Anda di halaman 1dari 148

UNIVERSITAS ANDALAS

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN


GAS NITROGEN DIOKSIDA (NO2) PADA PEDAGANG
DI TERMINAL SIMPANG AUR KUNING
KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2020

Oleh :

AHMAD FADHIL AMRULLAH


No. BP. 1611211036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
UNIVERSITAS ANDALAS

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN


GAS NITROGEN DIOKSIDA (NO2) PADA PEDAGANG
DI TERMINAL SIMPANG AUR KUNING
KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2020

Oleh :

AHMAD FADHIL AMRULLAH


No. BP. 1611211036

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Fadhil Amrullah


Tempat/Tanggal Lahir : Solok, 23 November 1997
Alamat : Perum Taman Asri THP III Jorong Halaban Nagari
Panyakalan, Kec. Kubung, Kab. Solok
Status Keluarga : Belum menikah
No Telp/HP : 081268170223
E-mail : amrullahfadhil97@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 17 Panyakalan Lulus tahun 2010

2. SMPN 2 Kota Solok Lulus tahun 2013

3. SMAN 1 Kota Solok Lulus tahun 2016

4. FKM Unand Lulus tahun 2020


HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat,


rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan
pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Andalas. Tanpa pertolongan dan kemudahan yang Allah SWT berikan,
saya tidak akan mungkin bisa sampai pada tahap ini.

Terimakasih tiada terkira saya haturkan kepada Ayah (Siswardi) dan Ibu
(Pidriati) telah menjadi orangtua terbaik yang pernah ada, yang disetiap shalatnya
selalu terucap namaku dan selalu memberikan dukungan terbaik yang pernah ada.
Terimakasih telah dengan ikhlas mendengar segala keluh kesah yang sering aku
lontarkan, telah sabar menghadapiku dengan segala sifat dan sikap yang jauh dari
kata sempurna ini. Terimakasih atas semua keringat, kerja keras, dan pengorbanan
yang telah ayah dan ibu lakukan untuk ku yang tidak pernah lelah mencari rezeki
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kami, yang terkadang sampai
mengorbankan keinginan ayah dan ibu sendiri. Ribuan bahkan jutaan terimakasih
untuk semua yang telah ayah dan ibu berikan, yang tak akan selesai jika dituliskan
dengan kata-kata.
Kalian sangatlah berarti untukku dan aku sangatlah bersyukur menjadi anak ayah
dan ibu. Semoga Allah SWT membalas semua yang telah ayah dan ibu berikan
dengan pahala yang berlipat ganda serta kebahagiaan di dunia dan akhirat dan
semoga aku bisa membahagiakan ayah dan mama kelak. Aamiin Ya Rabbal’Alamin

Terimakasih untuk abang-adekku (Darul dan Thesa) yang telah memberikan


bantuan, memberikan nasehat, dukungan dan semangat ketika aku sedang dalam
fase malas mengerjaan skripsi, yang selalu bertanya tanpa henti tentang
penyelesaian skripsi dan tentang kapan wisuda. Walaupun terkadang
menjengkelkan, tetapi saya tahu maksudnya baik.

Terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang sudah memberikan ilmu kepada


Fadhil. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Dr. dr. Dien
Gusta Anggraini Nursal, MKM. yang sudah membimbing dan memberikan saran
dan masukan Terkait dengan perkuliahan. Terimakasih kepada dosen pembimbing,
Ibu Septia Pristi Rahmah, SKM., MKM dan Ibu Fea Firdani, SKM., MKM
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya, selalu
berbagi ilmu, ide, saran, dan masukan kepada saya sehingga saya bisa
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, terimakasih kepada dosen penguji Ibu
Azzyati Ridha Alfian, SKM., MKM, Ibu Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes, dan
Ibu Trisfa Augia, S.Si., Apt., M.Sc, yang telah memberikan saran dan masukan
yang sangat membantu Fadhil dalam membuat skripsi. Semoga semua kebaikan
yang telah ibu berikan dibalas oleh Allah AWT.

Terimakasih kepada teman-teman terbaikku, teman sepejuangan yang telah


membantu dan berbagi semangat selama masa perkuliahan ini. Terima Kasih
teman-teman FKM UNAND Generasi Pengibar, IKM A2, K3KL SQUAD, dan
Peng16ar MAN yang telah mewarnai hari-hari ku selama masa perkuliahan.

Terimakasih kepada teman-teman KKN Pagadih, PBL Singkarak dan Magang


PT Semen Padang yang sudah menjadi keluarga baru, saling menemani dan
berbagi tawa, memberikan pengalaman serta cerita baru kepada ku. Semoga
pertemanan kita selalu berlanjut kedepannya dan silaturrahmi kita dapat selalu
terjaga. Semoga pertemanan kita selalu berlanjut kedepannya. Aamiin

Terimakasih kepada pihak Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah


III Sumbar, Kantor Satuan Pelayanan Terminal Type A Simpang Aur
Kuning yang sangat membantu saya dalam melakukan penelitian serta memberikan
data dan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi, tekhusus kepada
Pedagang yang sudah meluangkan waktu untuk menjadi responden penelitian dan
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
Terakhir terimakasih kepada semua pihak yang sudah membantu, mendoakan dan
memberikan dukungan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kita.
Aamiin Ya Rabbal’Alamin

Padang, September 2020

Ahmad Fadhil Amrullah


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, September 2020

AHMAD FADHIL AMRULLAH. No. BP 1611211036

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS


NITROGEN DIOKSIDA (NO2) PADA PEDAGANG DI TERMINAL
SIMPANG AUR KUNING KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2020.
xiii + 82 Halaman, 15 Tabel, 5 Gambar, 11 Lampiran

ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Terminal Tipe-A Simpang Aur Kuning sangat padat akan transportasi yang
berpotensi menyumbang Nitrogen Dioksida (NO2) pada 115 pedagang yang
berjualan di terminal sehingga bisa berdampak terhadap gangguan pernafasan.
Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat risiko pajanan NO2 pada pedagang di
Terminal Simpang Aur Kuning Bukittinggi tahun 2020.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Penelitian dilakukan pada bulan Januari-September 2020. Subjek Penelitian ini
adalah pedagang yang berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning. Pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling sebanyak 60 reponden. Objek Penelitian
adalah sampel udara ambien di empat titik menggunakan alat impinger

Hasil
Konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning adalah 0.1667575
mg/m3. Waktu pajanan rata-rata pedagang adalah 10,28 jam/hari. Berat badan rata-
rata pedagang 59,02 Kg. Frekuensi pajanan pedagang dengan nilai median 358
hari/tahun. Durasi pajanan dengan nilai median 6,5 tahun. Nilai intake realtime rata-
rata 0.0051232 mg/kg-hari. Sedangkan nilai intake lifetime rata-rata sebesar
0.0236454 mg/kg-hari. Tingkat risiko lifetime yang didapatkan adalah RQ > 1.
Keluhan kesehatan yang dirasakan responden ialah batuk (71,7%) sakit kepala
(56,7%), iritasi mata (51,7%), pilek (50%), badan panas (43,3%), nyeri tenggorokan
(31,7%), sesak nafas (20%), sesak nafas disertai nyeri dada (3,3%), dan asma (1,7%).

Kesimpulan
Konsentrasi NO2 secara lifetime di Terminal Simpang Aur Kuning berpotensi
menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. Diharapkan adanya kajian lebih
lanjut dan adanya kerjasama berbagai pihak agar pajanan NO2 tidak berisiko bagi
pedagang untuk jangka waktu 30 tahun.

Daftar Pustaka : 55 (1948-2019)


Kata Kunci : ARKL, NO2, Pedagang, Terminal Simpang Aur.

i
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate thesis, September 2020

AHMAD FADHIL AMRULLAH. No. BP 1611211036

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT OF MERCHANTS


EXPOSURE ON NITROGEN DIOXIDE (NO2) AT SIMPANG AUR KUNING
TERMINAL IN BUKITTINGGI 2020
xiii + 82 pages, 15 table, 5 figures, 11 appendices

ABSTRACT

Objective
The Simpang Aur Kuning Type-A Terminal is known for its crowded of
transportation which can be potentially affect the 115 merchant’s respiratory health
disorder due to exposure of Nitrogen Dioxide (NO2). The aim of this study is to
analyze the merchant’s exposure risk level of NO2 at Simpang Aur Kuning Terminal
in Bukittinggi 2020.

Method
This study used environmental health risk assessment method. The study was
conducted from January until September 2020. The subject of this study is merchants
around Simpang Aur Kuning terminal. The study was consisted of 60 respondents
obtained using accidental sampling technique. The study was used an impinger to
assess air ambient at four points on Simpang Aur Kuning terminal.

Results
Average concentration of NO2 on Simpang Aur Kuning terminal is 0.1667575
mg/m3. Merchant’s average exposure time is 10,28 hours/day. Merchant’s average
weight is 59,02 kg. The frequency of merchant’s exposure in median is NO2 is 358
day/year. The duration of merchant’s exposure in median is 6,5 years. The average
score of intake realtime is 0.0051232 mg/kg-day, whilst the average score of intake
lifetime is 0.0236454 mg/kg-day. The risk level got from this research is RQ>1.
Health complaints be perceived by respondents were cough (71.7%), headache
(56.7%), eye irritation (51.7%), runny nose (50%), body fever (43.3%), sore throat
(31.7%), shortness of breath (20%), shortness of breath accompanied by chest pain
(3.3%), asthma (1.7%).

Conclusion
Lifetime concentration of NO2 on Simpang Aur Kuning terminal has detrimental
impact on health. It is expected that there are further studies to work on this topic and
recommend for future cooperation within all parties to solve exposure NO2 effects on
merchant’s not risky to 30 years time.

References : 55 (1948-2019)
Keywords : EHRA, NO2, Merchant, Simpang Aur Kuning Terminal

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya
melimpahkan rahmat dan karunia kepada semua makhluk-Nya. Atas rahmat dan
kesehatan yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Hasil penelitian yang berjudul “Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan
Gas Nitrogen Dioksida (NO2) Pada Pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning
Kota Bukittinggi tahun 2020”. Hasil penelitian ini diajukan sebagai bagian dari
skripsi dalam rangka menyelesaikan studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas.
Dalam penyusunan hasil penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dorongan, petunjuk, serta sumbangan gagasan dan pikiran dari berbagai
pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Yuliandri SH., MH. Selaku Rektor Universitas Andalas
2. Bapak Defriman Djafri, SKM., MKM., PhD. Selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat
3. Ibu Dr. Mery Ramadani, SKM.,MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas
4. Ibu Septia Pristi Rahmah, SKM., MKM. Selaku dosen pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan, pemikiran, arahan dan masukan
kepada peneliti dalam penulisan hasil penelitian ini.
5. Ibu Fea Firdani, SKM., MKM. Selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pemikiran, masukan dan arahan kepada peneliti
dalam penulisan hasil penelitian ini.
6. Ibu Azzyati Ridha Alfian, SKM., MKM. Selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan hasil penelitian ini.
7. Ibu Putri Nilam Sari, SKM., M.Kes. selaku penguji II yang telah
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan hasil penelitiaan ini.
8. Ibu Trisfa Augia, S.Si., Apt., M.Sc. selaku penguji III yang telah
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan hasil penelitian ini.
9. Bapak dan ibu dosen FKM unand yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada peneliti selama peneliti menjalani masa perkuliahan.

iii
10. Seluruh pegawai dan staff FKM unand, serta teman-teman yang baik
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu peneliti dalam
menyusun hasil penelitian ini.
11. Orang tua dan keluarga besar tercinta yang terus memberikan dukungan
dan semangat kepada peneliti selama menempuh pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat
12. Bapak dan ibu Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah III Sumbar
dan Satuan Pelayanan Terminal simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi
13. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan hasil penelitian ini
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
hasil penelitian ini dikarenakan peneliti masih dalam proses pembelajaran,
maka dari itu peneliti mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
hasil penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua
pihak. Amin.

Padang, September 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK .................................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ........................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 8

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 8

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 8

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 8

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9

1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................................... 9

1.4.2 Manfaat Akademis ...................................................................................... 9

v
1.4.3 Manfaat Praktis ........................................................................................... 9

1.5 Ruang Lingkup ................................................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11

2.1 Pencemaran udara ............................................................................................ 11

2.2 Sumber Pencemar Udara .................................................................................. 11

2.3 Dampak Pencemaran Udara ............................................................................. 13

2.4 Transportasi dan Kendaraan Bermotor ............................................................ 15

2.5 Nitrogen Dioksida ............................................................................................ 16

2.5.1 Sumber Pencemar NO2 ............................................................................. 16

2.5.2 Baku Mutu NO2 ........................................................................................ 17

2.5.3 Dampak Pencemaran NO2......................................................................... 18

2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi NO2 ......................................... 19

2.5.5 Mekanisme Pajanan NO2 Pada Manusia ................................................... 20

2.5.6 Cara Pengukuran NO2 ............................................................................... 21

2.6 Pedagang .......................................................................................................... 26

2.7 Analisis Risiko Kesehaan Lingkungan ............................................................ 26

2.8 Telaah Sistematis ............................................................................................. 34

2.9 Kerangka Teori................................................................................................. 37

2.10 Kerangka Konsep ........................................................................................... 38

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 39

3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 39

vi
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................................ 39

3.3.1 Populasi ..................................................................................................... 39

3.3.2 Sampel ....................................................................................................... 40

3.4 Teknik Pengambilan data ................................................................................. 41

3.4.1 Sampel Subjek........................................................................................... 41

3.4.2 Sampel Objek ............................................................................................ 41

3.5 Definisi Operasional......................................................................................... 42

3.6 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................... 44

3.6.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 44

3.6.2 Pengolahan Data........................................................................................ 44

3.7 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................... 45

3.8 Analisis Data .................................................................................................... 46

3.8.1 Analisis Univariat...................................................................................... 46

3.8.2 Analisis ARKL .......................................................................................... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 47

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 47

4.2 Konsentrasi NO2 di Udara Ambien .................................................................. 49

4.3 Karakteristik Antropometri, Pola Aktivitas Pedagang dan Gambaran Keluhan

Kesehatan Responden ............................................................................................ 50

4.3.1 Karakteristik Antropometri dan Pola aktivitas Pedagang ......................... 51

4.3.2 Gambaran Keluhan Kesehatan Pedagang ................................................. 52

4.4 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan pajanan NO2...................................... 53

vii
4.4.1 Identifikasi Bahaya.................................................................................... 53

4.4.2 Analisis Dosis Respon .............................................................................. 54

4.4.3 Analisis Pajanan ........................................................................................ 54

4.4.4 Karakterisasi Risiko .................................................................................. 56

4.5 Pengelolaan Risiko ........................................................................................... 58

4.6 Komunikasi Risiko ........................................................................................... 60

BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................................... 62

5.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 62

5.2 Konsentrasi NO2 di Udara Ambien Terminal .................................................. 62

5.3 Karakteristik Antropometri, Poa Aktvitas Pedagang dan Gambaran Keluhan

Kesehatan Pedagang............................................................................................... 64

5.3.1 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivits .......................................... 64

5.3.2 Gambaran Keluhan Kesehatan .................................................................. 66

5.4 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ........................................................... 68

5.4.1 Identifikasi Bahaya.................................................................................... 68

5.4.2 Analisis Dosis Respon .............................................................................. 69

5.4.3 Analisis Pajanan ........................................................................................ 70

5.4.4 Karakterisasi Risiko .................................................................................. 72

5.5 Pengelolaan Risiko ........................................................................................... 73

5.6 Komunikasi risiko ............................................................................................ 74

BAB 6 PENUTUP ............................................................................................... 77

6.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 77

viii
6.2 Saran ................................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 80

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Bahan Pencemar yang Menghasilkan Bahan Pencemar Udara.....12

Tabel 2.2 Sumber Pencemar NOx di Udara .............................................................. 17

Tabel 2.3 Keterangan Rumus .................................................................................... 30

Tabel 2.4 Telaah Sistematis ...................................................................................... 34

Tabel 3. 1 Definisi Operasional .................................................................................42

Tabel 4.1 Konsentrasi NO2 di Terminal..................................................................... 49

Tabel 4.2 Kondisi Meteorologis dan Cuaca ............................................................... 50

Tabel 4.3 Karakteristi Responden .............................................................................. 51

Tabel 4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktifitas .......................................... 51

Tabel 4.5 Keluhan Kesehatan Responden .................................................................. 52

Tabel 4.6 Intake Realtime dan lifetime....................................................................... 55

Tabel 4.7 Nilai Risk Quotient Life Time pada Setiap Titik ........................................ 56

Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient Realtime pada Setiap Titik ......................................... 57

Tabel 4.9 Penentuan Batas Aman pada Strategi Pengelolaan Risiko ........................ 58

Tabel 4.10 Pengelolaan Risiko................................................................................... 59

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Ruang Lingkup Langkah-Langkah ARKL............................................ 28

Gambar 2. 2 Kerangka Teori ...................................................................................... 37

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep .................................................................................. 38

Gambar 3. 1 Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi................................ .42

Gambar 4. 1 Titik Pengukuran NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning................... .48

xi
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. ARKL : Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

2. BBM : Bahan Bakar Minyak

3. BPTD : Balai Pengelola Transportasi Darat

4. C : Konsentrasi agen risiko

5. Dt : Durasi pajanan

6. fE : Frekuensi pajanan

7. I : Intake

8. IRIS : Integrated Risk Information System

9. NO2 : Nitrogen Dioksida

10. R : Laju Asupan atau konsumsi

11. RfC : Reference Concentration

12. RfD : Reference Dose

13. RQ : Risk Quetion

14. Tavg : Periode rata-rata harian

15. tE : Waktu Pajanan

16. Wb : Berat Badan

17. WHO : World Health Organization

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Hasil Perhitungan RQ, Intake Realtime dan Lifetime

Lampiran 3 Master Tabel

Lampiran 4 Output Tabel

Lampiran 5 Izin Pengambilan Data dari Pembimbing

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 7 Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari BPTD

Lampiran 8 Surat Telah Melaksanakan Penelitian dari BPTD

Lampiran 9 Hasil Pengukuran Konsentrasi NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 11 Hasil Cek Similarity

Lampiran 12 Manuskrip

xiii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara merupakan unsur yang sangat penting di muka bumi, karena udara

dibutuhkan oleh manusia, tumbuhan, dan hewan untuk mempertahankan hidupnya.

Komposisi udara normal terdiri dari gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93% dan karbon

dioksida 0,03%, sementara selebihnya beruga gas argon, neon, krypton, xenon dan

helium.(1) Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-

tumbuhan. Apabila terjadi penambahan gas-gas lain ke dalam udara yang

menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka udara dikatakan

sudah tercemar.(2)

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga

mutu udara ambien turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien

tidak dapat memenuhi fungsinya.(3) Pencemaran udara sudah lama menjadi

permasalahan negara di dunia. Secara regional negara-negara berpenghasilan rendah

dan menengah di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik memiliki beban terkait polusi

udara terbesar pada tahun 2012 dengan total 3,3 juta kematian prematur akibat polusi

udara dalam ruangan dan 2,6 juta kematian prematur yang berhubungan dengan

polusi udara di luar ruangan.(4) Berdasarkan data World Health Organization (WHO)

pada tahun 2016 polusi udara luar ruangan menyebabkan 4,2 juta kematian prematur

dan polusi udara dalam ruangan menyebabkan 3,8 juta kematian prematur dan

diprediksi terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Pada tahun 2016 polusi

udara berkontribusi sekitar 7,6% terhadap semua kematian. WHO memperkirakan

1
2

sebanyak 91% penduduk dunia tinggal di tempat-tempat dimana tingkat polusi


(5)
udaranya melebihi ambang batas WHO. Berdasarkan data diatas dapat kita lihat

terjadi peningkatan kematian prematur akibat polusi udara dalam ruangan maupun

luar ruangan yang signifikan pada 2016.

Seiring dengan banyaknya pembangunan dan pengembangan kawasan

pemukiman dan industri, maka kebutuhan akan tansportasi ikut meningkat

dikarenakan transportasi sebagai penunjang manusia dalam melakukan aktivitasnya.

Berdasarkan dari studi literatur digambarkan bahwa secara global sektor transportasi

sebagai tulang punggung aktivitas manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar

bagi pencemaran udara, diantaranya 44% TSP (Total Suspended Particulate), 89 %

Hidrokarbon, 100 % PB, dan 73% NOx. (6)

Di Indonesia 70 % pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan

bermotor. Setiap kendaraan bermotor memerlukan bahan bakar minyak (BBM) untuk

mengoperasikannya. Pemakaian BBM oleh kendaraan bermotor mengemisikan NO2,

SO2, CO, debu SPM (Suspended Particulate Metter), VOC (Volatile Organic

Compounds) dan Pb ke udara.(7) Tingginya tingkat pencemaran yang terjadi salah

satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan. Data BPS menyebutkan

bahwa jumlah kendaraan pada tahun 2016 di Indonesia sebanyak 129.281.079 unit,

tahun 2017 sebanyak 138.556.669 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 146.282.720

unit. Berdasarkan data statistik di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah kendaraan

bermotor di Indonesia selalu meningkat setiap tahun.(8) Dengan meningkatnya

jumlah kendaraan bermotor setiap tahun di Indonesia memungkinkan memperparah

pencemaran udara yang terjadi.

Salah satu bahan yang menyebabkan pencemaran udara dan gangguan

kesehatan adalah Nitrogen Dioksida (NO2). Nitrogen dioksida merupakan zat yang
3

sangat toxic bagi manusia. Kadar NOx di udara perkotaan biasanya 10-100x lebih

tinggi dari pada daerah pedesaan. Didaerah perkotaan 80% Nitrogen Dioksida

bersumber dari kendaraan bermotor. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas penduduk

dimana sumber NOx utama ialah aktivitas kendaraan. Emisi kendaraan menghasilkan

NO dimana NO bereaksi dengan ozon dan oksigen yang membentuk Nitrogen

Dioksida (NO2)(9).

Efek dari NO tergantung pada tingkat dan lama paparannya. Paparan NO2

sebesar 50 ppm dapat mengakibatkan batuk, hemoptisis, dispena dan nyeri dada. Jika

terpapar NO2 lebih dari 100 ppm, dapat menyebabkan endema paru yang berakibat

fatal atau dapat menyebabkan bronkiolis obliterans. Beberapa studi menunjukan

bahwa paparan kronis NO2 pada individu berkontribusi dalam berkembanganya

penyakit paru kronis, termasuk infeksi dan penyakit paru obstruktif. Inhalasi NO2

dapat menyebabkan gangguan paru dan saluran pernafasan, kemudian dapat masuk

ke dalam peredaran. Nitrogen Dioksida (NO2) dapat dengan mudah melewati trakea,

bronkus, dan sampei ke alveoli dikarenakan kelarutannya dalam air rendah. Pada saat

NO2 berada di dalam saluran pernafasan NO2 akan terhidrolisis membentuk asam

nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO3) yang memiliki sifat korosif terhadap mukosa

permukaan saluran nafas(10)

Menghirup udara dengan konsentrasi NO2 yang tinggi dapat mengiritasi

saluran pernafasan manusia. Paparan dalam waktu singkat dapat memperburuk

penyakit pernafasan seperti asma. Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat menghirup

NO2 seperti batuk, mengi atau kesulitan bernafas. paparan dalam waktu yang lama

dapat berkontribusi pada pengembangan asma dan berpotensi meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi pernafasan. Orang dengan asma, anak-anak serta orang

tua umumnya memiliki resiko lebih besar terhadap efek kesehatan jika terpapar
4

NO2.(11) Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran NO2 adalah paru-paru.

Paru-paru yang terkontaminasi NO2 akan membengkak sehingga penderita akan

kesulitan bernafas yang dapat menyebabkan kematian.(12) Berdasarkan Data

Riskesdas 2018 diketahui bahwa prevalensi penderita asma semakin meningkan

seiring bertambahnya umur. Bahkan proporsi kekambuhan asma di Sumbar melebihi

rata-rata nasional sebesar 57,5%.(13)

Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi NO2 di kota-kota besar pada 12

negara dalam waktu satu tahun didapat bahwa konsentrasi NO2 di Argentina sebesar

846 µg/m3, Canada 400 µg/m3, Bolivia 400 µg/m3, Costa Rika 400 µg/m3, Mexico

395 µg/m3, Brazil 320 µg/m3, Thailand 320 µg/m3, Australia 302 µg/m3, New

Zealand 300 µg/m3, Brunei 300 µg/m3, China 120 µg/m3 dan Cuba 85 µg/m3. Dari

hasil tersebut didapat bahwa kadar NO2 di kota-kota besar pada 10 negara dari 12

negara yang diteliti sudah melewati nilai yang ditetapkan oleh WHO dan UE sebesar

200 µg/m3.(14) Berdasarkan studi yang dilakukan di Jerman tahun 2007-2014,

ditemukan sebanyak 8% dari semua kasus diabetes di Jerman terkait paparan NO2 di

udara luar. Ditemukan juga 6000-8000 kematian prematur yang berkaitan dengan

NO2(15). Pada tahun 2015 Brussel menyeret Inggris ke pengadilan karena melanggar

batas emisi polutan beracun Nitrogen dioxide (NO2) di pembangkit listrik tenaga

batu-bara Aberthaw di Wales yang diduga bertanggung jawab atas 1600 kematian

prematur dan kerugian kesehatan terkait sistem pernafasan senilai 2,7 miliar Euro.(16)

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan di beberapa kota besar di Indonesia,

yang terbagi dalam 5 kawasan yaitu terminal angkutan darat, pusat perniagaan,

perumahan dekat jalan raya, tempat stasiun monitoring kementrian lingkungan hidup,

dan perumahan sepi jauh dari jalan raya didapatkan hasil bahwasanya kadar NO2

tertinggi berada di kawasan terminal yaitu di Kota Palembang sebesar 442,5 µg/m3,
5

Bandung sebesar 27,1 µg/m3, Semarang sebesar 39,1 µg/m3 dan Makasar sebesar 8,7

µg/m3, Banjarmasin 0,4 µg/m3. Sedangkan nilai NO2 di kawasan terminal di kota

Medan sebesar 48,2 µg/m3, Jakarta 27,5 µg/m3, Yogyakarta 15,4 µg/m3, dan

Surabaya 13 µg/m3. (7)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh amaliana (2016) di Terminal Pulo

Gadung didapatkan bahwa konsentrasi rata-rata NO2 sebesar 0,07141 mg/m3 dan

masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 0,4 mg/m3. Untuk RQ realtime

didapat sebanyak 12 orang Pedagang Kaki Lima (PKL) memiliki risiko di atas 1

sedangkan untuk RQ lifetime didapat 13 orang PKL memiliki tingkat risiko di atas 1.

