Anda di halaman 1dari 105

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CURUP
KABUPATEN REJANG LEBONG

DISUSUN OLEH :

SISKA LORENZA
NIM: P05160018091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII SANITASI
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CURUP
KABUPATEN REJANG LEBONG

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan (Amd.Kes)

DISUSUN OLEH :

SISKA LORENZA
NIM: P05160018091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII SANITASI
2021

ii
iii
iv
Program Studi Diploma III Sanitasi, Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021

Siska Lorenza

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT DI RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CURUP KABUPATEN REJANG
LEBONG
ix + 66 Halaman, 7 Tabel, 2 Bagan, 10 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Aktivitas Rumah Sakit akan menghasilkan sejumlah hasil


samping berupa limbah, baik limbah padat, gas, dan cair, yang mengandung
kuman patogen, zat –zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya
bersifat berbahaya dan beracun. Untuk meningkatkan mutu pelayanan perlu pula
ditingkatkan sarana untuk mengatasi limbah tersebut. Secara nasional rumah sakit
menyumbang produksi limbah padat sebanyak 376.089 ton/hari dan produksi
limbah cair rumah sakit sebanyak 48.985 ton/hari. Sehingga dibutuhkan
pengelolaan limbah medis
Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah medis padat
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup.
Metode : Penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan
pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif yang
nantinya dituangkan dalam bentuk narasi yaitu menggambarkan keadaan dalam
memecahkan masalah yang sedang berlangsung, cara dan alat pengumpulan data
yaitu observasi dan analisis data nilai total.
Hasil : Didapatkan untuk penggunaan APD yaitu 60 (tidak memenuhi syarat),
pemilahan sampah medis padat yaitu 100 (memenuhi syarat), pewadahan sampah
medis padat yaitu 100 (memehuhi syarat), pengangkutan sampah medis padat
yaitu 100 (memenuhi syarat), dan penyimpanan sementara medis padat yaitu
66,68 (tidak memenuhi syarat).
Simpulan : Dari 5 variabel pengelolaan sampah medis padat ada 3 yang
memenuhi syarat (pemilahan sampah medis padat, pewadahan sampah medis
padat, dan pengangkutan sampah medis padat) dan 2 yang tidak memenuhi syarat
(penggunaan APD dan penyimpanan sementara medis padat).

Kata Kunci : Pengelolaan Sampah Medis Padat, Rumah Sakit


28 Daftar Pustaka, 2004-2020

v
Diploma III Sanitation Study Program, Department of Environmental
Health
Bengkulu Health Ministry Polytechnic
Scientific Writing, June 2021

Siska Lorenza

ANALYSIS OF SOLID MEDICAL WASTE MANAGEMENT IN THE


REGIONAL PUBLIC HOSPITAL (RSUD) REJANG LEBONG REGENCY
ix + 66 Pages, 7 Tables, 2 Charts, 10 Appendices

ABSTRACT

Background : Hospital activities will produce a number of by-products in the


form of waste, both solid, gas, and liquid waste, which contains pathogenic germs,
chemical substances and medical devices which are generally dangerous and
toxic. To improve the quality of service, it is necessary to improve the means to
deal with the waste. Nationally, hospitals contribute to the production of solid
waste as much as 376,089 tons/day and hospital liquid waste production as much
as 48,985 tons/day. So that medical waste management is needed
Objective: This study was to determine the solid medical waste management
system at the Curup Regional General Hospital (RSUD).
Methods: This research is descriptive with a qualitative approach. With this
qualitative approach, it is expected to produce descriptive data which will later be
poured in the form of a narrative that describes the situation in solving ongoing
problems, methods and tools of data collection, namely observation and analysis
of total value data.
Results: It was obtained for the use of PPE, namely 60 (not eligible), solid
medical waste sorting was 100 (eligible), solid medical waste storage was 100
(meeting the requirements), solid medical waste transportation was 100 (eligible),
and temporary storage solid medical ie 66.68 (not eligible).
Conclusion: Of the 5 variables of solid medical waste management, there are 3
that meet the requirements (sorting of solid medical waste, solid medical waste
storage, and transportation of solid medical waste) and 2 that do not meet the
requirements (use of PPE and solid medical temporary storage).

Keywords: Solid Medical Waste Management, Hospital


28 Bibliography, 2004-2020

vi
BIODATA PENULIS
Nama
Siska Lorenza
Tempat Tanggal Lahir Apur,07 April 2000
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Status Perkawinan Belum Kawin
Anak ke 1 (Satu)
Jumlah Saudara 2 (Dua)
Alamat Desa Apur, Kecamatan
Sindang Beliti Ulu,
Kabupaten Rejang Lebong,
Provinsi Bengkulu.
Nama Orang Tua
Ayah Suwandi
Ibu Elvina
Instagram Siskalorrrs
Facebook Siska Lorenza
WhatsApp 0857-8347-4144
Email Siskalorenza029@gmail.c
om
Riwayat Pendidikan
SD SD Negeri 01 Sindang
Beliti Ulu
SMP SMP Negeri Belitar Muka
SMA Madrasah Aliyah Negeri
01 Rejang Lebong
Perguruan Tinggi Jurusan Kesehatan
Lingkungan
Prodi DIII Sanitasi
Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Tahun 2021

vii
MOTO
“HIDUP ITU PILIHAN”

MEMANG BEBAS UNTUK MEMILIH,

AKAN TETAPI JIKA JALAN YANG KAU PILIH MERUPAKAN JALAN


YANG SALAH

MAKA KAU AKAN TERSESAT DAN KEMUNGKINAN BESAR TIDAK


AKAN DAPAT KEMBALI SELAMANYA

KECUALI SANG PENCIPTA MEMBERIMU PETUNJUK TUK PULANG


DENGAN SYARAT KAU MEMBENAH DIRI APA SAJA KESALAHAN
DIHARI KEMARIN.

viii
PERSEMBAHAN

Saya mempersembahkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang telah saya susun dengan

segenap kemampuan saya kepada:

Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat-Nya sehingga KTI ini

dapat terselesaikan dengan lancar.

Kepada orang tua yang paling kusayangi, yang telah memberi semangat,

saran dan motivasi serta doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan untukku

sehingga KTI ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kepada dosen pembimbing saya, Bapak Andriana Marwanto, SKM.,

M.Kes dan Ibu Mely Gustina, SKM., M.Kes yang telah membimbing,

memberi saran dan kritikan sehingga KTI ini dapat terselesaikan dengan

semestinya.

Kepada Bapak Jubaidi, SKM.,M.Kes dan Ibu Deri Kermelita, SKM.,MPH

yang telah memberi saran dan kritikan yang membangun dan sekaligus

sudah berkenan menguji KTI ini hingga dapat terselesaiakan dengan baik.

Kepada teman seperjuangan saya (Tiara Anugrah Ilahi, Oka Istu Sadewa,

M.Thamrin Wahyudi, EldI Rhody Firdaus, Mardiyan, Eva Herlina, Tasya

Putiara Dinda, Dwi Luspita) Keluarga Kosan Hijau Bhineke Yolanda

Putri, Tiara Anugrah Ilahi, Endah Yukindarti, Sepsika, Zeni Anitari, Meta

Mayora terima kasih karena sudah mengisi hari-hari saya, sudah

menemani bolak-balik ke rumah sakit demi kelancaran dan mendukung

saya dalam menyelesaikan KTI ini .

ix
Kepada Teman-Teman Seangkatan EHD 10 Kesehatan Lingkungan yang

telah mendukung dan mengisi hari hari menjadi yang sangat

menyenangkan. Serta nama nama yang tidak cukup untuk kusebut satu

persatu kuucapkan terimakasih banyak atas segala dukungan dan

bantuannya<3.

Last but not least, I wanna thank me for believing in me, I wanna thank me

for doing all this hard work, I wanna thank me for having no days off, I

wanna thank for never quitting, for just being me at all times <3.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta

kemudahan yang diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Analisis Pengelolaan Sampah Medis Padat Di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong”

dengan baik dan tepat waktu sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas

akhir mata kuliah.

Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini telah mendapat masukan dan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Eliana, SKM., MPH, sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu .

2. Ibu Yusmidiarti, SKM., MPH, sebagai Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

3. Bapak Andriana Marwanto, SKM., M.Kes, sebagai dosen pembimbing I

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah membimbing,

meluangkan waktu dan memberikan saran perbaikan.

4. Ibu Mely Gustina, SKM., M.Kes, sebagai dosen pembimbing II dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah membimbing, meluangkan

waktu dan memberikan saran perbaikan.

5. Bapak Jubaidi, SKM., M.Kes, sebagai penguji I dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran

perbaikan.

xi
6. Ibu Deri Kermelita, SKM., MPH, sebagai penguji II dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktu dan memeberikan saran

perbaikan.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan masukan kepada penyusun dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penyusun.

9. Segenap keluarga dan teman-teman terdekat yang telah menyemangati dan

banyak membantu dari segi dukungan, doa serta tenaganya dalam membantu

menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Teman-teman seperjuangan Diploma III angkatan 2018 (EHD 10) yang

selalu mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan.

Penyusun menyadari pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

kekurangan yang jauh dari kata sempurna, maka dari itu penyusun mengharapkan

adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat membantu perbaikan

selanjutnya. Sedikit banyaknya semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

dan dapat menjadi referensi bagi pembaca untuk melakukan penelitian

selanjutnya, atas perhatian dan masukannya penyusun mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 12 Juni 2021

Penyusun

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
ABSTRAK.................................................................................................... v
ABSTRACK ................................................................................................. vi
BIODATA PENULIS ................................................................................... vii
MOTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
1. Tujuan Umum ................................................................. 6
2. Tujuan Khusus................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7
1. Manfaat Bagi Peneliti ...................................................... 7
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit .............................................. 7
3. Manfaat Bagi Akademis .................................................. 7
E. Keaslian Penelitian ............................................................... 8

BAB II TINJAUAN PENELITIAN


A. Rumah Sakit ......................................................................... 9
B. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit ........................................ 9
1. Jenis Rumah Sakit ............................................................. 9

xiii
2. Klasifikasi Rumah Sakit .................................................... 10
C. Fungsi Rumah Sakit .............................................................. 12
D. Sampah Rumah Sakit ............................................................ 13
1. Limbah Padat Medis ........................................................ 14
2. Limbah Gas ..................................................................... 18
3. Limbah Cair ................................................................... 18
E. Sumber Sampah Medis Rumah Sakit .................................... 18
F. Dampak Sampah Medis Rumah Sakit ................................... 19
G. Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit.............................. 20
1. Tujuan Pengelolaan Sampah Medis ................................. 20
2. Syarat Lokasi Pengelolaan Sampah Medis ...................... 20
3. Sistem Pengelolaan Sampah Medis .................................. 30
4. Alat Pelindung Diri .......................................................... 30
H. Kerangka Teori ..................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 34
1. Jenis Penelitian ............................................................... 34
2. Rancangan Penelitian ...................................................... 34
B. Definisi Operasional ............................................................. 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 39
1. Populasi Penelitian .......................................................... 40
2. Sampel Penelitian ............................................................ 40
D. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 40
1. Data Primer ..................................................................... 40
2. Data Sekunder ................................................................. 41
3. Alat dan Cara Pengumpulan Data .................................... 41
F. Analisis Data ........................................................................ 41

xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum .................................................................. 42
1. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................ 42
2. Sarana dan prasarana di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong ...................... 43
B. Jalannnya Penelitian .............................................................. 45
1. Tahap Persiapan Penelitian .............................................. 45
2. Tahap Penelitian .............................................................. 45
3. Tahap Pengolahan Data ................................................... 45
C. Hasil Penelitian ..................................................................... 50
1. Sistem Pengelolaan Sampah Medis .................................. 56
2. Pengelolaan Sampah Medis ............................................. 56
D. Pembahasan .......................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................... 63
1. Bagi rumah sakit .............................................................. 63
2. Bagi akademik ................................................................. 63
3. Bagi penulis ..................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...................................................................... 8


