Anda di halaman 1dari 137

UNIVERSITAS ANDALAS

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN


KARBON MONOKSIDA (CO) TERHADAP PEDAGANG
KAKI LIMA DI JALAN SAMUDERA KOTA PADANG
TAHUN 2019

Oleh :

HAPTIAH
No. BP. 1511212058

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Juli 2019

HAPTIAH, No. BP 1511212058

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN KARBON


MONOKSIDA (CO) TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN
SAMUDERA KOTA PADANG TAHUN 2019

xi + 80 halaman, 14 tabel, 6 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Jalan Samudera merupakan jalan yang berada pada wisata pantai padang yang cukup
padat aktivitas kendaraan maupun pedagang. Hal ini berpotensi dalam menyumbang
gas karbon monoksida dari kendaraan dan sangat rentan terpajan pada pedagang kaki
lima. CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan sistem saraf,
sistem darah dan sistem pernapasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis tingkat risiko pajanan CO terhadap pedagang kaki lima di sepanjang
Jalan Samudera Kota Padang tahun 2019.

Metode
Metode penelitian yang digunakan yaitu Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL) yang bertujuan menghitung tingkat risiko kesehatan akibat pajanan agen-
agen pencemar lingkungan dalam suatu populasi. Penelitian dilakukan pada bulan
April hingga Mei 2019. Populasi dalam penelitian ini yaitu pedagang kaki lima.
Pengambilan sampel menggunakan teknik sistematic random sampling sebanyak 54
responden. CO diambil pada 3 titik di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang
dengan menggunakan alat ukur impinger.

Hasil
Konsentrasi rata-rata CO di Jalan Samudera Kota Padang adalah 41,34 µg/m3. Lama
pajanan pedagang kaki lima dengan median 8 jam/hari. Frekuensi pajanan dengan
nilai median yaitu 357 hari/tahun, durasi pajanan dengan nilai median 2 tahun dan
berat badan rata-rata responden yaitu 56,63 kg. Nilai intake realtime rata-rata yaitu
0,000316 mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime rata-rata yaitu 0,004741
mg/kg/hari. Tingkat risiko yang didapatkan adalah RQ≤1 yang berarti tidak memiliki
risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Kesimpulan
Konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang tidak menimbulkan gangguan
kesehatan terhadap pedagang kaki lima dikarenakan masih dibawah nilai baku mutu.
Diharapkan adanya kerjasama berbagai instansi pemerintah agar dapat mengambil
langkah pencegahan terkait pajanan gas karbon monoksida.

Daftar Pustaka : 59 (1983-2018)


Kata Kunci : ARKL, CO, Jalan Raya, Pedagang Kaki Lima (PKL)

i
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate Thesis, July 2019

HAPTIAH, STUDENT NUMBER 1511212058

EXPOSURE ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT OF


CARBON MONOXIDE (CO) EXPOSURE TO STREET VENDORS AT
SAMUDERA STREET OF PADANG CITY IN 2019

xi + 80 pages, 14 tables, 6 pictures, 12 appendices

ABSTRACT

Objective
Samudera Street is located in the Padang Beach tour so dense enough to be a vehicle
or traders activity in this street. This can potentially contribute to carbon monoxide
gas from the vehicle and very vulnerable to exposure street vendors. CO can
potentially impair the health such as nervous system, blood system and respiratory
system. The purpose of this study was to analyze the level of risk of CO exposure to
street vendors along the Samudera Street of Padang city in 2019.

Method
The research method used the Environmental Health Risk Assesment (EHRA) which
aims for calculating the level of health risk from exposure to agents of pollutants in
the environment in a population.The study was started in April to May 2019. The
population in this study was the street vendors. Sampling used a systematic random
sampling technique of 54 respondents. The CO was taken at 3 points along Samudera
Street of Padang City by using the measuring impinger.

Result
The average concentration of CO in the Samudera Street of Padang City was 41,34
µg/m3. Exposure time street vendors with a median of 8 hours day. Frequency of
exposure to the median value was 357 days/year, the duration of exposure to a
median value of 2 years and a mean body weight of the respondents was 56.63 kg.
Value realtime average intake was 0.000316 mg/kg/day, while the value of the
average lifetime intake was 0.004741 mg/kg/day. The level of risk that was RQ≤1
which means no risk that can cause health problems.

Conclusion
The concentration of CO in the Samudera Street of Padang City doesn’t cause health
problems to the street vendors because it was still below the value of the standard. It
is expected that there will be cooperation between various government agencies with
an interset in taking steps to prevent exposure to carbon monoxide gas.