Dari hasil rata-rata nilai RQ lifetime dan realtime di Terminal Pulo Gadung

dinyatakan masih aman yaitu dibawah 1. Berdasarkan perhitungan estimasi risiko

menyatakan bahwa PKL di Terminal Pulo Gadung akan berisiko non kanker akibat

pajanan NO2 pada 40 tahun ke depan. (17)

Baku mutu NO2 sudah diatur oleh Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1999

yaitu untuk 1 jam pengukuran baku mutunya sebesar 400 µg/Nm3 (0,4 mg/m3),

pengukuran 24 jam sebesar 150 µg/Nm3 (0,15 mg/m3), dan pengukuran 1 tahun

sebesar 100 µg/Nm3 (0,1 mg/m3). Apabila kadar NO2 sudah melebihi nilai baku mutu

maka beresiko menyebabkan gangguan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Darmawan (2018) yang menyatakan bahwa Kadar NO2 di gerbang tol

1 Dupak Surabaya sudah tidak aman bagi petugas pemungut karcis tol (RQ > 1)

dimana keluhan Kesehatan yang dirasakan oleh responden adalah batuk 82,3%, mata

merah 70,5%, perih pada mata 64,7%, pusing 53% serta sesak nafas 47%. (3, 18)

Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk

mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang

dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.(19) Terminal penumpang adalah


6

prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan

penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur

kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Berdasarkan tipenya, terminal

penumpang terbagi menjadi tiga tipe yaitu terminal penumpang tipe A berfungsi

melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar provinsi dan/atau

angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan

angkutan pedesaan. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan

umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan/atau angkutan

pedesaan. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum dan

angkutan pedesaan. (20)

Terminal merupakan salah satu lokasi yang tinggi pencemaran udaranya. Hal

ini tak lepas dari banyaknya kendaraan sebagai jasa transportasi yang ada diterminal.

Selain itu terminal merupakan tempat beraktivitas manusia diantaranya penyedia jasa

transportasi, pegadang dan pemakai jasa transportasi. Adanya aktivitas kendaraan

bermotor di terminal akan menyebabkan pemcemaran udara di sekitaran terminal.

Sumatera Barat memiliki 4 terminal tipe A. Salah satunya berada di Kota

Bukittinggi. Bukittinggi memiliki salah satu terminal besar dengan kriteria tipe A

yang terletak dikawasan Aur Kuning atau disebut juga dengan Terminal Simpang

Aur Kuning. Terminal ini merupakan salah satu terminal terpadat dan tersibuk di

Sumatera Barat. Dibangun pada tahun 1982 dan mulai dioperasikan pada tahun 1983

dengan luas 4Ha. Namun seiring perkembangan waktu serta pengaruh Central

Business Development (CDB), mengakibatkan meningkatnya laju pertumbuhan

pembangunan ruko-ruko dan kedai-kedai di sekitar kawasan terminal sehingga

terjadi penyempitan terminal akibat desakan bangunan disekeliling kawasan

terminal. Hal ini dikarenakan pembangunan tidak hanya memanfaatkan lahan kosong
7

tetapi juga memanfaatkan lahan terminal sehingga luas terminal sekarang hanya

12.548 m2. (21) (22)

Padatnya aktivitas manusia dan kendaraan bermotor di Terminal Simpang

Aur Kuning memberikan peluang resiko terpaparnya bahaya gas buang kendaraan

bermotor, salah satunya NO2 terhadap pegadang yang berjualan terminal. Pedagang

yang berjualan tepat dibelakang knalpot kendaraan berpeluang lebih besar terpapar

NO2 ketika mesin kendaraan dalam keadaan hidup, ditambah dengan kurangnya area

hijau di terminal seperti sangat kurangnya tumbuhan yang dapat mendispersikan zat

pencemar. Oleh karena itu, pedagang merupakan salah satu populasi yang beresiko

terhadap pajanan NO2 yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan bermotor di Terminal

Simpang Aur kuning.

Berdasarkan pengukuran udara ambien yang dilakukan oleh Bapedalda pada

tahun 2015 didapatkan bahwa kadar NO2 di Terminal Simpang Aur kuning sebesar

8,58 µg/Nm3. Pada tahun 2018 hasil pengukuran NO2 di lokasi transportasi di Kota

Bukittinggi lebih tinggi dibandingkan lokasi industri, pemukiman dan perkantoran

yakni sebesar 14,1 µg/m3, bahkan angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

rata-rata tahunan NO2 di Bukittinggi sebesar 9,1 µg/m3. Kadar NO2 Belum

melampaui baku mutu nasional. Kendati demikian jika masyarakat terus terpapar gas

Nitrogen Dioksida (NO2) maka akan menimbulkan dampak buruk terhadap

kesehatan masyarakat dan pedagang. (23) (3) (24)

Berdasarkan wawancara langsung dengan 10 pedagang di Terminal Simpang

Aur kuning didapat bahwa sebanyak 2 pedagang mengalami badan panas, 8

pedagang pernah mengalami batuk, 4 pedagang pernah mengalami pilek, 4 pedagang

pernah mengalami nyeri tenggorokan, 5 pedagang pernah mengalami sesak nafas dan

7 pedagang pernah mengalami iritasi mata.


8

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah populasi pada

penelitian ini ialah pedagang yang berjualan di area terminal sedangkan penelitian

terdahulu populasinya hanya sebatas pedagang Toko ataupun hanya PKL.

Selanjutnya pada penelitian ini juga ditanyakan keluhan kesehatan jangka panjang

akibat polusi udara seperti penyakit jantung dan juga ditanyakan keluhan kesehatan

spesifik yang berkaitan dengan NO2 seperti asma sedangkan pada penelitian

terdahulu hanya sebatas gejala umum saja.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan NO2 Terhadap

Pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi tahun 2020

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

adalah Bagaimana Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Gas Nitrogen

Dioksida (NO2) pada Pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi

pada tahun 2020?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko kesehatan lingkungan

pajanan Nitrogen Dioksida (NO2) pada pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning

Kota Bukittinggi tahun 2020

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsentrasi NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning Kota

Bukittinggi
9

2. Mengetahui karakteristik antropometri, pola pedagang dan gambaran keluhan

kesehatan pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi

3. Menentukan nilai intake dari pajanan NO2 terhadap pedagang di Terminal

Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi

4. Menentukan karakterisasi risiko pajanan NO2 pada pedagang di Terminal

Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi

5. Menentukan pengelolaan risiko pajanan NO2 pada pedagang di Terminal

Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi

6. Menentukan Komunikasi risiko pajanan NO2 pada pedagang di Terminal

Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi baru bagi

peneliti dan dapat menjadi referensi dalam penelitian selanjutnya

1.4.2 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan informasi baru bagi

Universitas Andalas, khususnya Departemen K3 Kesling Fakultas Kesehatan

Masyarakat dan menjadi tambahan dalam rujukan kepustakaan.

1.4.3 Manfaat Praktis

Memberikan informasi tentang risiko kesehatan lingkunan pajanan NO2 pada

pedagang di Terminal Simpang Aur kuning kota Bukittinggi.

1.5 Ruang Lingkup


Sesuai dengan tujuan peneliti, maka peneliti membatasi ruang lingkup

penelitian untuk menganalisis risiko pajanan gas NO2 terhadap pedagang yang
10

berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi dengan menggunakan

pendekatan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Penelitian ini bersifat

prakiraan terhadap aman atau tidaknya risk agent (NO2) dengan kategori beresiko

atau tidak beresiko dilihat dari hasil akhir RQ. Penelitian ini dilakukan dengan dua

tahap yaitu pengukuran dan wawancara. Parameter yang diukur ialah konsentrasi

NO2 di udara ambien Terminal Simpang Aur Kuning menggunakan alat ukur

impinger. Pengukuran dilakukan di empat titik yang berbeda. Wawancara dilakukan

menggunakan kuesioner mengenai data antropometri, pola aktifitas pedagang dan

gambaran keluhan kesehatan pedagang. Sampel dalam penelitian ini adalah

pedagang yang berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi

sebanyak 60 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai September

2020.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
(25)
mengelilingi bumi yang memiliki komponen gas yang tidak sehat selalu konstan

Udara merupakan campuran mekanis yang terdiri dari berbagai macam gas.

Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%, dan

karbon dioksida 0,03%, selebihnya ialah gas argon, neon, kripton, xenon, dan

helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuhan.

Jika terjadi perubahan pada komposisi di atas maka udara dikatakan tercemar. (1)

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga

mutu udara ambien turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien

tidak dapat memenuhi fungsinya. (3)

2.2 Sumber Pencemar Udara

Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan aturan mengenai pengendalian

pencemaran udara yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999.

PP tersebut mendefenisikan Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan

yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. (3)

Sumber pencemaran udara umumnya terbagi dalam dua kategori yaitu secara

alamiah dan yang disebabkan oleh aktivitas kegiatan manusia. Sumber pencemar

alamiah berasal dari aktivitas gunung berapi, kebakaran hutan dan lain sebagainya.

11
12

Sumber pencemar yang berasal dari kegiatan manusia contohnya berupa sisa

pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor, limbah-limbah industri

seperti industri kimia, tambang, dan pupuk, sisa pembakaran dari gas alam, batu

bara, minyak, pembakaran sisa pertanian, sampah, hutan, dan lain-lain.(1)

Tabel 2.1 Sumber Bahan Pencemar yang Menghasilkan Bahan Pencemar


Udara(26).
Sumber Pencemar Bahan Pencemar
HC CO2 CO SO2 NO NO2
Sumber Stasioner + + + + + +
Proses Industri + + + + + +
Sampah Padat + + + + + +
Pembakaran sisa pertanian + + + - + +
Transportasi + + + + + +
Bahan Bakar Minyak + + + + + +
Bahan Bakar Gas Alam - + - - - -
Bahan Bakar Kayu - + - - + +
Incinerator + + + + + +
Kebakaran Hutan + + + - + +

Berdasarkan tabel 2.1 salah satu bahan pencemar udara ialah Nitrogen

Dioksida (NO2). Sumber pencemaran Nitrogen Dioksida (NO2) berasal dari proses

industri, pembakaran sisa pertanian, sumber stasioner, aktivitas transportasi, bahan

bakar minyak, bahan bakar kayu, insinerator, dan kebakaran hutan. (26)

Faktor emisi menujukan perkiraan polutan yang dihasilkan dari suatu

aktivitas sumber emisi. Pada parameter nitrogen oksida, aktivitas pembakaran batu

bara mengemisikan polutan sebesar 9 kg/ton antrasit, tanur pabrik semen

mengemisikan polutan sebesar 3,7kg/ton produk semen, pembakaran LPG

mengemisikan polutan sebesar 11,5 kg/103gal LPG, mobil bensin mengemisikan

polutan sebesar 21,3 gram/liter bensin, kendaraan solar mengemisikan polutan

sebesar 39,5 gram/liter solar dan sepeda motor mengemisikan polutan sebesar 7,1

gram/liter bensin.(27)
13

2.3 Dampak Pencemaran Udara


Pencemaran udara memberikan dampak negatif bagi manusia dan dapat

berakibat pada berbagai sendi kehidupan. Setiap parameter yang berubah selalu

memiliki rentetan terhadap parameter lainnya dikarenakan komponen parameter

lainnya akan selalu melakukan adaptasi diri demi terwujudnya keseimbangan yang

baru dan ini terjadi pada semua komponen lingkungan biotik, abiotik dan culture.

Pencemaran udara dapat menyebabkan beberapa hal, diantaranya(28):

1. Penurunan Kualitas Udara.

Udara bersih komposisinya dapat berubah, hal ini dipengaruhi oleh

perubahan meningkatnya proporsi CO atau CO2, bau busuk H2S dan

mubulnya gas berupa SO2 dan NO2 yang berlebih. Selain itu disebabkan juga

oleh asap pembakaran lahan pertanian, gambut, jerami padi, pembakaran

hutan, serta limbah gergajian kayu jika dalam konsentrasi tinggi dapat

menggangu pernafasan manusia, aktifitas transportasi darat, laut, dan udara.

berkurangnya radiasi ke bumi dikarenakan tebalnya asap di atmosfer bumi

sehingga keseimbangan panas dan dingin berubah. Unsur cuaca seperti

tekanan udara, angin, kelembapan, awan juga berubah, hal ini dapat

menyebabkan perubahan cuaca dengan cepat dan perubahan iklim.

Perubahan iklim menyebabkan berubahnya pola perilaku makhluk hidup

sebagai konsekuensi keseimbangan yang baru. (28)

2. Hujan Asam.

Peristiwa hujan asam secara alami dalam konsentrasi normal terjadi

setiap waktu sesuai dengan keseimbangan sulfur. Dewasa ini banyaknya

aktifitas manusia seperti indusri dan transportasi menggunakan bahan bakar

fosil (bensin, batubara) akan menghasilkan cemaran primer NO2 dan SO2

secara berlebihan. Dalam konsentrasi yang tinggi di udara, NO2 dan SO2
14

akan bereaksi dengan H2O membentuk H2SO4 dan HNO3 dengan konsentrasi

sangat asam. saat peristiwa hujan asam terjadi dimana pH air < 5,5 maka

menyebabkan tanaman menjadi rusak, dikarenakan ph tanah menjadi asam,

kesuburan tanah menurun sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Dampak

lain berupa pelapukan pada bangunan dan mempercepat pengaratan pada

benda logam dan besi.(28)

3. Pemanasan Global Gas Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca sangat dibutuhkan oleh bumi agar bumi tidak terlalu

dingin. Tampa efek rumah kaca suhu di bumi bisa mencapai -180C. Hal ini

terjadi karena matahari memancarkan radiasi menuju bumi dan sebagian

diserap oleh atmosfer(gas rumah kaca), radiasi yang mencapai bumi akan

dipantulkan kembali ke atmosfer sebagai sinar infra merah lalu di serap oleh

gas-gas rumah kaca. Panas yang terperangkap di troposfer dan

mengakibatkan peningkatan suhu di lapisan troposfer dan di bumi sehingga

suhu bumi menjadi hangat. Ketika konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer

berlebih dan meningkat, maka akan semakin banyak panas yang

terperangkap di troposfer. Pada konsentrasi yang tinggi gas-gas rumah kaca

akan memantulkan kembali panas ke bumi, akibatnya bumi menjadi panas,

bahkan dapat menyebabkan pemanasan global(28)

4. Perubahan Ekosistem

Pemanasan global, hujan asam, penurunan kualitas udara dan

penipisan lapisan ozon dapat menyebabkan perubahan iklim. Perubahan

iklim menyebabkan perubahan ekosistem secara drastis. Dalam beberapa

kasus pemanasan global menyebakan jumlah rawa di daerah pantai

meningkat, sehingga ekosistim rawa baru akan terbentuk. Habitat nyamuk


15

semakin luas seiring dengan meningkatnya suhu di daerah pegunungan, yang

berarti memunculkan ekosistem baru.(28)

5. Gangguan Kesehatan Manusia

Pencemaran udara dapat terjadi di luar dan dalam ruangan. Zat

pencemar sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. gangguan kesehatan

yang terjadi setelah manusia terpajan secara langsung ialah iritasi mata,

hidung dan tenggorokan, sakit kepala, mual nyeri otot, asma, hiper

sensitivitas, flu, dan penyakit lainnya. Pada saat manusia terpajan dalam

jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit paru, jantung dan

kanker sehingga sulit untuk diobati dan dapat berakibat kematian.(28)

2.4 Transportasi dan Kendaraan Bermotor


Transportasi didefenisikan sebagai pemindahan barang atau manusia dengan

menggunakan wahana yang digerakkan oleh mesin, hewan, dan manusia dari satu

tempat ke tempat lain.(29). Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya

aktivitas manusia. Salah satu transportasi yang ramai digunakan ialah kendaraan

bermotor. Kendaraan bermotor ialah kendaraan yang digerakkan oleh kegiatan oleh

peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. Sepeda motor, mobil penumpang,

mobil bus dan mobil barang merupakan kendaraan bermotor(30). Pesatnya kemajuan

zaman membuat kendaraan bermotor sangat dibutuhkan sebagai media trasnportasi.

Namun seiring berjalannya waktu sektor transportasi justru menimbulkan masalah

yaitu pencemaran lingkungan. pencemaran lingkungan yang timbul akibat

transportasi salah satunya polusi udara. polusi udara terjadi karna adanya emisi hasil

dari gas buang kendaraan. Umumnya bahan bakar yang digunakan untuk

mengoperasikan kendaraaan bermotor salah satunya Bahan Bakar Minyak (BBM).


16

Pembakaran BBM yang tidak sempurnya akan menyebabkan pencemaran udara

sehingga udara menjadi tidak sehat(31).

2.5 Nitrogen Dioksida


Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang berada di atmosfer yang

terdiri dari nitrik okside (NO) dan Nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk

lain dari nitrogen oksida namun yang paling banyak ditemui di udara ialah NO dan

NO2. NO mempunya sifat tidak berbau dan tidak berwarna sementara NO 2 memiliki

warna coklat kemerahan dan berbau tajam dan akan berubah menjadi cairan

berwarna kuning pada suhu di bawah 21,20C. Gas ini memiliki bau yang khas bahkan

pada konsentrasi 1-3 ppm dapat mengiritasi saluran pernafasan.(25)

Nitrik okside memiliki jumlah yang lebih besar dari pada nitrogen dioksida di

atmosfer. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen

di udara sehingga membentuk NO, yang mana bereaksi lebih lanjut membentuk NO2.

Persamaan reaksinya ialah :

N2 + O2 2NO

2NO + O2 2NO2.

Dewasa ini udara terdiri dari 20% oksigen, dan 80% nitrogen. Kedua gas tersebut

memiliki kecenderungan bereaksi satu sama lain pada suhu kamar. Pada suhu yang

lebih tinggi (diatas 12100C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah

banyak sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran udara. dalam proses

pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210-1765 0C. Oleh karena itu

reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi, reaksi pembentukan NO

merupakan hasil samping dari proses pembakaran.(25)

2.5.1 Sumber Pencemar NO2


Aktivitas manusia merupakan salah satu sumber utama penghasil Nitrogen

Dioksida (NO2). Aktivitas tersebut diantaranya ialah pembakaran bahan bakar fosil
17

(batubara, gas dan minyak), terutama bensin yang banyak digunakan oleh kendaraan

bermotor. Di daerah perkotaan, 80% NO2 dihasilkan oleh kendaraan bermotor. NO2

juga dihasilkan dari pengelasan dan penggunaan bahan peledak, pembuatan asam

nitrat. Sumber-sumber lain NO2 yaitu industri pengolahan makanan, industri

pengolahan komersial, penyulingan bensin dan logam, dan sumber alaminya yaitu

gunung berapi dan bakteri.(32)

Tabel 2.2 Sumber Pencemar NOx di Udara(12)


Sumber Pencemaran % Bagian % Total
Transportasi : 39,3
Mobil bensin 32,0
Mobil diesel 2,9
Pesawat terbang (dapat diabaikan) 0,0
Kereta api 1,9
Kapal laut 1,0
Sepeda motor dll 1,5
Pembakaran stasioner : 48,5
Batubara 19,4
Minyak 4,8
Gas alam (termasuk LPG dan kerosin) 23,3
Kayu 1,0
Proses industri 1,0
Pembuangan limbah padat 2,9
Lain-lain : 8,3
Kebakaran hutan 5,8
Pembakaran batubara sisa 1,0
Pembakaran limbah pertania 1,5
Pembakaran lain-lain 0,0
100.0 100,0
Sumber pencemar Nitrogen Oksida berasal dari sektor transportasi sebesar 39,3%,

pembakran stasioner sebesar 48,5%, proses industri sebesar 1%, pembuangan limbah

padat 2,9% dan lain-lain sebesar 8,3%.(12)

2.5.2 Baku Mutu NO2


Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau

komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.(3) Nilai baku mutu Nitrogen

Dioksida (NO2) telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara dimana pada waktu pengukuran 1 jam nilai
18

baku mutunya sebesar 400 ug/Nm3 (0,4 mg/m3), pada pengukuran 24 jam nilai baku

mutunya sebesar 150 ug/Nm3 (0,15 mg/m3) dan waktu pengukuran 1 tahun nilai baku

mutunya 100 ug/Nm3 (0,1 mg/m3)(3). Nilai Ambang Batas Faktor Kimia Nitrogen

Dioksida (NO2) di tempat kerja menurut Permenakertrans Nomor 13 tahun 2011

ialah sebesar 3 ppm.(33).

2.5.3 Dampak Pencemaran NO2


a. Dampak kesehatan

Inhalasi NO2 dapat menyebabkan gangguan paru dan saluran pernafasan,

kemudian dapat masuk ke dalam peredaran darah dimana darah akan mengalir ke

seluruh tubuh dan dapat menimbulkan akibat di organ tubuh lain. Nitrogen Dioksida

(NO2) dapat dengan mudah melewati trakea, bronkus, dan sampei ke alveoli

dikarenakan kelarutannya dalam air rendah. Pada saat NO2 berada di dalam saluran

pernafasan NO2 akan terhidrolisis membentuk asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat

(HNO3) yang memiliki sifat korosif terhadap mukosa permukaan saluran nafas.(10)

Menghirup udara dengan konsentrasi NO2 yang tinggi dapat mengiritasi

saluran pernafasan manusia. Paparan dalam waktu singkat dapat memperburuk

penyakit pernafasan seperti asma. Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat menghirup

NO2 seperti batuk, mengi atau kesulitan bernafas. paparan dalam waktu yang lama

dapat berkontribusi pada pengembangan asma dan berpotensi meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi pernafasan. Orang dengan asma, anak-anak serta orang

tua umumnya memiliki resiko lebih besar terhadap efek kesehatan jika terpapar

NO2.(11) Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa polusi udara juga

menyebabkan penyakit kardiovaskuler. Salah satu gas yang dapat menyebabkan

penyakit kardiovaskuler ialah Nitrogen Dioksida. Nitrik Oksida yang dihirup

bereaksi cepat dengan oksigen di paru-paru sehingga membentuk Nitrogen Dioksida.

Hal ini memberikan efek di luar paru-paru termasuk memblokir agregasi platelet
19

yang menyebabkan terjadinya methemoglobinemia yang kemudian menginduksi

vasodilatasi ekstrapulmoner sehingga dapat menyebabkan hipoksia.

Methemoglobinemia sangat berbahaya dapat menyebabkan serangan jantung, stroke,

kerusakan organ hingga kematian(34). Studi yang dilakukan di eropa menemukan

adanya hubungan antara paparan NO2 dengan kematian kardiovaskuler. Para peneliti

juga menemukan adanya hubungan antara peningkatan interkuantil NO2 dalam 24

jam dan penerimaan rumah sakit untuk penyakit jantung, gagal jantung dan jantung

iskemik.(35)

b. Dampak lingkungan

Nitrogen dioksida (NO2) dan NOx lainnya berinteraksi dengan air, oksigen,

dan bahan kimia lainnya di atmosfer sehingga membentuk hujan asam. hujan asam

merusak ekosistem sensitif seperti danau dan hutan. Partikel nitrat yang dihasilkan

dari NOx membuat udara menjadi kabur sehingga sulit untuk melihat, selain itu NOx

di atmosfer juga berkontribusi terhadap polusi unsur hara di perairan pesisir.(11)

2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi NO2


Menurut Fardiaz (2002), dalam suatu kota konsentrasi NOx di udara

bervariasi sepanjang hari tergantung sinar matahari dan aktivitas kendaraan.

Perubahan konsentrasi NOx berlangsung sebagai berikut :

1. Sebelum matahari terbit, konsentrasi NO dan NO2 tetap stabil pada

konsentrasi sedikit lebih tinggi dari konsentrasi minimum sehari-hari

2. Disaat aktivitas manusia meningkat (jam 6 – jam 8), terjadi peningkatan

konsentrasi NO dikarenakan meningkatnya aktivitas lalu lintas yaitu

kendaraan bermotor. Konsentrasi NO tertinggi pada saai ini dapat mencapai

1-2 ppm
20

3. Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ulti violet,

konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2

sekunder. Konsentrasi NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm

4. Konsentrasi ozon meningkat dengan menurunya konsentrasi NO sampai

kurang dari 0,1 ppm

5. Jika intensitas energi solar (energi matahari) menurun pada sore hari (jam 5 -

8 malam) konsentrasi NO kembali meningkat

6. Energi matahari tidak tersedia untuk mengubah NO menjadi NO2 (melalui

reaksi hidrokarbon), tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi

dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan

konsentrasi O3.

Di atmosfer secara alami NO2 menjalani siklus dengan bantuan sinar matahari,

siklus tersebut disebut dengan siklus fotolitik NO2 yang meliputi proses(25) :

1. NO2 mengabsorbsi Ultra Vioet (UV) dari sinar matahari

2. Energi UV memecahkan NO2 menjadi NO dan O

3. Atom O akan bereaksi dengan O2 di atmosfer membentuk Ozon (O3)

4. O3 akan bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksi

menjadi lebih lengkap. (Fardiaz. 1992)

2.5.5 Mekanisme Pajanan NO2 Pada Manusia


Inhalasi NO2 dapat menyebabkan gangguan paru dan saluran pernafasan

kemudian dapat masuk ke dalam peredaran darah dan menimbulkan akibat di organ

tubuh lain. Kelarutan NO2 dalam air rendah sehingga dapat mudah melewati trakea,

brongkus, dan sampai ke alveoli. Di dalam saluran pernafasan NO2 akan terhidrolisis

membentuk asam nitrit (HNO2) dan asan nitrat (HNO3) yang bersidat korosif
(10)
terhadap mukosa permukaan saluran nafas. ketika sampai pada bronkus dapat
21

menyebabkan peradangan pada bronkus. Jika dalam konsentrasi yang tinggi dapat

meningkatkan infeksi bronkus dan dapat menjadi infeksi brunkus kronis.(36)

Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa polusi udara menyebabkan

penyakit kardiovaskuler seperti sakit jantung. Salah satu gas yang dapat

menyebabkan penyakit kardiovaskuler ialah Nitrogen Dioksida. Nitrik Oksida yang

dihirup bereaksi cepat dengan oksigen di paru-paru sehingga membentuk Nitrogen

Dioksida. Hal ini memberikan efek di luar paru-paru termasuk memblokir agregasi

platelet yang menyebabkan terjadinya methemoglobinemia yang kemudian

menginduksi vasodilatasi ekstrapulmoner sehingga dapat menyebabkan hipoksia.

Methemoglobinemia sangat berbahaya dapat menyebabkan serangan jantung, stroke,

kerusakan organ hingga kematian(34). Studi yang dilakukan di eropa menemukan

adanya hubungan antara paparan NO2 dengan kematian kardiovaskuler. Para peneliti

juga menemukan adanya hubungan antara peningkatan interkuantil NO2 dalam 24

jam dan penerimaan rumah sakit untuk penyakit jantung, gagal jantung dan jantung

iskemik(35).

2.5.6 Cara Pengukuran NO2


Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) uji kadar Nitrogen Dioksida

(NO2) di udara ambien dapat dilakukan dengan metode Griess Saltman. Alat yang

digunakan ialah spektrofometer. Prisip kerjanya berupa gas Nitrogen Dioksida (NO2)

dijerap ke dalam larutan Griess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo

dye berwarna merah muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofometri

pada panjang gelombang 550 nm.(37)

Bahan yang diperlukan untuk pengujian Nitrogen Dioksida (NO2) sebagai

berikut:(37)

a) Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)

b) Larutan asam asetat glasial (CH3COOH pekat)


22

c) Air suling bebas nitrit

d) Larutan induk N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA,

C12H16CL2N2);

1. Larutkan 0,1 g NEDA dngan iar suling ke dalam labu ukur 100 ml,

kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera lalu

homogenkan

2. Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan

dilemari pendingin.

e) Aseton (C3H6O)

f) Larutan penjerap griess saltzman

1. Larutkan 5 g asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000

mL dengan 140 mL asam asetat glasial, aduk secara hati-hati dengan

stirrer sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800

ml

2. Larutan tersebut dipindahkan kedalam labu ukur 1000 mL

3. Tambahkan 20 mL larutan induk NEDA, dan 10 mL aseton,

tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan.

