KLINIK SANITASI
DI PUSKESMAS 1 KEMRANJEN
TAHUN 2022
DISUSUN OLEH
1
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Sanitasi Lingkungan
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur .................................................................. 6
Tabel 2. Gambaran Penyakit Scabies Menurut Jenis Kelamin dan Umur ............................ 33
Tabel 3. Tabel Gambaran Penyakit Scabies Menurut Tempat Puskesmas Kemranen I Tahun
2022.................................................................................................................................... 34
Tabel 4. Tabel Gambaran Penyakit Scabies Menurut Waktu Puskesmas Kemranjen I Tahun
2022.................................................................................................................................... 35
Tabel 5. Tabel Gambaran Penyakit TB Menurut Jenis Kelamin dan Umur Puskesmas
Kemranjen I Tahun 2022..................................................................................................... 38
Tabel 6. Grafik Jumlah Penderita TB Menurut Umur Puskesmas Kemranjen I Tahun 2022 39
Tabel 7. Tabel Gambaran Penyakit TB Menurut Tempat Puskesmas Kemranjen I Tahun
2022.................................................................................................................................... 40
Tabel 8. Tabel Gambaran Penyakit TB Menurut Waktu Puskesmas Kemranjen I Tahun 2022
........................................................................................................................................... 40
Tabel 9. Tabel Gambaran Penyakit DBD Menurut Jenis Kelamin dan Umur Puskesmas
Kemranjen I Tahun 2022..................................................................................................... 42
Tabel 10. Tabel Gambaran Penyakit DBD Menurut Tempat Puskesmas Kemranjen I Tahun
2022.................................................................................................................................... 44
Tabel 11:Tabel Gambaran Penyakit DBD Menurut Tempat Puskesmas Kemranjen I Tahun 2022 .. 46
Tabel 12. Data Penderita Scabies di Puskesmas Kenranjen I ............................................. 53
Tabel 13. Hasil Intervensi Penyakit TB Paru ....................................................................... 60
Tabel 14. Hasil Intervensi Penyakit DBD ............................................................................. 62
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi rabbil‟alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
pertolongan, rahmat, ridho dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktik kuliah lapangan mata kuliah Sanitasi Industri dan Keselamatan Kerja yang berjudul
“LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KLINIK SANITASI DI PUSKESMAS
KEMRANJEN 1 TAHUN 2022”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya seluruh
umat Islam.
Tujuan penulisan laporan praktik kerja lapangan ini adalah sebagai persyaratan untuk
menempuh mata kuliah praktik Sanitasi Industri dan Keselamatan Kerja. Penyusunan laporan
ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, tetapi atas berkat dorongan dan bantuan
baik materil maupun moril dari berbagai pihak akhirnya penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd, M.HP selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang.
2. Bapak Asep Tata Gunawan, S.KM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto
3. Bapak Hari Rudijanto IW, ST, M.Kes selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan.
4. Ibu Rusbandini Warastuti, S.Tr.KL dan Ibu Warsiti, A.Md.KL selaku pembimbing
lapangan.
Penulis
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1
penyakit-penyakit tersebut maka perlu dilakukan upaya pengobatan terhadap penyakit
serta upaya peningkatan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik,kimia, biologi
maupun sosial.
Klinik Sanitasi merupakan kegiatan pokok pelayanan yang berjalan secara sendiri,
akan tetapi sebagai bagian kegiatan lintas sektor yang saling terintegrasi dalam
membangun kerjasama antar lintas program di wilayah Puskesmas. Pada kegiatan
Klinik sanitasi oleh petugas sanitarian yang berada di puskesmas dengan 2 tugas
pokok utama pada pelayanan dalam gedung dan luar gedung puskesmas. Klinik
sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang menintegrasikan pelayanan
kesehatan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan klinik sanitasi
ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara mandiri serta
dapat mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit
dengan bimbingan , penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
Dari beberapa faktor yang telah diuraikan, Klinik sanitasi sangat penting
dilakukan agar mahasiswa DIV Kesehatan Lingkungan Purwokerto pada semester
VII yang telah dibekali beberapa ilmu dapat menerapkannya secara langsung kepada
masyarakat, sehingga mengetahui berbagai macam permasalahan yang sedang terjadi
dan dapat membantu menyelesaikan kejadian penyakit serta mampu melakukan
upaya pemecahannya.
1.2. TUJUAN
Mahasiswa dapat bertanggung jawab pada pekerjaan yang menjadi tugasnya dan
mampu bekerja sama dengan tim untuk membantu menyelesaikan permasalahan
kesehatan ingkungan (sanitasi) yang dihadapi pasien, keuarga maupun masyarakat.
2
observasi yang diakukan;
1.3. MANFAAT
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Konsep Puskesmas
4
3. Desa Kedungpring : + 272,672 Ha ( 3.532 jiwa )
4. Desa Sibrama : + 278,421 Ha ( 3.161 jiwa )
5. Desa Karangjati : + 172,324 Ha ( 2.002 jiwa )
6. Desa Petarangan : + 603,601 Ha ( 6.035 jiwa )
7. Desa Karanggintung : + 480,725 Ha ( 3.985 jiwa )
8. Desa Karangsalam : + 893,800 Ha ( 6.075 jiwa )
Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kemranjen 1 meliputi :
➢ Utara : Kec. Somagede Kab. Banyumas.
➢ Selatan : Kec. Nusawunggu Kab. Cilacap
➢ Barat : Kec. Kebasen Kab. Banyumas
➢ Timur : Kec. Sumpiuh Kab. Banyumas
5
Topografi wilayah kerja Puskesmas Kemranjen I sekitar 40 %
merupakan daerah dataran tinggi/pegunungan.
Transportasi dan komunikasi :
a. Jarak Puskesmas ke kabupaten : 100 % Aspal 32 Km.
b. Jarak Puskesmas ke desa : 0.5 km s.d. 7 km
c. Jarak Puskesmas ke desa (8 desa) : dapat dijangkau kendaraan roda
dua/mobil
d. Komunikasi berita : Kantor Pos, Telephone, Radio, Telepon
Genggam / selular, Televisi dan Surat
Kabar.