Bibliography : 59 (1983-2018)
Keywords : EHRA, CO, highway, street vendors

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah
yang dilimpahkan sebagai sumber kekuatan hati dan peneguh iman sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan Pajanan Karbon Monoksida (CO) Terhadap Pedagang
Kaki Lima Di Jalan Samudera Kota Padang Tahun 2019” Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat di
alam semesta ini.
Selama proses penyusunan penelitian skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, PhD selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
2. Ibu Ade Suzana Eka Putri, PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
3. Bapak Miladil Fitra, SKM, MKM selaku pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh semangat dan ketulusan
pada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Putri Nilam Sari, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh semangat dan ketulusan
pada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Aria Gusti, SKM., M.Kes selaku penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun kepada peneliti dalam
menyelesaikan hasil penelitian skripsi ini.
6. Bapak Drs. Zudarmi, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan saran
dan masukan yang membangun kepada peneliti dalam menyelesaikan hasil
penelitian skripsi ini.
7. Ibu Hafifatul Auliya Rahmy, SKM., MKM selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama masa
perkuliahan.

iii
8. Bapak dan Ibu dosen serta staff Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas yang telah mendidik, memberikan arahan selama
masa perkuliahan.
9. Teristimewa kepada kedua orangtua yang telah memberikan doa, kasih
sayang serta dukungan baik moril maupun materil.
10. Teman-teman dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan penelitian
skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan penelitian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun dan semoga penyusunan penelitian skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang dan bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.Semoga segala bantuan yang telah diberikan
kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin.

Padang, Juli 2019

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING


PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK .................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xi
BAB 1 : PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10
2.1 Pencemaran Udara ...................................................................................... 10
2.1.1 Sumber Pencemaran Udara ................................................................... 10
2.1.2 Dampak Pencemaran Udara .................................................................. 12
2.2 Karbon Monoksida ..................................................................................... 15
2.2.1 Karakteristik dan Sifat Karbon Monoksida .......................................... 15
2.2.2 Sumber Karbon Monoksida ................................................................. 16
2.2.3 Mekanisme Toksisitas Karbon Monoksida .......................................... 18
2.2.4 Dampak Karbon Monoksida terhadap Kesehatan ................................. 19
2.2.5 Populasi Berisiko................................................................................... 21
2.2.6 Nilai Baku Mutu .................................................................................... 21
2.2.7 Cara Pengukuran dan Penentuan Titik Pengambilan Sampel ............... 22
2.3 Pedagang Kaki Lima .................................................................................. 23
2.4 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ....................................... 24
2.4.1 Konsep dan Definisi .............................................................................. 24
2.4.2 Prosedur Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ................................. 25
2.4.3 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification).......................................... 26

v
2.4.4 Analisis Dosis Respon (Dose Respon Assessment) ............................... 27
2.4.5 Analisis Pajanan (Exposure Assessment) .............................................. 29
2.4.6 Karakterisasi Risiko (Risk Characterization)........................................ 30
2.5 Pengelolaan Risiko ..................................................................................... 31
2.6 Komunikasi Risiko ..................................................................................... 32
2.7 Telaah Sistematis ........................................................................................ 33
2.8 Kerangka Teori ........................................................................................... 36
2.9 Kerangka Konsep ....................................................................................... 37
BAB 3 : METODE PENELITIAN ............................................................................ 38
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 38
3.2 Waktu dan Tempat...................................................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 38
3.3.1 Populasi ................................................................................................. 38
3.3.2 Sampel ................................................................................................... 38
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................... 40
3.4.1 Sampel Subyek ...................................................................................... 40
3.4.2 Sampel Obyek ....................................................................................... 40
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................................... 41
3.5.1 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 41
3.5.2 Kriteria Eksklusi .................................................................................... 41
3.6 Definisi Operasional ................................................................................... 42
3.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................... 43
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 43
3.7.2 Pengolahan Data .................................................................................... 43
3.8 Instrumen Penelitian ................................................................................... 44
3.9 Analisis Data ............................................................................................... 45
3.9.1 Analisis Univariat .................................................................................. 45
3.9.2 Analisis Risiko ...................................................................................... 45
BAB 4 : HASIL PENELITIAN ................................................................................. 47
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................... 47
4.2 Karakteristik Responden............................................................................. 48
4.3 Konsentrasi CO Di Udara Ambien ............................................................. 49
4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas .......................................... 52
4.5 Gambaran Gangguan Kesehatan................................................................. 53
4.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Gas Karbon Monoksida . 54
4.6.1 Identifikasi Bahaya ................................................................................ 54
4.6.2 Analisis Dosis Respon ........................................................................... 55
4.6.3 Analisis Pajanan .................................................................................... 56
4.6.4 Karakteristik Risiko............................................................................... 57
4.7 Manajemen Risiko ...................................................................................... 59
4.8 Komunikasi Risiko ..................................................................................... 59
BAB 5 : PEMBAHASAN .......................................................................................... 60
5.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 60

vi
5.2 Karaketristik Responden............................................................................. 60
5.3 Konsentrasi CO di Udara Ambien .............................................................. 61
5.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas .......................................... 63
5.5 Keluhan Kesehatan ..................................................................................... 64
5.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ...................................................... 66
5.6.1 Identifikasi Bahaya ................................................................................ 66
5.6.2 Analisis Dosis Respon ........................................................................... 66
5.6.3 Analisis Pajanan .................................................................................... 67
5.6.4 Karakteristik Risiko............................................................................... 68
5.7 Manajemen Risiko ...................................................................................... 68
5.8 Komunikasi Risiko ..................................................................................... 69
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 71
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 71
6.2 Saran ........................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 75