Tabel 2.1 Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Menurut Sesuai
Kategorinya ................................................................................ 17
Tabel 2.2 Jenis Sampah/Limbah Padat Menurut Sumbernya ....................... 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................... 35
Tabel 4.1 Distribusi Penggunaan APD Pengelolaan Sampah Medis Padat
di RSUD Curup ........................................................................... 47
Tabel 4.2 Distribusi Pemilahan Sampah Medis Padat di RSUD Curup…… 50
Tabel 4.3 Distribusi Pewadahan Sampah Medis Padat di RSUD Curup…... 52
Tabel 4.4 Distribusi Pengangkutan Sampah Medis Padat di RSUD Cueup... 54
Tabel 4.5 Distribusi Penyimpanan Sementara Sampah Medis Padat di RSUD
Curup……………………………………………………………… 57

xvi
DAFTAR SINGKATAN

WHO = World Health Organization


Depkes = Depertemen Kesehatan
RI = Republik Kesehatan Kesehatan
Kepmenkes = Keputusan Menteri Kesehatan
HIV = Human Immunodeficiency Virus
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
B3 = Bahan Berbahaya dan Beracun
Permen = Peraturan Menteri
LHK = Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
SK = Surat Keputusan
DITJEN = Direktorat Jenderal
PPM = Pemberantasan Penyakit Menular
PLP = Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Per = Peraturan
Puskesmas = Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
UGD = Unit Gawat Darurat
ICU = Intensive Care Unit
IPAL = Instalasi Pengelolaa Air Limbah
WC = Water Closet
TPS = Tempat Pembuangan Sementara
MENLK = Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
SETJEN = Sekretariat Jenderal
MS = Memenuhi Syarat
TMS = Tidak Memenuhi Syarat
SPO = Standar Prosedur Operasional

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komperehensif),

masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO, 2010).

Rumah sakit sebagai institusi yang tugasnya memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap

kesehatan lingkungan disekitarnya yaitu mengelola limbah medis dengan

benar. Aktivitas Rumah Sakit akan menghasilkan sejumlah hasil samping

berupa limbah, baik limbah padat, gas, dan cair, yang mengandung kuman

patogen, zat –zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat

berbahaya dan beracun. Untuk meningkatkan mutu pelayanan perlu pula

ditingkatkan sarana untuk mengatasi limbah tersebut (Depkes RI, 2002 ).

Rumah sakit merupakan penghasil sampah yang cukup banyak setiap

harinya dan seringkali bersifat toksik, terutama sampah padat, baik itu sampah

medis maupun sampah non medis, hasil kajiaan terhadap 100 rumah sakit di

jawa dan bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2

kg/tempat tidur/hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah

berupa sampah domestik sebesar 76,% dan berupa sampah infeksius sebesar

23,2%. Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar

1
376.089 ton/hari. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa rumah sakit

memiliki potensi yang besar untuk mencemari lingkungan dan menimbulkan

kecelakaan serta penularan penyakit (Candra, B, 2012).

Secara nasional rumah sakit menyumbang produksi limbah padat

sebanyak 376.089 ton/hari Sehingga dibutuhkan pengelolaan limbah medis

(Nila Himayati, dkk, 2018).

Pengelolaan limbah rumah sakit di Indonesia masih dalam kategori belum

optimal, untuk pengelolaan limbah padat sebagian besar rumah sakit telah

melakukan pemisahan antar limbah medis dan limbah non medis yaitu sekitar

80, 7% tetapi terdapat masalah dalam hal pewadah. Hanya sekitar 20,5% yang

menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan lambang yang berbeda

(Wiku Adisasmito, 2009).

Cakupan rumah sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai

standar berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 sebesar

17,36% dan 6 provinsi yang belum melakukan pengelolaan sesuai standar

yaitu Sulawesi Tengah, Bengkulu, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Barat, dan Papua. (Nila Himayati, dkk, 2018).

Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan sarana pelayanan kesehatan,

khususnya rumah sakit, bila tidak ditangani dengan benar akan dapat

mencemari lingkungan. Berbagai upaya penting dilakukan, sehingga

pengelolaan limbah Rumah Sakit dapat dilakukan optimal, sehingga

masyarakat dapat terlindungi dari bahaya pencemaran lingkungan dan

penyakit menular yang bersumber dari limbah rumah sakit (WHO, 2005).

2
Salah satu upaya yang dilakukan rumah sakit dalam rangka penyehatan

lingkungan yakni menyelenggarakan pelayanan sanitai rumah sakit, yakni

pengelolaan limbah. Pengelolaan limbah merupakan salah satu aspek strategis

dari rumah sakit, karena dengan pengelolan limbah yang baik akan

menciptakan citra yang baik bagi rumah sakit (WHO, 2005).

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan.

Penelitian Aruna, dkk (2011) menjelaskan bahwa dampak yang muncul akibat

kontak langsung dengan limbah medis yang berasal dari fasilitas rumah sakit

adalah infeksi yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh, muntahan, dan lain-

lain yaitu dapat menyebabkan masuknya agen penyebab penyakit, misalnya

infeksi virus pada darah. Salah satu contoh kasus penularan penyakit akibat

penanganan limbah yang kurang baik yaitu pada tahun 1999, WHO

melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan terinfeksi

HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang menangani limbah medis. Hal ini

menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada

limbah medis tajam tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan

(Udayana, 2010).

Penanganan limbah medis padat harus segera dibenahi demi menjamin

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di

lingkungan rumah sakit ( Chandra 2014 ).

3
Disamping pengelolaan sampah medis pada petugas pun perlu

diperhatikan dalam penggunaan APD yang lengkap guna mencegah hal yang

tidak di inginkan baik itu penularan maupun kecelakaan akibat sampah medis

benda tajam.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup menjadi tempat penelitian

Karya Tulis Ilmiah bagi penulis dengan tujuan untuk mengetahui apakah telah

sesuai antara peraturan yang berlaku dengan pelaksanaan pengelolaan sampah

medis padat yang telah ditetapkan pada peraturan yang ada. Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Curup berada di Curup, Kabupaten Rejang Lebong,

Bengkulu dengan kelas C dan merupakan satu-satunya rumah sakit yang ada

di daerah tersebut. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan analisa

guna mengetahui apakah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup telah

melakukan pengelolaan sampah medis padat dengan semestinya. Dengan

demikian, pihak rumah sakit harus menyediakan sarana sanitasi yang

memenuhi standar pada pengelolaan sampah medis padat dengan tujuan untuk

menciptakan lingkungan rumah sakit yang higienis dari penyakit menular

nosokomial.

Sistem pengelolaan sampah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong dari tahun 2018 hingga tahun 2021

dimulai dari pemilahan di sumber sampah medis yakni ruangan penghasil

sampah medis kemudian di angkut ke TPS B3 khusus medis. Pengelolaan

sampah medis di RSUD Curup dilakukan oleh petugas tenaga sanitarian

kecuali tahap pengangkutan ke TPS khusus dilakukan oleh petugas cleaning

4
service. Setelah disimpan di TPS sampah medis kemudian diangkut oleh pihak

ke 3 yakni Pt. DAS setiap satu bulan sekali. Proses pengelolaan tahap

pemusnahan oleh PT.DAS ini telah dilakukan dari tahun 2017 hingga saat ini.

Berdasarkan hasil survey pada tanggal 8 maret 2021, peneliti melakukan

wawancara dengan salah satu petugas dibidang instalasi sanitasi lingkungan

bahwa RSUD Curup telah melakukan pengolahan pada limbah medisnya

dimulai dari pemilahan, pengangkutan ke TPS khusus B3 medis yang

kemudian ke pengolahan akhir yakni pihak ke tiga PT. DAS. Namun pada

saat penyusun melakukan survey di beberapa ruangan terdapat masalah yakni

terlihat di beberapa ruangan di RSUD tong sampah yang telah rusak tidak

diganti dengan tong sampah yang memenuhi syarat dan sampah medis yang

tergeletak begitu saja didepan TPS karena kapasitas ruang TPS yang tidak

mampu menampung sampah medis yang terlalu banyak dan di tempat umum

pun tidak disediakan tempat pemilahan antara sampah organik dan sampah

anorganik. Sedikit wawancara antara penyusun dengan salah satu petugas

cleaning service ketika bertugas bahwa petugas tidak menggunakan APD

lengkap yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang ada. Hal

ini dapat membahayakan petugas karena berpotensi terinfeksi penyakit

nosokomial karena petugas kontak langsung dengan sampah medis. Menurut

laporan instalasi sanitasi lingkungan RSUD Curup, timbulan sampah medis

didapatkan rata-rata 21 kilogram per minggu, dan timbulan sampah non medis

didapatkan rata-rata 70 kilogram per minggu. Setiap tahunnya timbulan

5
sampah medis di RSUD Curup mengalami peningkatan sebanyak 15-20%

dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas mengenai berbagai

problema di atas, maka peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul

“Analisis Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas di dapatkan rumusan permasalahan

dalam penelitian ini bagaimana sistem pengelolaan sampah medis padat di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui sistem pengelolaan sampah medis padat di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Curup tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, guna

melindungi petugas pengangkut sampah medis padat di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong.

b. Diketahui pemilahan sampah medis padat dari masing-masing unit yang

ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang

Lebong.

6
c. Diketahui pewadahan sampah medis padat dari masing-masing unit

yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten

Rejang Lebong.

d. Diketahui pengangkutan sampah medis padat dari masing-masing unit

yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten

Rejang Lebong.

e. Diketahui proses penyimpanan sementara sampah medis padat di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Manfaat Bagi Peneliti

Memberikan tambahan pengetahuan dan studi kepustakaan sebagai

masukan maupun referensi untuk penelitian selanjutnya terkait dengan

pengelolaan sampah medis padat di rumah sakit.

2. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan, agar rumah sakit dapat meningkatkan

fasilitas pengelolaan sampah medis padat agar tidak sampai terjadinya

penyebaran infeksi atau penularan penyakit yang timbul dari pengelolaan

sampah medis padat.

3. Manfaat Bagi Akademis

Manfaat bagi akademis yaitu diharapkan dapat menjadi rekomendasi

atau masukan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan sampah

medis padat di rumah sakit

7
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Tahun
Judul Nama Perbeda
No Hasil Penelitian Penelitia
Penelitian Peneliti an
n
1 Sistem Sri Tidak ada 2018 Waktu
Pengolahan Handayani pemilahan antara dan
Sampah Medis A. Lagimpe, sampah medis tempat
dan Non Medis dkk dan non medis
di Rumah Sakit
Umum Daerah
Poso
2 Evaluasi Nila Belum 2018 waktu
Pengelolaan Himayati, sepenuhnya dan
Limbah Medis dkk. benar dan tempat
Padat Bahan sesuai menurut
Berbahaya dan Permen
Beracun (B3) LHK No 56 th.
di Rumah Sakit 2015,
Tk. Ii 04 diantaranya
.05.01 Dr. kesalahan pada
Soedjono upaya
Magelang pemilahan
limbah infeksius
dan limbah non
medis sehingga
ditemukan
limbah
yang tidak
sesuai
tempatnya
3 Analisis Amrullah Proses 2015 Waktu
Pengelolaan pengumpulan, dan
Limbah Medis pemilahan, tempat
Puskesmas di sampai dengan
Kec. Babulu penyimpanan
Kabupaten limbah
Penajam Paser medisnya
Utara masih banyak
Berdasarkan belum sesuai
Permenkes No dalam
27 Th. 2017 pengelolaannya.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Permenkes RI, 2012).

Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang menyelenggarakan

sarana kesehatan yang menyertakan upaya kesehatan rujukan, dan dalam

ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat, termasuk didalamnya upaya

pencegahan penyakit mulai dari diagnosis dini dan pengobatan yang tepat,

perawatan intensif dan rehalibitasi orang sakit sampai tingkat penyembuhan

optimal (Wiku adisasmito, 2009), sedangkan menurut Kepmenkes RI Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah

sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan

(Ditjen PPM dan PLP, 2004). Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan

lain sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah tempat berkumpulnya orang

sakit maupun sehat, dapat menjadi tempat sumber penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan,

juga menghasilkan limbah yang dapat menularkan penyakit. Untuk

9
menghindari risiko tersebut maka diperlukan pengelolaan limbah di fasilitas

pelayanan kesehatan (Permenkes, 2017)

B. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

1. Jenis Rumah Sakit

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu. Golongan umur, organ, jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

c. Rumah Sakit Pendidikan

Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang

menyelenggrakan dan atau digunakan untuk pelayanan, pendidikan

dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

kedokteran dan pendidikan kedokteran (Permenkes RI, 2006).

2. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit diklasifikasikan terbagi menjadi

kelas A, B, C dan D

10
a. Rumah Sakit Kelas A

Untuk rumah sakit kelas A harus memiliki fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 medik spesialis dasar, 5

spesialis penunjang medik, 12 medik spesialis lain, dan 13 medik

subspesialis. Baik sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit tipe

A harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Selain itu,

peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar

sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pada rumah sakit kelas A,

pasien mendapatkan pelayanan medik umum, pelayanan gawat

darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis

penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik

spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan

keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan

pelayanan penunjang non klinik.

b. Rumah Sakit Kelas B

Rumah Sakit kelas B adalah Untuk rumah sakit setidaknya

disediakan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4

spesialis dasar, 4 spesialis penunjang medik, 8 spesialis lainnya, dan 2

subspesialis dasar. Masyarakat yang mendapat rujukan ke rumah sakit

kelas B bisa mendapatkan fasilitas seperti pelayanan medik umum,

pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan

spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan

medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan

11
keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, serta

pelayanan penunjang non klinik.

c. Rumah Sakit Kelas C

Rumah sakit umum kelas C lebih membatasi pelayanan mediknya,

yang mana paling sedikit menyediakan 4 medik spesialis dasar dan 4

spesialis penunjang medik. Di sini masyarakat bisa menikmati

pelayanan medik umum, gawat darurat, medik spesialis dasar, spesialis

penunjang medik, medik spesialis gigi mulut, keperawatan dan

kebidanan, serta pelayanan penunjang klinik dan non klinik.

d. Rumah Sakit Kelas D

Pada rumah sakit umum kelas D sedikitnya tersedia 2 pelayanan

medik spesialis dasar, dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan

yang meliputi pelayanan medik umum, gawat darurat, medik spesialis

dasar, keperawatan dan kebidanan, serta pelayanan penunjang klinik

dan non klinik.

C. Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit berfungsi untuk menyeleggarakan pelayanan medik,

pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan

keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan penelitian dan

pengembangan serta administrasi umum dan keuangan. Secara tradisional,

maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati, perawatan penderita

sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit melakukan

pendidikan terutama bagi mahasiswa kedokteran, perawat dan personel

12
lainnya. Penelitian juga merupakan fungsi penting. Dalam zaman modern ini

fungsi keempat yaitu, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan

masyarakat juga telah menjadi fungsi rumah sakit. Jadi fungsi rumah sakit

adalah pelayanan penderita, pendidikan penelitian dan kesehatan masyarakat

(Siregar, 2004). Disamping itu, berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan

bermacam-macam sampah yang berupa benda cair, padat, dan gas. Hal ini

mempunyai konsekuensi perlunya pengolaan sampah rumah sakit sebagai

bagian dari penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk

melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber

dari sampah rumah sakit (Wiku Sasmito, 2009).

D. Sampah Rumah Sakit

Berdasarkan klasifikasinya sampah yang di hasilkan di rumah sakit

terbagi menjadi 2, yakni sampah medis dan sampah non medis.

Sampah non medis adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan di rumah

sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman

yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya (Permenkes,

2017). Adapun yang termasuk dalam limbah non medis adalah kertas,

plastik, kaleng, sisa makanan atau sampah yang tidak terkontaminasi darah

dan cairan tubuh.

Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan

diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis cenderung

bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan

manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola

13
dengan baik. Berdasarkan jenisnya limbah medis yang dihasilkan dari

kegiatan rumah sakit terdiri dari limbah padat medis, limbah gas dan limbah

cair.

1. Limbah Padat Medis

Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah padat

medis, maka jenis limbah padat medis dapat digolongkan sebagai berikut

(Adisasmito, 2007).

a. Limbah Benda Tajam

Limbah tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut

tajam, sisi ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit , seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,

pipet Pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui

sobekan atau tusukan, benda- benda tajam yang terbuang

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan

beracun, bahan sitotoksik atau radioaktif. Limbah benda tajam

mempunyai potensi atau menularkan penyakit sangat besar bila benda

tajam tersebut digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit

infeksi.

b. Limbah Infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian limbah yang berkaitan

dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan

intensif) dan limbah kaboratorium dari poliklinik dan ruang

14
perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa institusi

memasukkan juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi atau

yang diduga terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen ke dalam

kelompok limbah infeksius.

c. Limbah Jaringan Tubuh

Jaringan tubuh yang meliputi organ, anggota badan, darah dan

cairan tubuh biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsy.

Limbah ini dapat dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan resiko

tinggi infeksi kuman terhadap pasien lain, staf dan populasi umum

(pengunjung serta pengunjung sekitar) sehingga dalam penanganannya

membutuhkan labelisasi yang jelas.

d. Limbah Sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi oleh obat

sitoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitoksik.

Penanganan limbah ini memerlukan absorben yang tepat dan bahan

pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracik. Bahan-

bahan tersebut antara lain sawdust, granula, absorpi, atau pelengkap

pembersih lainnya. Semua pembersuh tersebut harus diperlakukan

sebagai limbah sitoktoksik pemusnahannya harus menggunakan

incinerator karena sifat racunnya sangat tinggi.

e. Limbah Farmasi

Terdiri dari obat-obatan kadaluarsa, obat yang terbuang karena

batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

15
terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau

dikembalikan oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan

oleh institusi yang bersangkutan, dan limbah ynag dihasilkan selama

proses produksi obat.

f. Limbah Kimia

Limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam

tindakan media, veterinary, labotarorium, proses sterilisasi atau riset.

Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk dalam

limbah farmasi dan sitoktoksik.

g. Bahan Radioaktif

Bahan yang terkontaminasi dengan ratio isotop yang berasal dari

penggunaan medis atau riset radionuklida. Limbah ini dapat bersal

antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay, dan

bakteriologis, dapat berbentuk padat, cair atau gas.

h. Limbah Klinis

Dalam kaitannya dengan pengelolaan limbah klinis, golongan

limbah klinis dapat di kategorikan 5 jenis (Adisasmito, 2007) :

1) Golongan A, terdiri dari dressing bedah, swab dan semua limbah

yang terkontaminasi oleh daerah ini, bahan-bahan linen dari kasus

penyakit infeksi, seluruh jaringan tubuh manusia , bangkai atau

jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan swab atau dressing.

16
2) Golongan B, terdiri dari syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan

gelas dan benda tajam lainnya.

3) Golongan C, terdiri dari limbah dari laboratorium dan post partum,

kecuali yang termasuk dalam golongan A.

4) Golongan D, terdiri dari limbah bahan kimia dan bahan farmasi

tertentu.

5) Golongan E, terdiri dari: pelapis bed-pan disposable, urinoir,

incontinence-pad, dan stamage bags.

Tabel 2.1
Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

Warna
Kontainer/
No Kategori Lambang Keterangan
Kantong
Plastik
1 Kantong boks timbal
dengan symbol radioaktif
Radioaktif Merah

2 Kantong plastik kuat, anti


bocor, atau kontainer
yang dapat di sterilisasi
Sangat Infeksius Kuning dengan autoklaf

3 Kantong plastik kuat dan


Limbah Infeksius, anti bocor, atau kontainer
Patologi dan Kuning
Anatomi

4 Kontainer plastik kuat dan


anti bocor
Sitotoksis Ungu

5 Limbah Kimia Kantong plastik atau


Coklat -
dan Farmasi container
Sumber : Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004

17
3. Limbah Gas

Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal

dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,

perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat sitotoksik (

Permenkes, 2017).

4. Limbah Cair

Limbah cair adalah limbah cair yang mengandung zat beracun,

seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari

air bilasan ruang pelayanan medis apabila tidak dikelola dengan baik

atau langsung dibuang kesaluran pembuangan umum akan sangat

berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta

mencemari lingkungan (Komang Yudha Widiartha, 2012)

Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal

dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya

bagi kesehatan (Permenkes, 2017).

E. Sumber Sampah Medis

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan memiliki ruangan atau

unit kerja dimana sebagian dari ruangan ini dapat menghasilkan limbah

medis.

18
Tabel 2.1
Jenis Sampah/Limbah Padat Menurut Sumbernya

No Sumber/Area Jenis Sampah/Limbah


1. Unit Obstetric dan Dressing, sponge, placenta ampul, termasuk
Ruang Perawatan kapsul perak nitrat, jarum spyringe, masker
Obsctetric disposable, disposable drapes, sanitari napkin,
blood lancet disposable, catheter, disposable
unit enema, disposable diaper, dan underpad,
sarung tangan disposable.
2. Unit Emergency dan Dressing, sponge, jaringan tubuh termasuk
Bedah Termasuk Ruang amputasi, ampul bekas, masker disposable,
Perawatan jarum dan spyrange drapes, casb disposable,
blood lancet disposable, kantong emesis, levin
tubes, catheter, drainase set, kantong
colosiomy, underpads, sarung bedah.
3. Unit laboratorium ruang Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petridish,
mayat, phatologi, dan wadah specimen, slide specimen, jaringan
autopsy organ tubuh dan tulang.
4. Unit isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung
buangan nasal dan sputum, dressing, dan
bandages, maker disposable, sisa makanan,
perlengkapan makanan.
5. Unit perawatan Ampul, jarum disposable, dan spyrange, kertas
dan lain-lain (Komang Yudha Widiartha,
2012)

F. Dampak Sampah Medis Rumah Sakit

Sampah rumah sakit dapat dianggap sebagai rantai penyebaran penyakit

menular. Sampah bisa menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit dan

menjadi sarang serangga dan tikus. Disamping itu didalam sampah juga

mengandung berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang

dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan cidera. Partikel debu dan sampah

dapat menimbulkan pencemaran udara yang dapat menyebarkan kuman

penyakit dan mengkontaminasi peralatan medis dan makanan (Depkes, RI,

2002).