2.2.2 Keadaan Demografi Kecamatan Kemranjen
1. Jumlah Penduduk
6
KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK
NO UMUR LAKI-
(TAHUN) PEREMPUAN L + P PROSENTASE
LAKI
1 2 3 4 5 6
6 25 – 29 1.424 1.490 2.914 95,6
7 30 – 34 1.337 1.282 2.619 104,3
8 35 – 39 1.454 1.416 2.870 102,7
9 40 – 44 1.375 1.374 2.749 100,1
10 45 – 49 1.278 1.327 2.605 96,3
11 50 – 54 1.241 1.326 2.567 93,6
12 55 – 59 1.109 1.205 2.314 92,0
13 60 – 64 902 887 1.829 101,7
14 65 – 69 755 717 1.492 105,3
15 70 – 74 409 407 996 100,5
16 75+ 749 821 1.570 91,2
JUMLAH 19.161 18.962 38.123 101,0
75+
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
10 s/d 14
5 s/d 9
7
3. Kepadatan Penduduk
Penduduk di wilayah kerja Puskemas Kemranjen I untuk tahun 2021
belum menyebar dan merata. Pada umumnya penduduk banyak menumpuk
di daerah perkotaan dan didataran rendah. Rata-rata kepadatan penduduk di
Kecamatan Kemranjen sebesar 10,8 jiwa setiap kilometer persegi. Desa
terpadat adalah Desa Sibalung dengan tingkat kepadatan sebesar 16,1 setiap
kilometer persegi, sedangkan kepadatan terendah pada Desa Karangsalam
sebesar 623 setiap kilometer persegi dikarenakan desa terluas serta
daerahnya pegunungan.
2.2.3 Keadaan Sosial Ekonomi
1. Tingkat Pendidikan
Gambar 3. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Usia 15 tahun ke atas Menurut
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tahun 2021
8
Dilihat dari gambar 1 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di
Kecamatan Kemranjen tergolong masih rendah dimana 30.42% (9.593 jiwa) dari
jenjang pendidikan formal yang ditempuh. Rendahnya tingkat pendidikan
disebabkan karena sosial ekonomi masyarakat yang rendah.
2. Mata Pencaharian Penduduk
9
2.3 Status Derajat Kesehatan
10
dan BBLR.
11
2.3.2 Angka Kesakitan
1. Malaria
Pada tahun 2022 tidak ditemukan kasus malaria. Hal ini karena
didukung partisipasi penuh oleh petugas dan masyarakat, dengan
mengaktifkan survailen migrasi di masing-masing desa.
2. TB Paru
Jumlah kasus penderita BTA Positif tahun 2022 sebanyak 2 kasus dan
telah ditangani. Angka kematian 1 kasus. Dengan demikian penemuan
kasus masih perlu ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan
sosialisasi dan penyebaran informasi tentang penyakit TB Paru kepada
masyarakat, disamping adanya partisipasi aktif dari tokoh masyarakat
dalam hal penemuan TB Paru di Puskesmas Kemranjen I.
3. HIV/AIDS
12
memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Sasaran
pneumonia adalah jumlah balita ( L+P ) = 2.124 X 10% = 212, Penemuan
dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2021 sebanyak 6
kasus dan ditangani sebanyak 6 kasus (100%), dengan persentase 6 : 212
X 100 = 2,83%. Target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2021
(100%).
1.029. Penemuan diare Januari sampai Desember 232, jadi 232 : 1.029 X
virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk aedes aegypty. Penyakit
ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga
13
2.4 Layanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
- Pelaksanaan PSN.
2.5 Konseling
A. Pengertian Konseling
14
b. Memahami dirinya dengan lebih baik;
15
B. Langkah- Langkah Konseling
1. Persiapan (P1)
2. Pelaksanaan (P2)
2. Khusus, meliputi:
a. Identifikasi prilaku/kebiasaan;
SA = Salam, Sambut :
16
c. Tunjukkan sikap ramah.
T - tanyakan :
U-Uraikan :
TU – Bantu :
J - Jelaskan :
17
hambatan yang mungkin terjadi. Jelaskan berbagai pelayanan
yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
tersebut.
U - Ulangi:
2.6 Inspeksi
A. Pengertian Inspeksi
18
sehat. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan berdasarkan
hasil Konseling terhadap Pasien dan/atau kecenderungan
berkembang atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian kesakitan
akibat Faktor Risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan
Lingkungan juga dilakukan secara berkala, dalam rangka
investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan program kesehatan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
19
puluh empat) jam setelah Konseling.
a) Air
b) Udara
20
exhaust fan atau peralatan lain.
c) Tanah
d) Pangan
21
3) Uji Laboratorium
a) Identifikasi bahaya
22
c) Pengukuran pemajanan
d) Penetapan Risiko.
a. Persiapan:
b. Pelaksanaan:
23
4) Melakukan pemetaan populasi berisiko.
2.7 Intervensi
d. Rekayasa lingkungan.
24
A. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, serta Penggerakan/
Pemberdayaan Masyarakat.
Contoh:
25
air minum, sanitasi, sarana perumahan, sarana pembuangan air
limbah dan sampah, serta sarana kesehatan lingkungan lainnya
yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan.
pada lantai tanah, dan pembuatan sarana air bersih yang tertutup.
Contoh:
26
- Pengolahan air limbah rumah tangga untuk ternak ikan;
D. Rekayasa Lingkungan
tidak tertutup;
salinitas.
27
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Penyakit Kulit (Scabies)
3.1.1 Etiologi Scabies
Skabies ialah penyakit kulit yang diakibatkan oleh infestasi dan sensitasi
tungau (mite) Sarcoptes scabiei varian hominis dan sejenisnya. Sarcoptes scabiei
adalah tungau dari famili Sarcoptidae, ordo Acaria, kelas Arachnida. Badannya
yang berbentuk oval, pipih datar di bagian ventral, dan convex di bagian
dorsal.Tungau yang jantan berukuran 150-200 mikron, sedangkan yang betina
lebih besar berkisar ukuran 300-350 mikron. Alat mulut terdiri dari selisere yang
bergigi dan palpi menjadi satu dengan hypostom. Stadium dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang menghadap ke depan sebagai alat perekat dan 2 pasang
menghadap ke belakang (Sudarsono, 2012)
Setelah melakukan kopulasi yang jantan mati dan yang betina gravid mencari
tempat buat meletakkan telurnya di stratum korneum dari kulit dengan membuat
terowongan sambil meletakkan telur 4-5 butir sehari sampai dengan selesai 40-50
butir. Dalam waktu 5 hari, telur akan menetas dan keluar larva dengan 3 pasang
kaki. Larva ini akan meneruskan membuat terowongan ke arah lateral, membuat
terowongan baru dan menembus mencari jalan keluar, setelah itu terjadi 2 stadium
nimfa, lalu menjadi dewasa. Lingkaran hidup berlangsung 8-17 hari dan tungau
betina dapat hidup 2-3 minggu sampai 1 bulan ( Griana, 2013)
Skabies disebabkan oleh kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya
cembung, perutnya rata dan tidak bermata. Kelainan kulit yang ditimbulkannya
tidak hanya disebabkan oleh investasi tungau skabies semata, tetapi juga akibat
garukan oleh penderita sendiri. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu
bulan setelah infestasi. Pada saat itu, terjadilah kelainan kulit menyerupai
dermatitis, dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Sarcoptes
scabiei termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo acarina, super family
sarcoptes. Penyakit skabies sering berjangkit pada daerah yang padat penduduknya,
dengan kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku hygiene perorangan yang tidak
baik. Penularan penyakit ini dapat terjadi karena hubungan erat/ tatacara ekspresi
kekerabatan dalam tatanan masyarakat atau keluarga, misalnya melalui kebiasaan
28
berjabat tangan, hubungan antara suami dan istri, ibu dan anak, serta anggota
keluarga lainnya.