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Pencemaran Karbon Monoksida (CO) ......................................... 16

Tabel 2.2 Faktor Emisi Karbon Monoksida (CO) ...................................................... 17

Tabel 2.3 Pengaruh konsentrasi CO di udara ............................................................. 20

Tabel 2.4 Telaah Sistematis ....................................................................................... 33

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 42

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ............................................................................ 48

Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban Udara Saat Pengukuran ......................................... 50

Tabel 4.3 Jumlah Kendaraan yang Lewat Per Jam di Jalan Samudera ...................... 51

Tabel 4.4 Konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang ...................................... 51

Tabel 4.5 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas Responden ....................... 52

Tabel 4.6 Data Gangguan Kesehatan PKL di Jalan Samudera .................................. 53

Tabel 4.7 IntakeRealtime dan Lifetime pada Pedagang Kaki Lima ........................... 57

Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient (RQ) Realtime Pada Setiap Titik ................................ 58

Tabel 4.9 Nilai Risk Qutient (RQ) Lifetime Pada Setiap Titik .................................. 58

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Analisis Risiko ............................................................................ 25

Gambar 2.2 Langkah-Langkah Analisis RisikoMenurut Louvar dan Louvar ........... 26

Gambar 2.3 Kerangka Teori ....................................................................................... 36

Gambar 2.4 Kerangka Konsep ................................................................................... 37

Gambar 3.1 Peta Lokasi Pengukuran Titik di Jalan Samudera .................................. 41

Gambar 4.1 Denah Lokasi Pengukuran Titik di Jalan Samudera .............................. 47

ix
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. ARKL : Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

2. C : Konsentrasi Agen Risiko (µg/Nm3)

3. CO : Karbon Monoksida

4. COHb : Karboksihaemoglobin

5. Dt : Durasi Pajanan

6. fE : Frekuensi Pajanan

7. I : Asupan (mg/kg/hari)

8. NDIR : Non Dispersive Infra Red Analzyzer

9. PKL : Pedagang Kaki Lima

10. ppm : Part per Million

11. R : Laju Asupan

12. RfC : Reference of Consentration

13. RQ : Risk Quotient

14. tE : Waktu Pajanan (jam/hari)

15. Wb : Berat Badan (Kg)

16. WHO : World Health Organization

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Perhitungan ARKL

Lampiran 3 : Output Data

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Kesbangpol

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Fakultas

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari Kesbangpol

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Dari Dishub

Lampiran 8 : Surat Telah Melaksanakan Penelitian Dari Dishub

Lampiran 9 : Hasil Pengukuran Gas Karbon Monoksida

Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 11 : Hasil Cek Similarity

Lampiran 12 : Manuskrip

xi
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi udara dalam atmosfir tidak pernah ditemukan dalam kondisi yang

bersih, akan tetapi telah tercampur dengan berbagai gas atau partikulat lain yang

tidak diperlukan. Berbagai macam gas yang berasal dari aktivitas alam dan aktivitas

manusia ini secara terus menerus masuk ke dalam udara dan membuat kualitas udara

menjadi buruk. Udara bersih merupakan udara yang kaya akan oksigen dan memiliki

sifat yakni gas yang tidak tampak, tidak berasa, dan tidak berbau. Namun saat ini

udara bersih sukar ditemukan terutama di perkotaan, kualitas udara yang kian

menurun menghasilkan polusi udara. Seiring dengan jumlah penduduk yang terus

meningkat di dunia, maka menyebabkan kebutuhan akan udara yang bersih kian

meningkat. Perlu adanya perawatan dan perlindungan akan udara agar tidak

terjadinya krisis udara sehat.(1)

Komposisi kimiawi udara yang telah ada dapat berubah akibat aktivitas

manusia yang tidak ramah lingkungan. Berbagai aktivitas manusia yang dapat

menjadi sumber tercemarnya udara yaitu emisi buangan industri, kendaraan

bermotor, dan pembakaran di rumah-rumah dan di ladang-ladang. Apabila zat

pencemar kian meningkat sedemikian rupa maka akan dapat mempengaruhi

kesehatan manusia, flora, dan fauna.(2)

