Dosen Pengajar :
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Berlinda Rekta Putri Januarista ( P27833319007 )
Fitria Dwi Yuliatiningsih Sumartin ( P27833319012 )
Imanatus Sa’adah ( P27833319014 )
Rahmadhani Isna Rustanti ( P27833319029 )
Rista Aisya Dewi ( P27833319031 )
Silvia Retna Ningtyias ( P27833319032 )
Tengku Hendrawan Al Ubaidah ( P27833319034 )
D4 Semester 6
Panjatan puji syukur kami ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga penulis telah
menyelesaikan makalah mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit ini dengan tepat waktu.
Salah satu tujuan penulis dalam menulis makalah ini adalah sebagai pembelajaran
dalam mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit serta memenuhi tugas dalam mata kuliah ini..
Makalah yang penulis buat ini berdasarkan data-data yang valid yang telah dikumpulkan
dalam berbagai sumber.
Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut mendukung proses
pembuatan laporan ini hingga selesai. Yaitu:
1. Ibu Fitri Rochmalia, SST, M.KL selaku penanggung jawab Mata Kuliah Sanitasi
Rumah Sakit
2. Ibu Dr. Ir. Iva Rustanti EW, MT selaku dosen pengajar Mata Kuliah Sanitasi Rumah
Sakit
3. Teman-teman dari kelompok 2 yang telah berpartisipasi mulai dari praktikum hingga
penyusunan laporan.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini, namun penulis tetap
berharap makalah ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca. Demi kemajuan penulis,
penulis juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran yang berguna. Terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................5
C. TUJUAN.........................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................
ISI..............................................................................................................................................
BAB III....................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi maupun sosial agar setiap orang dapat
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah dan masyarakat
menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak beresiko buruk bagi
kesehatan individu. Penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta fasilitas-fasilitas umum.
Lingkungan sehat merupakan lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya binatang pembawa penyakit atau
vektor penyakit (Undang-Undang, 2009).
Vektor merupakan binatang pembawa bibit penyakit dari binatang atau
manusia kepada binatang atau manusia lainnya. Terdapat berbagai binatang yang
berperan sebagai vektor penyakit pada manusia, salah satunya adalah serangga.
Pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan populasi vektor serendah
mungkin sehingga penularan penyakit oleh vektor dapat dicegah. Diantara banyaknya
vektor dan binatang pengganggu, lalat termasuk vektor yang umum keberadaannya di
lingkungan (Menteri Kesehatan, 2010).
Penyakit menular bersumber vektor yang masih berjangkit di masyarakat
diantaranya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan kecoa yang umumnya
berkembang pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk (Amalia, 2010). “Penyakit
yang ditularkan melalui vektor masih menjadii penyakit endemis yang dapat
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran
vektor” (Permenkes R.I No. 374, 2010). Upaya pemberantasan dan pengendalian
penyakit menular seringkali mengalami kesulitan karena banyak faktor yang
mempengaruhi penyebaran penyakit menular tersebut. Lingkungan hidup di daerah
tropis yang lembab dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal bagi serangga
yang berkembangbiak. Selain dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan vektor
pembawa penyakit, keberadaan serangga juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan
dan rasa aman bagi masyarakat (Soedarto, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah pengertian dari pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit?
b. Apasaja jenis penyakit yang ditularkan vektor di Rumah Sakit?
c. Bagaimana upaya pengendalian vektor penyakit
d. Apasaja indikator bebas vektor di Rumah Sakit?
C. TUJUAN
Umum
Memahami dan mempelajari tentang penyelenggaraan kesehatan lingkungan
dalam pengawasan proses pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
Khusus
a. Mengetahui dan mempelajari tentang pengertian pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit
b. Mengetahui dan mempelajari tentang jenis penyakit yang ditularkan vektor di
Rumah Sakit
c. Mengetahui dan mempelajari tentang upaya pengendalian vektor penyakit
d. Mengetahui dan mempelajari tentang indikator bebas vektor di Rumah Sakit
BAB II
ISI
A. Pengertian Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi
sumber penular penyakit, binatang Pembawa Penyakit adalah binatang selain artropoda
yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.