29
sering ditemukan bersamaan dengan penyakit menularlain. Ditandai dengan
gejala minimal dan sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya
menghilang akibat mandi secara teratur.
b) Skabies in cognito
Skabies incognito sering menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain. Bentuk incognito terdapat
pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan masih dapat menularkan
skabies. Di sisi lain, pengobatan steroid topikal jangka panjang
mengakibatkan lesi bertambah parah karena penurunan respons imun
seluler. Skabies akibat pengobatan dengan menggunakan kostikosteroid
topical atau sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala
klinik (rasa gatal) tapi penyakitnya tetap ada dan tetap menular.
c). Scabies nodularis
Skabies nodularis pertama kali dilaporkan pada tahun 1923 oleh Ayres dan
Anderson. Disebut skabies nodularis karena lesinya berupa nodus coklat
kemerahan yang gatal di daerah tertutup pakaian. Terbentuknya nodus
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas kulit terhadap S.scabiei dan
produknya. Lesi nodularis terjadi pada 7-10% penderita skabies. Nodus
memiliki diameter 5-20mm dan terowongan biasanya ditemukan pada awal
nodus terbentuk. Tungau jarang ditemukan di dalam nodus. Lesi berupa
nodul coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan
aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau
scabies.Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang
ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai
satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
d) Skabies bulosa
Skabies yang menginfestasi bayi dan individu immunocompromised
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skabies bulosa. Bula
yang terbentuk mirip dengan bula pada pemfigoid bulosa yaitu penyakit
kulit yang ditandai dengan lepuh berukuran besar. Walaupun secara klinis
dan histopatologis skabies bulosa mirip dengan pemfigoid bulosa, keduanya
30
tidak mirip apabila diperiksa dengan immunofluorensi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Perbedaan lain antara skabies bulosa dengan
pemfigoid bulosa adalah lokasi lesi, gejala, dan usia penderita. Skabies
bulosa biasanya tersebar di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan dan
genital sedangkan pemfigoid bulosa tersebar di daerah badan dan
ekstremitas.
e) Skabies kruktosa
Tipe ini jarang terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi
keterlambatan diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular.
f) Skabies yang Ditularkan Melalui Hewan
Skabies dapat menginfeksi binatang seperti anjing, kuda, kambing, kelinci,
monyet dan lain-lain. Sumber utama skabies pada binatang di Amerika
adalah anjing. Penyebab skabies pada binatang mirip dengan yang
menginfestasi manusia tetapi berbeda strain. Manusia dapat menularkan
skabies ke binatang peliharaan, namun yang lebih sering adalah infestasi
silang dari binatang peliharaan seperti anjing ke manusia. Gejala ringan,
rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada
tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut
dan mandi yang bersih.
g) Skabies pada Orang Terbaring di Tempat Tidur
Skabies pada orang yang terbaring di tempat tidur (bedridden) banyak
dijumpai pada orang yang menderita penyakit kronik atau orang berusia
lanjut yang berbaring di tempat tidur dalam jangka waktu lama. Lesi pada
skabies bedridden hanya terbatas. Penderita penyakit kronis dan orang tua
yang terpaksa harus terbaring di tempat tidur dapat menderita skabies yang
lesinya terbatas.
h) Skabies pada Bayi
Lesi skabies pada bayi dapat timbul di telapak tangan, telapak kaki, wajah,
dan kulit kepala. pada skabies biasanya khas dan memberikan rasa gatal
hebat terutama malam hari akan tetapi pada bayi. Gambaran klinis tidak
khas, terowongan sulit ditemukan namun vesikel lebih banyak, dapat
mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala,leher,telapak tangan, telapak
kaki.
31
i) Skabies pada Santri Pondok
Penyakit skabies sangat mudah menular bahkan hanya dengan
sentuhan sudah bisa terjadi penularan. Hal ini lah yang menyebabkan
penyakit scabies dengan prevalensi yang tinggi seringkali ditemukan di
pondok pesantren mengingat kondisi pondok pesantren yang dihuni oleh
banyak individu sehingga kesempatan untuk terjadinya penularan sangat
besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ma’rufi (2005).
32
3.1.3 Gambaran Scabies Menurut Orang
Tabel 2. Gambaran Penyakit Scabies Menurut Jenis Kelamin dan Umur
No. Nama Jenis Kelamin Umur
Gambar 4. Grafik Jumlah Penyakit Kulit Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kemranen I
Tahun 2022
33
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan penderita penyakit kulit (scabies) di
wilayah Puskesmas Kemranjen I dengan jumlah penderita tertinggi berumur 0-15
tahun berumlah 5 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Data ini
diperoleh berdasarkan kunungan pasien yang berobat ke Puskesmas Kemranjen I
periode Agustus – September 2022 yang berjumlah 12 orang.
3.1.4 Gambaran Penyakit Scabies Menurut Tempat
Tabel 3. Tabel Gambaran Penyakit Scabies Menurut Tempat Puskesmas Kemranen I Tahun
2022
No. Nama Alamat
34
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan penderita penyakit kulit (scabies) di
wilayah Puskesmas Kemranjen I jumlah penderita tertinggi berasal dari Desa Karangjati
dengan presentase 25%. Data ini diperoleh berdasarkan kunungan pasien yang berobat ke
Puskesmas Kemranjen I periode Agustus – September 2022 yang berjumlah 12 orang.
3.1.5 Gambaran Penyakit Scabies Menurut Waktu
Tabel 4. Tabel Gambaran Penyakit Scabies Menurut Waktu Puskesmas Kemranjen I Tahun
2022
No. Nama Tanggal
Gambar 7. Grafik Jumlah Penderita Penyakit Kulit Menurut Waktu Puskesmas Kemranjen I
Tahun 2022
35
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan penderita penyakit kulit (scabies) di
wilayah Kemranjen I jumlah penderita tertinggi pada 31 Agustus 2022 dan 5 September
2022 yang berobat ke Puskesmas. Data ini deiperoleh berdasarkan kunungan pasien yang
berobat ke Puskesmas Kemranjen I periode Agustus – September 2022 yang berjumlah 12
orang.