19
Aruna, et al. (2011) menjelaskan bahwa dampak yang muncul akibat

kontak dengan limbah medis yang berasal dari fasilitas rumah sakit adalah

infeksi yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh, tinja, muntahan, dan lain

lain yaitu dapat menyebabkan masuknya agen penyebab penyakit, misalnya

infeksi virus pada darah. Maka dari itu sampah-sampah yang berasal dari sisa-

sisa kegiatan dirumah sakit perlu dikelola dengan baik dan benar terutama

sampah medisnya.

G. Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit

1. Tujuan Pengelolaan Sampah Medis

a. Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat

sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi, cidera

dan penularan penyakit.

b. Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah

infeksius, limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman (Permenkes,

2017)

2. Syarat Lokasi Pengelolaan Sampah Medis

Syarat lokasi untuk pengelolaan sampah medis harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak menjadi sumber bau, asap, debu, bising, lalat dan binatang

pengerat bagi pemukiman terdekat.

b. Teknik pengelolaan sampah

Teknik pengelolaan sampah akhir dengan menggunakan sistem

sanitary landfill,open damping, insinerator/pembakaran. Untuk tekhnik

20
pengolahan sampah medis dengan menggunakan Pembakaran secara

tertutup /Insenerator.

3. Sistem pengelolaan sampah Medis

Sistem pengelolaan sampah medis dapat di artikan sebagai suatu

proses bagaimana sampah yang dihasiilkan ditampung, dikumpulkan,

diangkut sampai dikelola ditempat pembuangan/pemusnahan akhir dengan

menggunakan cara yang benar dan memperhatikan aspek kesehatan,

ekonomis, dan pelestarian lingkungan (Kepmenkes RI, 2004).

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan

Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknik

Pengelolaan Limbah Medis B3 dari fasilitas antara lain : pengurangan dan

pemilahan sampah medis, penyimpanan sampah medis pengangkutan

sampah medis, pengelolaan sampah medis dan penimbunan sampah medis.

a. Pemilahan Sampah Medis

Pemilahan sampah medis merupakan tahapan penting dalam

pengelolaan limbah. Beberapa alasan penting untuk dilakukan

pemilahan antara lain:

1) Pemilahan akan mengurangi jumlah limbah yang harus dikelola

sebagai limbah medis B3 karena limbah non infeksisus telah

dipisahkan.

2) Pemilahan akan mengurangi limbah karena akan menghasilkan

alur limbah padat (Solid Waste Stream) yang mudah, aman, efektif

21
biaya untuk daur ulang, pengomposan, atau pengelolaan

selanjutnya.

3) Pemilahan akan mengurangi jumlah limbah medis B3 yang

terbuang bersama limbah non B3 lainnya.

4) Pemilahan akan memudahkan untuk dilakukannya penilaian

terhadap jumlah dan komposisi berbagai alur limbah (waste

stream) sehingga memungkinkan fasilitas pelayanan kesehatan

memiliki basis data, mengidentifikasi dan memilih upaya

pengelolaan limbah sesuai dengan biaya, dan melakukan penilaian

terhadap efektifitas strategi pengurangan limbah.

Pemilahan B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan cara antara lain:

a) Memisahkan limbah B3 atau limbah medis berdasarkan jenis ,

kelompok, dan/atau karakteristik limbah.

b) Mewadahi limbah B3 atau limbah medis sesuai kelompok

limbah.

b. Penyimpanan Sampah Medis

Penyimpanan limbah B3 atau limbah medis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara antara lain:

1) Menyimpan limbah B3 difasilitas penyimpanan limbah B3 atau

limbah medis.

2) Menyimpan limbah B3 menggunakan wadah limbah B3 sesuai

kelompok limbah B3.

22
3) Penggunaan warna pada pada setiap kemasan dan atau wadah

limbah sesuai karakteristik limbah B3.

4) Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan

dan/atau wadah limbah B3 sesuai karakteristik limbah B3.

Warna kemasan dan/atau wadah limbah B3 sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa warna:

1) Merah, untuk limbah radioaktif.

2) Kuning, untuk limbah infeksius dan limbah patologis.

3) Ungu, untuk limbah sitotoksik.

4) Cokelat, untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan.

c. Pengangkutan Sampah Medis

Pengangkutan limbah B3 wajib:

1) Menggunakan alat angkut limbah B3 yaitu troli khusus.

2) Menggunakan simbol B3.

3) Dilengkapi manifes limbah B3.

Manifes limbah B3 yang dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

memuat informasi mengenai:

a) Kode manifes limbah B3.

b) Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang

akan diangkut.

c) Identitas pengirim limbah B3, pengangkut limbah B3, dan

penerima limbah B3.

d) Alat angkut limbah.

23
e) Pengelolan sampah medis.

Pengolohan limbah B3 secara termal sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan menggunakan

peralatan:

1) Autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum.

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf a

dilakukan terhadap spora bacillus stearothermophilus

pada konsentrasi 1 x 104 (satu kali sepuluh pangkat 4)

spora per millimeter yang ditempatkan dalam vial atau

lembaran spora.

2) Gelombang mikro

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf b

dilakukan terhadap spora bacillus stearothermophilus

pada konsentrasi 1 x 101 (1 kali sepulus pangkat 1)

spora per milimeter yang di tempatkan dalm vial atau

lembaran spora.

3) Iradiasi frekuensi radio

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf c

dilakukan terhadap spora bacillus stearothermophilus

pada konsentrasi 1 x 104 (1 kali sepulus pangkat 4)

spora per milimeter yang di tempatkan dalm vial atau

lembaran spora.

24
4) Insenerator

Menggunakan insenerator sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 17 ayat (2) huruf d oleh penghasil limbah

B3 harus memenuhi ketentuan:

a) Efisiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99,95%

(Sembilan puluh sembilan koma Sembilan puluj

lima per seratus).

b) Temperatur pada ruang bakar utama sekurang-

kurangnya 800o c (delapan ratus derajat celsius).

c) Temperatur pada ruang bakar kedua paling rendah

1.000o c (seribu derajat celsius) dengan waktu

tinggal paling singkat 2 (dua) detik.

d) Memiliki alat pengendalian pencemaran udara

berupa wet scrubber atau sejenis.

e) Memiliki cerobong yang dilengkapi dilubang

pengambilan contoh uji emisi yang memenuhi

kaidah 8De/2De.

d. Penguburan

Beberapa persyaratan penguburan limbah B3 yang harus

dipenuhi meliputi:

1) Lokasi penguburan limbah hanya dapat di akses oleh petugas.

2) Lokasi kuburan limbah harus berada di daerah hilir sumur atau

badan airnya.

25
3) Lapisan bawah kuburan limbah harus dilapisi dengan lapisan

tanah penghalang berupa tanah liat yang dipadatkan dengan

ketebalan paling 20 cm (dua puluh sentimeter), untuk

penguburan limbah patologis.

4) Limbah yang dapat dilakukan penguburan hanya limbah medis

berupa jaringan tubuh manusia, bangkai hewan uji, dan/atau

limbah benda tajam ( jarum, siringe, dan vial).

5) Tiap lapisan limbah harus ditutup dengan lapisan tanah untuk

menghindari bau serta organisme vektor penyakit lainnya.

6) Kuburan limbah harus dilengkapi dengan pagar pengaman dan

diberikan tanda peringatan.

7) Lokasi kuburan limbah harus dilakukan pemantauan secara

rutin.

e. Penimbunan Sampah Medis.

Penimbunan limbah B3 sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)

hanya dapat dilakukan di fasilitas:

1) Penimbunan saniter.

2) Penimbunan terkendali.

3) Penimbunan akhir B3 memiliki izin pengelolaam limbah B3

untuk kegiatan penimbunan limbah B3.

Menurut permenkes no 7 tahun 2019, pengeloaan sampah medis antara

lain:

26
a. Pemilahan Sampah Medis

Proses pemilahan merupakan proses yang kontinyu yang

pelaksanannya harus mempertimbangkan kelancaran penanganan

dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan

perlakuaan pemisahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

dan non bahan berbahaya dan beracun (B3) serta menghindari

penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label

yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk efisiensi.

b. Pewadahan Sampah Medis

Sesuai dengan permenkes No 7 tahun 2019. Adapun syarat

kesehatan permenkes, memenuhi syarat jika :

1) Melakukan upaya pewadahan yang berbeda antara limbah

medis dan non medis mulai di ruangan sumber.

2) Menyediakan tong sampah dengan jumlah dan volume yang

memadai pada setiap ruangan yang terdapat aktivitas pasien,

pengunjung dan karyawan.

3) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 1 x

24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh

limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan

vektor penyakit dan binatang pembawa penyakit.

4) Penempatan tong sampah harus dilokasi yag aman strategis

baik di ruangan indoor, semi indoor dan lingkungan

outdoor,dengan jumlah dan jarak penempatan yang memadai.

27
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai

dengan kebutuhan. Upayakan di area umum tersedia tong

sampah terpilah organik dan an organik.

5) Tong sampah dilakukan program pembersihan menggunakan

air dan disinfektan secara regular.

6) Tong sampah yang sudah rusak dan tidak berfungsi, harus

diganti dengan tong sampah yang memenuhi persyaratan.

c. Pengangkutan Sampah Medis

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan

internal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik

penampungan awal ke tempat pembungan atau insinerator dalam

pengangkutan internal biasanya menggunakan kereta dorong

sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala

serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan

pakaian kerja khusus. Pengangkutan ekternal yaitu pengangkutan

sampah medis ketempat pembuangan di luar. Pengangkutan

eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus

dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk

memenuhi peraturan angkutan lokal. Limbah medis diangkut

dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

d. Penyimpanan Sementara

Penyimpanan sementara dilkukan dengan cara:

28
1) Cara penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO

dan dapat dilakukan pemutakhiran/revisi bila diperlukan.

2) Penyimpanan sementara limbah B3 dirumah sakit harus

ditempatkan di TPS limbah B3 sebelum dilakukan

pengangkutan, pengolahan dan atau penimbunan limbah B3.

3) Penyimpanan limbah B3 menggunakan wadah/tempat

kontainer limbah B3 dengan desain dan bahan sesuai

kelompok atau karakteristik limbah B3.

4) Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah

limbah sesuai karakteristik limbah B3. Warna kemasan

dan/atau wadah limbah B3 tersebut adalah:

a) Merah, untuk limbah radioaktif.

b) Kuning, untuk limbah infeksius dan limbah patologis.

c) Ungu, untuk limbah sitotoksik.

d) Cokelat, untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa,

tumpahan, atau sisa kemasan, dan limbah farmasi.

e) Pemberian symbol dan label limbah B3 pada setiap

kemasan dan/atau wadah limbah B3 sesuai karakteristik

limbah B3. Symbol pada kemasan dan/atau wadah limbah

B3 tersebut adalah:

 Radioaktif, untuk limbah radioaktif.

 Infesius, untuk limbah infeksius.

 Sitotoksik, untuk limbah sitotoksik.

29
 Toksik/flammable/campuran sesuai dengan

bahayanya untuk limbah bahan kimia.

4. Alat Pelindung Diri

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor Per.08/Men/Vii/2010 Alat Pelindung Diri (APD) adalah

suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di

tempat kerja.