Dampak akibat terjadinya polusi udara mempengaruhi

kesehatan,mengganggu aktivitas manusia dan makhluk hidup lainnya. Tercatat

hingga tahun 2016 terdapat sekitar 200.000 kematian dini yang terjadi setiap

tahunnya di Amerika Serikat dikarenakan oleh adanya aktivitas industri, transportasi,

1
2

commercial dan residential heating.(3) Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu

menyatakan bahwa semua jenis polusi udara yang memiliki konsentrasi tinggi dapat

mempengaruhi saluran pernapasan, ditandai dengan adanya gejala seperti iritasi pada

hidung dan tenggorokan, pada penderita asma sering terjadi brokokonstruksi dan

dyspnea.(4)

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami

perkembangan di berbagai sektor industri. Disamping memberikan keuntungan

ekonomi bagi bangsa Indonesia, hal tersebut juga berdampak negatif terhadap

kesehatan manusia juga kehidupan organisme-organisme lain.(5) Salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas udara yaitu pembuangan asap kendaraan. Kendaraan

akan mengeluarkan berbagai jenis gas maupun partikulat dari berbagai senyawa

organik dan anorganik dengan berat molekul yang besar, sehingga dapat langsung

terhirup melalui hidung dan mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar.(6)

Polusi udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu seperti aktivitas

industri, penggunaan trasnportasi, aktivitas rumah tangga dan perkantoran. Dari

bermacam sumber polutan tersebut, kendaraan yang menggunakan bahan bakar

minyak menyumbang polutan sebesar 98% polutan di kota-kota besar.(7,8) Komponen

pencemar udara utama di Indonesia khususnya pada transportasi dan industri yaitu

karbon monoksida (CO) sebesar 70,50%, sulfur oksida (SOx) sebesar 0,9%, nitrogen

oksida (NOx) sebesar 8,9%, partikulat sebesar 1,33%, hidrokarbon (HC) sebesar

18,34% dan gas rumah kaca (CH4, CO2 dan N2O).(9)

Faktor emisi gas karbon monoksida terdiri dari berbagai jenis kegiatan

diantaranya ialah pembakaran batu bara, tanur pabrik semen, pembakaran LPG,

mobil bensin, kendaraan niaga solar, sepeda motor bensin. Dimana jenis kegiatan
3

dari kendaraan bensin memiliki faktor emisi gas CO yang paling tinggi yaitu sebesar

889,68 gram/liter bensin.(10)

Peningkatan yang signifikan oleh polusi udara yang berasal dari sektor

transportasi memiliki dampak terhadap kehidupan dan lingkungan yang dirasakan

saat ini. Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2017 menyatakan bahwa penyakit

ISPA dan sakit kepala termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Kota Padang.

Dimana gangguan kesehatan tersebut juga dapat ditimbulkan dari adanya agen

pencemar udara salah satunya yaitu kabon monoksida.(9,11)

Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak menyebabkan

iritasi, tidak berbau, tidak berasa yang ditemukan di udara dalam ruangan maupun

luar ruangan.(12) Gas ini didapat dari hasil proses pembakaran kendaraan yang tidak

sempurna.(13)Sifat beracun yang terkandung dalam gas CO dapat membahayakan

manusia. Senyawa CO dapat berikatan kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin

(Hb).(14) Dimana fungsi Hb sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh menjadi

terganggu dikarenakan darah lebih mudah menangkap gas CO dibandingkan

oksigen.(15)

Gas karbon monoksida yang keluar dari knalpot kendaraan akan terdapat di

udara ambien. Gas CO akan cepat memasuki beberapa tubuh manusia seperti darah,

otak, jantung dan otot. Apabila gas CO terhirup oleh manusia maka gas ini akan

masuk ke dalam saluran penapasan dan menuju paru-paru melalui proses inhalasi.

Selanjutnya gas CO akan menempel di dalam darah sehingga membentuk karboksi

haemoglobin (COHb).(16,17)

Pajanan gas CO pada kadar rendah dapat menyebabkan perubahan

neorologik, aktivitas menurun, kenaikan hemotokrit dan perubahan pada fetus atau

janin bagi wanita hamil. Sedangkan pajanan pada kadar tinggi atau dampak akut
4

pajanan gas CO dapat menyebabkan kematian. Gas CO yang masuk ke dalam tubuh

dapat terikat lebih kuat dengan haemoglobin dalam membentuk

karboksihaemoglobin (COHb). Hal ini mengakibatkan terhambatnya pasokan

oksigen ke dalam tubuh.(12)Semakin tinggi kadar yang ada di dalam tubuh manusia

maka akibatnya juga semakin fatal hingga dapat mengakibatkan kematian. (17)

Terdapat berbagai kasus keracunan gas CO di dunia maupun di Indonesia.