36
penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil Mykrobakterium tersebut masuk
kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka
terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang
dalam perjalanannya, sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru
primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mykrobakterium Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan
yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru karena
terjadi penularan ulang yang mana didalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap
basil tersebut.
3.2.2 Klasifikasi Penyakit TB Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum
pengobatan dimulai.
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1). Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak
SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2). Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk
berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paruringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex,
TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
37
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau
lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
38
Gambar 8. Grafik Jumlah Penderita TB Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kemranjen I
Tahun 2022
Gambar 9. Grafik Jumlah Penderita TB Menurut Umur Puskesmas Kemranjen I Tahun 2022
39
Berdasarkan diagram batang diatas menunjukkan penderita TB yang sudah menjalani
pengobatan OAT di wilayah Puskesmas Kemranjen I, penderita TB berumur 55 tahun
dan 78 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Data ini diperoleh berdasarkan
kunjungan pasien yang berobat ke Puskesmas Kemranjen I periode Agustus –
September 2022 yang berjumlah 2 orang.
3.2.4 Gambaran Penyakit TB Paru Menurut Tempat
Tabel 6. Tabel Gambaran Penyakit TB Menurut Tempat Puskesmas Kemranjen I Tahun
2022
No. Nama Alamat
1. Tugirah Kecila
2. Kasminah Kecila
40
terdapat beberapa mekanisme yang terlibat dan berjalan secara bersamaan (Garna, 2012).
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk famili stegomyia. Aedes Aegypti, nyamuk penggigit
siang hari, adalah vektor utama, dan semua empat tipe virus adalah ditemukan darinya. Pada
kebanyakan daerah tropis Aedes aegypti berkembang biak pada penyimpanan air minum
atau air hujan yang terkumpul pada berbagai wadah. Virus dengue juga telah ditemukan dari
Aedes albopictus, dan wabah di daerah pasifik telah di anggap berasal dari beberapa spesies
Aedes lain. Spesies ini berkembang biak di air yang terperangkap pada vegetasi. Di Asia
Tenggara dan Afrika Barat, dengue mungkin dipertahankan dalam siklus yang melibatkan
kera hutan pemakan kanopi dan spesies Aedes, yang makan pada kera maupun manusia
(Nelson, 2012). Demam berdarah dengue dikarenakan oleh virus dengue dari famili
flaviviridae dan genus flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan beda jika menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan
infeksi paling berat di Indonesia, yaitu DEN-3 (Satari, 2004). Demam dengue (DD)
disebabkan karena tertelannya darah viremia yang mengandung virus dengue oleh nyamuk
aedes, diikuti dengan masuknya darah tersebut ke manusia pejamu kedua (Garna, 2012).
3.3.2 Klasifikasi Penyakit DBD
1. DBD derajat I
Gejala utama dari DBD derajat I adalah demam dan gejala yang tidak tercata di
atas. Pada umumnya dokter akan melaksanakan tes darah. Kriteria tes laboratorium
untuk DBD derajat I adalah uji torniquet positif.
2. DBD derajat II
Penyakit DBD derajat II memiliki gejala DBD derajat I yang disertai dengan
pendarahan spontan di kulit atau pendarahan lainnya.
3. DBD derajat III
Hipotensi atau tekanan nadi yang menurun, sianosis disekitar mulut, kulit yang
terasa dingin dan lembab, serta kegelisahan pada penderita anak-anak identik
dengan penyakit DBD derajat III.
4. DBD derajat IV
Penyakit DBD derajat IV disertai dengan syot berat atau profound syok. Nadi
pasien sulit untuk diraba dan tekanan darah sulit untuk diukur.
41
3.3.3 Gambaran Penyakit DBD Menurut Orang
Tabel 8. Tabel Gambaran Penyakit DBD Menurut Jenis Kelamin dan Umur Puskesmas
Kemranjen I Tahun 2022
No. Nama Jenis Kelamin Umur
42
Gambar 10. Grafik Jumlah Penyakit DBD Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kemranjen I
Tahun 2022
43
Gambar 11. Grafik Jumlah Penderita Penyakit DBD Menurut Umur Puskesmas Kemranjen I
Tahun 2022
44
9. Nabila Suci Karangsalam
10. Sultoniyah Sibalung
11. Rifqi Aziz Sibalung
12. Karsinem Karanggintung
13. Dariyem Sibalung
14. Evan Denis Jatmiko Sibalung
15. Elan Nurdianto Kecila
16. Fahri Kecila
17. Tasiyem Karangsalam
18. Hartono Petarangan
19. Cecep Hendra Sibalung
20. Dwi Nur Aeni Sibalung
21. Suryanto Kecila
22. Hanif Saefudin Kecila
23. Haryani Kecila
24. Angga Andrianto Kecila
25. Kusmiyati Karangsalam
26. M. Ikhsan Karangsalam
27. Chamidah Kecila
45
Gambar 12. Grafik Presentase Penyakit DBD Menurut Tempat Puskesmas Kemranjen I
Tahun 2022
46
10. Sultoniyah 7 April 2022
11. Rifqi Aziz 9 April 2022
12. Karsinem 20 April 2022
13. Dariyem 20 Mei 2022
14. Evan Denis Jatmiko 27 Mei 2022
15. Elan Nurdianto 29 Mei 2022
16. Fahri 21 Juni 2022
17. Tasiyem 23 Juni 2022
18. Hartono 25 Juni 2022
19. Cecep Hendra 16 Juli 2022
20. Dwi Nur Aeni 17 Juli 2022
21. Suryanto 23 Juli 2022
22. Hanif Saefudin 24 Juli 2022
23. Haryani 29 Juli 2022
24. Angga Andrianto 27 Juli 2022
25. Kusmiyati 1 Agustus 2022
26. M. Ikhsan 2 Agustus 2022
27. Chamidah 3 Agustus 2022
Gambar 13. Grafik Jumlah Penderita Penyakit DBD Menurut Waktu Puskesmas Kemranjen I
Tahun 2022
47
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan penderita penyakit DBD di wilayah
Puskesmas Kemranjen I, penderita tertinggi pada 15 Januari 2022 dan 29 Juli 2022 yaitu
masing-masing sebanyak 2 orang. Data ini diperoleh berdasarkan kunungan pasien yang
berobat ke Puskesmas Kemranjen 1 periode tahun 2022 yang berjumlah 27 orang.