4. Masukan larutan penjerap tersebut kedalam botol pyrex berwarna

gelap dan simpan dalam lemari pendingin. Hal ini bisa membuat

larutan stabil selama 2 bulan.

g) Larutan induk nitrit (NO2) 1640 µg/mL

1. Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu

1050C, dan dinginkan dalam desikator


23

2. Timbang 0,246 g natrium nitrit yang tersebut diatas, kemudian larutkan

ke dalam labu ukur 100 mL dengan air suling, tambahkan air suling

hingga tanda tera, lalu homogenkan

3. Pindahkan larutan tersebut ke botol coklat dan simpan di lemari

pendingin

h) Larutan standar nitrit (NO2)

1. Masukkan 10 mL larutan induk natrium nitrit kedalam labu ukur 1000

mL, tambahkan air suling hingga tanda tera lalu homogenkan.

Peralatan pengukuran NO2 sebagai berikut :

a) Peralatan pengambilan contoh uji NO2 seperti pada gambar dimana setiap

unit peralatan disambung dengan selang silikon dan tidak mengalami

kebocoran

b) Labu ukur 100 ml dan 1000 mL

c) Pipet mikro 0,0 mL; 0,1 mL, 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL; dan 1,0 mL

atau buret mikro

d) Gelas ukur 100 mL

e) Gelas piala 100 mL; 500 mL dan 1000 mL


24

f) Tabung uji 25 mL

g) Spektrofometer dilengkapi kuvet

h) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg

i) Oven

j) Botol pyrex berwarna gelap

k) Desikator

l) Alat destilasi dan

m) Kaca arloji

Langkah pengukuran NO2 sebagai berikut :

1. Pengambilan contoh uji

a) Susun peralatan pengambilan contoh uji sepergi gambar diatas

b) Masukan larutan penjerap Griez Saltzman sebanyak 10 mL ke dalam

botol penjerap. Atur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar

matahari langsung.

c) Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit,

setelah stabil catat laju alir awal (F1)

d) Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat terperatur dan

tekanan udara

e) Setelah 1 jam catat laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa

penghisap

f) Analisis dilakukan di lapangan segera setelah pengambilan contoh uji.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

a) Optimalkan alat spektrofometer sesuai petunjuk penggunaan alat


25

b) Masukkan masing-masing 0,0 mL; 0,1 mL, 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8

mL; dan 1,0 mL larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetrik atau

buret mikro ke dalam tabung uji 25 mL

c) Tambahkan larutan penjerap sampai tanda tera. Kocok dengan baik dan

biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna

d) Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer

pada panjam gelombang 550 nm

e) Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2 (µg)

3. Pengujian contoh lain

a) Masukan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer,

lalu ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang

gelombang 550 nm

b) Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan

menggunakan kurva kalibrasi

c) Lakukan langkah-langkah diatas untuk larutan penjerap yang diukur

sebagai larutan blanko

4. Pengukuran konsentrasi NO2 dalam larutan standar

Jumlah NO2 (mg) tiap 1 mL larutan standar yang digunakan dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut

NO2 = x x x x 106

keterangan

NO2 : Jumlah NO2 dalam larutan standar NaNO2 (µg/mL)

a : Berat NaNO2 yang ditimbang (g)

46 : Berat molekul NO2

69 : Berat molekul NaNO2


26

f : Faktor yang menunjukan jumlah mol NaNO2 yang menghasilkan

Warna yang setara dengan 1 mol NO2 (nilai f = 0,82)

10/100 : Faktor pengenceran dari larutan induk NaNO2

106 : Konversi dari gram ke µg

2.6 Pedagang
Menurut undang-undang Nomor 29 tahun 1948, yang dimaksud dengan

pedagang ialah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang

penting dengan maksud untuk diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain,

baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang

lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagang dibagi atas dua yaitu

pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang menjual

barang dagangan dengan modal kecil.(38) Istilah kaki lima berasal dari zaman Rafles,

Gubernur Jenderal pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu kata five feet yang berarti

jalur pejalan kaki di pinggir jalan selebar lima meter. Ruang yang digunakan untuk

kegiatan berjualan pedagang kecil sehingga disebut dengan pedagang kaki lima. (39)

Menurut Peraturan Daerah Kota Bukittinggi nomor 8 tahun 2014 tentang

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima , Pedagang Kaki Lima (PKL)

adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan

sarana bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas

sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang

bersifat sementara / tidak menetap. (40)

2.7 Analisis Risiko Kesehaan Lingkungan


Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) merupakan suatu pendekatan

untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendeskripsikan


27

masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada

kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan.

ARKL (Risk assessment) menawarkan kerangka sistemik dan ilmiah untuk

mendefenisikan, memberikan prioritas dan mitigasi risiko dalam ranah pengambilan

keputusan kesehatan masyarakat. Risk assessment memberikan estimasi risiko, bukan

menjawab pertanyaan bagaimana aman itu adalah aman, melainkan memberikan

jawaban tentang risiko yang dapat diterima atau ditoleransi dalam bentuk

pengelolaan risiko yang diperlukan.(41)

Analisis risiko merupakan suatu proses untuk mengendalikan situasi atau

keadaan dimana organisme, sistem, atau sub/populasi, mungkin terpajan bahaya.

Proses risk analisis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment, pengelolaan risiko

dan pengendalian risiko. ARKL merupakan sebuah proses yang dimaksud untuk

menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia, termasuk juga

identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian, penelusuran pada pajanan

tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi

perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik.(41)

Berikut adalah langkah-langkah ARKL :

Analisis Risiko
Identifikasi Bahaya

Identifikasi Sumber

Analisis Pajanan Analisis Dosis Respon

Karakterisasi Risiko

Pengelolaan Risiko

Komunikasi Risiko
28

Gambar 2. 1 Ruang Lingkup Langkah-Langkah ARKL(42)


1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Bahaya adalah sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang

berpotensi menyebabkan dampak buruk ketika organisme, sistem, atau

sub/populasi terpajan agen tersebut. Identifikasi bahaya adalah identifikasi

terhadap jenis dan sifat kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang

dapat menyebabkan dampak buruk. Identifikasi bahaya merupakan langkah

pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen

risiko yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan jika terkena pajanan.

Tujuan identifikasi risiko adalah untuk menentukan bahaya lingkungan pada

suatu lokasi. Penentuan tingkat bahaya dilakukan dengan membandingkan zat

berbahaya dengan daftar zak toksik yang ada. Zak toksik biasanya

dikelompokkan menjadi karsinogenik dan non karsinogenik.(41)

2. Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment)

Analisis dosis respon adalah analisis hubungan antara jumlah total suatu agen

yang diberikan, diterima, atau diserap oleh suatu oeganisme, sistim, atau

sub/populasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme, sistim, atau

sub/populasi. Analisis dosis respon dilakukan dengan mencari nilai RfD

(Reference Dose untuk jalur ingesti) dan/atau RfC (Reference Concentration

untuk jalur inhalasi), dan/atau CSF (Cancer Slope Factor) dari agen risiko yang

menjadi fokus ARKL, serta memahami efek yang memungkinkan timbul oleh

agen risiko terhadap manusia. Analisis dosis respon dapat dilakukan dengan

merujuk pada literatur yang tersedia tanpa harus melakukan penelitian percobaan

sendiri.(41)

Langkah-langkah analisis dosis respon ialah(41) :


29

a. Mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko yang masuk ke

dalam tubuh manusia.

b. Memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat

peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c. Mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau

slope factor (SF) dari agen risiko tersebut.

Dosis Referensi (RfD), Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF):(41)

a) Dosis referensi (RfD) dan konsentrasi referensi (RfC) adalah nilai yang

dijadikan referensi untuk nilai aman pada efek non karsinogenik suatu

agen risiko sedangkan Slope Factor (SF) merupakan referensi nilai

aman untuk karsinogenik

b) Nilai RfD, RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study)

dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek

manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke

manusia

c) Untuk mengatur RfD, RfC, dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada

Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs

www.epa.gov/iris.

d) Jika tidak ada RfD, RfC, dan SF, maka nilai dapat diturunkan dari dosis

eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect

Level), LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level), MRL

(Minimum Risk Level), baku mutu udara ambien pada NAAQS

(National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis

experimental tersebut mencantumkan data antropometri yang jelas (Wb,

tE, fE, dan Dt).


30

3. Analisis Pajanan (Exprosure Assessment)

Analisi pajanan dilakukan dengan mengukur / menghitung intake / asupan

dari agent risiko. Pengukuran pemajanan dimaksudkan untuk mengenali jalur-

jalur pajanan agen risiko agar jumlah asupan yang diterima individu dalam

populasi dapat dihitung. Asupan setiap agen harus dihitung untuk semua jalur

pemajanan berdasarkan karakteristik antropometri dan pola aktifitas populasi

berisiko. Secara umum terdapat dua jalur pajanan yaitu secara inhalasi dan

ingensti.

Rumus perhitungan yang digunakan untuk jalur pajanan inhalasi non

karsinogenik ialah(41) :

Ink =

Tabel 2.3 Keterangan Rumus(41)

Notasi Arti notasi Satuan Nilai default


Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen mg/kg- Tidak ada nilai
risiko (mg) yang masuk hari default
kedalam tubuh manusia per
berat badan tertentu (kg)
setiap harinya.
C Konsentrasi agen risiko pada mg/m3 Tidak ada nilai
(Concentration) media udara (udara ambien) default
R (Rate) Laju inhalasi atau m3/jam Dewasa :0,83 m3/jam
banyaknya volume udara Anak-anak (6-12
yang masuk setiap jamnya tahun) : 0,5 m3/jam
tE (time of Lamanya atau jumlah jam Jam/hari -pajanan pada
exposure) terjadinya pajanan setiap pemukiman : 24
harinya jam/hari
-pajanan pada
lingkungan kerja : 8
jam/hari
-pajanan pada
sekolah dasar : 6
jam/hari
fE (frecuency of Lamanya atau jumlah hari Hari/tahu -pajanan pada
exposure) terjadi pajanan setiap n pemukiman : 350
tahunnya hari/tahun
-pajanan pada
lingkungan kerja :
250 hari/tahun
31

Dt (duration Lamanya atau jumlah tahun Tahun Residensial


time) terjadinya pajanan (pemukiman) /
pajanan semur hidup
: 30 tahun
Wb (weight of Berat badan manusia / Kg - dewasa asia /
body) populasi / kelompok Indonesia : 55 Kg
populasi -anak-anak : 15 Kg
Tavg(nk) (time Periode waktu rata-rata Hari 30 tahun x 365 hari /
average) untuk efek non karsinogenik tahun = 10.950 hari

4. Karakterisasi risiko (Risk Characterization)

Karakterisasi risiko bertujuan untuk menetapkan tingkat risiko atau

menetukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada

ARKL beresiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat atau tidak

dengan karakteristik seperti berat badan, waktu, durasi pajanan tertentu,

frekuensi, dan laju inhalasi.(41)

Karakterisasi risiko dilakukan dengan membandingkan/membagi intake

dengan dosis/konsentrasi agen risiko. Variabel yang digunakan untuk mengukur

tingkat risiko adalah intake (yang didapat dari analisis pajanan) dan dosis

referensi (RfD) / konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang

ada.(41)

Karakterisasi risiko dibagi menjadi dua, yaiu untuk tingkat risiko non

karsinogenik dinyatakan dengan Risk Quotient (RQ) dan risiko karsinogenik

dinyatakan dalam Excess Cancer Risk (ECR). Nilai RQ dihitung dengan

membandingkan/membagi nilai intake (yang didapat dari analisis pemajanan)

dengan (RfC atau RfD). Persamaan RQ adalah(41) :

RQ =

RQ = karakterisasi risiko

I = intake /asupan

RfC/RfD = Reference Concentration/Reference Dose


32

Hasil dari perhitungan RQ dapat menunjukan tingkat bahaya dari suatu

pajanan. Jika nilai RQ > 1 maka dapat berisiko menimbulkan kerugian kesehatan dan

dinyatakan tidak aman sehingga diperlukan pengendalian, sedangkan jika nilai RQ ≤

1 maka tidak perlu pengendalian dan dinyatakan aman.(41)

5. Pengelolaan Risiko

Pengelolaan risiko dilakukan jika nilai RQ > 1 dinyatakan tidak aman dan

dapat menyebabkan kerugian kesehatan. pengelolaan risiko dapat dilakukan

dengan strategi pengelolaan risiko yaitu berupa mencari batas aman dari

konsentrasi agen risiko (C aman), waktu pajanan (tE aman), frekuensi pajanan

aman (fE aman), dan durasi pajanan aman (Dt aman). Batas aman yang dimaksud

disini adalah batas/nilai terandah yang menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak

aman. Jadi nilai yang aman ialah nilai yang berada di bawah batas amannya.

Perhitungan penentuan batas aman untuk pemajanan secara inhalasi dilakukan

dengan menggunakan rumus di bawah ini(41) :

Cnk aman =

tEnk aman =

fEnk aman =

Setelah nilai batas aman ditentukan, selanjutnya dilakukan penapisan

alternatif/pemilihan skenario pengelolaan risiko. Adapun cara pengelolaan risiko

ialah metode yang dapat digunakan untuk mencapai nilai aman. Dalam

aplikasinya, cara pengelolaan risiko dapat menggunakan 3 pendekatan, yaitu

pendekatan teknologi, pendekatan sosial-ekonomis dan pendekatan

institusional.(41)

6. Komunikasi Risiko
33

Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL. Tujuan

dari komunikasi risiko ialah menyampaikan informasi risiko pada masyarakat

(populasi yang berisiko), pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan. Dalam

penyampaian informasi kepada pihak terkait, dapat menggunakan teknik atau

metode ceramah ataupun diskusi dengan memanfaatkan media komunikasi

seperti media massa, televisi, radio dan lain-lain. (41)


2.8 Telaah Sistematis
Tabel 2.4 Telaah Sistematis
No Nama Judul Tahun Desain Penelitian Variabel Hasil Keterangan
Peneliti
1 Alchamdami Paparan NO2 dan SO2 2019 Analisis Risiko RQ NO2 RQ NO2 <1 Hasil pengukuran kualitas
Terhadap Risiko Kesehatan RQ SO2 RQ SO2 <1 udara ambien NO2 dan SO2
Kesehatan Petugas Lingkungan di SPBU Kota Kendari
Stasium Pengisian (ARKL) dinyatakan masih aman dan
Bahan Bakar Minyak jauh di bawah NAB yaitu
(SPBU) di Kota sebesar 400 µg/Nm3 untuk
Kendara NO2 dan 900 µg/Nm3 untuk
SO2
2 Aria Gusti Health Risk 2019 Penelitian RQ SO2 RQ SO2 <1 Konsentrasi SO2 dan NO2
Assessment of kuantitatif RQ NO2 RQ NO2 <1 yang diperoleh dinyatakan
Inhalation Exprosure to desnriptif dengan aman dan masih jauh di
SO2 and NO2 Among metode ARKL bawah nilai standar kualitas
Traders In a berdasarkan PP No. 41 tahun
Traditional Market 1999 sebesar 0,9 mg/m3
untuk SO2 dan 0,4 mg/m3
untuk NO2
3 Romi Analisis Risiko 2018 Deskriptif dengan RQ NO2 RQ NO2 > 1 Hasil Pengukuran udara
Darmawan Kesehatan Lingkungan desaig penelitian ambien konsentrasi NO2
Kadar NO2 serta cross sectional diketahui telah menimbulkan
keluhan kesehatan menggunakan resiko kesehatan bagi 15
petugas pemungut metode ARKL petugas parkir. Keluhan
karcis TOL gerbang kesehatan yang terjadi pada
TOL Dupak 1 Kota respondn ialah batuk 82,3%,
Surabaya mata merah 70,5%, perih
pada mata 64,7%, pusing
53% dan sesak nafas 47%.
Saran dari peneliti perlu
adanya upaya preventif
seperti konsumsi vitamin C

34
dan E, serta pembagian
masker N95.
4 Ani Masito Analisis Risiko 2018 Deskriptif dengan RQ NO2 RQ NO2 >1. Konsentrasi NO2 maksimal
Kualitas Udara pendekatan cross RQ SO2 RQ SO2 <1 sebesar 1,25 dan sangat
Ambien (NO2 dan SO2) sectional dan data tidak aman bagi masyarakat
dan Gangguan dianalisis yang bermukim di sana
Pernafasan Pada menggunakan sementara konsentrasi SO2
Masyarakat di Wilayah metode ARKL masih berada di bawah batas
Kalianak Surabaya aman sehingga diperlukan
pengendalian untuk
parameter pencemar NO2.
Sebanyak 64,8 responden
mengalami penurunan fungsi
paru
5 Isa Ma’rufi Analisis Risiko 2017 Penelitian RQ SO2 RQ SO2 >1 Seluruh lokasi jalan utama di
Kesehatan lingkungan Dskriptif dengan RQ H2S RQ H2S >1 Surabaya tidak aman untuk
(SO2, H2S, NO2 dan metode ARKL RQ NO2 RQ NO2 >1 dijadikan tempat tinggal.
TSP) Akibat RQ TSP RQ TSP >1 sehingga diperlukan
Transportasi pengendalian risiko.
Kendaraan Bermotor di Pengendalian yang
Kota Surabaya memungkinkan ialah
menggalakan program langit
biru, menanam pohon di
pinggian jalan dan melarang
masyarakat untuk bertempat
tinggal di sepanjang jalan
utama
6 Silvana Analisis Risiko 2016 Deskriptif analitik RQ SO2 RQ SO2 <1 Hasil pemantauan diketahui
Mutiara Pajanan SO2 dan NO2 (Analisis Risiko RQ NO2 RQ NO2 < 1 belum menimbulkan risiko
pada pedagang kaki Kesehatan bagi pedagang kaki lima dan
lima di Pasar Raya Lingkungan) dinyatakan masih aman
Padang

35
36

Berdasarkan permasalah sistematis yang ada, maka perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah :
1. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2020
2. Lokasi Penelitian yaitu penelitian ini dilaksanakan di Terminal Simpang Aur
Kuning Kota Bukittinggi.
3. Permasalahan peneliti yaitu Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Nitrogen
Dioksida (NO2) pada Pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning Kota
Bukittinggi
2.9 Kerangka Teori
Identifikasi Eksperimen
Faktor antropometri bahaya terhadap hewan dan
Aktivitas - Berat badan manusia
gunung berapi - Laju asupan

Analisis dosis Dosis Eksperimen :


Alami respon (RfC) NOAEL
Kebakaran Faktor prilaku : LOAEL
hutan - Lama Pajanan
- Frekuensi Pajanan Analisis
- Durasi pajanan pajanan
NO2 Transportasi

Intake/Asupan (I)
𝐶𝑥𝑅𝑥𝑡𝐸 𝑥𝑓𝐸 𝑥Dt
Population I=
Industri udara Inhalasi 𝑊𝑏 𝑥𝑡𝑎𝑣𝑔
at risk
Aktivitas
Manusia
Pembangkit
Pengelolaan Karakterisasi Risiko
listrik 𝐼 RQ ≤ 1
Risiko RQ =
𝑅𝑓𝑐

Pembakaran
sampah / Komunikasi
pertanian Risiko RQ > 1

Gambar 2. 2 Kerangka Teori (12, 26, 41)

37
38

2.10 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori yang ada, maka disusunlah kerangka konsep sebagai berikut :

Konsentrasi NO2 di
Terminal Simpang Aur
Kuning Kota Bukittinggi

Pola Aktivitas :
Antropometri Individu :
- Frekuensi pajanan (fE)
- Berat badan (Wb)
- Durasi pajanan (Dt)
- Laju asupan (R)
- Waktu pajanan (tE)

Intake
I= C x R x te x fe x Dt
Wb x tavg

RfC

Karakterisasi Risiko (RQ)

RQ ≤ 1(aman)

RQ > 1 (tidak aman)


Berisiko terhadap kesehatan

Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan Cara pengelolaan

Komunikasi Risiko

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep


BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan (ARKL). ARKL merupakan metode untuk menghitung atau
memprakirakan tingkat risiko kesehatan akibat pajanan agen pencemar di lingkungan
dalam suatu populasi. Penelitian ini untuk melakukan penilaian terhadap risiko
kesehatan pada masyarakat. Prosedur penelitian ARKL dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
2) Analisis Dosis-Respon (Dose-Response Assessment)
3) Analisis Pajanan (Exprosure Assessment)
4) Karakterisasi Risiko (Risk Characterization)
5) Pengelolaan Risiko (Risk Management)
6) Komunikasi Risiko (Risk Communication)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi
pada bulan Januari sampai Juli 2020.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
a. Populasi subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah pedagang yang berjualan di Terminal

Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi berjumlah 115 orang.

b. Populasi objek

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah gas NO2 udara ambien

yang ada di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi

39
3.3.2 Sampel
a. Sampel subyek

Sampel Subyek dalam penelitian ini adalah pedagang yang menjajakan

dagangannya di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi.

Besaran sampel ditentukan dengan rumus acak sederhana,(Lemeshow) :

n= Z2.N.p.q

d2 (N-1) + Z2 p.q

Keterangan:
n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan
Z2 = Standar deviasi normal untuk 1.96 dengan CI 95 %
N = Total populasi
p = Proporsi target populasi, ditetapkan 50% (0,5)
q = Proporsi tanpa Atribut 1-p=0.5
d2 = Derajat ketepatan yang digunakan (90% atau 0,1) atau persen
kelonggaran. ketelitian karena kesalahan penarikan sampel
Perhitungan yang didapat berdasarkan rumus adalah:

n= Z2. N. p.q
d2 (N-1) + Z2 .p.q
n= 1,962. 115. 0,5.0,5
0,12 (115-1) + 1,962 .0,5.0,5
n = 53
Untuk mencegah terjadinya drop out pengambilan data maka jumlah sampel

ditambah ± 10% dari jumlah sebenarnya, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan

menjadi 59 sampel. Dikarenakan dilakukan pengukuran di 4 titik maka jumlah

sampel ditambah 1 menjadi 60 agar setiap titik jumlah sampelnya sama .

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling sampai mencukupi

jumlah sampel, pengambilan sampel diambil pada setiap titik pengukuran dengan

cara membagi rata jumlah sampel sehingga didapatkan masing-masing 15 sampel

Kriteria sampel :
41

1. Kriteria inklusi, yaitu pedagang berusia 18 tahun ke atas yang

berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi yang

bersedia menjadi responden, telah berjualan minimal 1 tahun, dan

dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Kriteria eksklusi, yaitu pedagang yang berusia dibawah 18 tahun,

berjualan kurang dari 1 tahun dan tidak dapat berkomunikasi dengan

baik.

b. Sampel objek

Sampel objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gas NO2 di udara

ambien Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi.

3.4 Teknik Pengambilan data

3.4.1 Sampel Subjek

Untuk teknik pengambilan sampel subjek digunakan dengan cara accidental

sampling terhadap pedagang yang berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning Kota

Bukittinggi.

3.4.2 Sampel Objek

Cara pengambilan objek dilakukan berdasarkan titik/radius yang dibagi

menjadi 4 titik pengukuran. Setiap titik dilakukan pengukuran selama 1 jam

menggunakan alat impinger. Titik/radius pengambilan sampel sebagai berikut :


42

Gambar 3. 1 Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi(43)


Titik Satu : Gerbang Masuk (jalur masuk) Terminal

Titik Dua : Seberang kantor satuan pelayanan terminal

Titik Tiga : belakang kantor satuan pelayanan terminal

Titik empat : Gerbang Keluar (jalur keluar)Terminal

3.5 Definisi Operasional


Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Hasil Ukur Skala


Ukur
Konsentrasi Kandungan gas NO2 Menggunakan mg/m3 Rasio
Nitrogen yang terdapat dalam alat Impinger
Dioksida satuan volume udara dan
(NO2) ambien di empat titik Spektrofotometer
yang telah di tentukan. dengan metode
Griess Saltman
Durasi Lamanya atau jumlah Wawancara Tahun Rasio
pajanan (Dt) tahun terjadinya dengan alat ukur
pajanan, berdasarkan kuesioner
waktu pajanan real
time dan pajanan life
time
43

Frekuensi Jumlah hari dalam satu Wawancara Hari/tahun Rasio


Pajanan (fE) tahun seseorang dengan alat
terpajan oleh NO2 kuesioner
Lama Lamanya atau jumlah Wawancara Jam/hari Rasio
Pajanan (tE) jam terjadinya pajanan dengan alat
dalam satu hari kuesioner
Berat Badan Berat badan responden Timbangan berat Kg Rasio
(Wb) saat penelitian badan
dilakukan
Intake atau Jumlah konsentrasi Rumus : mg/kg-hari Rasio
/asupan NO2 NO2 (mg) yang masuk Dt
I=
ke dalam tubuh
manusia per berat
badan per hari.
Laju Asupan Volume udara yang Studi literatur m3/jam Rasio
(R) dihirup per satuan
waktu. Nilai yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
0,83 m3/jam untuk
inhalasi orang dewasa
berdasarkan nilai
default Exprosure US-
EPA
Periode Periode waktu rata-rata Mengalikan life 30 tahun x Rasio
pajanan untuk efek non span dengan 365
(tavg) karsinogen frekuensi hari/tahun
pajanan
menggunakan
kalkulator
RfC Jumlah konsentrasi Ketetapan mg/kg-hari Rasio
aman yang tidak EPA/NAAQS
menimbulkan efek 1990 yaitu 0,02
merugikan pada mg/kg/hari
kesehatan dalam
pemajanan jangka
panjang
Tingkat Besarnya resiko yang Membagi nilai RQ > 1 : ordinal
Resiko (RQ) dinyatakan dalam intske dengan Tingkat
angka tampa satuan nilai RfC risiko
yang merupakan TIDAK
perhitungan RQ = AMAN dan
perbandingan antara berpotensi
intake dengan dosis / menimbulkan
konsentrasi referensi gangguan
dari suatu agen resiko kesehatan
non karsinogenik serta
dapat juga RQ ≤ 1 :
diinterpretasikan Tingkat
sebagai aman/tidak risiko
44

amannya suatu agen AMAN dan


resiko terhadap tidak
organisme, sistim, atau berpotensi
sub/populasi menimbulkan
gangguan
kesehatan
Pengelolaan Suatu kontrol Caman, tEaman, mg/m3, Rasio
Risiko pengendalian terhadap fEaman, jam/hari
risiko

3.6 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.6.1 Pengumpulan Data
1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran konsentrasi

NO2 secara langsung di Terminal Simpang Aur. Data ini diambil dengan

menggunakan alat khusus pengambilan sampel NO2 yaitu impinger dan

analisis dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan Unand. Selain itu

data primer juga diperoleh melalui wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner untuk mengetahui pola aktivitas responden dan

data antropometri responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang mendukung dan melengkapi

penelitian. Data yang dikumpulkan yaitu data referensi konsentrasi untuk

pajanan NO2 diambil dari data IRIS (Integrated Risk Informastion

System) dengan mengakses www.epa.gov.iris. yaitu 0,02 mg/kg-hari ,

data mengenai Terminal Simpang Aur kuning dan data lain yang dirasa

perlu.