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang

digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta

kecelakaan kerja yang memungkinkan dapat terjadi di tempat kerja. APD

harus nyaman digunakan, tidak menganggu kerja dan memberikan

perlindungan yang efektif. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/Vii/2010 jenis dan

fungsi APD sebagai berikut:

a. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul

benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara,

terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad

renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung

kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung

kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

30
b. Alat pelindung tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan

api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion,

arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat

patogen (virus, bakteri) dan jasad renik. Jenis pelindung tangan terdiri

dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain

atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia

dan sesuai dengan kebutuhan.

c. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa

atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam,

terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang

ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan

peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan

yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang

basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya

binatang dan lain-lain.

d. Pakaian pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian

atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin

yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-

31
bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact)

dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-

organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan

seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis pakaian pelindung terdiri dari

rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian

pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

e. Alat pelindung mata dan muka

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia

berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di

badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi

gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak

mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau

benda tajam. Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata

pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker

selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full

face masker) sesuai dengan kebutuhan.

32
H. Kerangka Teori

Rumah Sakit

Jenis rumah sakit Fungsi Rumah Sakit Klasifikasi rumah sakit


Sampah medis sakitssasakiti
rumah sakit adalah Sampah medis rumah
Umum Sampah Medis Kelas A
semua limbah yang sakit adalah semua
Rumah Sakit
dihasilkan
Khusus dari limbah yangKelas
dihasilkan
B
kegiatan rumah Gas Padat Cair
dari kegiatan rumah sakit
sakit dalam bentuk
Pendidikan dalam bentuk padat,
Kelas C cair
padat, cair dan gas dan gas (Permenkes,
(Permenkes, 2017). 2017). Kelas D

Sumber Sampah Sumber Sampah Dampak Sampah


Non Medis Medis Medis
Pemusnaan dan
pengelolaan
sampah Pengelolaan Sampah Medis
medisPemusnaan
dan pengelolaan
sampah medis

Penggunaan Pemilahan Pewadahan Pengangkut Penyimpana


APD Sampah Sampah an Sampah n Sementara
Medis Medis Medis

Keterangan :

Diteliti =

Tidak diteliiti =

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan

dapat menghasilkan data deskriptif yang nantinya dituangkan dalam

bentuk narasi yaitu menggambarkan keadaan dalam memecahkan masalah

yang sedang berlangsung. Penelitian deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. (Notoatmodjo, 2005)

2. Rancangan Penelitian

Berdasarkan hasil penelaah kapustakaan tentang pengelolaan sampah

medis padat, maka rancangan penelitian ini dapat dituliskan.

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian.

Penggunaan APD

Pemilahan Sampah Medis


MS
Pewadahanpadat
sampah medis

padat Sampah
medis Medis TMS
Pengangkutan

Penyimpanan Sementara

34
Keterangan : MS/TMS sesuai peraturan yang ada

: Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI No

Per.08/Men/Vii/2010, dan

: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 tahun 2019

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

Cara Alat Hasil Skala


No Variable Definisi
Ukur Ukur Ukur Ukur
1. Penggunaan Penggunaan Observasi Ceklis MS : Nominal
APD APD yaitu Memen
menggunakan uhi
alat pelindung syarat
kepala, alat jika
pelindung nilai
tangan, alat persent
pelindung ase
kaki, pakaian yang
pelindung dan didapat
alat pelindung kan 70-
mata dan 100%
muka.
TMS :
Tidak
memen
uhi
syarat
jika
nilai
persent
ase
yang
didapat
kan
<70%
2. Pemilahan Pemilahan Observasi Ceklis MS : Nominal
sampah sampah medis Memen
medis yaitu uhi
memisahkan syarat
sampah medis jika

35
dan non nilai
medis serta persent
melakukan ase
pemisahan yang
dengan didapat
menyesuaikan kan 70-
kode warna 100%
kantong
sampah, TMS :
pemilahan Tidak
dilakukan dari memen
awal dengan uhi
menyediakan syarat
tong sampah jika
yang berbeda nilai
sesuai dengan persent
jenisnya, ase
melakukan yang
pemisahan didapat
dengan kan
menyesuaikan <70%
label kantong
sampah,
melakukan
pencatatan
volume
sampah medis
setiap
harinya,
pemilahan
sampah medis
harus di
lengkapi
dengan SPO
3. Pewadahan Pewadahan Observasi Ceklis MS : Nominal
sampah sampah medis Memen
medis yaitu uhi
melakukan syarat
pewadahan jika
yang berbeda nilai
antara limbah persent
medis dan ase
non medis, yang
penyediaan didapat
tong sampah kan 70-
dengan 100%

36
jumlah dan
volume yang TMS :
memadai, Tidak
didalam 24 memen
jam sampah uhi
diangkut 2x syarat
dari tempat jika
pewadahan, nilai
melakukan persent
program ase
upaya yang
pembersihan didapat
tong sampah kan
menggunakan <70%
air dan
disinfektan
secara
regular,
mengganti
tong sampah
yang rusak
atau tidak
berfungsi
dengan tong
sampah yang
memenuhi
persyaratan,
dan
penempatan
tong sampah
yang strategis.
4. Pengangkuta Observasi Ceklis MS : Nominal
n sampah Pengangkutan Memen
medis rumah sampah medis uhi
sakit yaitu syarat
pengangkutan jika
yang nilai
menggunakan persent
troli khusus, ase
menggunakan yang
symbol dan didapat
manifest kan 70-
sampah 100%
medis, alat
pengangkut
dibersihkan

37
secara TMS :
berkala, Tidak
pengangkutan memen
melewati jalur uhi
khusus yakni syarat
tidak melalui jika
ruangan nilai
pelayanan persent
atau ruang ase
kerja yang yang
padat dengan didapat
pasien, kan
pengunjung, <70%
dan karyawan
rumah sakit,
menggunakan
alat
pengangkut
yang terbuat
dari bahan
yang kuat,
kedap air dan
permukaanny
a mudah
dibersihkan,
dan sampah
diangkut
berdasarkan
kapasitas alat
pengangkut.
5. Penyimpanan Observasi Ceklis MS : Nominal
sementara Penyimpanan Memen
sampah sementara uhi
medis sampah medis syarat
yaitu jika
menggunakan persent
wadah sesuai ase
dengan jenis nilai
sampah, yang
menggunakan didapat
warna kan 70-
kantong 100%
sesuai dengan
jenis. (Merah
untuk limbah
radioaktif,

38
Kuning untuk TMS :
limbah Tidak
infeksius dan memen
limbah uhi
patologis, syarat
Ungu untuk jika
limbah persent
sitotoksik, ase
Cokelat untuk nilai
limbah bahan yang
kimia didapat
kedaluwarsa, kan
tumpahan, <70%
atau sisa
kemasan, dan
limbah
farmasi ),
menggunakan
wadah sesuai
dengan jenis
label dan
symbol,
penyimpanan
sampah medis
harus sesuai
dengan
kapasitas
TPS,
dilengkapi
dengan SPO,
dan
ditempatkan
di TPS limbah
khusus B3
medis.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bagian yang

menghasilkan sampah medis di Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Curup antara lain : Ruang Rafflesia, Ruang Melati ( Penyakit

39
Dalam ), Ruang Mawar (Anak), Ruang Anggrek ( Bedah ), Ruang ICU,

Ruang Kebidanan, Ruang Operasi, Ruang Laboratorium, Ruang Poliklinik

Gigi, Ruang Poliklinik Bedah, Ruang UGD, Ruang Radiologi, Ruang

Edelwis ( Isolasi ).

2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini terdapat 12 ruangan yang diantaranya :

Ruang Rafflesia, Ruang Melati ( Penyakit Dalam ), Ruang Mawar (Anak),

Ruang Anggrek ( Bedah ), Ruang ICU, Ruang Kebidanan, Ruang Operasi,

Ruang Laboratorium, Ruang Poliklinik Gigi, Ruang Poliklinik Bedah,

Ruang UGD, dan Ruang Radiologi.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Curup, Jalan. Jalur Dua Nomor. 10A Kel. Talang Rimbo Lama Kec. Curup

tengah, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu. Pada bulan Mei 2021.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini di peroleh dengan cara observasi

langsung yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung proses

pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Sakit Umum Daerah (RSUD)

Curup.

40
2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup.

3. Alat dan Cara Pengumpulan Data

a. Alat : Check list.

b. Cara : observasi langsung.

F. Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dan narasi.

2. Analisa Data

Hasil dari pengelolaan data dibandingkan dengan standar Peraturan

Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

Per.08/Men/Vii/2010 dan Permenkes No 7 Tahun 2019 dalam bentuk tabel

dan dinarasikan untuk menggambarkan pengelolaan sampah medis padat.

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Secara Geografis dan Pemerintahan Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong yang terletak pada posisi

102°19’-102°57’ Bujur Timur dan 2°22’07’’- 3°31’ Lintang Selatan.

Secara geografis Kabupaten Rejang Lebong terletak di antara dua buah

bukit yakni sebelah barat di apit oleh pegunungan Bukit Barisan dan

sebelah timur di apit oleh Bukit Kaba dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Lebong

Sebelah Selatan : Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Empat

Lawang

Sebelah Timur : Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi

Rawas

Sebelah Barat : Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten

Bengkulu Tengah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang

Lebong merupakan satu-satunya rumah sakit yang terletak di Curup yang

berada di Jalan. Jalur Dua Nomor. 10A Kel. Talang Rimbo Lama Kec.

Curup tengah, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu dengan type C dan

merupakan RSUD rujukan tingkat regional Kabupaten Rejang Lebong.

42
2. Sarana dan prasarana di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup

Kabupaten Rejang Lebong

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup merupakan sarana tempat

Pelayanan Kesehatan yang meliputi dari beberapa kegiatan, yakni:

a. Instalasi pelayanan medis terdiri dari:

1) Instalasi Rawat Jalan yang terdiri dari :

a) Poliklinik umum

1) General check up

2) Pelayanan permintaan visum et repertum dan surat

keterangan (meninggal, cacat tetap, sakit, dirawat, resume)

b. Poliklnik klinik penyakit dalam

b) Poliklnik klinik kesehatan anak

c) Poliklnik klinik kandungan dan kebidanan

d) Poliklnik klinik bedah

e) Poliklnik klinik mata

f) Poliklnik klinik THT

g) Poliklnik klinik gigi dan mulut

h) Poliknik jiwa

i) Poliknik neurologi

j) Poliknik DOTS

k) Poliknik voluntery conculation testing (VCT) Poliknik kulit dan

kelamin

43
l) Poliknik gizi

2) Instalasi rawat darurat

3) Instalasi rawat inap

4) Instalasi bedah/operasi/OK

5) Instalasi rawat intensif/ICU/ICCU/NICU/PICU

6) Instalasi haemodialisa

b. Instalasi penunjang medis terdiri dari :

1. Instalasi radiologi

2. Instalasi laboratorium

3. Instalasi farmasi

4. Instalasi gizi

5. Instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit

6. Instalasi sanitasi

7. Instalasi pemulasaraan jenazah dan mediko legal

8. Instalasi rehalibitasi medis

9. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

c. Kelas atau ruang perawatan di klasifikasikan menjadi :

1. Kelas paviliun 5. Non kelas

2. Kelas I

3. Kelas II

4. Kelas III

44
B. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah

medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang

Lebong.

Agar penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka

penelitian membagi beberapa tahap proses penelitian, Adapun tahap dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Tahap persiapan penelitian, Meliputi :

a. Mengurus surat izin penelitian dari Poltekkes Kemenkes Bengkulu dan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong.

b. Melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait di tempat pendidikan

yaitu bagian Instalasi kesehatan lingkungan dan ruang yang

menghasilkan sampah medis yang menjadi objek penelitian

2. Tahap penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan mei untuk melakukan

pengumpulan data primer dan observasi langsung.