48
3.5.2 Deskripsi Faktor Risiko Penyakit TB Paru
1. Suhu
Suhu rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan
kehilangan panas tubuh. dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu
lingkungan. Kehilangan panas dalam tubuh akan menurunkan vitalitas tubuh dan
lebih cepat untuk terkena infeksi terutama infeksi saluran napas oleh agent yang
menular. Menurut Walton, suhu berperan penting dalam metabolisme tubuh,
konsumsi oksigen dan tekanan darah. Sedangkan Lennihan dan Fletter,
mengemukakan bahwa suhu rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
meningkatkan kehilangan panas tubuh dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan
dengan suhu lingkungan melalui proses evaporasi. Kehilangan panas tubuh ini
akan menurunkan vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi untuk terkena infeksi
terutama infeksi saluran nafas oleh agen yang menular. Sedangkan menurut Gould
dan Brooker (2003), bakteri Mycobacterium tuberculosa memiliki rentan suhu
yang disukai, tetapi di dalam rentan ini terdapat suatu suhu optimum saat mereka
tumbuh pesat. Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri mesofilik yang
tumbuh subur dalam rentang 22-40 dercel, akan tetapi akan tumbuh secara optimal
pada suhu 22-24 dercel (Gould & Brooker, 2003).
2. Pencahayaan
Cahaya matahari sangat penting masuk di dalam rumah, karena dapat
membunuh bakteri-bakteri pathogen, misalnya bakteri penyebab penyakit Pneumonia,
ISPA maupun TBC. Fungsi jendela disamping sebagai ventilasi juga sebagai jalan
masuknya cahaya. Lokasi penempatan jendela harus ditengah-tengah tembok cahaya
yang masuk ke dalam rumah ataupun ruangan lebih lama menyinari lantai (Suryanto
2003). Cahaya matahari sangat penting, karena dapat membunuh bakteribakteri
patogen di dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit TBC. Oleh karena itu,
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Jalan masuk
cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang
terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat jendela
diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak
terhalang oleh bangunan lain. Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari,
diperlukan luas jendela kaca minimum 10% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang
baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat
49
penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang
cukup. Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang
lebih 60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua
jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses
mematikan kuman untuk setiap jenisnya. Cahaya yang sama apabila dipancarkan
melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat
dari pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan
pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi
udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat berkurang.
(Permenkes RI No.1077; 2011). Sebagaimana kita ketahui, penyakit TB Paru
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menular melalui udara. Proses
penularan tidak sederhana, misalnya dengan menghirup udara bercampur bakteri TBC
lalu terinfeksi kemudian menderita penyakit TB Paru. Masih banyak faktor atau
variabel yang berperan dalam timbulnya TB Paru pada seseorang. Daya penularan
ditentukan banyaknya kuman dan patogenitas kuman, serta lamanya seseorang
menghirup udara yang mengandung bakteri TBC.
3. Kelembaban
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana
Kelembaban yang optimal (sehat) dalam rumah adalah sekitar 60%. Kelembaban yang
lebih dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuninya. Atau lebih
tepatnya kelembaban yang sehat yaiu 60% dengan temperatur kamar 22° – 24°C.
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Rumah yang
lembab akan mudah ditumbuhi oleh kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit
infeksi, khususnya penyakit infeksi saluran pernafasan. Hal ini perlu diperhatikan
karena kelembaban dalam rumah akan mempermudah berkembangbiaknya
mikroorganisme antara lain bakteri spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara ,selain itu kelembaban yang tinggi
dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering seingga kurang efektif
dalam menghadang mikroorganisme. Kelembaban udara yang meningkat merupakan
media yang baik untuk Bakteri-Bakteri termasuk bakteri tuberkulosis. Kondisi
lingkungan yang lembab merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri
50
patogen. Bakteri Mycobacterium tuberculosa seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh
dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih
dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan
dan kelangsungan hidup sel bakteri (Gould dan Brooker, 2003). Selain itu menurut
Notoatmodjo (2003), kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri patogen termasuk bakteri tuberkulosis.
4. Jenis Dinding
Dimana jenis dinding yang kedap air akan dirasa dapat menyerap air dinding
tidak lembab, basah sehingga dapat mengurangi kelembaban jika dinding terbuat dari
bahan yang kedap air. Jenis dinding yang memenuhi syarat tidak dapat menambah
tingkat kelembaban, sehingga micobacterium tuberkulosis tidak dapat hidup.
5. Jenis Lantai
Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan
menimbulkan gangguan/ penyakit terhadap penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi
bahan kedap air (disemen, dipasang tegel, keramik) sehingga mudah dibersihkan.
Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,
sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman
Mycrobacterium tuberculosis (Arifin Munif, 2013). Jenis lantai tanah memiliki peran
terhadap proses kejadian Tuberkulosis paru, melalui kelembaban dalam ruangan.
Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban, pada musim panas lantai menjadi
kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya. Jenis
lantai terkait dengan dengan tingkat kelembaban ruangan, sehingga pada kondisi
lantai tumah terbuat dari tanah, cenderung mempengaruhi viabilitas micobacrerium
tuberkulosis di lingkungan yang pada akhirnya dapat memicu daya tahan
micobacrerium tuberkulosis di udara semakin lama. Maka dari itu jika keadaan
lembab micobacterium tuberkulosis dapat berkembang dengan optimal. Agar tidak
tertular micobacterium tuberkulosis maka lingkungan rumah harus memenuhi syarat
baik dari suhu, pencahayaan, kelembaban, jenis dinding, dan jenis lantainya.
51
nyamuk dan mengganggu perkembangan pathogen. Telur Aedes aegypti yang
menempel pada permukaan dinding tempat penampungan air yang lembab dapat
mengalami proses embrionisasi yang sempurna pada suhu 25-30 dercel selama 72 am.
2. Keberadaan breeding place di Rumah
Nyamuk Aedes aegypti sangat suka tinggal dan berkembang biak di genangan
air bersih yang tidak berkontak langsung dengan tanah. Vektor penyakit DBD ini
diketahui banyak bertelur di genangan air yang terdapat sisa-sisa kaleng bekas, tempat
penampungan air, ban bekas dan sebagainya. Belum lengkapnya infrastruktur
pendukung seperti system drainase yang belum berfungsi dengan baik akan
mengakibatkan teradinya genangan air dan akan menjadi tempat berkembangbiaknya
vector nyamuk Aedes aegypti.