3.6.2 Pengolahan Data


Pengolahan data adalah langkah yang harus dilakukan sebelum dilakukannya

analisis data agar data yang dianalisis dapat menghasilkan informasi valid. Terdapat

lima tahapan yang harus dilakukan yaitu :


45

a. Editing

Kegiatan pemeriksaan seluruh data yang diperoleh peneliti. Data

yang diperiksa adalah data hasil kuesioner yang dikumpulkan apakah

kuesioner sudah lengkap dan valid.

b. Coding

Kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan data dengan cara

memberikan kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan entry

data dan analisis.

c. Entry data

Proses memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam software

computer untuk dilakukan analisis selanjutnya.

d. Cleaning

Melakukan pengecekan ulang pada data yang telah dimasukkan,

untuk memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data yang

dimasukkan, dan memberi kesempatan untuk dilakukan perbaikan

sebelum analisis.

e. Processing

Memproses data setelah dilakukannya entry data untuk kemudian

dapat dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis ARKL.

3.7 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

gas sampler impinger yang digunakan untuk mengukur konsentrasi NO2, timbangan

untuk data antropometri, dan wawancara kuesioner. Data yang dikumpulkan oleh

peneliti dari responden menggunakan kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari

penelitian Ade Putra(44). Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang harus diisi
46

oleh responden, yang meliputi karakteristik antropometri, pola aktifitas, dan

gambaran keluhan kesehatan.

3.8 Analisis Data


3.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi, nilai

minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata pada semua variabel yang diteliti.

Variabel tersebut adalah konsentrasi NO2 di udara, frekuensi pajanan, lama pajanan,

waktu/durasi pajanan, berat badan dan laju asupan. Untuk melihat normalitas data

digunakan uji statistik Kolmogrov-Smirnov. Apabila variabel berdistribusi normal

maka nilai yang digunakan ialah nilai mean. Jika data tidak berdistribusi normal

maka nilai yang digunakan ialah nilai median. Hasil analisis tersebut akan disajikan

dalam bentuk diagram atau tabel yang akan didiskripsikan dalam hasil penelitian.

3.8.2 Analisis ARKL


Data yang telah disajikan selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode

analisis risiko yaitu dengan cara menghitung jumlah intake NO2 yang diterima

individu per kilogram berat badan perharinya. Perhitungan intake dilakukan dengan

rumus perhitungan analisis risiko menggunakan nilai konsentrasi pajanan NO2 yang

terukur, nilai-nilai antropometri dan pola aktivitas individu. Nilai intake kemudian

akan dibandingkan dengan nilai RfC yang akan menghasilkan nilai risk quotient

(RQ). Apabila didapatkan RQ ≤ 1 maka pajanan dikatakan mempunyai risiko rendah

atau tidak berisiko. Jika nilai RQ > 1 maka pajanan dikatakan berisiko dan perlu

dilakukan tindakan pengelolaan risiko, selanjutnya dilakukan komunikasi risiko

untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.


BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Terminal Type-A Simpang Aur Kuning yang

berada di wilayah Kelurahan Aur Kuning Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Kota

Bukittinggi Sumatera Barat. Terminal Simpang Aur Kuning merupakan salah satu

terminal tersibuk dan terpadat di Sumatera Barat karena berada di kawasan Pasar Aur

Kuning. Terminal Simpang Aur kuning dibangun Pada tahun 1982 dan mulai

dioperasikan 1983. Saat ini luas terminal Simpang Aur Kuning seluas 12.548 m2.

Terminal Simpang Aur Kuning berada di bawah Balai Pengelola Transportasi Darat

(BPTD) Dirjen Perhubungan Darat Wilayah III Sumatera Barat. Jenis angkutan yang

terdapat di terminal terdiri dari Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP), angkutan

Kota Dalam Provinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan desa. Jumlah kedatangan

kendaraan di terminal Simpang Aur Kuning dimulai dari 1 Januari - 7 Agustus tahun

2020 sebanyak 26.064 unit kendaraan dan penumpang berjumlah 95.902 orang

penumpang sementara untuk keberangkatan kendaraan sebanyak 26.044 unit

kendaraan dengan penumpang 220.195 orang penumpang.

47
48

Gambar 4. 1 Titik Pengukuran NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning(45)


Padatnya aktivitas kendaraan bermotor di Terminal Simpang Aur Kuning

memberikan peluang risiko terpaparnya bahaya gas buang kendaraan bermotor, salah

satunya NO2 terhadap pegadang yang berjualan di terminal. Pedagang yang berjualan

tepat dibelakang knalpot kendaraan berpeluang lebih besar terpapar NO2 disaat

kendaraan dalam keadaan hidup. Area terminal juga sangat minim lahan hijau seperti

tanaman dan pepohonan.

Populasi pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning berjumlah 115 orang.

Pedagang yang berjualan di terminal rata rata ialah Pedagang Kaki Lima (PKL) serta

pedagang toko atau kios. Mayoritas dagangan pedagang ialah makanan. Rata-rata

pedagang di terminal Simpang Aur Kuning berdagang rata-rata selama 10,28 jam

setiap hari dan sudah berdagang rata-rata selama 8,33 tahun.

Pada penelitian ini peneliti memilih pedagang yang berjualan di terminal

sebagai responden sebanyak 60 pedagang. Pengukuran konsentrasi gas NO2

dilakukan di empat titik pengukuran sehingga pedagang yang diambil sebagai

responden ialah pedagang yang berada dan terdekat dengan empat titik pengukuran
49

gas NO2 yaitu jalur masuk terminal, seberang Kantor Satuan Pelayanan Terminal,

belakang Kantor Satuan Pelayanan Terminal dan area jalur keluar terminal.

4.2 Konsentrasi NO2 di Udara Ambien

Pengukuran konsentrasi NO2 dilakukan di 4 titik di area terminal yaitu jalur

masuk terminal, seberang kantor Satuan Pelayanan Terminal, belakang kantor Satuan

Pelayanan Terminal dan area jalur keluar terminal. Pengukuran dilakukan di 4 titik

selama 1 jam pengukuran pada setiap titiknya menggunakan alat impinger. Titik

pengukuran konsentrasi NO2 ditentukan secara purposive.

Tabel 4.1 Konsentrasi NO2 di Terminal

Titik Lokasi Koor Waktu Lama Konsentrasi NAB Krite


Penguku dinat Penguk NO2 (µg/m3) ria
(3)
ran uran µg/ mg/m
m3 3

1 Jalur 00o 12.45- 1 jam 154, 0,154 400 Diba


Masuk 18’49, 13.45 13 13 wah
Terminal 8”LS baku
100o2 mutu
3’08,8
”BT
2 Seberang 00o 14.00- 1 jam 177, 0,177 400 Diba
kantor 18’49, 15.00 33 33 wah
Satpel 9”LS baku
Terminal 100o2 mutu
3’10,4
”BT
3 Belakang 00o 15.15- 1 jam 188, 0,188 400 Diba
kantor 18’49, 16-15 01 01 wah
Satpel 6”LS baku
100o2 mutu
3’11,4
”BT
4 Area 00o 16.30- 1 jam 147, 0,147 400 Diba
Jalur 18’49, 17.30 56 56 wah
Keluar 2”LS baku
Terminal 100o2 mutu
3’12,9
”BT
Rata-rata 166, 0,166 400 Diba
76 76 wah
50

Baku
mutu

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas didapatkan bahwa konsentrasi NO2 tertinggi

berada di belakang kantor satuan pelayanan terminal sebesar 188,01 µg/m3 dan

konsentrasi NO2 terendah berada di area jalur keluar terminal sebesar 147,65 µg/m3.

Konsentrasi NO2 rata-rata sebesar 166,76 µg/m3. Konsentrasi NO2 diperoleh melalui

pembacaan dengan alat spektofotometer dengan panjang gelombang 550 nm

berdasarkan pedoman SNI 19-71 19-2 2005 di Laboratorium Kualitas Udara Teknik

Lingkungan Unand. Nilai Konsentrasi NO2 di Terminal Aur Kuning masih dibawah

nilai baku mutu sesuai PP No.41 tahun 1999 untuk pengukuran NO2 1 jam sebesar

400 µg/m3.

Tabel 4.2 Kondisi Meteorologis dan Cuaca

Titik Waktu Suhu(0C) Relative humidity (RH) Cuaca


1 12.45-13.45 34,8 43,76 Cerah
2 14.00-15.00 35,23 47,10 Cerah
3 15.15-16.15 32,33 53,07 Cerah Berawan
4 16.30-17.30 30,62 63,93 Berawan

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas didapatkan bahwa suhu tertinggi berada di titik

2 yaitu 35,250C dengan pengambilan sampel pada jam 14.00-15.00 sedangkan suhu

terendah berada pada titik 4 sebesar 30,620C dengan pengambilan sampel pada jam

16.30-17.30

4.3 Karakteristik Antropometri, Pola Aktivitas Pedagang dan Gambaran

Keluhan Kesehatan Responden

Data mengenai karakteristik antropometri, pola aktivitas responden dan

gambaran keluhan kesehatan responden selama berjualan di terminal didapatkan

melalui pengukuran langsung wawancara menggunakan kuesioner kepada responden


51

sebanyak 60 responden. Variabel antropometri dan pola aktivitas responden yang

dikumpulkan ialah umur, berat badan, frekuensi pajanan dalam satu tahun, lama

pajanan dalam satu hari dan durasi pajanan atau lama berdagang di Terminal

Simpang Aur Kuning.

Berdasarkan Wawancara yang dilakukan kepada 60 responden di Terminal

Simpang Aur Kuning didapatkan data karakteristik pedagang sebagai berikut :

Tabel 4.3 Karakteristi Responden

Variabel Jumlah Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-Laki 19 31,7
Perempuan 41 68,3
Total 60 100
Pendidikan
Tidak Tamat SD 1 1,7
SD 3 5
SMP 16 26,7
SMA 36 60
D3 2 3,3
S1/S2/S3 2 3,3
Total 60 100
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan 68,3%, laki-laki sebesar 31,7%. Tingkat pendidikan

responden terbanyak ialah SMA sebesar 60% dan terendah ialah tidak tamat SD

sebesar 1,7%.

4.3.1 Karakteristik Antropometri dan Pola aktivitas Pedagang


Berdasarkan pengukuran langsung wawancara dengan kuesioner yang

dilakukan kepada 60 responden didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas

No Elemen Mean Median Modus Min Max Std


Deviasi
1 Umur 37.07 36,5 33 19 70 10,74
2 Wb 59,02 57 59 43 82 9,73808
3 tE 10,28 10 11 6 14 1,45953
4 fE 348,25 358 363 285 363 19,914
5 Dt 8,33 6,5 4 2 26 5,99341
52

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui rata-rata umur responden sebesar 37 tahun,

berat badan(Wb) rata-rata responden adalah 59,02 Kg terendah 43 Kg dan tertinggi

82 Kg, lama pajanan(tE) yang diterima responden rata-rata 10,28 jam setiap harinya.

frekuensi pajanan(fE) responden rata-rata 348,25 hari/tahun dan durasi pajanan

responden selama berjualan di Terminal Simpang Aur rata-rata 8,33 tahun tersingkat

2 tahun dan terlama 26 tahun. Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

didapatkan data yang terdisribusi normal ialah berat badan dan lama pajanan dalam

satu hari. Sedangkan frekuensi pajanan dan durasi pajanan data terdistribusi tidak

normal.

4.3.2 Gambaran Keluhan Kesehatan Pedagang


Tabel 4.5 Keluhan Kesehatan Responden

No Keluhan Kesehatan Frekuensi Persentase %


Ya Tidak ya Tidak
1 Pernah mengalami badan panas 26 34 43,3 56,7
2 Pernah mengalami batuk 43 17 71,7 28,3
3 Pernah mengalami pilek 30 30 50 50
4 Pernah mengalami nyeri 19 41 31,7 68,3
tenggorokan
5 Pernah mengalami sesak nafas 12 48 20 80
Sesak nafas disertai nyeri dada 2 58 3,3 96,7
6 Pernah mengalami iritasi mata 31 29 51,7 48,3
7 Pernah mengalami sakit kepala 34 26 56,7 43,3
8 Pernah mengalami asma 1 59 1,7 98,3
9 Pernah mengalami sakit jantung 0 60 0 100
10 Memiliki riwayat penyakit 5 55 8,3 91,7
Berdasarkan tabel 4.5 didapat bahwa keluhan kesehatan yang dialami

responden pada saat berjualan selama berjualan di terminal dengan rata-rata

berjualan selama 8,33 tahun ialah batuk sebesar 71,7%, sakit kepala sebesar 56,7%,

iritasi mata sebesar 51,7%, pilek sebesar 50%, badan panas sebesar 43,3%, nyeri

tenggorokan sebesar 31,7%, sesak nafas sebesar 20%, sesak nafas disertai nyeri dada

sebesar 3,3%, asma sebesar 1,7%. Tidak terdapat responden yang mengalami sakit

jantung dan sebanyak 8,3% responden memiliki riwayat penyakit. Riwayat penyakit

yang dialami responden ialah maag, hipertensi, tukak lambung dan asam urat.
53

4.4 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan pajanan NO2


4.4.1 Identifikasi Bahaya
Padatnya aktivitas kendaraan bermotor di Terminal Simpang Aur Kuning

memberikan peluang risiko terpaparnya bahaya gas buang kendaraan salah satunya

NO2. Pada penelitian ini, sumber gas Nitrogen Dioksida (NO2) adalah pembakaran

bahan bakar fosil akibat penggunaan bahan bakar solar dan bensin dari aktivitas

kendaraan di Terminal Simpang Aur Kuning. Pajanan NO2 terhadap pedagang yang

berada di lokasi penelitian dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan. NO2

yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan dapat terakumulasi di udara ambient yang

dapat masuk kedalam tubuh melalui jalur inhalasi atau pernafasan. Pada saat NO2

berada di saluran pernafasan akan terhidrolisis membentuk asam nitrit dan asam

nitrat yang memiliki sifat korosif terhadap mukosa permukaan saluran nafas. Gejala-

gejala yang ditimbulkan akibat menghirup NO2 seperti batuk, mengi atau kesulitan

bernafas. paparan dalam waktu yang lama dapat berkontribusi pada pengembangan

asma(11)

Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa polusi udara menyebabkan

penyakit kardiovaskuler seperti sakit jantung. Salah satu gas yang dapat

menyebabkan penyakit kardiovaskuler ialah Nitrogen Dioksida. Nitrik Oksida yang

dihirup bereaksi cepat dengan oksigen di paru-paru sehingga membentuk Nitrogen

Dioksida. Hal ini memberikan efek di luar paru-paru termasuk memblokir agregasi

platelet yang menyebabkan terjadinya methemoglobinemia yang kemudian

menginduksi vasodilatasi ekstrapulmoner sehingga dapat menyebabkan hipoksia.

Methemoglobinemia sangat berbahaya dapat menyebabkan serangan jantung, stroke,

kerusakan organ hingga kematian(34). Studi yang dilakukan di eropa menemukan

adanya hubungan antara paparan NO2 dengan kematian kardiovaskuler. Para peneliti
54

juga menemukan adanya hubungan antara peningkatan interkuantil NO2 dalam 24

jam dan penerimaan rumah sakit untuk penyakit jantung, gagal jantung dan jantung

iskemik(35).

4.4.2 Analisis Dosis Respon


Analisis Dosis-Respon dilakukan dengan mencari nilai konsentrasi referensi

NO2 yang dapat dilakukan dengan merujuk pada nilai default konsentrasi referensi

NO2 dari US EPA Integrated Risk Informasi System. Nilai Referensi Konsentrasi

(RfC) bertujuan untuk mencari nilai aman pada efek non karsinogenik dari agen

risiko. Nilai RfC untuk NO2 adalah 0,02 mg/kg-hari(46).

4.4.3 Analisis Pajanan

Analisis Pajanan dilakukan untuk mengehitung asupan/ intake yang masuk

melalui inhalasi dengan memasukkan karakteristik antropometri dan pola aktivitas

responden ke dalam rumus yang disebut dengan intake.

Ink =

Intake yang dihitung adalah intake lifetime dan realtime. Intake lifetime

menggunakan durasi pemajanan standar (Dt) 30 tahun. Durasi pajanan 30 tahun

merupakan waktu diperkirakan efek nonkarsinogenik termanifestasi pada manusia.

Dalam perhitungan intake realtime, variabel yang digunakan ialah umur, berat badan

(Wb), lama pajanan (tE), Frekuensi pajanan (fE), durasi pajanan (Dt), untuk nilai

yang digunakan ialah mean atau median. Konsentrasi NO2 yang digunakan

merupakan konsentrasi di setiap titik. Data yang terdistribusi normal ialah berat

badan (Wb) dan lama pajanan (tE) sedangkan frekuensi pajanan (fE) dan durasi

pajanan (Dt) data terdistribusi tidak normal. Nilai masing-masing variabel yang

digunakan dalam intake adalah berat badan (Wb) 59,02 Kg, lama pajanan (tE) 10,28

jam/hari, frekuensi pajanan (fE) 358 hari/tahun dan Durasi pajanan (Dt) 6,5 tahun.
55

Laju inhalasi (R) yang digunakan adalah 0,083 m3/jam. Nilai Periode waktu rata-rata

untuk efek non karsinogenik (Tavg) adalah 365 hari x 30 tahun.

Tabel 4.6 Intake Realtime dan lifetime

Titik Titik Sampling Intake realtime Intake lifetime 30 tahun


mg/kg-hari mg/kg-hari
1 Jalur masuk terminal 4735234 x 10 218549 x 10-7 mg/kg-
-9

mg/kg-hari hari
2 Seberang Kantor Satuan 5447992 x 10 2514458 x 10-8 mg/kg-
-9

Pelayanan Terminal mg/kg-hari hari


3 Belakang Kantor Satuan 5776107 x 10 26658955 x 10-9 mg/kg-
-9

Pelayanan Terminal mg/kg-hari hari


4 Area jalur keluar 4533388 x 10 2092333 x 10-8 mg/kg-
-9

terminal mg/kg-hari hari


Rata-Rata 512318 x 10-8 23645448 x 10-9 mg/kg-
mg/kg-hari hari
Paling Berisiko 43790961 x 10-9 50528032 x 10-9 mg/kg-
mg/kg-hari hari
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa intake realtime tertinggi berada di titik

tiga sebesar 5776107 x 10-9 mg/kg-hari dan intake lifetime tertinggi juga berada di

titik tiga sebesar 26658955 x 10-9 mg/kg-hari. Nilai intake realtime terendah berada

pada titik empat sebesar 4533388 x 10-9 mg/kg-hari dan nilai intake lifetime terendah

berada pada titik empat sebesar 2092333 x 10-8 mg/kg-hari

Keseluruhan data responden dapat di lihat pada lampiran di master tabel.

Untuk intake realtime setiap responden dapat dilihat pada tabel perhitungan intake

realtime yang tercantum pada lampiran dan untuk intake lifetime setiap responden

dapat dilihat pada tabel perhitungan intake lifetime yang tercantum pada lampiran.

Disamping itu peneliti juga melakukan analisis pemajanan berdasarkan

kemungkinan intake realtime paling berisiko dengan menggunakan data konsentrasi

tertinggi pengukuran yaitu 0,18801, lama pajaran tertinggi yaitu 14 jam/hari, berat

badan terendah yaitu 43 Kg, frekuensi pajanan tertinggi 363 hari/tahun dan durasi

pajanan terlama yaitu 26 tahun sebesar 43790961 x 10-9 mg/kg-hari.


56

Disamping itu juga peneliti juga melakukan analisis pajanan berdasarkan

kemungkinan intake lifetime (Dt 30 tahun) paling berisiko dengan menggunakan data

konsentrasi tertinggi pengukuran yaitu 0,18801, lama pajaran tertinggi yaitu 14

jam/hari, berat badan terendah yaitu 43 Kg, frekuensi pajaran tertinggi 363 hari/tahun

dan durasi pajanan (Dt default) yaitu 30 tahun sebesar 50528032 x 10-9 mg/kg-hari.

4.4.4 Karakterisasi Risiko


Karakterisasi risiko dilakukan dengan membagi intake dengan

dosis/konsentrasi agen risiko. Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat

risiko adalah intake yang didapat dari analisis pajanan dan dosis konsentrasi referensi

(RfC) yang didapat dari US EPA sebesar 2 x 10-2 mg/Kg-hari.

RQ =

Hasil Perhitungan RQ akan menunjukan tingkat bahaya dari suatu pajanan.

Jika RQ > 1 maka dinyatakan tidak aman dan berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan bagi kesehatan. Namun jika RQ < 1 maka dinyatakan aman dan tidak

berisiko menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan.

Tabel 4.7 Nilai Risk Quotient Life Time pada Setiap Titik

Titik Sampling Intake lifetime RQ Risiko


Jalur masuk terminal 218549 x 10-7 1.092746305 Berisiko
Seberang Kantor Satuan 2514458 x 10-8 1.257228978 Berisiko
Pelayanan terminal
Belakang Kantor Satuan 26658955 x 10-9 1.332947725 Berisiko
Pelayanan Terminal
Area jalur keluar terminal 2092333 x 10-8 1.046166514 Berisiko
Rata-Rata 23645448 x 10-9 1.182272381 Berisiko
Paling Berisiko 50528032 x 10-9 2.526401595 Berisiko
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa nilai RQ lifetime > 1 di semua titik

pengukuran sehingga dikatakan berisiko dan dapat menimbulkan efek merugikan

kesehatan untuk pedagang dengan berat badan rata-rata 59,02 kg, telah terpajan 358

hari dengan waktu pajanan 10,28 jam per hari untuk jangka waktu hingga 30 tahun.
57

Sehingga diperlukan upaya preventif agar NO2 dapat aman untuk pedagang untuk

jangka waktu 30 tahun dengan melakukan manajemen dan pengelolaan risiko. Untuk

RQ lifetime masing-masing responden didapatkan RQ tertinggi 1.870378053 dan RQ

lifetime responden terendah 0.620619147. RQ lifetime kemungkinan paling berisiko

sebesar 2.526401595.

Berdasarkan hasil RQ lifetime (Dt 30 tahun) masing-masing responden

didapatkan bahwa sebanyak 49 responden mempunyai RQ > 1. Artinya jika

pedagang bekerja hingga 30 tahun maka diperkirakan sebanyak 49 dari 60 pedagang

(81,67%) memiliki risiko kesehatan akibat terpapar NO2 sehingga diperlukan

manajemen pengelolaan risiko dan komunikasi risiko.

Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient Realtime pada Setiap Titik

Titik Sampling Intake Realtime RQ Risiko


Jalur masuk terminal 4735234 x 10-9 0.2367617 Tidak Berisiko

Seberang Kantor Satuan 5442992 x 10-9 0.272399612 Tidak Berisiko


Pelayanan terminal
Belakang Kantor Satuan 5776107 x 10-9 0.28880534 Tidak Berisiko
Pelayanan Terminal
Area jalur keluar terminal 4533388 x 10-9 0.226669411 Tidak berisiko

Rata-rata 512318 x 10-8 0.256159016 Tidak Berisiko


-9
Paling Berisiko 43790961 x 10 2.189548049 Berisiko
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa nilai keseluruhan RQ < 1 pada setiap

titik penelitian sehingga dinyatakan bahwa agen risiko NO2 pada pajanan realtime

dikatakan aman dan tidak berisiko menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan bagi

pedagang dengan berat rata-rata 59,02 kg dengan yang telah terpajan 358 hari dengan

durasi pajanan 6,5 tahun.

Untuk RQ realtime masing-masing responden, tidak terdapat responden yang

memiliki RQ > 1 yang berarti agen risiko NO2 dikatakan aman dan tidak berisiko

menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan seluruh pedagang. RQ masing-masing

responden dapat di lihat pada lampiran. RQ realtime responden tertinggi sebesar


58

0,955174643 dan terendah 0.068630625. Untuk RQ paling berisiko didapatkan

sebesar 2,189548049.

4.5 Pengelolaan Risiko


Pengelolaan risiko dilakukan untuk mengurangi risiko akibat pajanan suatu

risk agent pada individu atau populasi berisiko (RQ > 1). Pengelolaan risiko

dilakukan dengan strategi pengelolaan risiko yaitu mancari batas aman dari

Konsentrasi NO2, waktu pajanan dan frekuensi pajanan.

Cnk aman =

tEnk aman =

fEnk aman =

Tabel 4.9 Penentuan Batas Aman pada Strategi Pengelolaan Risiko

Variabel Nilai aman untuk RQ Variabel lifetime Nilai aman untuk RQ


Realtime Realtime paling (Dt 30 tahun) Lifetime paling
berisiko berisiko
Cnk aman 0,085867035 mg/m3 Cnk aman 0,074418097 mg/m3
tEnk aman 6,394014 jam/hari tEnk aman 5.541478 jam/hari
fEnk aman 165,7876383 hari/tahun fEnk aman 143,6826199 hari/tahun

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan nilai aman untuk RQ Realtime paling

berisiko. Konsentrasi gas NO2 aman untuk pedagang dengan berat badan 43 kg,

waktu pajanan 14 jam/hari, frekuensi pajanan 363 hari/tahun dan telah berdagang

selama 26 tahun sebesar 0,085867035 mg/m3. Waktu pajanan gas NO2 yang aman

untuk pedagang dengan berat badan 43 kg, konsentrasi NO2 0,18801 mg/m3,

frekuensi pajanan 363 hari/tahun dan durasi pajanan selama 26 tahun sebesar 6,39

jam/hari. Frekuensi Pajanan aman untuk pedagang dengan berat badan 43 kg,

konsentrasi NO2 sebesar 0,18801 mg/m3 waktu pajanan 14 jam/hari dengan durasi

pajanan 26 tahun sebesar 165,79 hari/tahun.


59

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan juga nilai aman untuk RQ Lifetime paling

berisiko (Dt 30 tahun). konsentrasi gas NO2 aman untuk pedagang dengan berat

badan 43 kg, waktu pajanan 14 jam/hari, frekuensi pajanan 363 hari/tahun untuk

jangka waktu 30 tahun sebesar 0,074418097 mg/m3. Waktu pajanan gas NO2 yang

aman untuk pedagang dengan berat badan 43 kg, konsentrasi NO2 0,18801 mg/m3,

frekuensi pajanan 363 hari/tahun untuk jangka waktu 30 tahun sebesar 5,54 jam/hari.

Frekuensi Pajanan aman untuk pedagang dengan berat badan 43 kg, konsentrasi NO2

sebesar 0,18801 mg/m3 waktu pajanan 14 jam/hari untuk jangka waktu 30 tahun

sebesar 143,68 hari/tahun.

Selain pengelolaan risiko dengan strategi di atas, beberapa cara pengelolaan

juga dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti pendekatan teknologi,

pendekatan sosial ekonomis dan pendekatan institusional.