Menurut laporan data statistik rumah sakit di Kanada terdapat 4.990 kasus kematian

akibat keracunan gas CO terjadi pada rentang waktu 2000-2013.(18) Sedangkan kasus

yang terjadi di Indonesia diantaranya ialah pertama, kasus yang terjadi di jorong

Buluah Rotan, Nagari Guguak Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung Sumatera

Barat pada 24 Februari 2014 yang mengakibatkan dua orang pekerja tower sutet

tewas akibat keracunan gas karbon monoksida dari genset yang diletakkan di dalam

tenda penginapan sedangkan lima korban dalam keadaan kritis. Korban didiagnosa

mengalami gangguan fungsi hati, paru, ginjal dan fungsi pernapasan kronis.(19) Kasus

Kedua keracunan CO pada 20 Februari 2015 yang menimpa dua orang anak buah

kapal (ABK). Kasus ini terjadi pada saat sedang membersihkan palka kapal cumi di

Benoa. Hal tersebut mengakibatkan korban tergolek lemas sedangkan rekan kerjanya

meninggal saat dalam perawatan.(20) Selanjutnya kasus yang terjadi di sebuah klinik

kecantikan di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 20 Juli 2018. Dimana kasus ini

menimbulkan 17 korban keracunan gas CO. Gas CO muncul dari aktivitas

pengeboran di lantai satu bangunan yang berasal dari mesin pompa pembuat

sumur.(21)

Berdasarkan penelitian Rionaldo, Sulistiyani dan Mursyid yang dilakukan di

sepanjang jalan depan pasar Projo Ambarawa Kabupaten Semarang bahwa dari 19

titik yang dilakukan pengukuran didapatkan 10 titik memiliki konsentrasi karbon


5

monoksida telah melewati baku mutu. Nilai rata-rata intake pada realtime paparan

karbon monoksida (CO) sebesar 2,94 mg/kg/hari, sedangkan nilai rata-rata

intakepada lifetime sebesar 4,76 mg/kg/hari. Baik pada karakteristik risiko non

karsinogenik atau risk quotient (RQ) realtime maupun lifetime, terdapat 5 orang

responden (8,6%) tidak aman atau berisiko dari 58 responden.(16)

Berdasarkan penelitian Niken Setyowati, dkk (2014) yang dilakukan di 5

persimpangan jalan di Kota Pontianak menunjukkan bahwa konsentrasi CO tertinggi

terdapat di persimpangan Jalan Tanjungpura-Jalan Veteran yaitu sebesar 150.000

μg/Nm3.(22) Dimana dari penelitian tersebut telah melewati nilai ambang batas baku

mutu udara yang ditetapkan oleh Pemerintah ialah sebesar 30.000 μg/Nm3.(23)

Berdasarkan penelitian Erwin bahwa kadar paparan gas karbon monoksida

yang ada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta ditemukan bahwa dari hasil

pengukuran tekanan darah responden menunjukkan pengaruh terhadap tekanan darah

akibat paparan karbon monoksida (CO).(24) Pada penelitian yang dilakukan oleh Erna,

Devi dan Taufik, didapatkan rata-rata kadar PM10 yaitu sebesar 105 μg/Nm3 dan rata-

rata kadar CO sebesar 10.000 μg/Nm3, serta sebanyak 58,3% responden di dalam

ruangan tidak mengalami keluhan gangguan pernapasan akut dan 68,1% di luar

ruangan mengalami keluhan gangguan pernapasan akut dengan keluhan yang paling

banyak dirasakan yaitu batuk-batuk sebesar 33.3% di dalam ruangan dan 55,1% di

luar ruangan.(25)

Dalam studi pendahuluan peneliti melakukan perhitungan jumlah kendaraan

yang melewati tempat penelitian pada hari kerja pukul 15:00-16:00 WIB dan juga

melakukan wawancara terhadap pedagang kaki lima. Lokasi penelitian merupakan

tempat yang ramai akan kendaran, terdapat ± 1.000 kendaraan roda dua dan ± 600

kendaraan roda empat yang melewati tempat penelitian yang dilakukan selama
6

1 jam. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang pedagang kaki lima

di sekitar Jalan Samudera Kota Padang bahwa terdapat 6 orang pedagang kaki lima

yang telah bekerja lebih dari 4 tahun dan bekerja 8 sampai 10 jam/hari. Para

pedagang kaki lima tersebut mengaku mengalami keluhan seperti iritasi mata, sakit

kepala, pusing, letih, menurunnya konsentrasi dan sesak napas. Keluhan–keluhan

tersebut merupakan gangguan kesehatan akibat terpajan gas karbon monoksida

(CO). Pedagang tersebut bekerja pada waktu dan kondisi yang ramai akan lalu lintas

yaitu dari siang hari sampai pada malam hari.