52
3.6 Hasil Inspeksi dan Intervensi
Tabel 11. Data Penderita Scabies di Puskesmas Kenranjen I
53
No. Nama Hasil Kunjungan Rumah Intervensi Pemecahan Masalah
54
1. Gibran a. Sumberair bersih : Pamsimas a. Non Teknis
Kurnia b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan cuci tangan
c. Menggunakan kamar mandi sendiri memakai sabun.
d. Jarak sumber air dengan sumber - Hendaknya keluarga sering
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 mencuci pakaian dan alat
meter. tidur bagi anak yang terkena
e. Jarak sumber air dengan pembuangan penyakit kulit dengan
sampah lebih dari 10 meter anggota keluarga yang sehat
f. Pasien mandi memakai sabun untuk mencegah penularan
g. Handuk yang digunakan secara penyakit kulit.
Sendiri -sendiri tidak digunakan - Hendaknya keluarga sering
bersama anggota keluarga yang lain menjemur kasur tidur
h. Sabun yang digunakan masing – - Hendaknya keluarga
masing orang satu sabun memisahkan penggunaan
i. Pasien berkuku pendek dan bersih sabun, handuk dan peralatan
j. Tidak ada anggota pasien sebagai mandi bagi anak yang
karyawan pabrik yang selalu berkontak terkena penyakit kulit dengan
dengan bahan kimia anggota keluarga yang sehat
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
- Hendaknya keluarga
menerapkan PHBS di rumah
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
2. Hasna a. Sumberair bersih : Sumur Gali a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memisahkan penggunaan
Sendiri -sendiri tidak digunakan sabun mandi yang digunakan
bersama anggota keluarga yang lain pada penderita penyakit kulit
h. Sabun mandi yang digunakan secara dengan anggota keluarga
bersama – sama dengan anggota yang sehat untuk mencegah
kelaurga yang lain. penularan penyakit kulit.
i. Pasien berkuku pendek dan bersih - Hendaknya keluarga
j. Tidak ada anggota pasien sebagai menerapkan PHBS di rumah
karyawan pabrik yang selalu berkontak untuk mencegah penularan
dengan bahan kimia penyakit kulit.
3. Nizam a. Sumberair bersih : Sumur Gali a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memisahkan penggunaan
Sendiri -sendiri tidak digunakan sabun mandi yang digunakan
bersama anggota keluarga yang lain. pada penderita penyakit kulit
h. Sabun mandi yang digunakan secara dengan anggota keluarga
bersama – sama dengan anggota yang sehat untuk mencegah
kelaurga yang lain. penularan penyakit kulit.
i. Pasien tidak berkuku pendek dan - Hendaknya penderita
bersih penyakit kulit memotong dan
55
j. Tidak ada anggota pasien sebagai membersihkan bagian kuku
karyawan pabrik yang selalu berkontak untuk mengurangi infeksi
dengan bahan kimia. penularan jamur yang
disebabkan oleh bagian kuku
pada penderita penyakit kulit.
- Hendaknya keluarga
menerapkan PHBS di rumah
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
4. Adelia a. Sumberair bersih : Sumur Gali a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan cuci tangan
c. Menggunakan kamar mandi sendiri memakai sabun.
d. Jarak sumber air dengan sumber - Hendaknya keluarga sering
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 mencuci pakaian dan alat
meter. tidur bagi anak yang terkena
e. Jarak sumber air dengan pembuangan penyakit kulit dengan
sampah lebih dari 10 meter anggota keluarga yang sehat
f. Pasien mandi memakai sabun untuk mencegah penularan
g. Handuk yang digunakan secara penyakit kulit.
Sendiri - sendiri tidak digunakan - Hendaknya keluarga sering
bersama anggota keluarga yang lain menjemur kasur tidur
h. Sabun yang digunakan masing – - Hendaknya keluarga
masing orang satu sabun memisahkan penggunaan
i. Pasien berkuku pendek dan bersih sabun, handuk dan peralatan
j. Tidak ada anggota pasien sebagai mandi bagi anak yang
karyawan pabrik yang selalu berkontak terkena penyakit kulit dengan
dengan bahan kimia anggota keluarga yang sehat
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
- Hendaknya keluarga
menerapkan PHBS di rumah
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
5. Aprillia a. Sumberair bersih : Sumur Gali a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memishahkan penggunaan
bersama-sama dengan anggota handuk yang digunakan pada
keluarga yang lain penderita penyakit kulit
h. Sabun yang digunakan masing – dengan anggota keluarga
masing orang satu sabun yang sehat untuk mencegah
i. Pasien berkuku pendek dan bersih penularan penyakit kulit.
j. Tidak ada anggota pasien sebagai - Hendaknya keluarga
karyawan pabrik yang selalu berkontak menerapkan PHBS di rumah
dengan bahan kimia untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
6. Hendi a. Sumberair bersih : Sumur Gali a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
56
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memisahkan penggunaan
Sendiri -sendiri tidak digunakan sabun mandi yang digunakan
bersama anggota keluarga yang lain. pada penderita penyakit kulit
h. Sabun mandi yang digunakan kadang dengan anggota keluarga
– kadang secara bersama – sama yang sehat untuk mencegah
dengan anggota kelaurga yang lain. penularan penyakit kulit.
i. Pasien tidak berkuku pendek dan - Hendaknya keluarga
bersih menerapkan PHBS di rumah
j. Tidak ada anggota pasien sebagai untuk mencegah penularan
karyawan pabrik yang selalu berkontak penyakit kulit.
dengan bahan kimia.
7. Risky Amelia a. Sumberair bersih : Sumur Gali a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memisahkan penggunaan
Sendiri -sendiri tidak digunakan sabun mandi yang digunakan
bersama anggota keluarga yang lain. pada penderita penyakit kulit
h. Sabun mandi yang digunakan secara dengan anggota keluarga
bersama – sama dengan anggota yang sehat untuk mencegah
kelaurga yang lain. penularan penyakit kulit.
i. Pasien tidak berkuku pendek dan - Hendaknya keluarga
bersih menerapkan PHBS di rumah
j. Tidak ada anggota pasien sebagai untuk mencegah penularan
karyawan pabrik yang selalu berkontak penyakit kulit.
dengan bahan kimia.
8. Ely Yuniarti a. Sumberair bersih : Pamsimas a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memisahkan penggunaan
Sendiri -sendiri tidak digunakan sabun, handuk dan peralatan
bersama anggota keluarga yang lain tidur yang digunakan pada
h. Sabun yang digunakan masing – penderita penyakit kulit
masing orang satu sabun dengan anggota keluarga
i. Pasien berkuku pendek dan bersih yang sehat untuk mencegah
j. Tidak ada anggota pasien sebagai penularan penyakit kulit.
karyawan pabrik yang selalu berkontak - Hendaknya penderita
dengan bahan kimia penyakit kulit memotong dan
membersihkan bagian kuku
untuk mengurangi infeksi
penularan jamur yang
disebabkan oleh bagian kuku
pada penderita penyakit kulit.
