan daun daunan sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi. 5. 6. 7. Demikian selanjutnya sampai penuh. Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk tanaman.
Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia serta dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.
Tidak membuang tinja ditempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.
1.
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tidak berbau Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus Tidak mencemari tanah di sekitamya Mudah dibersihkan dan aman digunakan Dilengkapi dinding dan atap pelindung Penerangan dan ventilasi cukup Lantai kedap air dan luas ruangan memadai Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industry).
10
1. 2.
Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba pathogen Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Fosfor, serta kemungkinan kecil mikroorganisme.
3.
Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.
Campuran feces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba patogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
11
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut. Sebagai contoh, bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukkannya
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana adalah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima.
Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.
12
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti . Gas ini dapat mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air limbah) dan bangunan air kotor lainnya
Untuk pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik.
13
Untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.
2.2.5.
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon,
14
stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation,
2.3. Tinja
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang system saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lender dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya.
2.3.1
15
a. b. c. d. e. f. g.
Tidak menyebabkan kontaminasi pada sumber air minum Tidak menyababkan pencemaran pada permukaan tanah Tidak menyebabkan pencemaran pada badan air Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vector Tidak terbuka/berhubungan dengan udara luar Tidak menimbulkan bau yang dapat mengganggu Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan/septic tank 10 meter
2.3.2
Proses dekomposisi tinja Aktivitas utama dalam proses dekomposisi tinja yaitu : 1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil. Proses penguraian pada tinja secara alamiah akan berlangsung, sehingga akan berubah mejadi tidak berbau, stabil, dan tidak mengganggu. 2. Pengurangan volume dan massa (kadang-kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbon dioksida, ammonia, dan nitrogen yang di lepaskan ke atmosfer, bahan-bahan yang terlarut dalam keadaan tertentu meresap ke dalam tanah di bawahnya. 3. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian survey deskriptif dengan maksud untuk mengetahui gambaran fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di. Data yang diperoleh dari hasil survey ini selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai.
17
Metode penelitian yang diterapkan pada penulisan ini adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian ini dilakukan di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
3.4. Waktu Penelitian Waktu penelitian yaitu pada Hari Jumat, 22 Juni 2012.
3.5.1. Populasi
Populasi adalah semua masyarakat yang bermukim di Penelitian ini dilakukan di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
3.5.2. Sampel
Sampel adalah rumah tangga yang berada di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling. Di terdiri dari RW di setiap RW diambil masing-masing 6 KK secara simple random sampling. Jadi, jumlah responden yang diambil adalah 35 orang. Responden adalah kepala keluarga atau salah seorang keluarga yang dewasa dan sadar.
18
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung ke rumah-rumah dan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan.
Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara deskriptif.
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian dilakukan identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Jumlah 13 22 35
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah perempuan sebanyak 22 responden (63%) dan laki-laki sebanyak 13 responden (37%).
20
Tingkat pendidikan Tidak pernah sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat perguruan tinggi jumlah
Jumlah 10 17 4 1 3 35
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden adalah tamat SD sebanyak 49%.
jumlah 1
Persen 3%
21
4 10 15 5 35
sebanyak 43%.
Jumlah 33 2 35
Persen 94 % 6 % 100%
22
Berdasarkan data di atas bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya, yang memiliki jamban memenuhi syarat sebesar
Jumlah 16 19 35
Data di atas menunjukkan bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya, mayoritas masyarakatnya masih tidak memiliki
23
Jumlah 21 14 35
Persen 60 % 40 % 100%
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Mayoritas masyarakatnya terdapat sember air di dekat pembuangan air limbah sebanyak 60%.
Jumlah 25 10 35
Persen 71 % 29 % 100%
24
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Mayoritas masyarakatnya sudah memiliki sarana air bersih yaitu 71%.
4.5 Sumur Resapan Septic Tank Tabel 8. Distribusi Sumur Resapan Septic Tank di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya
Jumlah -
Persentasi -
Sumber : Data Primer Berdasarkan data di atas bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya tidak terdapat satupun masyarakat yang memiliki sumur resapan septic tank.
BAB V
PEMBAHASAN
25
Jumlah sampel yang digunakan adalah 35 orang, dimana jumlah responden laki-laki sebanyak 13 orang (37%) dan perempuan sebanyak 22 orang (63%) Mayoritas jumlah responden adalah perempuan.