Tabel 4.10 Pengelolaan Risiko

No Pengelolaan Alternatif Pendekatan


Teknologi Sosial- Institusional
Ekonomis
1 Penurunan konsentrasi Penanaman Menghimbau Melakukan
hingga batas aman Pohon kepada pihak kerja sama
penjerap PO bus untuk dengan Dinas
polutan seperti tidak Lingkungan
mahoni, mengoperasikan hidup untuk
angsana, kendaraan yang memantau
tanjung, asam sudah tua dan kualitas udara
jawa, kendaraan ambien
glodokan dan dengan kondisi
tanaman mesin tidak Melakukan
penyerap terawat serta kerja sama
polutan melakukan dengan Dinas
lainnya. peremajaan Perhubungan
terhadap untuk
Memakai APD kendaraan mengontrol
seperti masker penumpang. emisi gas
selama buang dan uji
berdagang. KIR pada
kendaraan.
2 Pengurangan waktu Tidak ada pengaturan Tidak ada
pajanan hingga batas waktu pajanan
60

aman aman bagi


pedagang salah
satunya bisa
dilakukan
dengan
membagi jam
berdagang
dengan pihak
keluarga atau
perwakilan
yang bisa
menggantikan
posisinya dalam
berdagang.
3 Pengurangan frekuensi Tidak ada pengaturan Tidak ada
pajanan hingga batas frekuensi
aman pajanan aman
bagi pedagang,
salah satunya
bisa dilakukan
dengan
membagi jam
berdagang
dengan pihak
keluarga atau
perwakilan
yang bisa
menggantikan
posisinya dalam
berdagang.

4.6 Komunikasi Risiko


Komunikasi risiko bertujuan untuk menyampaikan informasi risiko pajanan

gas Nitrogen Dioksida (NO2) pada populasi yang berisiko atau pedagang yang

berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning, Kantor Satuan Pelayanan Terminal,

Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Sumbar, dan pihak terkait

lainnya.

Komunikasi risiko sudah dilakukan kepada Balai Pengelola Transportasi

Darat (BPTD) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdar) Wilayah III

Sumatera Barat secara lisan maupun tertulis (laporan) dengan metode diskusi dan

tanya jawab pada tanggal 09 September 2020. Pada kesempatan ini peneliti
61

menjelaskan mengenai penelitian ARKL, menjelaskan mengenai agen risiko yaitu

NO2, hingga hasil penelitian bahwa NO2 tidak aman dan berisiko menimbulkan efek

merugikan terhadap kesehatan untuk jangka waktu 30 tahun sehingga diperlukan

pengelolaan risiko. Peneliti juga menyampaikan upaya-upaya yang bisa dilakukan

dalam pengelolaan risiko. Pada kesempatan ini diketahui bahwa sudah ada peraturan

yang mengatur tentang kendaraan di terminal seperti usia bus yang boleh beroperasi

hanya 30 tahun.

Komunikasi risiko yang dapat dilakukan pada pedagang di terminal ialah

menyampaikan risiko pajanan gas NO2 yang bersumber dari aktivitas kendaraan di

terminal terhadap kesehatan pedagang, serta upaya yang dapat dilakukan oleh

pedagang seperti mengurangi waktu pajanan frekunsi pajanan seperti menerapkan

shif kerja, pedagang diharapkan mengatur tata letak dagangannya sehingga tidak

langsung terpapar gas NO2 yang dihasilkan saat mobil ngetem dan menunggu

penumpang di terminal.

Komunikasi risiko yang dapat dilakukan pada Perusahaan Oto bus seperti

mobil disarankan mematikan mesin saat menunggu penumpang atau disaat

menunggu giliran keberangkatan, PO Bus disarankan mematuhi semua peraturan

yang berlaku di Terminal Simpang Aur Kuning seperti batas usia kendaraan yang

boleh beroperasi maksimal 30 tahun, melaksanakan uji kir pada semua kendaraan

angkutan yang beroperasi di terminal.


BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian


1. Pengukuran NO2 dilakukan pada 4 titik pada waktu yang berbeda hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan dana, alat dan waktu penelitian.

2. Frekuensi pajanan yang dipakai ialah frekuensi pajanan dalam keadaan normal

pasca adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka memutus

penularan Covid-19. PSBB berdampak pada tutupnya Terminal Simpang Aur

Kuning selama 45 hari (25 April - 8 Juni 2020) yang mengakibatkan terjadinya

perbedaan frekuensi pajanan beberapa pedagang pada tahun terakhir berdagang

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga intake personal yang

didapatkan merupakan perhitungan intake dalam kondisi normal.

3. Pengukuran konsentrasi NO2 dilakukan pada masa kondisi pandemi dimana

jumlah kedatangan dan keberangkatan angkutan di terminal belum sebanyak

kondisi normal sehingga konsentrasi NO2 yang didapatkan merupakan

konsentasi NO2 dalam kondisi saat pandemi.

5.2 Konsentrasi NO2 di Udara Ambien Terminal


Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Tim Analis Laboratorium

Kualitas Udara Teknik Lingkungan Unand pada tanggal 12 Agustus 2020 pada 4 titik

pengukuran di Terminal Simpang Aur Kuning terdapat perbedaan konsentrasi NO2

pada setiap titiknya. Konsentrasi NO2 pada titik pertama sebesar 154,13 µg/Nm3, titik

kedua sebesar 177,33 µg/Nm3, titik ketiga sebesar 188,01 µg/Nm3, dan titik empat

sebesar 147,56 µg/Nm3. Konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning

sebesar 166,75 µg/Nm3.

62
63

Konsentrasi NO2 pada titik 1 dan titik 4 tidak berbeda jauh hal ini

dikarenakan titik 1 dan titik 4 merupakan area jalur masuk dan area jalur keluar

terminal. Padatnya aktivitas kendaraan menyebabkan tingginya konsentrasi NO2 pada

titik 2 dan titik 3 yaitu seberang kantor satuan pelayanan terminal dan belakang

kantor satuan pelayanan terminal. Titik 2 dan titik 3 merupakan tempat kendaraan

angkutan parkir, ngetem, menunggu penumpang dan menaik turunkan barang

penumpang. Perilaku supir kendaraan yang menghidupkan kendaraan disaat masih

menunggu penumpang atau menunggu giliran keberangkatan memperparah

konsentrasi NO2 pada titik 2 dan 3.

Konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning sebesar 166,75

µg/Nm3. Penelitian yang dilakukan Amanda Hikmiyah (2018) didapatkan

konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal Purabaya Kabupaten Sidoarjo sebesar 165,93

µg/Nm3 (47)
. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal

Simpang Aur Kuning tidak berbeda jauh dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata

NO2 di Terminal Purabaya Kabupaten Sidoarjo.

Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Amalia (2016) didapatkan konsentrasi

NO2 tertinggi di Terminal Pulo Gadung sebesar 100 µg/Nm3. Angka ini jauh lebih

rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi tertinggi yang peneliti dapatkan di

Terminal Simpang Aur Kuning sebesar 188,01 µg/Nm3.(17)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara, nilai baku mutu untuk pengukuran NO2 selama 1 jam

pengukuran sebesar 400 µg/Nm3(3). Hasil Konsentrasi NO2 baik nilai konsentrasi

tertinggi maupun nilai konsentrasi rata-rata di Terminal Aur Kuning tidak melebihi

nilai baku mutu. Hal ini sejalan dengan penelitian Gita Arista (2015) yang

menyatakan bahwa konsentrasi NO2 tertinggi dan kosentrasi NO2 rata-rata di


64

Terminal Ampera Palembang tidak melebihi nilai baku mutu berdasarkan PP No.41

tahun 1999.(48)

Suhu dan kelembaban pada titik pengukuran juga bervariasi. Kelembaban

terendah berada pada titik 1 sebesar 43% dan kelembaban tertinggi berada pada titik

4 sebesar 63%. Suhu tertinggi berada pada titik 2 yaitu seberang kantor satuan

pelayanan terminal sebesar 34oC sedangkan suhu terendah berada pada titik 4 yaitu

area jalur keluar terminal sebesar 30,62 oC. Perbedaan suhu dan kelembaban masing-

masing titik pengukuran terjadi karena adanya perbedaan lokasi dan waktu

pengukuran masing-masing titik dari siang hingga sore atau petang hari.

Tingginya hasil pengukuran konsentrasi NO2 di titik 3 disebabkan oleh siklus

fotolitik Nitrogen Dioksida (NO2). Pengukuran pada titik 3 dilakukan pada sore hari

yaitu jam 15.15 – 16.15 dimana pada saat jam tersebut matahari sudah jauh berada ke

arah barat. Nitrogen Dioksida (NO2) mengabsorbsi sinar Ultra Violet (UV) dari sinar

mahatari dimana energi UV memecahkan NO2 menjadi NO dan O. Selanjutnya atom

O akan bereaksi dengan O2 di atmosfer membentuk Ozon (O3). Pada sore hari disaat

posisi matahari sudah jauh berada ke arah barat Ozon tersebut bereaksi dengan NO

membentuk NO2 dan O2 sehingga meningkatkan kadar NO2 di udara ambient

terminal pada sore hari.

5.3 Karakteristik Antropometri, Poa Aktvitas Pedagang dan Gambaran


Keluhan Kesehatan Pedagang
5.3.1 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivits
Data mengenai karakteristik Antropometri dan pola aktivitas diperlukan

dalam perhitungan analisis pemajanan atau asupan intake individu. Karakteristik

antropometri terdiri dari berat badan dan umur sedangkan pola aktivitas terdiri dari
65

lamanya pajanan dalam jam per hari, frekuensi pajanan dalam hari per tahun dan

durasi pajanan.

Berdasarkan hasil penelitian, berat badan pedagang yang didapat dimulai dari

43-82 kg, dengan berat badan rata-rata 59,02 kg. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Silvana Mutiara (2016) pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Raya Padang

didapatkan berat rata-rata pedagang 59,51 Kg (49).

Berat badan digunakan dalam perhitungan Intake NO2. semakin kecil berat

badan seseorang makan semakin besar dosis internal yang diterima(50). Menurut

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL)

berat badan standar dewasa orang indonesia yaitu sebesar 55 kg.(41) Berat badan rata-

rata responden lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan standar dewasa

indonesia.

Selain berat badan pola aktivitas pajanan seperti waktu pajanan, durasi

pajanan dan frekuensi pajanan merupakanan variabel yang diperhitungkan dalam

analisis pajanan. Waktu pajanan responden berkisar 6-14 jam sehari. Semakin lama

waktu pajanan maka akan semakin besar laju asupan/intake yang diterima individu.

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukan bahwa data terdistribusi normal

sehingga nilai yang digunakan ialah nilai mean sebesar 10,28 jam/hari. Berdasarkan

penelitian Deli Syaputri (2013) lama waktu pajanan pegadang kali lima di Terminal

Terpadu Amplas Kota Medan sebesar 11 jam/hari(51). Hal ini menunjukan bahwa

waktu pajanan pada penelitian ini lebih rendah dibandingan dengan penelitian Deli

Syaputri.

Berdasarkan penelitian Gita Arista (2015) waktu pajanan rata-rata pedagang

di Terminal Ampera palembang sebesar 8 jam/hari.(48) Hal ini menunjukkan waktu

pajanan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Gita Atista. Waktu
66

pajanan pedagang lebih tinggi dari nilai default pajanan pada lingkungan kerja

sebesar 8 jam/hari(41). Hal ini dikarenakan pedagang merupakan pekerja informal

dimana waktu kerjanya ditentukan oleh pedagang itu sendiri.

Frekuensi pajanan pedagang berkisar dari 285-363 hari/tahun. Semakin besar

lama pajanan maka akan semakin besar intake yang diterima. Berdasarkan hasil uji

normalitas data berdistribusi tidak normal sehingga nilai yang digunakan ialah nilai

median sebesar 358 hari/tahun. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

default untuk pajanan lingkungan kerja sebesar 250 hari(41). Pada penelitian Gita

Arista (2015) frekuensi pajanan pedagang kaki lima di Terminal Ampera Palembang

sebesar 362 hari.(48) Hal ini menunjukan bahwa frekuensi pajanan pada penelitian ini

lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Gita Arista. Penelitian yang dilakukan

Annisa Amaliana (2016) didapatkan frekuensi pajanan (nilai median) pedagang di

Terminal Pulo Gadung sebesar 335 hari/tahun dengan rata-rata frekuensi pajanan

328,7 hari(17). Berdasarkan hasil tersebut frekuensi pajanan pedagang di Terminal

Aur lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang di Terminal Pulo Gadung.

Durasi pajanan responden berkisar selama 2-26 tahun dengan durasi rata-rata

8,33 tahun. Semakin besar durasi pajanan maka akan semakin besar intake yang

diterima. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak terdistribusi

normal sehingga nilai yang digunakan ialah median sebesar 6,5 tahun. Nilai default

untuk durasi pajanan sebesar 30 tahun.(41) Hal ini menujukan bahwa durasi pajanan

responden jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai default.

5.3.2 Gambaran Keluhan Kesehatan


Keluhan kesehatan yang dialami responden selama berjualan di terminal ialah

batuk sebesar 71,7%, sakit kepala sebesar 56,7%, iritasi mata sebesar 51,7%, pilek

sebesar 50%, badan panas sebesar 43,3%, nyeri tenggorokan sebesar 31,7%, sesak

nafas sebesar 20%, sesak nafas disertai nyeri dada sebesar 3,3%, asma sebesar 1,7%.
67

Tidak terdapat responden yang mengalami sakit jantung dan sebanyak 8,3%

responden memiliki riwayat penyakit. Riwayat penyakit yang dialami responden

ialah magh, hipertensi, tukak lambung dan asam urat.

Berdasarkan hasil wawancara, lebih dari separuh responden pernah

mengalami batuk, sakit kepala dan iritasi mata. Keluhan paling tinggi dirasakan oleh

responden ialah batuk. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Amanda Hikmiah (2018) di Terminal Purabaya didapatkan keluhan paling tinggi

yang dirasakan oleh responden ialah batuk sebanyak 94%(47). Selain batuk keluhan

lain yang dirasakan responden di terminal purabaya ialah sesak nafas sebesar 35,3%.

Hal ini tidak jauh beda dengan hasil peneliti yaitu sebanyak 20% responden pernah

mengalami sesak nafas.

Nitrogen Dioksida merupakan salah satu zat pencemar yang terdapat dalam

komponen udara. Menghirup udara dengan konsentrasi NO2 yang tinggi dapat

mengiritasi saluran pernafasan. Secara inhalasi NO2 dapat mudah masuk kedalam

peredaran darah. Karena kelarutan yang rendah NO2 akan terhidrolisis membentuk

asam nitrit dan asam nitrat yang bersifat korosif terhadap mukosa permukaan saluran

nafas. Gejala yang timbul dapat berupa batuk dan kesulitan bernafas. Dalam waktu

lama berkontribusi terhadap perkembangan asma.(10, 11)

Keluhan kesehatan yang dirasakan oleh responden mengindikasikan telah

terpapar NO2. Keluhan yang dirasakan responden tidak serta merta disebabkan oleh

NO2 semata mengingat masih terdapat banyak zat pencemar lain yang ada di udara.

Untuk itu disarankan kepada pedagang untuk selalu menjaga kesehatan dan memakai

masker saat berdagang hal ini bisa mengurangi dampak paparan zat pencemar udara

masuk ke dalam tubuh.


68

5.4 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan


5.4.1 Identifikasi Bahaya
Pada penelitian ini, sumber gas Nitrogen Dioksida (NO2) adalah pembakaran

bahan bakar fosil akibat penggunaan bahan bakar solar dan bensin dari aktivitas

kendaraan di Terminal Simpang Aur Kuning. Pajanan NO2 terhadap pedagang yang

berada di lokasi penelitian dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan. NO2

yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan dapat terakumulasi di udara ambient yang

dapat masuk kedalam tubuh melalui jalur inhalasi atau pernafasan.

Nitrogen Dioksida (NO2) adalah kelompok gas nitrogen yang memiliki warna

coklat kemerahan dan berbau tajam dan akan berubah menjadi cairan berwarna

kuning pada suhu di bawah 21,20C. NO2 merupakan gas yang sangat toxic bagi

manusia. NO2 termasuk salah satu bahan polutan udara. Salah satu sumber NO2

adalah penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor(9, 32).

Secara teori, NO2 dapat masuk melalui inhalasi bagi manusia. Inhalasi NO2

dapat menyebabkan gangguan paru dan saluran pernafasan. Kemudian masuk

kedalam darah dan menimbulkan akibat di organ tubuh lain. Kelarutan NO2 dalam

air sangat rendah sehingga dapat mudah melewati trakea, broonkues hingga sampai

ke alveoli. Di dalam saluran pernafasan NO2 akan terhidrolisis membentuk asam

nitrit (HNO2) dan asan nitrat (HNO3) yang bersifat korosif terhadap mukosa

permukaan saluran nafas.(10). Ketika sampai pada bronkus dapat menyebabkan

peradangan pada bronkus. Jika dalam konsentrasi yang tinggi dapat meningkatkan

infeksi bronkus dan dapat menjadi infeksi brunkus kronis.(36)

Paparan dalam waktu singkat dapat memperburuk penyakit pernafasan seperti

asma. Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat menghirup NO2 seperti batuk, mengi

atau kesulitan bernafas. paparan dalam waktu yang lama dapat berkontribusi pada

pengembangan asma dan berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap infeksi


69

pernafasan. Orang dengan asma memiliki resiko lebih besar terhadap efek kesehatan

jika terpapar NO2(11). Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran NO2

adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi NO2 akan membengkak sehingga

penderita akan kesulitan bernafas yang dapat menyebabkan kematian(12).

Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa polusi udara menyebabkan

penyakit kardiovaskuler seperti sakit jantung. Salah satu gas yang dapat

menyebabkan penyakit kardiovaskuler ialah Nitrogen Dioksida. Nitrik Oksida yang

dihirup bereaksi cepat dengan oksigen di paru-paru sehingga membentuk Nitrogen

Dioksida. Hal ini memberikan efek di luar paru-paru termasuk memblokir agregasi

platelet yang menyebabkan terjadinya methemoglobinemia yang kemudian

menginduksi vasodilatasi ekstrapulmoner sehingga dapat menyebabkan hipoksia.

Methemoglobinemia sangat berbahaya dapat menyebabkan serangan jantung, stroke,

kerusakan organ hingga kematian(34). Studi yang dilakukan di eropa menemukan

adanya hubungan antara paparan NO2 dengan kematian kardiovaskuler. Para peneliti

juga menemukan adanya hubungan antara peningkatan interkuantil NO2 dalam 24

jam dan penerimaan rumah sakit untuk penyakit jantung, gagal jantung dan jantung

iskemik(35).

5.4.2 Analisis Dosis Respon


Analisis Dosis-Respon dilakukan dengan mencari nilai konsentrasi referensi

NO2 yang dapat dilakukan dengan merujuk pada nilai default konsentrasi referensi

NO2 dari US EPA Integrated Risk Informasi System. Nilai Referensi Konsentrasi

(RfC) bertujuan untuk mencari nilai aman pada efek non karsinogenik dari agen

risiko. Pada penelitian ini nilai RfC yang digunakan merujuk pada literatur yang

sudah ada yaitu sebesar 0,02 mg/kg-hari(46). Penelitian yang dilakukan oleh Deli

Syaputri (2013)(51), Gita Arista (2015)(48), Silvana Mutiara (2016)(49), Ade Putra
70

(2017)(44), Ani Masito (2018)(52) dan Alchamdani (2019)(53) juga mengambil nilai

RfC untuk NO2 sebesar 0,02 mg/kg-hari yang diambil dari US EPA.

5.4.3 Analisis Pajanan


Analisis pajanan dilakukan dengan menghitung nilai intake yang masuk dari

agen risiko dengan membedakan pajanan durasi realtime dan lifetime. Intake pajanan

realtime memberikan gambaran besaran pajanan yang telah di terima responden dari

awal berdagang sampai pada saat penelitian. Intake pajanan lifetime memberikan

gambaran estimasi besaran pajanan yang diterima berdasarkan faktor aktivitas rata-

rata responden dan durasi pajanan lifetime 30 tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai intake realtime setiap titik diperoleh

intake maksimal 0,005776107 mg/kg-hari dan intake minimal 0,004533388 mg/kg-

hari. Dengan intake rata-rata sebesar 0,00512318 mg/kg-hari. Hasil ini menunjukan

keseluruhan intake setiap titik masih dibawah nilai referensi konsentrasi (RfC) yaitu

sebesar 0,02 mg/kg-hari.

Pada intake realtime setiap individu atau pedagang di dapatkan tidak ada

responden memiliki nilai intake lebih besar dari nilai referensi. Intake paling berisiko

berdasarkan data responden, didapatkan perhitungan intake sebesar 0,043790961

mg/kg-hari yang diambil dari nilai konsentrasi NO2 Tertinggi, waktu pajanan

terlama, frekuensi pajanan terlama, durasi pajanan terlama dan berat badan terendah.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai intake lifetime dari setiap titik diperoleh

intake lifetime tertinggi 0,026658955 mg/kg-hari. Nilai intake lifetime lebih besar

dari nilai RfC sebesar 0,02 mg/kg-hari. Berdasarkan hasil penelitian Ani Masito

(2018) didapatkan bahwa nilai intake lifetime untuk NO2 tertinggi melebihi nilai RfC

sebesar 0,02 mg/kg-hari.(52) hal ini menunjukan intake lifetime penelitian ini sama

dengan penelitian Ani Masito yang melebihi nilai RfC.


71

Nilai intake lifetime terendah 0,02092333 mg/kg-hari. nilai intake lifetime

terendah lebih besar dari nilai RfC sebesar 0,02 mg/kg-hari. hal ini berbeda dengan

hasil penelitian Ani Masito (2018) yang menyatakan bahwa nilai intake lifetime

terendah lebih rendah dari nilai RfC.(52)

Nilai intake lifetime rata-rata sebesar 0,023645448 mg/kg-hari dimana nilai

intake lifetime rata-rata lebih besar dari nilai RfC sebesar 0,02 mg/kg-hari. hal ini

berbeda dengan hasil penelitian Ani Masito yang menyatakan bahwa nilai intake

lifetime rata-rata lebih rendah dari nilai RfC.(52).

Nilai intake lifetime (Dt 30 tahun) paling berisiko didapatkan sebesar

0,050528023 mg/kg-hari. nilai intake lifetime jauh lebih tinggi dari nilai RfC sebesar

0,02 mg/kg-hari. Berdasarkan hasil penelitian seluruh nilai intake lifetime lebih besar

dari nilai RfC. Hal ini menandakan bahwa pajanan NO2 sudah melebihi nilai aman

untuk jangka waktu 30 tahun sehingga berpotensi menimbulkan gangguan keluhan

kesehatan.

Berdasarkan hasil perhitungan intake lifetime masing-masing responden

didapatkan intake tertinggi sebesar 0,037407561 mg/kg-hari dan nilai terendah

0,012412383. Diketahui Sebanyak 49 responden memiliki nilai intake lifetime lebih

besar dari nilai RfC sedangkan hanya 11 responden yang memiliki nilai intake

lifetime kecil dari nilai RfC.

Nilai intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi NO2, lama pajanan,

frekuensi pajanan dan durasi pajanan. Semakin besar nilai konsentrasi NO2 maka

semakin besar intake yang diterima. Sedangkan nilai intake berbanding terbalik

dengan berat badan responden dan periode waktu rata-rata (Tavg) dimana semakin

besar berat badan responden maka akan semakin kecil nilai intake nya.
72

Untuk mengurangi nilai intake, disarankan kepada pedagang untuk

membatasi pola aktivitas pedagang seperti mengurangi lama berdagang dan frekuensi

berdagang.

5.4.4 Karakterisasi Risiko


karakterisasi risiko dilakukan dengan membagi nilai intake dengan referensi

konsentrasi 0,02 mg/kg-hari. Semakin besar nilai intake maka semakin besar risiko

yang diperoleh. Jika nilai RQ > 1 maka dikatakan berisiko dan berpotensi dapat

merugikan kesehatan sedangkan jika nilai RQ ≤ 1 maka dikatakan tidak berisiko atau

aman terhadap kesehatan.

Berdasarkan hasil nilai pajanan lifetime (Dt 30 tahun) diperoleh RQ > 1 pada

semua titik pengukuran dengan nilai RQ tertinggi 1,332947725 dan RQ lifetime

paling berisiko sebesar 2,526401595. Hal ini menunjukan bahwa pajanan NO2 tidak

aman dan berisiko menimbulkan gangguan keluhan kesehatan pada pedagang untuk

jangka waktu 30 tahun. Ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Romi

Darmawan (2018) didapatkan bahwa konsentrasi NO2 tidak aman untuk jangka

waktu 30 tahun bagi petugas karcis tol(18).

Berdasarkan hasil perhitungan RQ lifetime masing-masing pedagang

didapatkan sebanyak 49 dari 60 responden (81,67%) memiliki RQ > 1 dengan RQ

lifetime tertinggi sebesar 1,870378053 dan RQ terendah sebesar 0,620619147. Hal

ini berarti jika pedagang bekerja hingga 30 tahun maka diperkirakan 49 dari 60

pedagang memiliki tingkat risiko kesehatan akibat terpapar NO2.

Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ikhasani

Rahmatika (2017) didapatkan bahwa sebanyak 88 dari 213 responden memiliki nilai

RQ lifetime > 1 yang berarti paparan NO2 tidak aman untuk masyarakat di Kota

Magelang untuk jangka waktu 30 tahun(54). Hal ini juga sejalan dengan Penelitian

yang dilakukan oleh Annisa Amaliana (2016) di Terminal Pulo Gadung Jakarta
73

Timur didapatkan hasil bahwa sebanyak 13 dari 60 responden memiliki RQ lifetime

> 1.(17)

Berdasarkan nilai pajanan realtime diperoleh RQ ≤ 1 pada semua titik

pengukuran. Berdasarkan pajanan realtime responden didapatkan seluruh responden

memilik nilai RQ < 1 dengan nilai RQ tertinggi 0,955174643 dengan konsentrasi

NO2 dibawah baku mutu.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Romi Darmawan (2018) yang

menyatakan bahwa sebanyak 15 dari 17 responden memiliko RQ realtime NO2 > 1

kendati kadar NO2 masih di bawah baku mutu.(18). Penelitian ini juga tidak sejalan

dengan penelitian Annisa Amaliana (2016) di Terminal Pulo Gadung Jakarta Timur

yang menyatakan bahwa sebanyak 12 dari 60 responden memiliko RQ realtime NO2

> 1 kendati kadar NO2 masih di bawah baku mutu.(17) Berdasarkan intake paling

berisiko diperoleh RQ realtime Paling berisiko sebesar 2,189548049.

Walaupun kadar NO2 menunjukan dibawah baku mutu tetapi untuk

pengukuran RQ lifetime menunjukan kadar NO2 dinyatakan belum aman untuk

jangka waktu 30 tahun. Tingginya tingkat risiko pada intake paling berisiko dapat

diatasi dengan melakukan pengelolaan risiko dengan strategi pengelolaan dan cara

pengelolaan risiko serta dilanjutkan dengan komunikasi risiko.

5.5 Pengelolaan Risiko


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa RQ NO2 > 1 sehingga

diperlukan pengelolaan risiko. Manajemen pengelolaan risiko dapat dilakuan dengan

strategi pengelolaan dan cara pengelolaan risiko. Strategi pengelolaan dilakukan

dengan cara mencari batas aman nilai konsentasi, waktu pajanan aman dan frekuensi

pajanan aman. Pengelolaan Risiko bukan termasuk langkah ARKL, melainkan tindak
74

lanjut yang harus dilakukan bila mana hasil karakterisasi risiko menunjukan tingkat

risiko yang tidak aman atau unacceptable(41).