- Hendaknya keluarga
menerapkan PHBS di rumah
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
9. Satiyah a. Sumberair bersih : Sumur Gali a. Non Teknis
57
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara Send - memisahkan penggunaan
sendiri tidak digunakan bersama sabun mandi yang digunakan
anggota keluarga yang lain pada penderita penyakit kulit
h. Sabun yang digunakan masing – dengan anggota keluarga
masing orang satu sabun yang sehat untuk mencegah
i. Pasien berkuku pendek dan bersih penularan penyakit kulit.
j. Tidak ada anggota pasien sebagai - Hendanya menjemur kasur
karyawan pabrik yang selalu berkontak - Hendaknya keluarga
dengan bahan kimia menerapkan PHBS di rumah
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
10. Siti Wahyuni a. Sumberair bersih : Sumur Bor a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memisahkan penggunaan
Sendiri - sendiri tidak digunakan sabun mandi yang digunakan
bersama anggota keluarga yang lain pada penderita penyakit kulit
h. Sabun yang digunakan masing – dengan anggota keluarga
masing orang satu sabun yang sehat untuk mencegah
i. Pasien berkuku pendek dan bersih penularan penyakit kulit.
j. Tidak ada anggota pasien sebagai - Hendaknya keluarga
karyawan pabrik yang selalu berkontak menerapkan PHBS di rumah
dengan bahan kimia untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
11. Diah a. Sumberair bersih : Sumur Bor a. Non Teknis
b. Sumber air mencukupi kebutuhan - Membiasakan menjaga
c. Menggunakan kamar mandi sendiri perilaku kebersihan per-
d. Jarak sumber air dengan sumber orangan.
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 - Membiasakan cuci tangan
meter. memakai sabun.
e. Jarak sumber air dengan pembuangan - Membiasakan untuk mandi
sampah lebih dari 10 meter dua kali sehari.
f. Pasien mandi memakai sabun - Hendaknya keluarga
g. Handuk yang digunakan secara memisahkan penggunaan
Sendiri - sendiri tidak digunakan sabun mandi yang digunakan
bersama anggota keluarga yang lain pada penderita penyakit kulit
h. Sabun yang digunakan secara dengan anggota keluarga
bersama – sama dengan anggota yang sehat untuk mencegah
kelaurga yang lain penularan penyakit kulit.
i. Pasien berkuku pendek dan bersih - Hendaknya menjemur kasur
j. Tidak ada anggota pasien sebagai dan peralatan tidur.
karyawan pabrik yang selalu berkontak - Hendaknya keluarga
dengan bahan kimia menerapkan PHBS di rumah
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
12. Kasinah a. Sumberair bersih : Ledeng (PAM), a. Non Teknis
58
mata air terlindung - Membiasakan menjaga
b. Sumber air mencukupi kebutuhan perilaku kebersihan per-
c. Menggunakan kamar mandi sendiri orangan.
d. Jarak sumber air dengan sumber - Membiasakan cuci tangan
ppencemaran (air limbah) lebih dari 10 memakai sabun.
meter. - Membiasakan untuk mandi
e. Jarak sumber air dengan pembuangan dua kali sehari.
sampah lebih dari 10 meter - Hendaknya keluarga
f. Pasien mandi memakai sabun memisahkan penggunaan
g. Handuk yang digunakan secara sabun, dan peralatan mandi
Sendiri -sendiri tidak digunakan yang digunakan pada
bersama anggota keluarga yang lain penderita penyakit kulit
h. Sabun yang digunakan masing – dengan anggota keluarga
masing orang satu sabun yang sehat untuk mencegah
i. Pasien berkuku pendek dan bersih penularan penyakit kulit.
j. Tidak ada anggota pasien sebagai - Hendanya menjemur kasur
karyawan pabrik yang selalu berkontak - Hendaknya keluarga
dengan bahan kimia menerapkan PHBS di rumah
untuk mencegah penularan
penyakit kulit.
59
3.6.2 Hasil Intervensi Penyakit TB Paru
Tabel 12. Hasil Intervensi Penyakit TB Paru
60
No. Nama Hasil Kunjungan Rumah Intervensi Pemecahan Masalah
1. Tugirah a. Telah menderita penyakit batuk : 8 a. Non Teknis
Bulan - Hendaknya keluarga
b. Orang yang sakit seperti ini dalam penderita TB Menggunakan
keluarga : 1 Orang masker saat berada satu
c. Terdapat dua anak balita ruangan dengan bayi
d. Keadaan siang hari di dalam rumah - Hendaknya keluarga selalu
gelap membuka jendela dan pintu
e. Rumah penderita terdapat lubang rumah agar ventilasi di dalam
perhawaan atau lubang angin rumah tetap baik terutama
f. Kamar pada rumah tidak memiliki ventilasi pada kamar
ventilasi/lubang angin penderita TB
g. Lantai pada rumah sudah - Hendaknya keluarga
menggunakan keramik mengusahakanagar setiap
h. Penderita tidak tidur sekamar atau ruangan selalu mendapatkan
sekamar dengan orang lain pencahyaan matahari yang
(Suami/istri, anak dan lainnya) baik
i. Jika batuk telah dibuang pada tempat - Hindari tidur dala satu
khusus ludah/riak (Paidon, kamar ruangan, hindari kelompok
mandi, atau WC/Jamban) rentasn seperti bayi dan
j. Setiap kali batuk pendertia selalu lansia untuk berada dalam
menutup mulut satu ruangan dengan
k. Penggunaan alat makan penderita penderita TB
telah dipisahkan dengan anggota - Pastikan penderita TB selalu
keluarga yang lainnya rutin menjalani pengobatan
l. Berhenti berobat selama 2 Bulan dan meminum obat TB
m. Tidak memakai masker dengan teratur hinggga
n. Hasil pengukuran pencahayaan : 72,1 penderita dinyatakan sembuh
Lux ( Ruang tamu), 30,1 (Ruang seutuhnya.