Pada penilaian tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 17 responden (49%) dan untuk jenis pekerjaan responden mayoritas adalah petani sebanyak 15 responden (43%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat di lokasi penelitian masih rendah sehingga dapat
Berdasarkan data yang diperoleh di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya mayoritas masyarakat sudah memilki jamban keluarga yaitu sebanyak 94%. Namun, masih ada juga yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 6 %. Mereka yang tidak memiliki jamban keluarga ada yang menggunakan WC milik tetangga, di tanah, bahkan ada pula yang buang air besar di hutan terutama bagi masyarakat yang rumahnya dekat dengan hutan.
Walaupun dilihat dari tingkat pendidikan responden mayoritas hanya sampai tamat SD akan tetapi pada umumnya masyarakat sudah mengerti akan pentingnya memiliki jamban buat keluarga yang menjadi kendalanya
26
ialah rendahnya pendapatan masyarakat sehingga belum bisa menyediakan fasilitas jamban keluarga.
Pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya mayoritas dilakukan dengan pembuangan langsung ke got/sungai. Adapula yang melalui penampungan di luar pekarangan serta yang tanpa penampungan atau langsung di tanah karena menurut mereka air limbahnya akan meresap ke dalam tanah. Hal ini terjadi karena pendapatan masyarakat yang rendah serta pengetahuan masyarakat mengenai air limbah masih kurang. Padahal, pembuangan air limbah di sembarang tempat dapat mengganggu kesehatan, menurunkan kualitas lingkungan, mengganggu keindahan, serta dapat menyebabkan kerusakan benda. Namun demikian adapula yang sudah memilki SPAL yang memenuhi syarat kesehatan akan tetapi hanya 21%.
Data ini menunjukkan bahwa pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya masih banyak yang tidak memenuhi syarat-syarat pengelolaan air limbah yang baik.
27
Berdasarkan data yang di peroleh masyarakat yang memiliki sumber air di dekat pembuangan air limbah adalah sebanyak 60%, data ini menunjukkan kurangnya pengetahuan warga bahaya sumber air di dekat tempat pengolahan air limbah. Sedangkan menurut standar jangkauan maksimum yang diperbolehkan jarak sumber air dengan pengolahan ail limbah adalah adalah 10m untuk bahaya pencemaran biologis, dan 95m untuk bahaya pencemaran bahan kimia.
Menurut data yang di peroleh di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu mayoritas masyarakatnya sudah memiliki sarana air bersih yaitu sebanyak 71%, hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentinngnya kebutuhan air, air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Adapun air yang di gunakan semua masyarakat untuk memasak adalah air hujan, karena PDAM sendiri belum ada untuk daerah ini.
Menurut data yang di peroleh di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Tidak ada satupun masyarakat yang memiliki sumur resapan, hal ini di karenakan untuk mebuat fasilitas tesebut memerlukan dana yang cukup besar, sedangkan pengahasilan masyarakat sangat kecil.
28
BAB VI
6.1. KESIMPULAN
a.
Fasilitas jamban keluarga di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu masih kurang.
b.
Pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu sebagian besar tidak dikelola dengan baik atau belum memiliki SPAL permanen karena mayoritas dibuang langsung ke got/sungai sehingga belum bisa memenuhi syarat kesehatan.
6.2. SARAN
a.
Perlu kerja sama berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah, instansiinstansi terkait dan seluruh masyarakat dalam meningkatkan keadaan sanitasi lingkungan menjadi lebih baik.
b.
Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan langsung di lapangan perlu ditekankan secara khusus pada masalah
29
sanitasi lingkungan terutama mengenai jamban keluarga dan pengelolaan air limbah.
c.
Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai pentingnya kepemilikan jamban keluarga dan pengelolaan air limbah yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2009. Karekteristik dan Dekomposisi Tinja. Dalam http://environmentalsanitasion.wordpress.com/2009/09/02/karekter istik-dan-dekomposisi-tinja/ di akses 20 Juni 2012.
2. Anonim. 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. Dalam http://sanitasi.or.id/index.php?option=com_conten&view=article=2 55:tujuh-syarat-membuat-jamban sehat&catid=55:berita&itemid= 125/ di akses tanggal 20 juni 2012
3.
30
4.
Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
5. http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dantindakan-masyarakat-dalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/
6. http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasilingkungan.html
8. http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6
9. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sanitasi-lingkungan/
11. http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-airlimbah/
31
32