Pengelolaan risiko diterapkan berdasarkan situasi dan kondisi lingkungan

penelitian. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam pengelolaan risiko adalah

mengurasi konsentrasi NO2 di terminal dengan nilai batas aman 0,074 mg/m3,

mengurangi waktu pajanan pedagang hingga dibawah waktu pajanan aman sebesar

5.54 jam/hari. mengurangi frekuensi pajanan pedagang yang berdagang di terminal

hingga dibawah frekuensi pajanan ana sebesar 143,68 hari/tahun.

Selain itu juga penanaman pohon penjerap gas polutan di terminal Simpang

Aur Kuning seperti yang tercantum pada Permen PU No.5 tahun 2008 seperti pohon

glodokan, mahoni, asam jawa, angsana, dan tumbuhan lain yang memiliki

penyerapan tinggi terhadap NO2(55), melakukan peremajaan kepada kendaraan bus

yang sudah tua. Selain itu juga dapat dilakukannya kerjasama institusional dengan

Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perhubungan Kota Bukittinggi seperti

pemantauan dan mengontrol emisi gas buang kendaraan dan melaksanakan uji KIR

pada kendaraan angkutan yang terdapat di Terminal Simpang Aur Kuning.

Pengelolaan risiko harus dilakukan secara bersama-sama oleh pihak terkait.

Dengan dilakukannya pengelolaan risiko diharapkan agen risiko NO2 tetap dalam

batas aman dan tidak berpotensi menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan untuk

jangka waktu 30 tahun.

5.6 Komunikasi risiko


Komunikasi Risiko merupakan suatu upaya menyampaikan informasi risiko

pajanan NO2 kepada para pedagang yang berjualan di Terminal Simpang aur

Kuning, Kantor Satuan Pelayanan Terminal, Balai Pengelola Transportasi Darat

(BPTD) Wilayah III Sumbar, Perusahaan Oto Bus dan pihak terkait lainnya.
75

Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut pelaksanaan ARKL. Komunikasi

risiko dilakukan untuk menyampakan informasi risiko kepada masyarakat (populasi

berisiko) pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan. Komunikasi risiko

merupakan tanggung jawab pihak pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan

terjadinya risiko. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah

dipahami dan dapat dilakukan dengan metode diskusi interaktif, ceramah dan lainnya

serta dapat menggunakan media komunikasi seperti televisi, radio dan media

komunikasi lainnya.(41)

Komunikasi risiko sudah dilakukan kepada Balai Pengelola Transportasi

Darat (BPTD) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdar) Wilayah III

Sumatera Barat secara lisan maupun tertulis (laporan) dengan metode diskusi dan

tanya jawab pada tanggal 09 September 2020. Pada kesempatan ini peneliti

menjelaskan mengenai penelitian ARKL, menjelaskan mengenai agen risiko yaitu

NO2, hingga hasil penelitian bahwa NO2 tidak aman dan berisiko menimbulkan efek

merugikan terhadap kesehatan untuk jangka waktu 30 tahun serta upaya-upaya yang

bisa dilakukan agar pajanan NO2 tidak berisiko terhadap kesehatan pedagang untuk

jangka waktu 30 tahun seperti melakukan penataan terminal, mengatur tata letak

PKL yang berjualan di terminal sehingga tidak langsung terpapar gas NO2 yang

dihasilkan dari kendaraan, menegakkan peraturan yang berlaku di terminal seperti

batas usia kendaraan angkutan maksimal 30 tahun, serta dapat melakukan

penanaman tanaman pohon penyerap polusi di Terminal Simpang Aur Kuning.

Komunikasi risiko yang dapat dilakukan pada pedagang di terminal ialah

menyampaikan risiko pajanan gas NO2 yang bersumber dari aktivitas kendaraan di

terminal terhadap kesehatan pedagang, serta upaya yang dapat dilakukan oleh

pedagang seperti mengurangi waktu pajanan frekunsi pajanan seperti menerapkan


76

shif kerja, pedagang diharapkan mengatur tata letak dagangannya sehingga tidak

langsung terpapar gas NO2 yang dihasilkan saat mobil ngetem dan menunggu

penumpang di terminal.

Komunikasi risiko yang dapat dilakukan pada Perusahaan Oto bus seperti

mobil disarankan mematikan mesin saat menunggu penumpang atau disaat

menunggu giliran keberangkatan, PO Bus disarankan mematuhi semua peraturan

yang berlaku di Terminal Simpang Aur Kuning seperti batas usia kendaraan yang

boleh beroperasi maksimal 30 tahun, melaksanakan uji kir pada semua kendaraan

angkutan yang beroperasi di terminal.

Dengan telah dilaksanakannya komunikasi risiko, diharapkan adanya tindak

lanjut oleh pedagang, Satuan Pelayanan terminal, Balai Pengelola Transportasi Darat

Wilayah III Sumbar, dan Perusahaan Oto bus agar pajanan NO2 tidak berpotensi

menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan pedagang untuk jangka waktu 30

tahun. Adanya kerja sama dari pihak-pihak terkait sangat diperlukan agar pajanan

NO2 tidak berpotensi menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan pedagang

untuk jangka waktu 30 tahun.


BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1) Hasil pengukuran Konsentrasi NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning Kota

Bukittinggi yang dilakukan di 4 titik lokasi pengukuran menunjukkan masih

di bawah baku mutu berdasarkan PP No.41 tahun 1999 tentang pencemaran

udara sebesar 400 µg/m3.

2) Berat badan (Wb) rata-rata responden ialah 59,02 Kg, lama pajanan (tE) yang

diterima responden ialah 10,28 jam/hari. Frekuensi pajanan (fE) reponden

adalah 358 hari/tahun dan durasi pajanan (Dt) responden sebesar 6,5 tahun.

Frekuensi pajanan dan durasi pajanan diambil dari nilai median dikarenakan

data berdistribusi tidak normal. Lebih dari separuh responden mengalami

batuk, iritasi mata dan sakit kepala. Sebagian kecil responden mengalami

badan panas, pilek, nyeri tenggorokan, sesak nafas dan asma.

3) Nilai Intake realtime dan intake lifetime tertinggi terdapat pada titik ke 3 yaitu

belakang Kantor Satuan Pelayanan Terminal sebesar 0,005776107 mg/kg-

hari dan 0,026658955 mg/kg-hari. Nilai intake realtime paling berisiko

didapat sebesar 0,043790961 mg/kg-hari. Nilai intake lifetime paling berisiko

didapatkan sebesar 0,050528031 mg/kg-hari.

4) Hasil perhitungan RQ realtime untuk semua titik pengukuran adalah kecil

dari 1, demikian pula dengan RQ realtime masing-masing responden. Apabila

RQ < 1, pajanan NO2 dikatakan tidak berisiko terhadap kesehatan. Hasil

perhitungan RQ lifetime pada semua titik adalah besar dari 1. Sebanyak 49

responden (81,67%) memiliki RQ > 1. RQ lifetime paling berisiko didapatkan

sebesar 2,526401595. Hal ini menunjukkan bahwa NO2 berpotensi

77
menimbulkan risiko terhadap kesehatan pada 81,67% pedagang jika terpapar

selama 30 tahun.

5) pengelolaan risiko dilakukan dengan menggunakan strategi pengelolaan

risiko seperti menentukan batas aman dari konsentrasi NO2 di udara ambien,

frekuensi pajanan aman dan waktu pajanan aman. Pengeloaan risiko juga

dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti teknologi, sosial-ekonomis,

dan institusional.

6) Komunikasi risiko dilakukan pada pedagang di Terminal Simpang Aur

Kuning, Kantor Satuan Pelayanan terminar, Balai Pengelola Transportasi

Darat (BPTD) Wilayah III Sumbar serta pihak terkait lainnya.

6.2 Saran
1) Perusahaan Oto Bus

a. Melakukan peremajaan bus-bus yang sudah tua dan berumur.

b. Melakukan uji emisi pada kendaraan angkutan

2) Bagi Pedagang

a. Mengurangi waktu pajanan NO2 salah satunya dapat dilakukan

dengan membagi jam berdagang dengan pihak keluarga atau

perwakilan yang bisa menggantikan posisinya dalam berdagang.

b. Mengurangi frekuensi pajanan NO2 salah satunya dapat dilakukan

dengan membagi jam berdagang dengan pihak keluarga atau

perwakilan yang bisa menggantikan posisinya dalam berdagang.

c. Meningkatkan asupan gizi dan menjaga pola hidup sehat dengan

mengkonsumsi buah dan sayuran

d. Memakai APD seperti masker saat berjualan di terminal.

3) Satuan Pelayanan Terminal Aur Kuning


a. Mewajibkan kepada pihak perusahaan angkutan umum untuk

melakukan uji emisi dan uji KIR kendaraan secara berkala terutama

bagi kendaraan yang sudah beroperasi cukup lama dan tergolong tua

b. Melakukan penataan terminal dengan mempertimbangkan pedagang

kaki lima yang berjualan di belakang knalpot kendaraan.

c. Melakukan penanaman pohon dan tanaman penyerap polutan di

kawasan terminal.

4) Pemerintah Kota Bukittinggi

a. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait dalam

rangka pengelolaan Kawasan Terminal Simpang Aur Kuning

dikarenakan lokasi terminal berada di Kota Bukittinggi.


DAFTAR PUSTAKA

1. Candra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kedokteran EGC;


2007.
2. kastiyowati I. Dampak dan upaya Penanggulangan Pencemaran Udara.
Jakarta:Staff Puslitbang tek Bakitbang Dephan; 2001.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, (1999).
4. WHO. 7 million deaths linked to air pollution annually. 2014.
5. WHO. World Health Statistics 2018. 2018.
6. Budiyono A. Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada
Lingkungan. Berita Dirgantara. 2001;2(1).
7. Nukman A. Analisis dan Manajemen Risiko Kesehatan Pencemaran Udara :
Studi Kasus di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi. Ekologi Kesehatan.
2005;4(2). 270-289.
8. BPS. Statistik Indonesia : Statistical Yearbook of Indonesia 2019. 2019.
9. Muhammed A, Lee G, Irvan D. Pengenalan Kepada Pencemaran Udara.
University Sains Malaysia Press; 2005.
10. Handayani D, Yunus F, Wiyono WH. Pengaruh Inhalasi NO2 terhadap
kesehatan paru. Cermin Dunia Kedokteran 2003;138(17).
11. Nitrogen Dioxide (NO2) Pollution. www.epa.gov di akses Pada tanggal 19
Januari 2020.
12. Wardhana WA. Dampak pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit
Andi; 2004.
13. Kesehatan K. Riset Kesehatan Dasar. Pusat Penelitian dan Pengembangan.
2018.
14. Wardoyo ATP. Emisi Partikulat Kendaraan Bermotor dan Dampak
Kesehatan: UB Press Malang; 2016.
15. Schneider A CJ, Breitner S, Kraus U, . Quantifizierung von
umweltbedingten Krankheitslasten aufgrund der Stickstoff dioxid
Exposition in Deutschland. Umwelt Gesundheit. 2018;1.
16. TheGuardian. UK faces European Court over coal plant emmision 2018
[cited https://www.theguardian.com/environment/2018/may/17/uk-taken-to-
europes-highest-court-over-air-pollution diakses pata tanggal 17 Juni 2020].
17. Amaliana A. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Nitrogen
Dioksida (NO2) Pada Pedagang Kaki Lima di Terminal Pulogadung Jakarta
Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016;4(4).
18. Darmawan R. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kadar NO2 Serta
Keluhan Kesehatan Petugas Pemungut Karcis Tol. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 2018;10(1).
19. Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum
Dalam Trayek, (2019).
20. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2995 tentang Terminal
Transportasi Jalan, (1995).
21. Netti N. Evaluasi Penataan Kawasan Terminal Simpang Aur Kuning Kota
Bukittinggi. JOM FISIP. 2016;2(2).

80
81

22. Balai Pengelolaan Transportasi Darat Wilayah III Provinsi Sumatera Barat.
https://bptdwil3sumbar.com/simpang-aur/ diakses pada tanggal 6 Januari
2020 pukul 16.17 WIB.
23. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Buku Laporan Status Lingkungan
Hidup Daerah Tahun 2015. 2015.
24. Dinas Lingkungan Hidup. Laporan Pengukuran NO2 di Kota Bukittinggi.
2019.
25. Fardiaz S. Polusi Air dan Udara. Kanisius Yogyakarta.1992.
26. Mukono HJ. Aspek Kesehatan Pencemaran Udara: Airlangga University
Press; 2011.
27. Kementerian lingkungan hidup. Memprakirakan Dampak Lingkungan
Kualitas Udara. Deputi Tata Lingkungan. Jakarta.2007.
28. Cahyono T. Penyehatan Udara. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2017.
29. Andriansyah. Manajemen Transportasi Dalam Kajian dan Teori. Jakarta:
Fispol Universitas Prof.Dr. Moestopo Beragama; 2015.
30. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi, (1993).
31. Aly SH. Emisi Transportasi Kuntitas Emisi Berdasarkan Marni Model.
Jakarta: Penebar Plus; 2015.
32. Ministry of the Environment. 2009.
33. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia
di Tempat Kerja, (2011).
34. Weinberger B LD, Heck DE, Laskin JD. Forum The Toxicologi of Inhaled
Nitric Oksida. Toxicological Sciences 2001;59 6-16.
35. Chen TM GJ, Shoffer S, Kuschner WG. Outdoor Air Pollution : Nitrogen
Dioxide, Sulfur Dioxide, and Carbon Monoxide health effects. The
American Journal of the medical sciensces. 2007;333(4).
36. Mukono HJ. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan
Saluran Pernafasan: Airlangga University Press; 2008.
37. Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Kadar Nitrogen Dioksida (NO2)
dengan Metode Griess Saltzman menggunakan Spektrofotometer. SNI. 19-
7119.2-2005.
38. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1948 Tentang Pemberantasan
Penimbunan Barang Penting, (1948).
39. Retno W. Penataan Fisik Kegiatan PKL Pada Kawasan Komersial di Pusat
Kota (Studi Kasus: Simpang Lima Semarang). Tesis: ITB; 2002.
40. Peraturan Daerah kota Bukittinggi Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Penataan
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, (2004).
41. Direktorat Jenderal PP dan PL. Pedoman Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL). 2012.
42. Louvar JF, Louvar BD. Health and Environental Risk Analysis :
Fundamentals with Application: Prentice Hall PPTR; 1998.
43. Peta Terminal Type-A Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi
https://www.google.co.id/maps/search/terminal+simpang+aur+bukittinggi/
@-0.3135453,100.3858381,196m/data=!3m1!1e3?hl=id diakses pada
tanggal 27 Maret 2020.
44. Putra A. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Nitrogen Dioksida
Pada Petugas Parkir di Basement Plaza Andalas Kota Padang Tahun 2017
[Skripsi]. Padang; FKM Unand.2017.
82

45. Satuan Pelayanan Terminal. Peta Terminal Simpang Aur kuning Kota
Bukittinggi. 2020.
46. IRIS. Integrated Risk Information System List of Substance. diakses di
http://www.epa.gov/iris/subst/index.html.
47. Hikmiah AF. Analisis Kadar Debu dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara
Ambien Serta Keluhan Pernafasan Pada Pekerja Penyapu Jalan di Terminal
Purabaya Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2018;2(2):138-48.
48. Arista G, Sunarsih E, Tutahar R. Analisis Risiko Kesehatan Paparan
Nitrogen Dioksida (NO2) dan Sulfur Dioksida (SO2) Pada Pedagang Kaki
Lima di Terminal Ampera Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2015;6(2)
49. Mutiara S. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Sulful Dioksida
(SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2) pada Pedagang Kaki Lima di Pasar
Raya Padang. 2016.
50. Rahman A. Prinsip-Prinsip Dasar Analisis Risiko Kesehatan Laingkungan.
Seri Bahan Pengajar ARKL : Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan
Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007.
51. Syaputri D. Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber
Transportasi Terhadap Gangguan Pernafasan Pada Pedagang Kaki Lima di
Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2013.
52. Masito A. Analisis Risiko Kualitas Udara Ambien NO2 dan SO2 dan
Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat di Wilayah Kalianak Surabaya.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2018;10(4). 394-401.
53. Alchamdani. Paparan NO2 dan SO2 Terhadap Risiko Kesehatan Petugas
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Kendari. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 2019;11(4) 319-30.
54. Rahmatika NI. Analisis Risiko Paparan Nitrogen Dioksida (NO2) dari
Polutan Ambien Terhadap Kesehatan Masyarakat Kota Magelang Tahun
2015 [Skripsi]: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta; 2017.
55. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,
(2008).
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN NO2
(NITROGEN DIOKSIDA) PADA PEDAGANG
DI TERMINAL SIMPANG AUR KUNING
KOTA BUKITTINGGI

Dengan Hormat,
Kami Mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Andalas,
Kami sedang melakukan penelitian tentang “Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan Pajanan NO2 (Nitrogen Dioksida) Pada Pedagang di Terminal
Simpang Aur Kuning Kota bukittinggi tahun 2020”
Kami sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibuk untuk menjadi responden
dan mengisi formulir kuesioner ini, karena sangat berguna bagi ilmu pengetahuan,
khususnya bagi pemerintah dalam mengatasi masalah pencemaran udara.
Kuesioner ini tidak berpengaruh terhadap Bapak/Ibuk. Perlu kami jelaskan
bahwa :
1) Kami menjamin kerahasiaan identitas pribadi serta jawaban yang
Bapak/Ibuk berikan
2) Jawaban jujur dari Bapak/Ibuk sangat kami harapkan dan bermanfaat
untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan kesehatan
3) Setelah penelitian ini selesai, kuesioner ini akan kami musnahkan.
Dalam penelitian ini ketenangan dan waktu Bapak/Ibu mungkin akan terganggu
karena kami akan menanyakan beberapa data antropometri seperti berat badan, pola
aktivitas (lama pajanan, frekuensi pajanan dan jumlah hari terpajan selama 1 tahun ),
keluhan kesehatan serta demografi (umur dan jenis kelamin). Kami mengharapkan
kerja sama bapak/Ibuk untuk menjelaskan hal-hal yang kami butuhkan dengan
sejujurnya dan serinci-rincinya. Penelitian ini insya allah bermanfaat bagi kita
semua. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas partisipanya sebagai
responden.

Pewawancara Responden

Ahmad Fadhil Amrullah (.....................................)


DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER

No. Responden :
Titik :
Tanggal wawancara :

Petunjuk Pengisian :
- Bacalah dengan cermat dan teliti
- Lingkari dan silang jawaban yang baik dan benar

I. Data Umum
1. Nama responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. SMA
2.SD 5. D3
3.SMP 6. S1/S2/S3

II. Data Antropometri dan Pola Aktivitas Pedagang


4. Umur :
5. Berat Badan :
6. Lama Berdagang :
a....................jam/hari(pukul.........s/d.........)
b...................hari/minggu
c...................hari/bulan
d...................tahun
7. Lama Libur :
a.Libur dalam satu minggu...........hari
b.Libur Pada hari libur Nasional...........hari
c.Libur Lainnya......... hari
c.Total libur................hari
III. Gambaran Keluhan Kesehatan
(lingkari satu jawaban Ya atau Tidak)
1. Apakah Bapak/Ibuk pada saat berdagang selama berdagang disini
pernah mengalami :
a.Badan panas Ya / Tidak
b.Batuk Ya / Tidak
c.Pilek Ya / Tidak
d.Nyeri tenggorokan Ya / Tidak
e.Sesak nafas Ya / Tidak
f.Iritasi Mata Ya / Tidak
g.Sakit Kepala Ya / Tidak
h.Asma Ya / Tidak
i.Sakit Jantung Ya / tidak
2. Jika anda mengalami sesak nafas, apakah sesak nafas disertai nyeri
pada dada?
a.Ya
b.Tidak
3. Apakah bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit?
a.Ya, Penyakitnya adalah.......................................
b.Tidak
Lampiran 2 Hasil Perhitungan RQ, Intake Realtime dan Lifetime

Intake Lifetime di hitung dengan menggunakan Dt default (Dt 30 tahun)

Untuk Intake lifetime konsentrasi NO2 di titik 1 ( C = 0,15413 mg/m3 )

I = 0,0218549 mg/kg-hari

Untuk Intake lifetime konsentrasi NO2 di titik 2 ( C = 0,17733 mg/m3 )

I = 0,02514458 mg/kg-hari

Untuk Intake lifetime konsentrasi NO2 di titik 3 ( C = 0,18801 mg/m3 )

I = 0,026658955 mg/kg-hari

Untuk Intake lifetime konsentrasi NO2 di titik 4 ( C = 0,14756 mg/m3 )

I = 0,02092333 mg/kg-hari

Untuk Intake lifetime rata-rata di terminal ( C = 0,1667575 mg/m3 )

I = 0,023645448 mg/kg-hari
Intake pajanan realtime dihitung menggunakan durasi pajanan yang

sebanarnya (Dt_real) yaitu pajanan berdasarkan lamanya pedagang berjualan di

terminal.

Untuk Intake realtime konsentrasi NO2 di titik 1 ( C = 0,15413 mg/m3 )

I = 0,004735234 mg/kg-hari

Untuk Intake realtime konsentrasi NO2 di titik 2 ( C = 0,17733 mg/m3 )

I = 0,005447992 mg/kg-hari

Untuk Intake realtime konsentrasi NO2 di titik 3 ( C = 0,18801 mg/m3 )

I = 0,005776107 mg/kg-hari

Untuk Intake realtime konsentrasi NO2 di titik 4 ( C = 0,14756 mg/m3 )

I = 0,004533388 mg/kg-hari

Untuk Intake realtime rata-rata di terminal ( C = 0,1667575 mg/m3)

I = 0,00512318 mg/kg-hari
Hasil Perhitungan Intake Realtime dan RQ Realtime Masing-Masing Titik
Hasil Perhitungan Intake dan RQ real time per titik

Titik C NO2 (mg/m3) R (m3/jam) WB (Kg) tE (jam/hari) fE (hari/tahun) Dt (tahun) T Avg (30 tahun x 365 hari) Intake RfC RQ
1 0.15413 0.83 59.02 10.28 358 6.5 10950 0.004735234 0.02 0.2367617
2 0.17733 0.83 59.02 10.28 358 6.5 10950 0.005447992 0.02 0.272399612
3 0.18801 0.83 59.02 10.28 358 6.5 10950 0.005776107 0.02 0.28880534
4 0.14756 0.83 59.02 10.28 358 6.5 10950 0.004533388 0.02 0.226669411
Rata-rata 0.1667575 0.83 59.02 10.28 358 6.5 10950 0.00512318 0.02 0.256159016

Hasil Perhitungan Intake Lifetime dan RQ Lifetime Masing-Masing Titik


Hasil Perhitungan Intake dan RQ lifetime
Titik C NO2 (mg/m3) R (m3/jam) WB (kg) tE (jam/hari) fE (hari/tahun) Dt lifetime T Avg (30 tahun x 365 hari) Intake RfC RQ
1 0.15413 0.83 59.02 10.28 358 30 10950 0.0218549 0.02 1.092746305
2 0.17733 0.83 59.02 10.28 358 30 10950 0.02514458 0.02 1.257228978
3 0.18801 0.83 59.02 10.28 358 30 10950 0.026658955 0.02 1.332947725
4 0.14756 0.83 59.02 10.28 358 30 10950 0.02092333 0.02 1.046166514
rata-rata 0.1667575 0.83 59.02 10.28 358 30 10950 0.023645448 0.02 1.182272381
Hasil Perhitungan intake relatime dan RQ Realtime responden
Hasil Perhitungan Intake dan RQ Realtime