Tengah)
o. Hasil pengukuran suhu : 31°C
61
3.6.3. Hasil Intervensi Penyakit DBD
Tabel 13. Hasil Intervensi Penyakit DBD
NO. NAMA JENIS KELAMIN UMUR ALAMAT KETERANGAN
1. Evan Dimas Jatmiko Laki - laki 7 Tahun Sibalung 2/2 Dikunjungi
2. Angga Andrianto Laki - laki 19 Tahun Kecila 6/2 Dikunjungi
62
No. Nama Hasil Kunjungan Rumah Intervensi Pemecahan Masalah
1. Evan Dimas a. Adanya penampungan air dan a. Teknis
Jatmiko kontainer yg terbuka sehingga - Melakukan Kegiatan edukasi
memungkinkan nyamuk untuk PSN kepada seluruh bagian
berkembangbiak dengan baik dan wilayah yang terdampak DBD
terdapat beberpa jentik yang dari wilayah kejadian.
ditemukan. - Melakukan kegiatan fogging
b. Didapatkan hasil pemeriksaaan pada tempat kejadian kasus
suhu rata-rata optimum untuk DBD dengan radius 100
meter.
perkembangan nyamuk adalah 25- b. Non Teknis
27°C. - Hendaknya keluarga
melakukan kegiatan PSN
secara mandiri dengan selalu
melakukan pengurasan bak
secara teratur dan
membersihkan segala
genangan yang menjadi
faktor tempat
berkembangbiaknya nyamuk
yang dapat menyebabkab
kasus DBD.
2. Angga a. Adanya penampungan air dan a. Teknis
Andrianto kontainer yg terbuka sehingga - Melakukan Kegiatan edukasi
memungkinkan nyamuk untuk PSN kepada seluruh bagian
berkembangbiak dengan baik dan wilayah yang terdampak DBD
terdapat beberpa jentik yang dari wilayah kejadian.
ditemukan. - Melakukan kegiatan fogging
b. Didapatkan hasil pemeriksaan suhu pada tempat kejadian kasus
rata-rata optimum untuk DBD dengan radius 100
meter.
perkembangan nyamuk adalah 25- b. Non Teknis
27°C. - Hendaknya keluarga
melakukan kegiatan PSN
secara mandiri dengan selalu
melakukan pengurasan bak
secara teratur dan
membersihkan segala
genangan yang menjadi
faktor tempat
berkembangbiaknya nyamuk
yang dapat menyebabkab
kasus DBD.
63
3.7 Kegiatan di Luar Gedung
3.7.1 Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL)
➢ Klinik Rawat Inap Manunggal Medika
64
digunakan memiliki bahaya dan risiko masing-masing yang jika dibiarkan dapat
menimbulkan kerugian bagi pekerja dan perusahaan. Sanitasi industri dalam kegiatan
industri ini juga menjadi perhatian karena masih kurangnya kepedulian dalam aspek
penyediaan air bersih, pembuangan tinja, sampah, dan air limbah.
3.7.2 Pemicuan
Pada hari Selasa 6 September 2022 Puskesmas Kemranjen I bersama Mahasiswa PKL
melakukan kegiatan pemicuan STBM di Desa Sibrama. Tujuan diadakannya kegiatan ini
untuk menciptakan kondisi sanitasi total dalam rangka mengurangi penyakit berbasis
lingkungan. Dari hasil kegiatan pemicuan STBM di Desa Sibrama dapat diketahui bahwa
sebagian besar masyarakat Desa Sibrama mempunyai permasalahan terkait STBM pilar
keempat yaitu tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Mayoritas warga Desa Sibrama
masih mengolah sampah dengan cara membakar, sehingga dapat menimbulkan risiko
gangguan pernapasan.
Pengambilan Sampel Air Bersih dan Air Minum dilakukan pada Rabu 7
September 2022 di 5 rumah warga Desa Kecila oleh sanitarian Puskesmas Kemranjen
I bersama mahasiswa PKL. Stunting pada anak balita selain kekurangan gizi juga
disebabkan oleh kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk. Berdasarkan data
posyandu di Desa Kecila terdapat 5 balita dinyatakan stunting. Oleh karena itu untuk
memastikan penyebab gejala stunting, Puskesmas Kemranjen I bersama mahasiswa
PKL melakukan pengambilan sampel air bersih dan air minum untuk pemeriksaan
bakteriologi.
➢ Pengambilan Sampel Kimia
65
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan yang kami lakukan di Puskesmas
Kemranjen I pada tanggal 29 Agustus – 23 September 2022 didapatkan data penyakit
berbasis lingkungan serta inspeksi dan intervensi sanitasi lingkungan. Dari uraian diatas
dapat kami simpulkan bahwa :
4.1.1. Penyakit Kulit (Scabies)
Jumlah penderita scabies di wilayah Puskesmas Kemranjen I. Sebanyak
12 pasien dengan rentang usia 5 – 62 tahun, mayoritas pasien berjenis kelamin
perempuan sebanyak 9 kasus, dan laki laki sebanyak 3 kasus. Data diatas
diperoleh dari hasil konseling pada kegiatan klinik sanitasi Puskesmas
Kemranjen I pada periode Agustus – September 2022.
4.1.2. Penyakit TB Paru
Penderita TB Paru di wilayah Puskesmas Kemranjen I pada tahun 2022
sebanyak 2 kasus dengan pasien meninggal 1 orang. Diketahui kedua pasien
kasus TB Paru berasal dari desa Kecila. Data ini diperoleh berdasarkan hasil
kunjungan pasien yang berobat ke Puskesmas Kemranjen I dan laporan
kunjugan Rumah Sakit pada tahun 2022.
4.1.3. Penyakit DBD
Berdasarkan data yang didapatkan pada tahun 2022 tentang kasus DBD di
wilayah Puskesmas Kemranjen I diperoleh 27 kasus, mayoritas penderita
penyakit DBD berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang dengan presentase
63% sedangkan perempuan sebanyak 10 orang dengan presentase 37%. Dan
berdasarkan umur 0- 30 Tahun laki laki sebanyak 8 orang, perempuan 3, 31-
60 tahun laki-laki sebanyak 9, perempuan sebanyak 2 , 61-90 tahun laki-laki
sebanyak 2, perempuan sebanyak 3. Telah terjadi kasus kematian akibat DBD
sebanyak 2 orang dengan usia 7 tahun yang berasal dari Desa Sibalung serta
usia 19 tahun yang berasal dari Desa Kecila. Data ini diperoleh berdasarkan
hasil kunjungan pasien yang berobat ke Puskesmas Kemranjen I dan laporan
kunjugan Rumah Sakit pada tahun 2022.
66
4.2 Saran
4.2.1. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan perilaku hygiene dan sanitasi yang telah diterapkan
masyarakat.
b. Peningktan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) bagi seluruh
masyarakat untuk mengurangi faktor resiko terjadinya penularan penyakit
berbasis lingkungan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten. 2022. Profil Kesehatan Puskesmas I Kemranjen.
68