3. Tahap pengelolaan data

C. Hasil Penelitian

Sebagaimana yang dijelaskan di Bab 1 bahwa penulisan ini bertujuan

untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran pengelolaan sampah medis

padat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang

Lebong dengan melakukan pengamatan secara langsung.

45
1. Sistem Pengelolaan Sampah Medis Padat

Sistem pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong mulai dari penggunaan APD,

pemisahan sampah medis, pewadahan sampah medis, pengangkutan

sampah medis, dan penyimpanan sampah medis.

2. Pengelolaan Sampah Medis

a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Penyajian data berdasakan Pemakaian APD pada petugas cleaning

servis pada saat melakukan pengangkutan sampah medis dari tiap

ruangan ke TPS di Rumah Sakit Umum Daerah Curup menurut

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI No

Per.08/Men/Vii/2010

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Penggunaan APD Pengelolaan Sampah Medis Padat di
RSUD Curup

No Variabel Frekuensi Persentase Nilai


1 Memenuhi Syarat 60 60% 60
Tidak memenuhi
2 40 40% 40
syarat
Total 100
Sumber : Data Primer

Petugas Cleaning service pengelolaan sampah medis tidak

menggunakan APD lengkap hanya menggunakan 3 item APD yang

diantaranya yaitu alat pelindung tangan, dan alat pelindung kaki alat

pelindung mata dan muka ( masker khusus), serta terdapat 2 item APD

yang tidak digunakan oleh petugas yakni pakaian pelindung dan alat

46
pelindung kepala. setiap petugas cleaning service harus menggunakan

APD lengkap pada saat melakukan pengangkutan dari sumber sampah

medis ke TPS. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan bahwa

penggunaan APD pada petugas cleaning service di RSUD Curup

didapatkan nilai persentase yakni 60% (tidak memenuhi syarat)

b. Pemilahan Sampah Medis

Penyajian data berdasarkan pemilahan sampah medis padat di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong

Menurut Permenkes RI No.7 tahun 2019 sebagai berikut

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pemilahan Sampah Medis Padat di RSUD Curup

No Variabel Frekuensi Persentase Nilai


1 Memenuhi syarat 12 100% 100
Tidak memenuhi
2 0 0% 0
syarat
(Dibulatkan)
Total
100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada table 4.2 dapat diketahui bahwa di Ruang

Rafflesia, Ruang Melati, Ruang Mawar, Ruang Anggrek, Ruang

ICU, Ruang Kebidanan, Ruang Operasi, Ruang Laboratorium,

Ruang Radiogi, Ruang Poliklinik Gigi, Ruang Polklinik Bedah dan

Ruang UGD, yang meliputi pemilahan sampah medis padat

memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 12 ruangan (100%).

47
c. Pewadahan Sampah Medis Padat

Penyajian data berdasarkan pewadahan sampah medis padat di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup menurut Permenkes RI

No.7 Tahun 2019 sebagai berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pewadahan Sampah Medis Padat di RSUD Curup

No Variabel Frekuensi Persentase Nilai


Memenuhi
1 12 100% 100
syarat
Tidak
2 memenuhi 0 0% 0
syarat
(Dibulatkan)
Total
100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 pewadahan tiap ruangan yakni di Ruang

Rafflesia, Ruang Melati, Ruang Mawar, Ruang Anggrek, Ruang ICU,

Ruang Kebidanan, Ruang Operasi, Ruang Laboratorium, Ruang Radiogi,

Ruang Poliklinik Gigi, Ruang Polklinik Bedah dan Ruang UGD, yang

meliputi pewadahan sampah medis padat memenuhi syarat kesehatan

yaitu sebanyak 12 ruangan (100%).

d. Pengangkutan Sampah Medis Padat

Penyajian data berdasarkan Pegangkutan sampah medis padat di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup menurut Permenkes No 7

Tahun 2019 sebagai berikut.

48
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pengangkutan Sampah Medis Padat di RSUD Curup

No Variabel Frekuensi Persentase Nilai


Memenuhi
1 12 100% 100
syarat
Tidak
2 memenuhi 0 0% 0
syarat
(Dibulatkan)
Total
100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 pengangkutan dari ruangan yang

menghasilkan sampah medis padat telah memenuhi syarat kesehatan

sesuai dengan permenkes no 7 tahun 2019 dengan nilai persentase

100%.

e. Penyimpanan Sampah Medis Padat

Penyajian data berdasarkan Penyimpanan Sampah Medis Padat

menurut Permenkes No 9 Tahun 2019 sebagai berikut.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Penyimpanan Sementara Sampah Medis Padat di
RSUD Curup

No Variabel Frekuensi Persentase Nilai


Memenuhi 0
1 66,68% 66,68
syarat 66,68
Tidak 12
2 memenuhi 33,34% 33,34
33,34
syarat
(Dibulatkan)
Total
100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas penyimpanan sampah medis padat di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Rejang Lebong tidak

49
memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI No 7 Tahun

2019 dengan nilai persentase 66,68%.

D. Pembahasan

1. Penggunaan APD

Berdasarkan hasil observasi dan tabel diatas penggunaan APD pada

petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Daerah Curup Kabupaten

Rejang Lebong tidak menggunakan APD lengkap saat bertugas

mengangkut sampah medis pada tiap tiap ruang ke TPS berdasarkan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor Per.08/Men/Vii/2010. Berikut jenis dan fungsi APD menurut

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor Per.08/Men/Vii/2010yang diantaranya :

a) Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda

tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar

oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro

organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala terdiri

dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup

atau pengaman rambut, dan lain-lain.

b) Alat pelindung tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,

50
suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus

listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat

patogen (virus, bakteri) dan jasad renik. Jenis pelindung tangan terdiri

dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau

kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia dan

sesuai dengan kebutuhan.

c) Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa

atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam,

terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim,

terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis

Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,

pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang

berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah

atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan

lain-lain.

d) Pakaian pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang

ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan

kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan

mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme

patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,

51
bakteri dan jamur. Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),

celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang

menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

e) Alat pelindung mata dan muka

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia

berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di

badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi

gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak

mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau

benda tajam. Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata

pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker

selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full

face masker) sesuai dengan kebutuhan.

Pada saat bertugas petugas cleaning service rumah RSUD Curup hanya

menggunakan beberapa item APD saja yang diantaranya: alat pelindung

tangan, alat pelindung kaki dan alat pelindung mata dan muka. APD yang

tidak digunakan diantaranya: alat pelindung kepala dan pakaian pelindung.

Hal ini dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan dapat terkontaminasi

dengan sampah medis dari sisa kegiatan pelayanan kesehatan di rumah

sakit yang tentunya dapat merugikan petugas itu sendiri.

APD adalah pakaian atau peralatan khusus yang dipakai oleh pekerja,

petugas medis ataupun cleaning service untuk melindungi diri dari agen

52
infeksius. APD ini digunakan/dipakai memiliki dua fungsi, yaitu untuk

kepentingan penderita dan sekaligus untuk kepentingan petugas itu sendiri

(Apriluana,2016:83).

APD bertujuan untuk melindungi dari kontak dengan darah, semua

jenis cairan tubuh, sekret dan selaput lendir. Selain melindungi, APD juga

mengurangi penyebaran infeksi dari pasien (Apriluana,2016:83) .

Menurut Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2016

strategi pencegahan dan kontrol infeksi yang diterapkan oleh petugas

cleaning service adalah dengan lebih menekankan Alat Pelindung Diri

(APD) yang dipakai saat bekerja yang sesuai dengan indikasi alat pelindung

diri apa yang sebaiknya mereka gunakan saat bekerja.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan nilai persentase yang

didapatkan adalah 60 % (tidak memenuhi syarat)

2. Pemilahan Sampah Medis

Berdasarkan hasil obsevasi di atas pemilahan dari Ruang Rafflesia,

Ruang Melati (Penyakit Dalam), Ruang Mawar (Anak), Ruang Anggrek

(Bedah) Ruang ICU, Ruang Kebidanan, Ruang Operasi, Ruang

Laboratorium, Ruang Poliklinik Gigi, Ruang Poliklinik Bedah, Ruang

IGD,dan Ruang Radiologi telah melalui proses pemiliahan sesuai dengan

persyaratan Permenkes RI No.7 tahun 2019 yang di antaranya:

a) pemisahan antara sampah medis dan sampah non medis.

b) pemisahan dengan menyesuaikan kode warna kantong sampah.

53
c) pemilahan dilakukan dari awal dengan menyediakan tong sampah yang

berbeda sesuai dengan jenisnya.

d) melakukan pemisahan dengan menyesuaikan label kantong sampah.

e) melakukan pencatatan volume sampah medis padat setiap harinya.

f) Pemilahan sampah medis di lengkapi dengan SPO.

Dalam pengelolaan limbah medis diwajibkan melakukan pemilihan

menurut limbah dan menyimpannya di dalam kantong plastik yang

berbeda-beda menurut karekteristik atau jenis limbahnya. Limbah umum

dimasukkan ke dalam plastik berwarna hitam, limbah infeksius ke dalam

kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksis kedalam warna kuning,

limbah kimia/farmasi ke dalam kantong plastik berwarna coklat dan limbah

radioaktif ke dalam kantong warna merah.

Menurut peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan no 56 tahun

2015 tentang tata cara dan persyaratan teknik pengelolahan limbah B3 dari

fasilitas kesehatan pemilahan sampah medis merupakan tahapan penting

dalam pengelolaan Limbah. Beberapa alasan penting untuk dilakukan

pemilah antara lain:

a. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah yang harus dikelola

sebagai Limbah B3 atau sebagai Limbah medis karena Limbah non-

infeksius telah dipisahkan

b. Pemilahan akan mengurangi Limbah karena akan menghasilkan alur

Limbah padat (solid waste stream) yang mudah, aman, efektif biaya

untuk daur ulang, pengomposan, atau pengelolaan selanjutnya;

54
c. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah B3 yang terbuang bersama

Limbah non B3 ke media lingkungan. Sebagai contoh adalah

memisahkan merkuri sehingga tidak terbuang bersama Limbah nonB3

lainnya

d. Pemilahan akan memudahkan untuk dilakukannya penilaian terhadap

jumlah dan komposisi berbagai alur Limbah (waste stream) sehingga

memungkinkan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki basis data,

mengidentifikasi dan memilih upaya pengelolaan Limbah sesuai biaya,

dan melakukan penilaian terhadap efektifitas strategi pengurangan

Limbah.

Berdasarkan hasil observasi dan tabel diatas pemilahan sampah medis padat

di Rumah Sakit Umum Daerah Curup Kabupaten Rejang Lebong telah

memenuhi persyaratan kesehatan menurut Permenkes RI No 7 Tahun 2019

dengan nilai persentase 100% (memenuhi syarat).