No Titik C NO2 (mg/m3) R (m3/jam) WB (kg) tE (jam/hari) fE (hari/tahun) Dt_real (tahun) T Avg (30 tahun x 365 hari) Intake RfC RQ
1 1 0.15413 0.83 63 9 353 5 10950 0.002945763 0.02 0.147288156
2 1 0.15413 0.83 53 11 308 18 10950 0.013442845 0.02 0.672142246
3 1 0.15413 0.83 50 8.5 311 4 10950 0.002470702 0.02 0.123535125
4 1 0.15413 0.83 43 10 309 3 10950 0.002518619 0.02 0.125930937
5 1 0.15413 0.83 78 9 349 13 10950 0.006116005 0.02 0.305800254
6 1 0.15413 0.83 70 9.5 304 9 10950 0.004338033 0.02 0.216901629
7 1 0.15413 0.83 60 10 358 4 10950 0.002788322 0.02 0.139416098
8 1 0.15413 0.83 56 10 311 3 10950 0.001946457 0.02 0.09732284
9 1 0.15413 0.83 45 8.5 311 2 10950 0.001372612 0.02 0.068630625
10 1 0.15413 0.83 82 8 363 5 10950 0.00206873 0.02 0.103436525
11 1 0.15413 0.83 53 9 361 8 10950 0.005729477 0.02 0.28647385
12 1 0.15413 0.83 57 10 333 4 10950 0.002730112 0.02 0.136505618
13 1 0.15413 0.83 59 9 343 6 10950 0.003667643 0.02 0.183382135
14 1 0.15413 0.83 61 11 363 8 10950 0.006118016 0.02 0.305900804
15 1 0.15413 0.83 54 9 363 4 10950 0.002827265 0.02 0.14136325
16 2 0.17733 0.83 78 12 363 4 10950 0.003002614 0.02 0.15013068
17 2 0.17733 0.83 49 9 285 3 10950 0.002110857 0.02 0.10554283
18 2 0.17733 0.83 45 11.5 363 2 10950 0.002493837 0.02 0.12469187
19 2 0.17733 0.83 59 11 363 21 10950 0.019103493 0.02 0.955174643
20 2 0.17733 0.83 67 10 363 14 10950 0.010195442 0.02 0.509772085
21 2 0.17733 0.83 80 12 353 7 10950 0.004982074 0.02 0.24910371
22 2 0.17733 0.83 58 9 324 8 10950 0.005406245 0.02 0.270312236
23 2 0.17733 0.83 63 10 309 10 10950 0.006592712 0.02 0.32963561
24 2 0.17733 0.83 66 10 353 25 10950 0.017972851 0.02 0.898642533
25 2 0.17733 0.83 55 11 363 2 10950 0.001951699 0.02 0.097584942
26 2 0.17733 0.83 51 11 363 8 10950 0.008419093 0.02 0.420954651
27 2 0.17733 0.83 69 11 363 20 10950 0.01555702 0.02 0.777850986
28 2 0.17733 0.83 57 12 363 14 10950 0.014380939 0.02 0.71904694
29 2 0.17733 0.83 55 6 363 6 10950 0.003193689 0.02 0.15968445
30 2 0.17733 0.83 65 11 353 7 10950 0.005620802 0.02 0.281040083
31 3 0.18801 0.83 78 11 349 26 10950 0.018236512 0.02 0.911825607
32 3 0.18801 0.83 48 9 347 3 10950 0.002781614 0.02 0.139080719
33 3 0.18801 0.83 47 11 363 4 10950 0.00484291 0.02 0.242145482
34 3 0.18801 0.83 59 7.5 333 7 10950 0.00422276 0.02 0.211138024
35 3 0.18801 0.83 53 9 353 3 10950 0.002562758 0.02 0.128137878
36 3 0.18801 0.83 51 10 359 6 10950 0.006018946 0.02 0.300947299
37 3 0.18801 0.83 55 11 331 11 10950 0.010377568 0.02 0.518878411
38 3 0.18801 0.83 63 10 363 10 10950 0.008211283 0.02 0.410564129
39 3 0.18801 0.83 60 12 333 8 10950 0.007592926 0.02 0.379646275
40 3 0.18801 0.83 68 11 363 22 10950 0.018410179 0.02 0.920508928
41 3 0.18801 0.83 52 9 333 5 10950 0.004106751 0.02 0.205337529
42 3 0.18801 0.83 49 10 353 3 10950 0.003079958 0.02 0.153997903
43 3 0.18801 0.83 47 9 358 6 10950 0.005861704 0.02 0.293085178
44 3 0.18801 0.83 59 9 360 9 10950 0.007043369 0.02 0.352168441
45 3 0.18801 0.83 56 11 361 4 10950 0.00404219 0.02 0.202109524
46 4 0.14756 0.83 65 12 363 20 10950 0.014991225 0.02 0.749561263
47 4 0.14756 0.83 53 10 363 4 10950 0.003064244 0.02 0.153212208
48 4 0.14756 0.83 65 14 363 7 10950 0.006121417 0.02 0.306070849
49 4 0.14756 0.83 61 12 363 6 10950 0.004792277 0.02 0.239613846
50 4 0.14756 0.83 57 11 362 9 10950 0.007032367 0.02 0.351618352
51 4 0.14756 0.83 78 14 363 16 10950 0.011659842 0.02 0.582992093
52 4 0.14756 0.83 59 11 353 5 10950 0.003680595 0.02 0.184029738
53 4 0.14756 0.83 54 10 358 10 10950 0.007415183 0.02 0.370759161
54 4 0.14756 0.83 66 12 333 3 10950 0.002031587 0.02 0.101579348
55 4 0.14756 0.83 52 12 360 3 10950 0.002787625 0.02 0.139381227
56 4 0.14756 0.83 80 8.5 361 15 10950 0.00643517 0.02 0.321758496
57 4 0.14756 0.83 49 11 361 4 10950 0.003625738 0.02 0.1812869
58 4 0.14756 0.83 56 10 363 6 10950 0.004350132 0.02 0.217506616
59 4 0.14756 0.83 51 12 333 11 10950 0.009640079 0.02 0.482003967
60 4 0.14756 0.83 49 10 353 7 10950 0.005640392 0.02 0.282019598
Mean 0.16676 59.02 10.28 348.25 8.33 0.006378721 0.318936056
Median 0.16573 57 10 358 6.5 0.004912492 0.245624596
Modus 0.15413 59 11 363 4
Min 0.14756 43 6 285 2 0.001372612 0.068630625
Max 0.18801 82 14 363 26 0.019103493 0.955174643
Hasil Perhitungan intake dan RQ lifetime responden
No Titik C NO2 (mg/m3) R (m3/jam) WB (kg) tE (jam/hari) fE (hari/tahun) Dt_real (tahun) T Avg (30 tahun x 365 hari) Intake RfC RQ
1 1 0.15413 0.83 63 9 353 30 10950 0.017674579 0.02 0.883728937
2 1 0.15413 0.83 53 11 308 30 10950 0.022404742 0.02 1.120237077
3 1 0.15413 0.83 50 8.5 311 30 10950 0.018530269 0.02 0.926513435
4 1 0.15413 0.83 43 10 309 30 10950 0.025186187 0.02 1.259309369
5 1 0.15413 0.83 78 9 349 30 10950 0.014113858 0.02 0.705692894
6 1 0.15413 0.83 70 9.5 304 30 10950 0.014460109 0.02 0.723005431
7 1 0.15413 0.83 60 10 358 30 10950 0.020912415 0.02 1.045620735
8 1 0.15413 0.83 56 10 311 30 10950 0.019464568 0.02 0.973228398
9 1 0.15413 0.83 45 8.5 311 30 10950 0.020589187 0.02 1.029459372
10 1 0.15413 0.83 82 8 363 30 10950 0.012412383 0.02 0.620619147
11 1 0.15413 0.83 53 9 361 30 10950 0.021485539 0.02 1.074276937
12 1 0.15413 0.83 57 10 333 30 10950 0.020475843 0.02 1.023792134
13 1 0.15413 0.83 59 9 343 30 10950 0.018338213 0.02 0.916910674
14 1 0.15413 0.83 61 11 363 30 10950 0.02294256 0.02 1.147128014
15 1 0.15413 0.83 54 9 363 30 10950 0.021204488 0.02 1.060224377
16 2 0.17733 0.83 78 12 363 30 10950 0.022519602 0.02 1.125980099
17 2 0.17733 0.83 49 9 285 30 10950 0.021108566 0.02 1.055428302
18 2 0.17733 0.83 45 11.5 363 30 10950 0.037407561 0.02 1.870378053
19 2 0.17733 0.83 59 11 363 30 10950 0.027290704 0.02 1.364535205
20 2 0.17733 0.83 67 10 363 30 10950 0.021847375 0.02 1.092368753
21 2 0.17733 0.83 80 12 353 30 10950 0.021351747 0.02 1.067587329
22 2 0.17733 0.83 58 9 324 30 10950 0.020273418 0.02 1.013670884
23 2 0.17733 0.83 63 10 309 30 10950 0.019778137 0.02 0.98890683
24 2 0.17733 0.83 66 10 353 30 10950 0.021567421 0.02 1.07837104
25 2 0.17733 0.83 55 11 363 30 10950 0.029275483 0.02 1.463774129
26 2 0.17733 0.83 51 11 363 30 10950 0.031571599 0.02 1.578579943
27 2 0.17733 0.83 69 11 363 30 10950 0.02333553 0.02 1.166776479
28 2 0.17733 0.83 57 12 363 30 10950 0.030816297 0.02 1.540814872
29 2 0.17733 0.83 55 6 363 30 10950 0.015968445 0.02 0.798422252
30 2 0.17733 0.83 65 11 353 30 10950 0.02408915 0.02 1.2044575
31 3 0.18801 0.83 78 11 349 30 10950 0.021042129 0.02 1.052106469
32 3 0.18801 0.83 48 9 347 30 10950 0.027816144 0.02 1.390807194
33 3 0.18801 0.83 47 11 363 30 10950 0.036321822 0.02 1.816091116
34 3 0.18801 0.83 59 7.5 333 30 10950 0.018097545 0.02 0.904877245
35 3 0.18801 0.83 53 9 353 30 10950 0.025627576 0.02 1.281378778
36 3 0.18801 0.83 51 10 359 30 10950 0.03009473 0.02 1.504736495
37 3 0.18801 0.83 55 11 331 30 10950 0.028302459 0.02 1.41512294
38 3 0.18801 0.83 63 10 363 30 10950 0.024633848 0.02 1.231692387
39 3 0.18801 0.83 60 12 333 30 10950 0.028473471 0.02 1.423673532
40 3 0.18801 0.83 68 11 363 30 10950 0.025104789 0.02 1.255239448
41 3 0.18801 0.83 52 9 333 30 10950 0.024640503 0.02 1.232025171
42 3 0.18801 0.83 49 10 353 30 10950 0.030799581 0.02 1.53997903
43 3 0.18801 0.83 47 9 358 30 10950 0.029308518 0.02 1.465425889
44 3 0.18801 0.83 59 9 360 30 10950 0.023477896 0.02 1.173894804
45 3 0.18801 0.83 56 11 361 30 10950 0.030316429 0.02 1.515821427
46 4 0.14756 0.83 65 12 363 30 10950 0.022486838 0.02 1.124341894
47 4 0.14756 0.83 53 10 363 30 10950 0.022981831 0.02 1.149091559
48 4 0.14756 0.83 65 14 363 30 10950 0.026234644 0.02 1.31173221
49 4 0.14756 0.83 61 12 363 30 10950 0.023961385 0.02 1.198069232
50 4 0.14756 0.83 57 11 362 30 10950 0.023441223 0.02 1.172061172
51 4 0.14756 0.83 78 14 363 30 10950 0.021862203 0.02 1.093110175
52 4 0.14756 0.83 59 11 353 30 10950 0.022083569 0.02 1.104178427
53 4 0.14756 0.83 54 10 358 30 10950 0.02224555 0.02 1.112277484
54 4 0.14756 0.83 66 12 333 30 10950 0.02031587 0.02 1.015793484
55 4 0.14756 0.83 52 12 360 30 10950 0.027876245 0.02 1.393812266
56 4 0.14756 0.83 80 8.5 361 30 10950 0.01287034 0.02 0.643516993
57 4 0.14756 0.83 49 11 361 30 10950 0.027193035 0.02 1.35965175
58 4 0.14756 0.83 56 10 363 30 10950 0.021750662 0.02 1.087533082
59 4 0.14756 0.83 51 12 333 30 10950 0.026291125 0.02 1.314556274
60 4 0.14756 0.83 49 10 353 30 10950 0.024173108 0.02 1.208655421
Mean 0.16676 59.02 10.28 348.25 30.00 0.023470351 1.173517532
Median 0.16573 57 10 358 30 0.022731081 1.136554057
Modus 0.15413 59 11 363 30
Min 0.14756 43 6 285 30 0.012412383 0.620619147
Max 0.18801 82 14 363 30 0.037407561 1.870378053
Lampiran 3 Master Tabel
No Titik Nama JK Pendidikan Umur C NO2 (mg/m3) R (m3/jam) WB (kg) tE (jam/hari) fE (hari/tahun) Dt_real (tahun) T Avg (30 tahun x 365 hari) Intake RfC RQ
1 1 LI P SMA 33 0.15413 0.83 63 9 353 5 10950 0.002945763 0.02 0.147288156
2 1 YN P D3 45 0.15413 0.83 53 11 308 18 10950 0.013442845 0.02 0.672142246
3 1 RD L SMA 24 0.15413 0.83 50 8.5 311 4 10950 0.002470702 0.02 0.123535125
4 1 DA P SMP 24 0.15413 0.83 43 10 309 3 10950 0.002518619 0.02 0.125930937
5 1 AR L SMA 36 0.15413 0.83 78 9 349 13 10950 0.006116005 0.02 0.305800254
6 1 IH L SMA 28 0.15413 0.83 70 9.5 304 9 10950 0.004338033 0.02 0.216901629
7 1 HE L SMA 42 0.15413 0.83 60 10 358 4 10950 0.002788322 0.02 0.139416098
8 1 AF P SMA 26 0.15413 0.83 56 10 311 3 10950 0.001946457 0.02 0.09732284
9 1 GN P SMA 23 0.15413 0.83 45 8.5 311 2 10950 0.001372612 0.02 0.068630625
10 1 IM L SMA 24 0.15413 0.83 82 8 363 5 10950 0.00206873 0.02 0.103436525
11 1 FI P SMA 44 0.15413 0.83 53 9 361 8 10950 0.005729477 0.02 0.28647385
12 1 DN L SMA 26 0.15413 0.83 57 10 333 4 10950 0.002730112 0.02 0.136505618
13 1 NA P D3 31 0.15413 0.83 59 9 343 6 10950 0.003667643 0.02 0.183382135
14 1 BE L SMA 33 0.15413 0.83 61 11 363 8 10950 0.006118016 0.02 0.305900804
15 1 AR L SMA 27 0.15413 0.83 54 9 363 4 10950 0.002827265 0.02 0.14136325
16 2 RE L SMA 51 0.17733 0.83 78 12 363 4 10950 0.003002614 0.02 0.15013068
17 2 EL P SMA 33 0.17733 0.83 49 9 285 3 10950 0.002110857 0.02 0.10554283
18 2 LI P SMP 19 0.17733 0.83 45 11.5 363 2 10950 0.002493837 0.02 0.12469187
19 2 MA P SD 60 0.17733 0.83 59 11 363 21 10950 0.019103493 0.02 0.955174643
20 2 NU P SMP 46 0.17733 0.83 67 10 363 14 10950 0.010195442 0.02 0.509772085
21 2 EL P SMA 41 0.17733 0.83 80 12 353 7 10950 0.004982074 0.02 0.24910371
22 2 TI P SMP 31 0.17733 0.83 58 9 324 8 10950 0.005406245 0.02 0.270312236
23 2 YN P SMA 47 0.17733 0.83 63 10 309 10 10950 0.006592712 0.02 0.32963561
24 2 IW L SMA 44 0.17733 0.83 66 10 353 25 10950 0.017972851 0.02 0.898642533
25 2 RI P S1 26 0.17733 0.83 55 11 363 2 10950 0.001951699 0.02 0.097584942
26 2 SR P SMA 43 0.17733 0.83 51 11 363 8 10950 0.008419093 0.02 0.420954651
27 2 EL P SMP 50 0.17733 0.83 69 11 363 20 10950 0.01555702 0.02 0.777850986
28 2 YA P SMP 49 0.17733 0.83 57 12 363 14 10950 0.014380939 0.02 0.71904694
29 2 AR L SMP 38 0.17733 0.83 55 6 363 6 10950 0.003193689 0.02 0.15968445
30 2 YM P SD 43 0.17733 0.83 65 11 353 7 10950 0.005620802 0.02 0.281040083
31 3 IN P Tidak Tamat SD 62 0.18801 0.83 78 11 349 26 10950 0.018236512 0.02 0.911825607
32 3 RA P SMP 26 0.18801 0.83 48 9 347 3 10950 0.002781614 0.02 0.139080719
33 3 RS P SMA 33 0.18801 0.83 47 11 363 4 10950 0.00484291 0.02 0.242145482
34 3 SA P SMA 41 0.18801 0.83 59 7.5 333 7 10950 0.00422276 0.02 0.211138024
35 3 MA P SMA 28 0.18801 0.83 53 9 353 3 10950 0.002562758 0.02 0.128137878
36 3 SN P SMP 47 0.18801 0.83 51 10 359 6 10950 0.006018946 0.02 0.300947299
37 3 TI P SMP 41 0.18801 0.83 55 11 331 11 10950 0.010377568 0.02 0.518878411
38 3 IY P SMA 52 0.18801 0.83 63 10 363 10 10950 0.008211283 0.02 0.410564129
39 3 BA L SMA 33 0.18801 0.83 60 12 333 8 10950 0.007592926 0.02 0.379646275
40 3 HB L SMA 70 0.18801 0.83 68 11 363 22 10950 0.018410179 0.02 0.920508928
41 3 JN P SMA 26 0.18801 0.83 52 9 333 5 10950 0.004106751 0.02 0.205337529
42 3 DI P SMA 39 0.18801 0.83 49 10 353 3 10950 0.003079958 0.02 0.153997903
43 3 ST P SMP 37 0.18801 0.83 47 9 358 6 10950 0.005861704 0.02 0.293085178
44 3 FR P SMA 41 0.18801 0.83 59 9 360 9 10950 0.007043369 0.02 0.352168441
45 3 AN L SMP 54 0.18801 0.83 56 11 361 4 10950 0.00404219 0.02 0.202109524
46 4 GS L SMA 45 0.14756 0.83 65 12 363 20 10950 0.014991225 0.02 0.749561263
47 4 LL P SMA 29 0.14756 0.83 53 10 363 4 10950 0.003064244 0.02 0.153212208
48 4 RK P S1 32 0.14756 0.83 65 14 363 7 10950 0.006121417 0.02 0.306070849
49 4 OK P SMP 29 0.14756 0.83 61 12 363 6 10950 0.004792277 0.02 0.239613846
50 4 NU P SMA 39 0.14756 0.83 57 11 362 9 10950 0.007032367 0.02 0.351618352
51 4 RI L SD 32 0.14756 0.83 78 14 363 16 10950 0.011659842 0.02 0.582992093
52 4 AB L SMA 39 0.14756 0.83 59 11 353 5 10950 0.003680595 0.02 0.184029738
53 4 RM P SMA 47 0.14756 0.83 54 10 358 10 10950 0.007415183 0.02 0.370759161
54 4 HE L SMA 38 0.14756 0.83 66 12 333 3 10950 0.002031587 0.02 0.101579348
55 4 NH P SMA 22 0.14756 0.83 52 12 360 3 10950 0.002787625 0.02 0.139381227
56 4 YN P SMP 35 0.14756 0.83 80 8.5 361 15 10950 0.00643517 0.02 0.321758496
57 4 RN P SMA 33 0.14756 0.83 49 11 361 4 10950 0.003625738 0.02 0.1812869
58 4 AR L SMP 23 0.14756 0.83 56 10 363 6 10950 0.004350132 0.02 0.217506616
59 4 EA P SMP 37 0.14756 0.83 51 12 333 11 10950 0.009640079 0.02 0.482003967
60 4 ZA P SMA 27 0.14756 0.83 49 10 353 7 10950 0.005640392 0.02 0.282019598
Mean 37.07 0.16676 59.02 10.28 348.25 8.33 0.006378721 0.318936056
Median 36.5 0.16573 57 10 358 6.5 0.004912492 0.245624596
Modus 33 0.15413 59 11 363 4
Min 19 0.14756 43 6 285 2 0.001372612 0.068630625
Max 70 0.18801 82 14 363 26 0.019103493 0.955174643
Lampiran 4 Output Tabel
Lampiran 5 Izin Pengambilan Data dari Pembimbing
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Lampiran 7 Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari BPTD
Lampiran 8 Surat Telah Melaksanakan Penelitian dari BPTD
Lampiran 9 Hasil Pengukuran Konsentrasi NO2 di Terminal Simpang Aur
Kuning
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11 Hasil Cek Similarity
Lampiran 12 Manuskrip
ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Terminal Tipe-A Simpang Aur Kuning sangat padat akan transportasi yang
berpotensi menyumbang Nitrogen Dioksida (NO2) pada 115 pedagang yang
berjualan di terminal sehingga bisa berdampak terhadap gangguan pernafasan.
Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat risiko pajanan NO2 pada pedagang di
Terminal Simpang Aur Kuning Bukittinggi tahun 2020.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL). Penelitian dilakukan pada bulan Januari-September 2020. Subjek Penelitian
ini adalah pedagang yang berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning. Pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling sebanyak 60 reponden. Objek Penelitian
adalah sampel udara ambien di empat titik menggunakan alat impinger

Hasil
Konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning adalah
0.1667575 mg/m3. Waktu pajanan rata-rata pedagang adalah 10,28 jam/hari. Berat
badan rata-rata pedagang 59,02 Kg. Frekuensi pajanan pedagang dengan nilai
median 358 hari/tahun. Durasi pajanan dengan nilai median 6,5 tahun. Nilai intake
realtime rata-rata 0.0051232 mg/kg-hari. Sedangkan nilai intake lifetime rata-rata
sebesar 0.0236454 mg/kg-hari. Tingkat risiko lifetime yang didapatkan adalah RQ >
1. Keluhan kesehatan yang dirasakan responden ialah batuk (71,7%) sakit kepala
(56,7%) iritasi mata (51,7%) pilek (50%) badan panas (43,3%) nyeri tenggorokan
(31,7%) sesak nafas (20%), sesak nafas disertai nyeri dada (3,3%) dan asma (1,7%).

Kesimpulan
Konsentrasi NO2 secara lifetime di Terminal Simpang Aur Kuning berpotensi
menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. Diharapkan adanya kajian lebih
lanjut dan adanya kerjasama berbagai pihak agar pajanan NO2 tidak berisiko bagi
pedagang untuk jangka waktu 30 tahun.

Kata Kunci : ARKL, NO2, Pedagang, Terminal Simpang Aur.


ABSTRACT

Objective
The Simpang Aur Kuning Type-A Terminal is known for its crowded of
transportation which can be potentially affect the 115 merchant’s respiratory health
disorder due to exposure of Nitrogen Dioxide (NO2). The aim of this study is to
analyze the merchant’s exposure risk level of NO2 at Simpang Aur Kuning Terminal
in Bukittinggi 2020.

Method
This study used environmental health risk assessment method. The study was
conducted from January until September 2020. The subject of this study is merchants
around Simpang Aur Kuning terminal. The study was consisted of 60 respondents
obtained using accidental sampling technique. The study was used an impinger to
assess air ambient at four points on Simpang Aur Kuning terminal.

Results
Average concentration of NO2 on Simpang Aur Kuning terminal is
0.1667575 mg/m3. Merchant’s average exposure time is 10,28 hours/day. Merchant’s
average weight is 59,02 kg. The frequency of merchant’s exposure in median is NO2
is 358 day/year. The duration of merchant’s exposure in median is 6,5 years. The
average score of intake realtime is 0.0051232 mg/kg-day, whilst the average score of
intake lifetime is 0.0236454 mg/kg-day. The risk level got from this research is
RQ>1. Health complaints be perceived by respondents were cough (71.7%) headache
(56.7%) eye irritation (51.7%) runny nose (50%) body fever (43.3%) ) sore throat
(31.7%) shortness of breath (20%), shortness of breath accompanied by chest pain
(3.3%) asthma (1.7%).

Conclusion
Lifetime concentration of NO2 on Simpang Aur Kuning terminal has
detrimental impact on health. It is expected that there are further studies to work on
this topic and recommend for future cooperation within all parties to solve exposure
NO2 effects on merchant’s not risky to 30 years time.

Keywords : EHRA, NO2, Merchant, Simpang Aur Kuning Terminal


Pendahuluan
Pencemaran udara sudah lama menjadi permasalahan negara di dunia. Secara
regional negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di wilayah Asia
Tenggara dan Pasifik memiliki beban terkait polusi udara terbesar pada tahun 2012
dengan total 3,3 juta kematian prematur akibat polusi udara dalam ruangan dan 2,6
juta kematian prematur yang berhubungan dengan polusi udara di luar ruangan(1).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 polusi udara
luar ruangan menyebabkan 4,2 juta kematian prematur dan polusi udara dalam
ruangan menyebabkan 3,8 juta kematian prematur dan diprediksi terus meningkat
dalam beberapa tahun ke depan. Pada tahun 2016 polusi udara berkontribusi sekitar
7,6% terhadap semua kematian. WHO memperkirakan sebanyak 91% penduduk
dunia tinggal di tempat-tempat dimana tingkat polusi udaranya melebihi ambang
batas WHO(2).
Di Indonesia 70 % pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan
bermotor. Data BPS menyebutkan bahwa jumlah kendaraan pada tahun 2016 di
Indonesia sebanyak 129.281.079 unit, tahun 2017 sebanyak 138.556.669 unit, dan
pada tahun 2018 sebanyak 146.282.720 unit. Berdasarkan data statistik di atas dapat
disimpulkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia selalu meningkat setiap
tahun(3). Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor setiap tahun di Indonesia
memungkinkan memperparah pencemaran udara yang terjadi. Didaerah perkotaan
80% Nitrogen Dioksida bersumber dari kendaraan bermotor. Emisi kendaraan
menghasilkan NO dimana NO bereaksi dengan ozon dan oksigen yang membentuk
Nitrogen Dioksida (NO2) (4).
Inhalasi NO2 dapat menyebabkan gangguan paru dan saluran pernafasan,
kemudian dapat masuk ke dalam peredaran. NO2 dengan mudah melewati trakea,
bronkus, dan sampei ke alveoli dikarenakan kelarutannya dalam air rendah. Pada saat
NO2 berada di dalam saluran pernafasan NO2 akan terhidrolisis membentuk asam
nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO3) yang memiliki sifat korosif terhadap mukosa
permukaan saluran nafas(5). Paparan dalam waktu singkat dapat memperburuk
penyakit pernafasan seperti asma. Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat menghirup
NO2 seperti batuk, mengi atau kesulitan bernafas. paparan dalam waktu yang lama
dapat berkontribusi pada pengembangan asma dan berpotensi meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi pernafasan. Orang dengan asma, anak-anak serta orang
tua umumnya memiliki resiko lebih besar terhadap efek kesehatan jika terpapar
NO2(6). Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa polusi udara menyebabkan
penyakit kardiovaskuler seperti sakit jantung. Salah satu gas yang dapat
menyebabkan penyakit kardiovaskuler ialah Nitrogen Dioksida. Nitrik Oksida yang
dihirup bereaksi cepat dengan oksigen di paru-paru sehingga membentuk Nitrogen
Dioksida. Hal ini memberikan efek di luar paru-paru termasuk memblokir agregasi
platelet yang menyebabkan terjadinya methemoglobinemia yang kemudian
menginduksi vasodilatasi ekstrapulmoner sehingga dapat menyebabkan hipoksia.
Methemoglobinemia sangat berbahaya dapat menyebabkan serangan jantung, stroke,
kerusakan organ hingga kematian(7).
Studi di eropa menemukan adanya hubungan antara paparan NO2 dengan
kematian kardiovaskuler. Para peneliti juga menemukan adanya hubungan antara
peningkatan interkuantil NO2 dalam 24 jam dan penerimaan rumah sakit untuk
penyakit jantung, gagal jantung dan jantung iskemik(8).Berdasarkan studi yang
dilakukan di Jerman tahun 2007-2014, ditemukan sebanyak 8% dari semua kasus
diabetes di Jerman terkait paparan NO2 di udara luar. Ditemukan juga 6000-8000
kematian prematur yang berkaitan dengan NO2(9). Pada tahun 2015 Brussel menyeret
Inggris ke pengadilan karena melanggar batas emisi polutan beracun Nitrogen
dioxide (NO2) di pembangkit listrik tenaga batu-bara Aberthaw di Wales yang diduga
bertanggung jawab atas 1600 kematian prematur dan kerugian kesehatan terkait
sistem pernafasan senilai 2,7 miliar Euro(10).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh amaliana (2016) di Terminal Pulo
Gadung didapatkan bahwa konsentrasi rata-rata NO2 sebesar 0,07141 mg/m3 dan
masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 0,4 mg/m3. Untuk RQ realtime
didapat sebanyak 12 orang Pedagang Kaki Lima (PKL) memiliki risiko di atas 1
sedangkan untuk RQ lifetime didapat 13 orang PKL memiliki tingkat risiko di atas 1.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawan (2018) yang
menyatakan bahwa Kadar NO2 di gerbang tol 1 Dupak Surabaya sudah tidak aman
bagi petugas pemungut karcis tol (RQ > 1) dimana keluhan Kesehatan yang
dirasakan oleh responden adalah batuk 82,3%, mata merah 70,5%, perih pada mata
64,7%, pusing 53% serta sesak nafas 47%.(11)(12).
Terminal merupakan salah satu lokasi yang tinggi pencemaran udaranya. Hal
ini tak lepas dari banyaknya kendaraan sebagai jasa transportasi yang ada diterminal.
Padatnya aktivitas manusia dan kendaraan bermotor di Terminal Simpang Aur
Kuning memberikan peluang resiko terpaparnya bahaya gas buang kendaraan
bermotor, salah satunya NO2 terhadap pegadang yang berjualan terminal. Pedagang
yang berjualan tepat dibelakang knalpot kendaraan berpeluang lebih besar terpapar
NO2 ketika mesin kendaraan dalam keadaan hidup, ditambah dengan kurangnya area
hijau di terminal seperti sangat minimnya tumbuhan yang dapat mendispersikan zat
pencemar. Oleh karena itu, pedagang merupakan salah satu populasi yang beresiko
terhadap pajanan NO2 yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan bermotor di Terminal
Simpang Aur kuning.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan NO2 Terhadap
Pedagang di Terminal Simpang Aur Kuning Kota Bukittinggi tahun 2020.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL). Penelitian dilakukan pada bulan Januari-September 2020. Subjek Penelitian
ini adalah pedagang yang berjualan di Terminal Simpang Aur Kuning. Pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling sebanyak 60 reponden. Objek Penelitian
adalah sampel udara ambien di empat titik menggunakan alat impinger. Data
penelitian dikumpulkan melalui pengukuran langsung dilapangan dan wawancara
dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik
Kolmogrov-Smirnov dan ARKL