Jalan Samudera merupakan salah satu jalan raya yang ramai dilalui oleh

banyak kendaraan yang berpotensi menyumbang polutan udara yaitu salah satunya

gas karbon monoksida (CO). Selain itu, jalan ini juga merupakan jalan yang dilalui

untuk menuju destinasi wisata, dimana pengendara juga yang berhenti sejenak guna

membeli barang, makanan maupun minuman di sekitaran jalan dengan kondisi

kendaraan yang masih menyala. Tidak dipungkiri bahwa dengan banyaknya

kendaraan yang lalu lalang di jalan tersebut membuat pedagang kaki lima yang

berjualan di tempat tersebut memungkinkan terkena pajanan gas karbon monoksida

dalam waktu yang lebih lama.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota

Padang bahwa nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang diukur pada

pertengahan tahun 2018, gas karbon monoksida memiliki nilai ISPU sebesar 52.

Dimana angka tersebut termasuk dalam kategori kualitas sedang, dan memiliki

dampak yang seperti perubahan kimia darah. Selain itu juga berdasarkan data

pemantauan kualitas udara ambien gas CO tahun 2018 yang dilakukan pada 12 lokasi

di Jalan Raya Kota Padang memiliki rata-rata konsentrasi gas CO sebesar

3.824,075 µg/Nm3. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41


7

Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, baku mutu CO dengan

pengukuran selama 1 jam yaitu 30.000 µg/Nm3. Kadar rata-rata CO di 12 lokasi

pengukuran tersebut belum melampaui baku mutu. Walaupun demikian jika

masyarakat terus menerus terpapar oleh gas karbon monoksida maka akan

menimbulkan dampak buruk pada kesehatan masyarakat.

Selama ini belum pernah dilakukan pengukuran konsentrasi gas CO dan

penelitian analisis risiko pedagang kaki lima akibat pajanan gas CO di sekitar Jalan

Samudera Kota Padang. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terkait “Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan

Karbon Monoksida (CO) terhadap Pedagang Kaki Lima di Jalan Samudera Kota

Padang Tahun 2019”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Pajanan Karbon Monoksida (CO) terhadap Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan

Samudera Kota Padang Tahun 2019 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan

lingkungan melalaui analisis risiko pajanan karbon monoksida (CO) terhadap

pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang Tahun 2019.
8

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan menganilisis konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota

Padang

2. Mengetahui dan menganalisis karakteristik antropometri, pola aktivitas

terhadap pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang

3. Menentukan nilai intake pajanan CO terhadap pedagang kaki lima di

sepanjang Jalan Samudera Kota Padang

4. Menganalisis karakteristik risiko pajanan CO terhadap pedagang kaki lima di

sepanjang Jalan Samudera Kota Padang

5. Menentukan pengendalian dalam manajemen dan komunikasi risiko pajanan

CO terhadap pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan, pengalaman dan melatih skill peneliti

dalam menganalisa risiko kesehatan lingkungan pajanan CO terhadap

gangguan kesehatan non karsinogenik pada populasi berisiko di sepanjang

Jalan Samudera Kota Padang.

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi bagi

peneliti lain dalam melakukan penelitian terkait analisis risiko kesehatan

lingkungan serta dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan bahan

kepustakaan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat.


9

4. Bagi Dinas Lingkungan Hidup

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengambil

kebijakan preventif, kuratif maupun rehabilitatif terhadap hasil pengukuran

gas CO nantinya. Dan manakala hasil gas CO melebihi baku mutu, Dinas

Lingkungan Hidup dapat mengambil langkah yang tepat dalam menangani

permasalahan tersebut.

5. Bagi Pedagang Kaki Lima

Penelitian ini dapat memberikan gambaran informasi terkait

konsentrasi zat pencemar udara di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang

dan dapat memberikan saran tekait pencegahaan yang dapat dilakukan guna

mengurangi dampak zat pencemar udara tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti membatasi ruang lingkup

penelitian guna mengukur dan menganalisis konsentrasi CO terhadap pedagang kaki

lima. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL), berlokasi di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang. Sasaran

penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Jalan Samudera

Kota Padang. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah udara ambien di sepanjang

Jalan Samudera Kota Padang. Lokasi penelitian ini dilakukan pada tiga titik

sepanjang jalan. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui perbandingan konsentrasi

CO di titik yang satu dengan titik yang lainnya.


BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 1999, menyebutkan

bahwa pencemaran udara ialah masuknya atau dimasukkan zat, energi dari

komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun

sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidakdapat memenuhi

fungsinya.(23) Pencemaran udara juga dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan

atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi)

udara dari keadaan normalnya. Terdapatnya bahan atau zat asing di dalam udara

yang memiliki jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama,

akan dapat menganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan

seperti tersebut terjadi, maka udara dikatakan telah tercemar. (26)

Kondisi udara di daerah perkotaan yang memiliki banyak aktivitas industri

dan teknologi serta lalu lintas yang padat, relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di

daerah industri kotor diakibatkan oleh terkena berbagai macam

pencemar.(26)Timbulnya kematian setengah juta orang india setiap tahun dan hasil

penelitian juga mengestimasi bahwa lebih dari 50.000 orang amerika mati setiap

tahun karena pencemaran udara merupakan akibat dari adanya pencemaran udara.(5)

2.1.1 Sumber Pencemaran Udara

Pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah

polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi

disebabkan oleh kegiatan manusia dan sebagian kecilnya oleh alam. Emisi akibat

proses alam disebut sebagaibiogenic emissions contohnya yaitu dekomposisi bahan

10
11

organik oleh bakteri pengurai yang dihasilkan gas metana (CH4). Emisi yang

disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions contohnya yaitu hasil

pembakaran bahan bakar fosil baik dari kendaraan bermotor maupun industri,

membakar hutan untuk membuka perkebunan, pemakaian zat kimia yang

disemprotkan ke udara dan sebagainya.(27)

Secara umum, sumber pencemaran udara terbagi menjadi dua kelompok besar

yaitu sumber yang berasal dari alam dan sumber yang berasal dari buatan/aktivitas

manusia. Sebagai contoh sumber pencemaran yang bersal dari proses atau kegiatan

alam yaitu meletusnya gunung berapi, kebakaran hutan, pelapukan tumbuh-

tumbuhan, nitrifikasi dan identrifikasi biologi, deburan ombak air laut, erosi tanah

oleh angin, radioaktivitas secara alamiah. Sedangkan pencemaran udara yang

disebabkan oleh kegiatan manusia yaitu seperti aktivitas transportasi dari sisa

pembakaran bahan bakar minyak, limbah industri, pembakaran sisa pertanian dan

sampah.(28–30)

Selain itu, sering pula dikenal adanya sumber pencemar primer dan pencemar

sekunder. Pencemar primer merupakan substansi pencemar yang ditimbulkan

langsung dari sumber pencemar udara terdiri atas senyawa kimia yang tidak berubah

komposisinya, bentuk fisik, dan/atau bentuk senyawa kimia dengan waktu tinggal

yang cukup lama danri waktu bulanan ke tahuann dan sangat stabil. Karbon

monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer. Sedangkan

pencemaran sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi

pencemar-pencemar primer di atmosfer seperti hidrolisis, oksidasi dan reaksi

fotokimia. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari

pencemaran udara sekunder.(29,31)


12

2.1.2 Dampak Pencemaran Udara

Terjadinya polusi udara pada kehidupan makhluk di muka bumi ini dapat

mengakibatkan berbagai dampak. Dimulai dari dampak secara umum, dampak

terhadap kondisi fisik atmosfir, dampak terhadap ekosistem, dampak terhadap

kesehatan, dampak terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, dampak estetik, serta

dampak terhadap sosial-ekonomi.(30,32)

1. Dampak umum

a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora, dan

fauna

b. Mempengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke

permukaan bumi dan mempengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.

c. Mempengaruhi dan mengubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar

CO2 di udara. Kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di

lapisan bawah atmosfir sehingga terjadi efek rumah kaca (green house

effect )

d. Pencemaran udara dapat merusakcat, karet, dan bersifat korosif terhadap

benda yang terbuat dari logam

e. Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan, dan

lainnya

f. Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus kecelakaan

lalulintas di darat, sungai, maupun udara.

g. Menyebabkan warnakain dan pakaian menjadi cepat buram dan bernoda

2. Dampak terhadap kondisi fisik atmosfir

a. Gangguan jarak pandang (visibility)

b. Memberikan warna tertentu pada atomosfir


13

c. Mempengaruhi struktur awan

d. Mempengaruhi keasaman hujan

e. Mempercepat pemanasan atmosfir

3. Dampak terhadap ekosistem

Industri yang mempergunakan batubara sebagai sumber energinya akan

melepaskan zat oksidasulfat ke dalam udara sebagai sisa pembakaran batubara. Zat

tersebut akan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat sehingga air hujan

menjadi asam (acid rain). Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, akan terjadi

perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya pH air danau akan menjadi

asam, produksi ikan menurun, dan secara tidak langsung pendapatan rakyat

setempatpun menurun.

4. Efek terhadap kesehatan

Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik

secaracepat maupun lambat seperti berikut :

a. Efek cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus

pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian

akibat penyakit saluran pernapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat

menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap hemoglobin

darah (menjadi methahemoglobin) yang lebih kuat dibandingkan daya afinitas

Oksigen sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.

b. Efek lambat

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit

bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit ini disebabkan oleh pencemaran
14

udara antara lain, emfisema paru, black lung disease, silikosis, bisinosis, dan pada

anak-anak yaitu penyakit asma dan eksema.