Bioekologi adalah siklus hidup, morfologi, anatomi, perilaku, kepadatan, habitat
perkembangbiakan, serta musuh alami Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit. Adapun
peraturan yang membahas tentang pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor perlu disesuaikan dengan kebutuhan program dan perkembangan
hukum.
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit yang diatur dalam peraturan ini adalah
nyamuk Anopheles sp., nyamuk Aedes, nyamuk Culex sp., nyamuk Mansonia sp., kecoa,
lalat, pinjal, tikus, dan keong Oncomelania hupensis lindoensis.
Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya pencegahan dan
pengendalian mengenai populasi serangga, tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya
sehingga keberadaannya tidak menjadi media penularan penyakit.
Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan vektor dan binatang pembawa penyakit sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai standar baku mutu dan
persyaratan kesehatan vektor dan binatang pembawa penyakit.
1 Nyamuk MBR (Man biting rate) Angka gigitan nyamuk per <0,025
Anopheles sp orang per malam
4 Nyamuk Culex sp. MHD (Man Hour Angka nyamuk yang <1
Density) hinggap per orang per jam
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty dan ditandai panas tinggi mendadak
berlangsung selama 2 – 7 hari, tanpa sebab yang jelas kadang-kadang bifasik,
disertai timbulnya gejala tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, nyeri
ulu hati dan tanda-tanda perdarahan berupa bintik merah dikulit (petekia),
mimisan, perdarahan pada mukosa, perdarahan gusi atau hematoma pada daerah
suntikan, melena dan hati membengkak.
Pada panas hari ke 3 – 5 merupakan fase kritis dimana pada saat penurunan
suhu dapat terjadi sindrom syok dengue. Panas tinggi mendadak, perdarahan
dengan trombositopenia(trombosit < 100.000/mm3) dan hemokonsentrasi atau
kenaikan hematokrit lebih dari 20 % cukup untuk menegakkan diagnosis klinis
demam berdarah dengue.
Terdapat masa inkubasi ekstrinsik dan masa inkubasi intrinsik. Masa inkubasi
ekstrinsik merupakan periode waktu perkembangbiakan virus dalam kelenjar liur
nyamuk sampai dapat menularkan pada manusia yang berkisar 8 – 10 hari. Masa
inkubasi intrinsik merupakan periode waktu perkembangbiakan virus di dalam
tubuh manusia sejak masuk sampai timbulnya gejala penyakit yang berkisar 4 - 6
hari.
b. Diare
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer. Menurut World Health Organization
(WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Penyebaran bibit penyakit diare dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah,
kotoran manusia atau hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan
bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap pada makanan manusia
maka akan mencemari makanan yang akan dikonsumsi. Selain lalat, kecoa juga
berperan sebagai vektor mekanis penyakit diare dan kecoa dapat memindahkan
mikroorganisme patogen seperti Streptococcus, Salmonella dan lain-lain.
Penularan penyakit dapat terjadi melalui mikroorganisme patogen sebagai bibit
penyakit yang terdapat pada sampah dan sisa makanan dimana mikroorganisme
tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh kecoa, kemudian kecoa tersebut
dapat mengkontaminasi makanan yang akan dikonsumsi. Gejala diare ditandai
dengan sakit bagian perut, lemas, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan tinja
akan menjadi cair.
c. Disentri
Disentri adalah diare disertai darah dan/atau dan lendir dalam tinja dapat
disertai dengan adanya tenesmus. Diare berdarah (disentri) dapat disebabkan oleh
penyebab diare, seperti infeksi bakteri, parasit dan alergi protein susu sapi, tetapi
sebagian besar disentri disebabkan oleh infeksi bakteri. Penularannya secara fekal
oral. Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan
biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk .
Di Indonesia penyebab disentri adalah Shigella, Salmonella, dan Escherichia
coli (E. coli) . Disentri berat umumnya disebakan oleh Shigella dysentriae,
Shigella flexneri, Salmonella dan Entero Invasive E. Coli (EIEC) .