3. Pewadahan Sampah Medis

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, tahap pewadahan

sampah medis tiap tiap ruangan yang menghasilkan sampah medis di

Rumah Sakit Umum Daerah Curup Rejang Lebong yakni terdapat kotak

sampah yang berbeda antara sampah medis dan sampah non medis,

memiliki tutup, kedap air, penempatan tong sampah yang mudah dijangkau

atau strategis, dilapisi dengan kantong plastic dengan warna dan kode yang

berbeda kuning untuk sampah medis dan hitam untuk sampah non medis,

tidak mudah berkarat, mudah dikosongkan dan dibersihkan. Menurut

55
persyaratan kesehatan berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No 7

Tahun 2019 pada tahap pewadahan yang memenuhi syarat diantaranya jika:

1) Pewadahan yang berbeda antara limbah medis dan limbah non medis

2) Penyediaan tong sampah dengan jumlah dan volume yang memadai

3) Didalam 24 jam sampah diangkut dari tempat pewadahan

4) Melakukan program upaya pembersihan tong sampah menggunakan air

dan disinfektan secara regular

5) Mengganti tong sampah yang rusak atau tidak berfungsi dengan tong

sampah yang memenuhi persyaratan dan

6) Penempatan tong sampah yang strategis.

Pewadahan sampah medis dilakukan pada sumber penghasil sampah di

tiap tiap ruangan yang berfungsi untuk mewadahi atau menampung sampah

sampah medis yang dihasilkan dari sisa kegiatan pelayanan kesehatan

dirumah sakit dengan menyediakan wadah berupa tong sampah dan

memiliki tutup yang dilapisi berupa kantong dengan warna, symbol dan

label yang sesuai dengan fungsinya. Hal ini dilakukan demi menghindari

terjadinya kontak dengan manusia yang beraktifitas di rumah sakit atau

vector pembawa penyakit seperti tikus, serangga dan lainnya.

Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko terhadap

penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan

akibat keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular

(hepatitis,diare, campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan

organ genetik) dan resiko bahaya kimia

56
Apabila benda tajam seperti jarum suntik yang berasal dari limbah

rumah sakit kontak dengan manusia akan dapat menyebabkan infeksi

hepatitis B dan C serta HIV. Selain itu buangan limbah rumah sakit lainnya

juga dapat menyebabkan penyakit antara lain kolera, tifoid, malaria, dan

penyakit kulit (Riyanto, 2013).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, pengelolaan sampah

medis pada tahap pewadahan di RSUD Curup telah memenuhi syarat

berdasarkan Permenkes No 7 Tahun 2019 dengan nilai persentase 100 %

(memenuhi syarat)

4. Pengangkutan Sampah Medis

Pada hasil observasi diatas bahwa pada tahap pengangkutan petugas

menggunakan troli khusus dengan menggunakan symbol dan manifest

sampah, tidak melalui ruang pelayanan atau ruang kerja, troli yang terbuat

dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, kedap air dan diangkut

berdasarkan kapasitas troli.

Menurut permenkes no 7 tahun 2019 pengelolaan sampah medis pada

tahap pengangkutan yang memenuhi persyaratan diantarnya:

a) Pengangkutan menggunakan troli khusus

b) Alat pengangkutan menggunakan symbol dan manifest sampah medis

c) Alat pengangkut dibersihkan secara berkala

d) Pengangkutan melewati jalur khusus yakni tidak melalui ruangan

pelayanan atau ruang kerja yang padat dengan pasien, pengunjung dan

karyawan rumah sakit

57
e) Menggunakan alat pengangkut yang terbuat dari bahan yang kuat,

kedap air dan permukaannya mudah di bersihkan

f) Sampah diangkut berdasarkan kapasitas alat pengangkut

Pengangkutan yang tepat merupakan bagian yang penting dalam

pengelolaan limbah dari kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam

pelaksanaannya dan untuk mengurangi risiko terhadap personil pelaksana,

maka diperlukan pelibatan seluruh bagian meliputi bagian perawatan dan

pemeliharaan fasilitas pengelolaan limbah fasilitas pelayanan kesehatan.

Sebelum dilakukan pengangkutan, terlebih dahulu dilakukan

pengumpulan limbah di tempat kegiatan kegiatan yang merupakan bagian

dari kegiatan penyimpanan. Pengumpulan Limbah, yang merupakan bagian

dari kegiatan penyimpanan, yang dilakukan oleh penghasil Limbah

sebaiknya dilakukan dari ruangan ke ruangan pada setiap pergantian

petugas jaga, atau sesering mungkin (Permen LHK, 2015)

pegangkutan adalah tahap pengelolaan bagian pemindahan sampah

medis dari sumber ruangan ke tempat penyimpanan sementara tujuannya

adalah untuk mencegah menumpuknya sampah medis pada tiap ruangan

penghasil sampah. Selain menghindari kontak dari manusia di rumah sakit

pengangkutan sampah medis ke TPS ini juga berfungsi guna menambah

nilai estetika di ruangan penghasil sampah agar terlihat bersih dan tertata

rapi.

58
Dari hasil observasi pengelolaan sampah medis pada tahap

pengangkutan telah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI

No 7 Tahun 2019 dengan nilai persentase 100% (memenuhi syarat)

5. Penyimpanan Sementara Sampah Medis

Dari hasil observasi sampah medis yang dihasilkan dari setiap ruangan

yang menghasilkan sampah medis seperti Ruang Rafflesia, Ruang Melati

(Penyakit Dalam), Ruang Mawar (Anak), Ruang Anggrek (Bedah), Ruang

ICU, Ruang Kebidanan, Ruang Operasi, Ruang Laboratorium, Ruang

Poliklinik Gigi, Ruang Poliklinik Bedah, Ruang IGD dan Ruang Radiologi

diangkut 2 kali sehari ke TPS dengan menggunakan troly, menggunakan

wadah atau kemasan sesuai dengan jenis sampah, menggunakan warna,

symbol dan label wadah sesuai dengan jenis, dilengkapi dengan SPO .

Terdapat 2 item dari tahap penyimpanan sampah medis yang tidak

memenuhi syarat yakni penggunaan kantong sampah yang tidak sesuai

warna didalam TPS dan kapasitas TPS khusus menyimpan sampah medis

yang tidak digunakan dengan semestinya. Sangat terlihat ruang TPS yang

sudah tidak cukup untuk menampung sampah medis dari hasil sisa kegiatan

pelayanan kesehatan ini dipaksa di padatkan dan beberapa hanya di

letakkan di teras depan TPS yang kemudian diangkut satu bulan sekali oleh

pihak ke-3 yakni Pt. DAS.

Setelah sampah medis terkumpul dari tiap ruangan Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Curup diangkut ke Tempat Penampungan

Sementara (TPS).

59
Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup terdapat satu tempat

penampungan sementara yang terletak di ujung jalan rumah sakit yang

dikhususkan untuk menyimpan sampah medis.

Sampah medis yang berada di Tempat Penampungan Sementara (TPS)

selanjutnya akan diangkut satu bulan sekali dan dikelola oleh pihak ke 3

yakni Pt. DAS dengan kapasitas pengangkutan mencapai kurang lebih 200

ton.

Menurut permenkes RI no 7 tahun 2019 pengelolaan sampah medis

pada tahap penyimpanan sementara memenuhi syarat jika :

1) Penyimpanan sementara sampah medis yaitu menggunakan wadah

sesuai dengan jenis sampah

2) Menggunakan warna wadah sesuai dengan jenis (Merah untuk limbah

radioaktif, Kuning untuk limbah infeksius dan limbah patologis, Ungu

untuk limbah sitotoksik, Cokelat untuk limbah bahan kimia

kedaluwarsa, tumpahan atau sisa kemasan dan limbah farmasi)

3) Menggunakan wadah sesuai jenis label dan simbol

4) Penyimpanan sampah medis sesuai dengan kapasitas TPS sampah

medis

5) Dilengkapi dengan SPO

6) Di tempatkan di TPS khusus B3 medis

Tujuan penyimpanan sementara sampah medis seperti sampah

infeksius, patologis dan benda tajam di rumah sakit adalah guna

mendapatkan suhu 3-8 derajat demi menghindari atau meminimalisir

60
kerasnya efek negative pada petugas pengangkut offsite sampah medis di

rumah sakit walaupun telah menggunakan APD yang lengkap sekalipun

(Edwina Leonita, 2019)

Dari hasil observasi dan tabel diatas pengelolaan sampah medis pada

tahap penyimpanan sementara berdasarkan Permenkes RI No 7 tahun 2019

nilai persentase yang didapatkan adalah 66,68% (tidak memenuhi syarat)

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil obsevasi yang peneliti dapatkan maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penggunaan APD pada petugas cleaning service tidak memenuhi syarat

berdasarkan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ri No

Per.08/Men/Vii/2010 dengan nilai persentase 60%.

2. Pemilahan sampah medis telah memenuhi syarat berdasarkan pada

Peraturan Menteri Kesehatan Ri No. 7 Tahun 2019 dengan nilai persentase

100%.

3. Pewadahan sampah medis telah memenuhi syarat berdasarkan pada


Peraturan Menteri Kesehatan Ri No. 7 Tahun 2019 dengan nilai persentase
100%.
4. Pengangkutan sampah medis telah memenuhi syarat berdasarkan pada

Peraturan Menteri Kesehatan Ri No. 7 Tahun 2019 dengan nilai persentase

100%.

5. Penyimpanan sementara sampah medis tidak memenuhi syarat

berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Ri No. 7 Tahun 2019

dengan nilai persentase 66,68%.

62
B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

a) Diharapkan pihak RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong sebaiknya

petugas pengelola sampah diberikan fasilitas yang lengkap seperti

topi/helm,pakaian pelindung,pelindung mata untuk menghindari

bahaya timbulnya penyakit dari sampah medis.

b) Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk memberikan edukasi dan

pelatihan kepada seluruh pegawai yang ada di RSUD Curup

Kabupaten Rejang Lebong mengenai Pentingnya penggunaan APD

secara baik.

c) Diharapkan pihak RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong

pengangkutan oleh pihak ke-3 (Pt DAS) dilakukan pengangkutan 2

kali dalam satu bulan agar terhindar dari perkembang biakan vektor

yang dapat menyebabkan penularan penyakit yang tidak dinginkan

serta mengurangi nilai estetika akibat sampah medis yang terlalu

menumpuk.

2. Bagi Akademik

Diharapkan dapat menjadi rekomendasi atau masukan bagi peneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan sampah medis padat dirumah sakit.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman

dalam penelitian pengelolaan sampah medis padat di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Curup Kabupaten Rejang Lebong.

63
DAFTAR PUSTAKA

Adi sasmito, wiku. (2009). Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Ahmad Arip dkk, Langkah Menuju Hidup Ramah Lingkungan, (Gramedia:


Jakarta, 2009), hlm.93.

Aruna, B. Amanullah, ASM. Santra, S.C, 2011. Medical Waste Management in


the Tertiary Hospitals of Bangladesh: An Empirical Enquiry, 5:2.

Azwar, Azrul, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara,


Jakarta.

Brunell, D C. (2020). Medical waste piles up during outbreak.


https://www.spokesman.com/stories/2020/apr /09/don-c-brunell-medical-
waste-piles-upduring-outbre/

Candra, B, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.

Candra Nugraha, (2020), Tinjauan Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis


Infeksius Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), JURNAL
UNTUK MASYARAKAT SEHAT (JUKMAS)

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, (2002) . Pedoman Sanitasi Rumah


Sakit di Indonesia . Menteri Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Pedoman sanitasi rumah sakit


Indonesia, ditjen PP & PL, Jakarta.

Depertemen Kesehatan RI, Permenkes No.1204/MENKES/SK/X/2004,


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Ditjen PPM dan PLP.
Jakarta.

Depertemen Kesehatan, RI, Kepmenkes No.1204/MENKES/SK/X/2004,


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Depkes RI, Jakarta.