Hasil
Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa konsentrasi NO2 tertinggi berada di
belakang kantor satuan pelayanan terminal sebesar 188,01 µg/m3 dan konsentrasi
NO2 terendah berada di area jalur keluar terminal sebesar 147,65 µg/m3. Konsentrasi
NO2 rata-rata sebesar 166,76 µg/m3. Konsentrasi NO2 diperoleh melalui pembacaan
dengan alat spektofotometer dengan panjang gelombang 550 nm berdasarkan
pedoman SNI 19-71 19-2 2005 di Laboratorium Kualitas Udara Teknik Lingkungan
Unand. Nilai Konsentrasi NO2 di Terminal Aur Kuning masih dibawah nilai baku
mutu sesuai PP No.41 tahun 1999 untuk pengukuran NO2 1 jam sebesar 400 µg/m3.
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa suhu tertinggi berada di titik 2 yaitu
35,250C dengan pengambilan sampel pada jam 14.00-15.00 sedangkan suhu terendah
berada pada titik 4 sebesar 30,620C dengan pengambilan sampel pada jam 16.30-
17.30
Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan 68,3%, laki-laki sebesar 31,7%. Tingkat pendidikan responden
terbanyak ialah SMA sebesar 60% dan terendah ialah tidak tamat SD sebesar 1,7%.
Berdasarkan tabel 4 diketahui rata-rata umur responden sebesar 37 tahun,
berat badan(Wb) rata-rata responden adalah 59,02 Kg, lama pajanan(tE) yang
diterima responden rata-rata 10,28 jam setiap harinya. frekuensi pajanan(fE)
responden rata-rata 348,25 hari/tahun dan durasi pajanan responden selama berjualan
di Terminal Simpang Aur rata-rata 8,33 tahun tersingkat 2 tahun dan terlama 26
tahun. Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan data yang
terdisribusi normal ialah berat badan dan lama pajanan dalam satu hari. Sedangkan
frekuensi pajanan dan durasi pajanan data terdistribusi tidak normal.
Berdasarkan tabel 5 didapat bahwa keluhan kesehatan yang dialami
responden pada saat berjualan selama berjualan di terminal dengan rata-rata
berjualan selama 8,33 tahun ialah batuk sebesar 71,7%, sakit kepala sebesar 56,7%,
iritasi mata sebesar 51,7%, pilek sebesar 50%, badan panas sebesar 43,3%, nyeri
tenggorokan sebesar 31,7%, sesak nafas sebesar 20%, sesak nafas disertai nyeri dada
sebesar 3,3%, asma sebesar 1,7%. Tidak terdapat responden yang mengalami sakit
jantung dan sebanyak 8,3% responden memiliki riwayat penyakit. Riwayat penyakit
yang dialami responden ialah maag, hipertensi, tukak lambung dan asam urat.
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa intake realtime tertinggi berada di titik
tiga sebesar 5776107 x 10-9 mg/kg-hari dan intake lifetime tertinggi juga berada di
titik tiga sebesar 26658955 x 10-9 mg/kg-hari. Nilai intake realtime terendah berada
pada titik empat sebesar 4533388 x 10-9 mg/kg-hari dan nilai intake lifetime terendah
berada pada titik empat sebesar 2092333 x 10-8 mg/kg-hari.
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa nilai RQ lifetime > 1 di semua titik
pengukuran sehingga dikatakan berisiko dan dapat menimbulkan efek merugikan
kesehatan untuk pedagang dengan berat badan rata-rata 59,02 kg, telah terpajan 358
hari dengan waktu pajanan 10,28 jam per hari untuk jangka waktu hingga 30 tahun.
Sehingga diperlukan upaya preventif agar NO2 dapat aman untuk pedagang untuk
jangka waktu 30 tahun dengan melakukan manajemen dan pengelolaan risiko. Untuk
RQ lifetime masing-masing responden didapatkan RQ tertinggi 1.870378053 dan RQ
lifetime responden terendah 0.620619147. RQ lifetime kemungkinan paling berisiko
sebesar 2.526401595. Berdasarkan hasil RQ lifetime (Dt 30 tahun) masing-masing
responden didapatkan bahwa sebanyak 49 responden mempunyai RQ > 1, sehingga
diperlukan manajemen pengelolaan risiko dan komunikasi risiko.
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa nilai keseluruhan RQ < 1 pada setiap
titik penelitian sehingga dinyatakan bahwa agen risiko NO2 pada pajanan realtime
dikatakan aman dan tidak berisiko menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan bagi
pedagang dengan berat rata-rata 59,02 kg dengan yang telah terpajan 358 hari dengan
durasi pajanan 6,5 tahun. Untuk RQ realtime masing-masing responden, tidak
terdapat responden yang memiliki RQ > 1 yang berarti agen risiko NO2 dikatakan
aman dan tidak berisiko menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan seluruh
pedagang.
Pengelolaan risiko dilakukan dengan menurunkan konsentrasi NO2 hingga
batas aman, mengurangi waktu pajanan hingga batas aman, mengurangi frekuensi
pajanan hingga batas aman. Komunikasi risiko dapat dilakukan kepada pedagang,
Kantor Satuan Pelayanan Terminal, Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah III
Sumbar, dan PO bus. Untuk mengurangi tingkat risiko, beberapa langkah yang bisa
di terapkan ialah memakai masker saat berdagang, melakukan penanaman pohon
atau tanaman penyerap polutan, melaksanakan uji kir pada setiap mobil angkutan dan
mengatur tata letak pedagang sehingga tidak langsung terpapar NO2.

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Tim Analis Laboratorium
Kualitas Udara Teknik Lingkungan Unand terdapat perbedaan konsentrasi NO2 pada
setiap titiknya. Konsentrasi NO2 pada titik pertama sebesar 154,13 µg/Nm3, titik
kedua sebesar 177,33 µg/Nm3, titik ketiga sebesar 188,01 µg/Nm3, dan titik empat
sebesar 147,56 µg/Nm3. Konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning
sebesar 166,75 µg/Nm3. Penelitian yang dilakukan Amanda Hikmiyah (2018)
didapatkan konsentrasi rata-rata NO2 di Terminal Purabaya Kabupaten Sidoarjo
sebesar 165,93 µg/Nm3(13). Hal ini menandakan bahwa konsentrasi rata-rata NO2 di
Terminal Simpang Aur Kuning tidak berbeda jauh dibandingkan dengan konsentrasi
rata-rata NO2 di Terminal Purabaya Kabupaten Sidoarjo.
Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Amalia (2016) didapatkan konsentrasi
NO2 tertinggi di Terminal Pulo Gadung sebesar 100 µg/Nm3(14). Angka ini jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi tertinggi yang peneliti dapatkan di
Terminal Simpang Aur Kuning sebesar 188,01 µg/Nm3.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, nilai baku mutu untuk pengukuran NO2 selama 1 jam
pengukuran sebesar 400 µg/Nm3(11). Hasil Konsentrasi NO2 baik nilai konsentrasi
tertinggi maupun nilai konsentrasi rata-rata di Terminal Aur Kuning tidak melebihi
nilai baku mutu. Hal ini sejalan dengan penelitian Gita Arista (2015) yang
menyatakan bahwa konsentrasi NO2 tertinggi dan kosentrasi NO2 rata-rata di
Terminal Ampera Palembang tidak melebihi nilai baku mutu berdasarkan PP No.41
tahun 1999(15).
Konsentrasi NO2 pada titik 1 dan titik 4 tidak berbeda jauh hal ini
dikarenakan titik 1 dan titik 4 merupakan area jalur masuk dan area jalur keluar
terminal. Padatnya aktivitas kendaraan menyebabkan tingginya konsentrasi NO2 pada
titik 2 dan titik 3 yaitu seberang kantor satuan pelayanan terminal dan belakang
kantor satuan pelayanan terminal. Titik 2 dan titik 3 merupakan tempat kendaraan
angkutan parkir, ngetem, menunggu penumpang dan menaik turunkan barang
penumpang. Perilaku supir kendaraan yang menghidupkan kendaraan disaat masih
menunggu penumpang atau menunggu giliran keberangkatan memperparah
konsentrasi NO2 pada titik 2 dan 3. Secara keseluruhan pengukuran NO2 dilakukan
pada siang hingga sore hari dengan suhu rata-rata 33,24 0C dan kelembaran rata-rata
51,96% .
Tingginya hasil pengukuran konsentrasi NO2 di titik 3 disebabkan oleh siklus
fotolitik Nitrogen Dioksida (NO2). Pengukuran pada titik 3 dilakukan pada sore hari
yaitu jam 15.15 – 16.15 dimana pada saat jam tersebut matahari sudah jauh berada ke
arah barat. Nitrogen Dioksida (NO2) mengabsorbsi sinar Ultra Violet (UV) dari sinar
mahatari dimana energi UV memecahkan NO2 menjadi NO dan O. Selanjutnya atom
O akan bereaksi dengan O2 di atmosfer membentuk Ozon (O3). Pada sore hari disaat
posisi matahari sudah jauh berada ke arah barat Ozon tersebut bereaksi dengan NO
membentuk NO2 dan O2 sehingga meningkatkan kadar NO2 di udara ambient
terminal pada sore hari.
Berat badan pedagang yang didapat dimulai dari 43-82 kg, dengan berat
badan rata-rata 59,02 kg. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Silvana Mutiara
(2016) pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Raya Padang didapatkan berat rata-rata
pedagang 59,51 Kg(16). Semakin kecil berat badan seseorang makan semakin besar
dosis internal yang diterima(17). Berat badan rata-rata responden lebih tinggi
dibandingkan dengan berat badan standar dewasa indonesia menurut Dirjen P2PL
sebesar 55 Kg.
Waktu pajanan responden berkisar 6-14 jam/hari dengan rata-rata 10,28
jam/hari. Semakin lama waktu pajanan maka akan semakin besar laju asupan/intake
yang diterima individu. Berdasarkan penelitian Deli Syaputri (2013) lama waktu
pajanan pegadang kali lima di Terminal Terpadu Amplas Kota Medan sebesar 11
jam/hari(18). Hal ini menunjukan bahwa waktu pajanan pada penelitian ini lebih
rendah dibandingan dengan penelitian Deli Syaputri. Berdasarkan penelitian Gita
Arista (2015) waktu pajanan rata-rata pedagang di Terminal Ampera palembang
sebesar 8 jam/hari(15). Hal ini menunjukkan waktu pajanan pada penelitian ini lebih
tinggi dibandingkan penelitian Gita Atista. Waktu pajanan pedagang lebih tinggi dari
nilai default pajanan pada lingkungan kerja sebesar 8 jam/hari(19). Hal ini
dikarenakan pedagang merupakan pekerja informal dimana waktu kerjanya
ditentukan oleh pedagang itu sendiri.
Frekuensi pajanan pedagang berkisar dari 285-363 hari/tahun dengan nilai
median 358 hari/tahun. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai default untuk
pajanan lingkungan kerja sebesar 250 hari(19). Pada penelitian Gita Arista (2015)
frekuensi pajanan pedagang kaki lima di Terminal Ampera Palembang sebesar 362
hari(15). Hal ini menunjukan bahwa frekuensi pajanan pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan dengan penelitian Gita Arista. Penelitian yang dilakukan Annisa
Amaliana (2016) didapatkan frekuensi pajanan (nilai median) pedagang di Terminal
Pulo Gadung sebesar 335 hari/tahun(14). Berdasarkan hasil tersebut frekuensi pajanan
pedagang di Terminal Aur lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang di Terminal
Pulo Gadung.
Durasi pajanan responden berkisar selama 2-26 tahun dengan durasi rata-rata
8,33 tahun. Semakin besar durasi pajanan maka akan semakin besar intake yang
diterima. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak terdistribusi
normal sehingga nilai yang digunakan ialah median sebesar 6,5 tahun. Nilai default
untuk durasi pajanan sebesar 30 tahun(19). Hal ini menujukan bahwa durasi pajanan
responden jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai default.
Lebih dari separuh responden pernah mengalami batuk, sakit kepala dan
iritasi mata. Keluhan paling tinggi dirasakan oleh responden ialah batuk. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amanda Hikmiah (2018) di Terminal
Purabaya didapatkan keluhan paling tinggi yang dirasakan oleh responden ialah
batuk sebanyak 94%(13). Selain batuk keluhan lain yang dirasakan responden di
terminal purabaya ialah sesak nafas sebesar 35,3%. Hal ini tidak jauh beda dengan
hasil peneliti yaitu sebanyak 20% responden pernah mengalami sesak nafas.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai intake realtime pada setiap titik didapati
keseluruhan nilai intake realtime setiap titik masih dibawah nilai referensi
konsentrasi (RfC) yaitu sebesar 0,02 mg/kg-hari. Intake paling berisiko berdasarkan
data responden, didapatkan perhitungan intake sebesar 0,043790961 mg/kg-hari yang
diambil dari nilai konsentrasi NO2 Tertinggi, waktu pajanan terlama, frekuensi
pajanan terlama, durasi pajanan terlama dan berat badan terendah. Berdasarkan hasil
perhitungan nilai intake lifetime dari setiap titik didapati nilai intake lifetime semua
titik lebih besar dari nilai RfC sebesar 0,02 mg/kg-hari. Berdasarkan hasil penelitian
Ani Masito (2018) didapatkan bahwa nilai intake lifetime untuk NO2 tertinggi
melebihi nilai RfC sebesar 0,02 mg/kg-hari(20). Hal ini menunjukan intake lifetime
penelitian ini sama dengan penelitian Ani Masito yang melebihi nilai RfC.
Berdasarkan nilai pajanan realtime diperoleh RQ realtime ≤ 1 pada semua
titik pengukuran begitu pula dengan masing-masing responden. Berdasarkan hasil
nilai pajanan lifetime (Dt 30 tahun) diperoleh RQ > 1 pada semua titik pengukuran
dengan nilai RQ tertinggi 1,332947725 dan RQ lifetime paling berisiko sebesar
2,526401595. Didapatkan sebanyak 49 dari 60 responden (81,67%) memiliki RQ > 1
dengan RQ lifetime tertinggi sebesar 1,870378053 dan RQ terendah sebesar
0,620619147. Hal ini berarti jika pedagang bekerja hingga 30 tahun maka
diperkirakan 49 dari 60 pedagang memiliki tingkat risiko kesehatan akibat terpapar
NO2
Pengelolaan risiko dilakukan dengan menurunkan konsentrasi NO2 hingga
batas aman, mengurangi waktu pajanan hingga batas aman, mengurangi frekuensi
pajanan hingga batas aman. Komunikasi risiko dapat dilakukan kepada pedagang,
Kantor Satuan Pelayanan Terminal, Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah III
Sumbar, dan PO bus. Komunikasi risiko yang dapat dilakukan kepada BPTD seperti
melakukan penataan terminal, mengatur tata letak PKL yang berjualan di terminal
sehingga tidak langsung terpapar gas NO2 yang dihasilkan dari kendaraan,
menegakkan peraturan yang berlaku di terminal seperti batas usia kendaraan
angkutan maksimal 30 tahun, serta dapat melakukan penanaman tanaman pohon
penyerap polusi di Terminal Simpang Aur Kuning.
Komunikasi risiko yang dapat dilakukan pada pedagang di terminal ialah
menyampaikan risiko pajanan gas NO2 yang bersumber dari aktivitas kendaraan di
terminal terhadap kesehatan pedagang, serta upaya yang dapat dilakukan oleh
pedagang seperti mengurangi waktu pajanan frekunsi pajanan seperti menerapkan
shif kerja, pedagang diharapkan mengatur tata letak dagangannya sehingga tidak
langsung terpapar gas NO2 yang dihasilkan saat mobil ngetem dan menunggu
penumpang di terminal.
Komunikasi risiko yang dapat dilakukan pada Perusahaan Oto bus seperti
mobil disarankan mematikan mesin saat menunggu penumpang atau disaat
menunggu giliran keberangkatan, PO Bus disarankan mematuhi semua peraturan
yang berlaku di Terminal Simpang Aur Kuning seperti batas usia kendaraan yang
boleh beroperasi maksimal 30 tahun, melaksanakan uji kir pada semua kendaraan
angkutan yang beroperasi di terminal.

Kesimpulan
Hasil pengukuran Konsentrasi NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning Kota
Bukittinggi yang dilakukan di 4 titik lokasi pengukuran menunjukkan masih di
bawah baku mutu berdasarkan PP No.41 tahun 1999 tentang pencemaran udara
sebesar 400 µg/m3.
Nilai Intake realtime dan intake lifetime tertinggi terdapat pada titik ke 3
yaitu belakang Kantor Satuan Pelayanan Terminal sebesar 0,005776107 mg/kg-hari
dan 0,026658955 mg/kg-hari. Nilai intake realtime paling berisiko didapat sebesar
0,043790961 mg/kg-hari. Nilai intake lifetime paling berisiko didapatkan sebesar
0,050528031 mg/kg-hari.
Hasil perhitungan RQ realtime untuk semua titik pengukuran adalah kecil
dari 1, demikian pula dengan RQ realtime masing-masing responden. Apabila RQ <
1, pajanan NO2 dikatakan tidak berisiko terhadap kesehatan. Hasil perhitungan RQ
lifetime pada semua titik adalah besar dari 1. Sebanyak 49 responden (81,67%)
memiliki RQ > 1. RQ lifetime paling berisiko didapatkan sebesar 2,526401595. Hal
ini menunjukkan bahwa NO2 berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesehatan
pada 81,67% pedagang jika terpapar selama 30 tahun.
Pengelolaan risiko dilakukan dengan menggunakan strategi pengelolaan
risiko seperti menentukan batas aman dari konsentrasi NO2 di udara ambien,
frekuensi pajanan aman dan waktu pajanan aman. Pengeloaan risiko juga dilakukan
dengan beberapa pendekatan seperti teknologi, sosial-ekonomis, dan institusional.
Komunikasi risiko dilakukan pada pedagang di Terminal Simpang Aur
Kuning, Kantor Satuan Pelayanan terminar, Balai Pengelola Transportasi Darat
(BPTD) Wilayah III Sumbar serta pihak terkait lainnya. Untuk mengurangi tingkat
risiko, beberapa langkah yang bisa di terapkan ialah memakai masker saat
berdagang, melakukan penanaman pohon atau tanaman penyerap polutan,
melaksanakan uji kir pada setiap mobil angkutan dan mengatur tata letak pedagang
sehingga tidak langsung terpapar NO2.

Penghargaan / Pengakuan
Penulis mengucapkan puji syukur kepada allah SWT yang sudah memberikan
nikmat, rahmat, karunia dan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di
Universitas Andalas hingga selesai studi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Dekan fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Andalas, kepada dosen
pembimbing dan penguji yang telah memberikam bimbingan, masukan dan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada seluruh dosen dan civitas
akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat, kepada Balai Pengelola Trnasportasi
Darat Wilayah III Sumbar, Satuan Pelayanan Terminal dan pedagang di Terminal
Simpang Aur Kuning yang telah berpartisipasi dan membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 7 million deaths linked to air pollution annually. 2014


2. WHO. World Health Statistics 2018. 2018
3. BPS. Statistik Indonesia : Statistical Yearbook of Indonesia 2019. 2019.
4. Muhammed A, Lee G, Irvan D. Pengenalan Kepada Pencemaran Udara.
University Sains Malaysia Press; 2005.
5. Handayani D, Yunus F, Wiyono WH. Pengaruh Inhalasi NO2 terhadap
kesehatan paru. Cermin Dunia Kedokteran. 2003.
6. Nitrogen Dioxide (NO2) Pollution. www.epa.gov di akses Pada tanggal 19
Januari 2020.
7. Weinberger B LD, Heck DE, Laskin JD. Forum The Toxicologi of Inhaled
Nitric Oksida. Toxicological Sciences (59) 6-16. 2001.
8. Chen TM GJ, Shoffer S, Kuschner WG. Outdoor Air Pollution : Nitrogen
Dioxide, Sulfur Dioxide, and Carbon Monoxide health effects. The American
Journal of the medical sciensces. April 2007;333(4).
9. Schneider A CJ, Breitner S, Kraus U, . Quantifizierung von umweltbedingten
Krankheitslasten aufgrund der Stickstoff dioxid Exposition in Deutschland.
Umwelt Gesundheit. 2018;1.
10. TheGuardian. UK faces European Court over coal plant emmision 2018 cited
https://www.theguardian.com/environment/2018/may/17/uk-taken-to-
europes-highest-court-over-air-pollution diakses pata tanggal 17 Juni 2020.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. 1999.
12. Darmawan R. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kadar NO2 Serta
Keluhan Kesehatan Petugas Pemungut Karcis Tol. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 2018;10(1).
13. Hikmiah AF. Analisis Kadar Debu dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara
Ambien Serta Keluhan Pernafasan Pada Pekerja Penyapu Jalan di Terminal
Purabaya Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2018;2(2):138-
48.
14. Amaliana A. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Nitrogen
Dioksida (NO2) Pada Pedagang Kaki Lima di Terminal Pulogadung Jakarta
Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016;4(4).
15. Arista G, Sunarsih E, Tutahar R. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Nitrogen
Dioksida (NO2) dan Sulfur Dioksida (SO2) Pada Pedagang Kaki Lima di
Terminal Ampera Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2015;6 (2)
16. Mutiara S. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Sulful Dioksida
(SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2) pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Raya
Padang. 2016.
17. Rahman A. Prinsip-Prinsip Dasar Analisis Risiko Kesehatan Laingkungan.
Seri Bahan Pengajar ARKL : Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan
Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007.
18. Syaputri D. Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi
Terhadap Gangguan Pernafasan Pada Pedagang Kaki Lima di Terminal
Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2013.
19. Direktorat Jenderal PP dan PL. Pedoman Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL)2012.
20. Masito A. Analisis Risiko Kualitas Udara Ambien NO2 dan SO2 dan
Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat di Wilayah Kalianak Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 2018; 10(4). 394-401.
Tabel 1 Konsentrasi NO2 di Terminal Simpang Aur Kuning
Titik Lokasi Koordin Waktu Lama Konsentrasi NAB Krite
Penguk at Penguk NO2 (µg/m ria
3
uran uran µg/ mg/m )
3 3
m
1 Jalur 00o 12.45- 1 jam 154, 0,154 400 Diba
Masuk 18’49,8” 13.45 13 13 wah
Termin LS baku
al 100o23’0 mutu
8,8”BT
2 Seberan 00o 14.00- 1 jam 177, 0,177 400 Diba
g 18’49,9” 15.00 33 33 wah
kantor LS baku
Satpel 100o23’1 mutu
Termin 0,4”BT
al
3 Belaka 00o 15.15- 1 jam 188, 0,188 400 Diba
ng 18’49,6” 16-15 01 01 wah
kantor LS baku
Satpel 100o23’1 mutu
1,4”BT
4 Area 00o 16.30- 1 jam 147, 0,147 400 Diba
Jalur 18’49,2” 17.30 56 56 wah
Keluar LS baku
Termin 100o23’1 mutu
al 2,9”BT
166, 0,166 400 Diba
Rata-rata 76 76 wah
Baku
mutu

Tabel 2 Kondisi Meteorologis dan Cuaca


Titik Waktu Suhu(0C) Relative humidity (RH) Cuaca
1 12.45-13.45 34,8 43,76 Cerah
2 14.00-15.00 35,23 47,10 Cerah
3 15.15-16.15 32,33 53,07 Cerah Berawan
4 16.30-17.30 30,62 63,93 Berawan

Tabel 3 Karakteristik Responden


Variabel Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 19 31,7
Perempuan 41 68,3
Total 60 100
Pendidikan
Tidak Tamat SD 1 1,7
SD 3 5
SMP 16 26,7
SMA 36 60
D3 2 3,3
S1/S2/S3 2 3,3
Total 60 100

Tabel 4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas Pedagang


No Elemen Mean Median Modus Min Max Std Deviasi
1 Umur 37.07 36,5 33 19 70 10,74
2 Wb 59,02 57 59 43 82 9,73808
3 tE 10,28 10 11 6 14 1,45953
4 fE 348,25 358 363 285 363 19,914
5 Dt 8,33 6,5 4 2 26 5,99341

Tabel 5 Keluhan Kesehatan responden


No Keluhan Kesehatan Frekuensi Persentase %
Ya Tidak Ya Tidak
1 Pernah mengalami badan panas 26 34 43,3 56,7
2 Pernah mengalami batuk 43 17 71,7 28,3
3 Pernah mengalami pilek 30 30 50 50
4 Pernah mengalami nyeri tenggorokan 19 41 31,7 68,3
5 Pernah mengalami sesak nafas 12 48 20 80
Sesak nafas disertai nyeri dada 2 58 3,3 96,7
6 Pernah mengalami iritasi mata 31 29 51,7 48,3
7 Pernah mengalami sakit kepala 34 26 56,7 43,3
8 Pernah mengalami asma 1 59 1,7 98,3
9 Pernah mengalami sakit jantung 0 60 0 100
10 Memiliki riwayat penyakit 5 55 8,3 91,7

Tabel 6 Intake Realtime dan Lifetime


Titik Titik Sampling Intake realtime Intake lifetime 30 tahun
mg/kg-hari mg/kg-hari
1 Jalur masuk terminal 4735234 x 10 mg/kg- 218549 x 10-7 mg/kg-hari
-9

hari
2 Seberang Kantor 5447992 x 10-9 mg/kg- 2514458 x 10-8 mg/kg-
Satuan Pelayanan hari hari
Terminal
3 Belakang Kantor 5776107 x 10-9 mg/kg- 26658955 x 10-9 mg/kg-
Satuan Pelayanan hari hari
Terminal
4 Area jalur keluar 4533388 x 10-9 mg/kg- 2092333 x 10-8 mg/kg-
terminal hari hari
Rata-Rata 512318 x 10-8 mg/kg- 23645448 x 10-9 mg/kg-
hari hari
Paling Berisiko 43790961 x 10 mg/kg- 50528032 x 10-9 mg/kg-
-9

hari hari
Tabel 7 Nilai Risk Quotient Life Time pada Setiap Titik
Titik Sampling Intake lifetime RQ Risiko
Jalur masuk terminal 218549 x 10-7 1.092746305 Berisiko
Seberang Kantor Satuan 2514458 x 10-8 1.257228978 Berisiko
Pelayanan terminal
Belakang Kantor Satuan 26658955 x 10-9 1.332947725 Berisiko
Pelayanan Terminal
Area jalur keluar terminal 2092333 x 10-8 1.046166514 Berisiko
Rata-Rata 23645448 x 10-9 1.182272381 Berisiko
Paling Berisiko 50528032 x 10-9 2.526401595 Berisiko

Tabel 8 Nilai Risk Quotient Realtime pada Setiap Titik


Titik Sampling Intake Realtime RQ Risiko
Jalur masuk terminal 4735234 x 10-9 0.2367617 Tidak
Berisiko
Seberang Kantor Satuan 5442992 x 10-9 0.272399612 Tidak
Pelayanan terminal Berisiko
Belakang Kantor Satuan 5776107 x 10-9 0.28880534 Tidak
Pelayanan Terminal Berisiko
Area jalur keluar terminal 4533388 x 10-9 0.226669411 Tidak
berisiko
Rata-rata 512318 x 10-8 0.256159016 Tidak
Berisiko
Paling Berisiko 43790961 x 10-9 2.189548049 Berisiko

Anda mungkin juga menyukai