Penegakan diagnosis KLB d i a r e berdasarkan gambaran klinis kasus,
distribusi gejala, gambaran epidemiologi dan hasil pemeriksaan laboratorium :
Gejala yang ditemukan pada KLB diare karena V. cholerae. Diare
berbentuk cair seperti air beras merupakan tanda khas pada diare kolera
ini. Sebagian besar penderita menunjukkan gejala diare cair dan muntah
yang hebat disertai dehidrasi, shock tanpa tenesmus, terutama terjadi
peningkatan kasus pada golongan umur diatas 5 tahun atau dewasa. Pada
KLB ini sering disertai kematian, terutama pada anak balita. Spesimen
tinja untuk pemeriksaan adanya bakteri .
Gejala yang ditemukan pada KLB diare menunjukkan karakteristik gejala
diare dengan darah dan atau, lendir disertai tenesmus (mules). Yang
disebabkan oleh shigella dan salmonella non tifosa sering berbau busuk,
diare yang disebabkan amuba berbau amis. Pada pemeriksaan spesimen
tinja ditemukan kuman penyebab diare berdarah (disentri).
d. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi dan Salmonella paratyphi. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan yang memiliki gejala demam lebih dari
satu minggu, menyebabkan gangguan saluran pencernaan hingga penurunan
kesadaran. Higiene makanan dan minuman yang rendah paling berperan pada
penularan tifoid. Contoh: makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi
(seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air
minum yang tidak masak, dan sebagainya. Gejala demam tifoid adalah demam,
gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
e. Myasis
f. Toxoplasmosis
h. Pes
Pes bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis melalui gigitan
pinjal tikus atau rodent lain yang dapat mengigit dan menularkan ke binatang
lain/manusia. Pes pada manusia yang pernah dikenal sebagai black death dan
mengakibatkan kematian yang sangat tinggi.
Penderita dengan ditandai gejala klinis yaitu demam, sakit kepala,
bubo/pembesaran kelenjar getah bening di ketiak dan leher, adanya perdarahan
pada kulit,mulut,hidung, urine dan rektum, gangguan pernafasan (batuk dan
sesak nafas), disertai satu atau lebih adanya riwayat kontak tergigit pinjal, kontak
dengan binatang pengerat dalam satu 1 minggu terakhir, kontak dengan penderita
Pes terkonfirmasi dalam 1 minggu terakhir, pernah berkunjung ke wilayah focus
Pes/terancam dalam 1 minggu terakhir, tanpa adanya pemeriksaan laboratorium
penunjang .
2. Kecoa
a. Menyimpan bahan makanan dan makanan yang siap saji pada tempat
tertutup.
b. Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
c. Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam
ruangan.
3. Lalat
Melakukan pengelolaan sampah atau limbah yang memenuhi syarat kesehatan.
4. Tikus
a. Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon,
pintu, dan jendela.
b. Melakukan pengelolaan sampah yang memnuhi syarat kesehatan.
4. Lalat
Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah (perindukan) melebihi
2 ekor per block grill maka dilakukan secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2016. Tikus Jawa, Teknik Survei di Bidang
Direktorat Jenderal P2&PL, 2008. Pedoman Pengendalian Tikus Khusus di Rumah Sakit,
Harahap, A, A. 2016. Hubungan Sanitasi Kapal dengan Kepadatan Kecoa pada Kapal
Hiznah, N., & Werdiningsih, I. (2018). Pengaruh Konsentrasi Serbuk Daun Salam (Syzygium
Menkes RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan No. 07 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Menkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan No. 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Purnama, Sang Gede. 2016. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan. Universitas Udayana.
Sari, Vita Ardiana., Mitoriana Porusia. 2020. Gambaran Keberadaan Vektor Penyakit Dan
Binatang Pengganggu Di Bagian Instalasi Gizi Dan Bangsal Rumah Sakit Tipe C
Maret.
Yolanda, Natharina., Winata, Satyadharma Michael. 2014. Wound Myasis pada Anak. CDK-