Edwina Leonita Pyopyash, Nurjazali, Nikie Astrotina Yunita D, Kajian


Pengelolaan Sampah Medis Di Rumah Sakit X Cilegon, Bagian Kesehatan
Lingkungan,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT ( E-JOURNAL) VOLUME 7,
NOMOR 3, JULI 2019 /ISSN: 2356-3346

64
Farsida, Mirzan Zulyanda, Analisis Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam
Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service Di Rsud
Kabupaten Bekasi Tahun 2016, JURNAL KESEHATAN VOL 12 NO
1TAHUN 2019

Gladys Apriluana, Laily Khairiyati, Ratna Setyaningrum, Hubungan Antara Usia,


Jenis Kelamin, Lama Kerja, Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan Alat
Pelindung Diri (Apd) Dengan Perilaku Penggunaan Apd Pada Tenaga
Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat, JURNAL PUBLIKASI KESEHATAN
MASYARAKAT INDONESIA, VOL.3 NO.3, DESEMBER 2016
Herdiana Ningsih, Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rsud Tahun 2018,
kabupaten Mamuju Sulawesi Barat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin , MAKASSAR 2018
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2010, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.

Komang Yudha Widiartha , 2012, Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis


Puskesmas Di Kabupaten Jember. Fakulatas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Jember.

Nila Himayati,Tri Joko, Hanan Lanang Dangiran.(2018) Evaluasi Pengelolaan


Limbah Medis Padat Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Rumah Sakit
Tk. Ii 04.05.01 Dr. Soedjono Magelang, JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang


Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


340/Menkes/Per/III/2010. Tentang Klasifkasi Rumah Sakit, Menteri
Kesehatan, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No 1045/Menkes/Per/XI/ 2006,


Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Dilingkungan Depertemen
Kesehatan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang


Kesehatan Lingkungan Rumah Saki, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

65
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
: P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor


Per.08/Men/Vii/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Republik Indonesia.

PPM & PLP, Direktorat Jenderal, 2004. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Bakti
Husada, Jakarta. Press. Yogyakarta.

Pratama MA. Efektivitas sosialisasi program kesehatan dan keselamatan kerja


(K3) terhadap pengetahuan dan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
(APD) pada karyawan penunjang medis di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Artikel Penelitian. Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2014

Siregar, 2004, Farmasi Rumah Sakit Teor Dan Penerapan. cetakan I, Penerbit
EGC, Jakarta.

World Health Organization, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan


Kesehatan, Jakarta.

66
L
A
M
P
I
R
A
N
67
DOKUMENTASI PENELITIAN

68
MANIFEST PENGANGKUTAN SAMPAH MEDIS

69
LEMBAR OBSERVASI

CEKLIS PENGGUNAAN APD


PADA PETUGAS CLEANING SERVICE RSUD CURUP

KRITERIA MENURUT PERATURAN MENTERI PERLAKUAN


NO TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NO
YA TIDAK
PER.08/MEN/VII/2010
Petugas pengelolaan sampah menggunakan alat pelindung
1.
kepala saat melakukan pengolahan sampah medis.
Petugas pengelolaan sampah menggunakan alat pelindung
2. tangan ( sarung tangan ) saat melakukan pengolahan sampah
medis
Petugas pengelolaan sampah menggunakan pelindung kaki
3.
saat melakukan pengolahan sampah medis
Petugas pengelolaan sampah menggunakan pakaian
4.
pelindung pada saat pengelolaan sampah medis.
Petugas pengelolaan sampah menggunakan pelindung mata
5.
dan muka

70
CEKLIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CURUP
KABUPATEN REJANG LEBONG

KRITERIA MENURUT PERMENKES RI NO. 7 PERLAKUAN


NO
TAHUN 2019 YA TIDAK
1. PEMILAHAN SAMPAH MEDIS

A. Melakukan pemisahan antara sampah medis dan sampah


non medis.
B. Melakukan pemisahan dengan menyesuaikan kode warna
kantong sampah.
C. Pemilahan dilakukan dari awal dengan menyediakan tong
sampah yang berbeda sesuai dengan jenisnya.
D. Melakukan pemisahan dengan menyesuaikan label
kantong sampah
E. Melakukan pencatatan volume sampah medis setiap
harinya.
F. Pemilahan sampah medis harus di lengkapi dengan SPO.
2. PEWADAHAN SAMPAH MEDIS
A. Melakukan pewadahan yang berbeda antara limbah
medis dan non medis.
B. Penyediaan tong sampah dengan jumlah dan volume
yang memadai
C. Didalam 24 jam sampah diangkut 2x dari tempat
pewadahan
D. Melakukan program upaya pembersihan tong sampah
menggunakan air dan disinfektan secara regular
E. Mengganti tong sampah yang rusak atau tidak berfungsi
dengan tong sampah yang memenuhi persyaratan.
F. Penempatan tong sampah yang strategis
3. PENGANGKUTAN SAMPAH MEDIS
A. Menggunakan troli khusus.
B. Alat pengangkut menggunakan symbol dan manifest
sampah medis.
C. Alat pengangkut dibersihkan secara berkala.
D. Pengangkutan melewati jalur khusus yakni tidak melalui
ruangan pelayanan atau ruang kerja yang padat dengan
pasien, pengunjung, dan karyawan rumah sakit.
E. Menggunakan alat pengangkut yang terbuat dari bahan
yang kuat, kedap air dan permukaannya mudah
dibersihkan.
F. Sampah diangkut berdasarkan kapasitas alat pengangkut.
4. PENYIMPANAN SEMENTARA
A. Penyimpanan sementara sampah medis menggunakan
wadah sesuai dengan jenis sampah. (sampah medis dan
71
sampah non medis)
B. Penyimpanan sementara sampah medis dengan
menggunakan warna wadah sesuai dengan jenis. (Merah
untuk limbah radioaktif, Kuning untuk limbah infeksius
dan limbah patologis, Ungu untuk limbah sitotoksik,
Cokelat untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan, dan limbah farmasi ).
C. Penyimpanan sementara sampah medis dengan
menggunakan wadah sesuai dengan jenis simbol.
D. Penyimpanan sementara sampah medis dengan
menggunakan wadah sesuai dengan jenis label.
E. penyimpanan sampah medis dilengkapi dengan SPO.
F. penyimpanan sementara sampah medis ditempatkan di
TPS limbah khusus B3 medis.

72
CEKLIS PENGGUNAAN APD

UNIT YANG MENGHASILKAN SAMPAH MEDIS HASIL KETERANGAN


NO VARIABEL R R R R R R R R R R R R
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Petugas pengelolaan
sampah
menggunakan alat
pelindung kepala saat 0%
1. melakukan
pengolahan sampah
medis
YA - - - - - - - - - - - - MS : -
TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ TMS :12
Petugas pengelolaan
sampah
menggunakan alat
pelindung tangan (
20%
sarung tangan ) saat
2. melakukan
pengolahan sampah
medis
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : -
Petugas pengelolaan
sampah
menggunakan
3. pelindung kaki saat 20%
melakukan
pengolahan sampah
medis

73
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : -
Petugas pengelolaan
sampah
menggunakan
0%
pakaian pelindung
4.
pada saat pengelolaan
sampah medis
YA - - - - - - - - - - - - MS : -
TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ TMS :12
Petugas pengelolaan
sampah
menggunakan
pelindung mata dan
20%
muka (masker
5.
khusus) pada saat
pengelolaan sampah
medis.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : -
PERSENTASE 60% (TMS)

74
CEKLIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT

UNIT YANG MENGHASILKAN SAMPAH MEDIS HASIL KETERANGAN


NO VARIABEL R R R R R R R R R R R R
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PEMILAHAN Memenuhi syarat
A. Melakukan dengan nilai
pemisahan antara persentase 100%
sampah medis dan
sampah non medis.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
B. Melakukan
pemisahan dengan
menyesuaikan kode
warna kantong
sampah.
1.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
C. Pemilahan
dilakukan dari awal
dengan
menyediakan tong
sampah yang
berbeda sesuai
dengan jenisnya.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0

75
D. Melakukan
pemisahan dengan
menyesuaikan label
kantong sampah
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
E. Melakukan
pencatatan volume
sampah medis
setiap harinya.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - TMS : 0
F. Pemilahan
sampah medis harus
di lengkapi dengan
SPO.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
PEWADAHAN Memenuhi syarat
A. Melakukan dengan nilai
pewadahan yang persentase 100%
berbeda antara
limbah medis dan
2. non medis.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
B. Penyediaan tong
76
sampah dengan
jumlah dan volume
yang memadai
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
C. Didalam 24 jam
sampah diangkut
2x dari tempat
pewadahan
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
D. Melakukan
program upaya
pembersihan tong
sampah
menggunakan air
dan disinfektan
secara regular.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12
TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
E. Mengganti tong
sampah yang rusak
atau tidak berfungsi
dengan tong
sampah yang
memenuhi
persyaratan
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0

77
F. penempatan tong
sampah yang
strategis.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0

PENGANGKUTAN Memenuhi
A. Menggunakan troli syarat dengan
khusus nilai persentase
100%
MS : 12
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0

B. Alat pengangkut
sampah
menggunakan
label.
MS : 12
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3.
TMS : 0
TIDAK - - - - - - - - - - - -
C. Alat pengangkut
dibersihkan secara
berkala..
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
D. Pengangkutan
melewati jalur
khusus yakni tidak
melalui ruangan
pelayanan atau
78
ruang kerja yang
padat dengan
pasien,
pengunjung, dan
karyawan rumah
sakit.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
E. Menggunakan alat
pengangkut yang
terbuat dari bahan
yang kuat, kedap
air dan
permukaannya
mudah
dibersihkan.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
F. Sampah diangkut
berdasarkan
kapasitas alat
pengangkut.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0

PENYIMPANAN Tidak Memenuhi

79
4. A. Penyimpanan syarat dengan
sementara sampah nilai persentase
medis 66, 68%
menggunakan
wadah sesuai
dengan jenis
sampah. (sampah
medis dan sampah
non medis)
MS : 12
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0

B. Penyimpanan
sementara sampah
medis dengan
menggunakan
warna kantong
sesuai dengan jenis.
(Merah untuk
limbah radioaktif,
Kuning untuk
limbah infeksius
dan limbah
patologis, Ungu
untuk limbah
sitotoksik, Cokelat
untuk limbah bahan
kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa
kemasan, dan
limbah farmasi ).

80
YA - - - - - - - - - - - - MS : 0

TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ TMS :12

C. Penyimpanan
sementara sampah
medis dengan
menggunakan
wadah sesuai
dengan jenis label
dan symbol.
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0
D. Penyimpanan
sementara sampah
medis sesuai
dengan kapasitas
TPS.

YA - - - - - - - - - - - - MS : 0

TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ TMS :12


E. penyimpanan
sampah medis
dilengkapi dengan
SPO
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS : 0

81
F. penyimpanan
sementara sampah
medis ditempatkan
di TPS limbah B3
YA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MS : 12

TIDAK - - - - - - - - - - - - TMS: 0

Keterangan : R1 : Ruang Rafflesia


R2 : Ruang Melati (Penyakit Dalam)
R3 : Ruang Mawar (Anak)
R4 : Ruang Anggrek (Bedah)
R5 : Ruang ICU
R6 : Ruang Kebidanan
R7 : Ruang Operasi
R8 : Ruang Laboratorium
R9 : Ruang Rongsen/Radiologi
R10 : Ruang Poliklinik Gigi
R11 : Ruang Poliklinik Bedah
R12 : Ruang UGD

82
83
84
85
86
87
88

Anda mungkin juga menyukai