5. Dampak terhadap tumbuh-tumbuhan

a. Perubahan morfologi, pigmen dan kerusakan fisiologi kerusakan sel

tumbuhan terutama pada daun

b. Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi

c. Mempengaruhi proses reproduksi tanaman

d. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman

e. Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu dan

mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi

6. Dampak terhadap binatang

Dampak terhadap kehidupan bianatang, baik binatang peliharaan maupun

binatang liar dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan

berbahaya sehingga dapat menyebakan binatang menjadi sakit.

7. Dampak terhadap faktor sosial-ekonomi

a. Meningkatnya biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos)

b. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan)

c. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada makanan dan

minuman oleh bahan beracun

d. Meningkatnya biaya perawatan/pengobatan penyakit yang disebabkan oleh

pencemaran udara.

8. Dampak estetik

Dampak estetik yang diakibatkan oleh adanya bahan pencemar udara antara

lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan

perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan tersebut.
15

2.2 Karbon Monoksida

2.2.1 Karakteristik dan Sifat Karbon Monoksida

Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa. Gas tersebut juga merupakan gas yang amat berbahaya bagi

kesehatan.(33) Gas ini dapat berbentuk cairan pada suhu -192oC.(26) Karbon

monoksida terdiri atas satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu

atom oksigen. Selain itu juga terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen

koordinasi antara atom karbon dan oksigen.(34)

Gas karbonmonoksida mempunyai sifat lain, sebagai berikut :(35)

1. Gas CO digolongkan sebagai asphyxiant (penyebab sesak napas) dan bahan

beracun berasal dari pembentukan karboksihemoglobin(HbCO) .

2. Konsentrasi normal karboksihemoglobin (HbCO) pada darah manusia yang

tidak merokok adalah sekitar 0,5%

3. Gas CO secara cepat mengikat COHb darah dalam proporsi konsentrasi udara

sebanyakpaparan dan ukuran pada ventilasi/pernapasan seseorang, karena

afinitas Hb terhadap CO adalah 210 kali dari afinitas Hb terhadp oksigen (O 2)

4. Paparan terus-menerus pada manusia dengan 30 ppm CO menyebabkan nilai

equilibrium 5% COHb.

5. Sekitar 80% dari nilai tersebut tercapai dalam 4 jam dan sisanya 20% dicapai

secara lambat 8 jam berikutnya.

6. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai equilibrium dapat dengan

melakukan aktivitas fisik

7. Perubahan pada kardiovaskular dapat dihasilkan oleh tingkat COHb lebih dari

5%.
16

2.2.2 Sumber Karbon Monoksida

Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, namun

sebagian besar aktivitas manusia merupakan sumber utama gas tersebut.(34) Karbon

monoksida secara praktis diproduksi oleh berbagai proses yang artifisial, dimana

asap kendaraan bermotor menyumbang sekitar 80%. Kecepatan angin dan kepadatan

lalu lintas sangat mempengaruhi konsentrasi gas CO di udara. Secara alamiah gas

CO diproduksi oleh Hydrozoa (sipnopores), mikroorganisme yang ada di laut,

berbagai reaksi kimia yang terjadi di dalam atmosfir, aktivitas gunung berapi,

kebakaran hutan, badai listrik alam, dan proses biologi.(2,36) Sumber karbon

monoksida buatan berasal dari aktivitas transportasi, pembakaran perindustrian,

pembangkit listrik, pemanas rumah, pembakaran di pertaniandan asap rokok. (36)

Tabel 2.1 Sumber Pencemaran Karbon Monoksida (CO)

Sumber pencemaran % Bagian %Total


Transportasi 63,8
- Mobil bensin 59,0
- Mobil diesel 0,2
- Pesawat terbang 2,4
- Kereta api 0,1
- Kapal laut 0,3
- Sepeda Motor 1,8
Pembakaran stasioner 1,9
- Batubara 0,8
- Minyak 0,1
- Gas alam 0,0
- Kayu 1,0
Proses industri 9,6
Pembuangan limbah padat 7,8
Lain-lain sumber 16,9
- Kebakaran hutan 7,2
- Pembakaran batubara sisa 1,2
- Pembakaran limbah pertanian 8,3
- Pembakaran lain-lainnya 0,2
100,00 100,00
Sumber : Wardhana, 2004(26)

Faktor emisi menunjukkan perkiraan jumlah polutan yang akan diemisikan

oleh tiap unit komponen kegiatan dari sumber emisi. Nilai faktor emisi ditampilkan
17

dalam satuan berat polutan per unit berat, volume, jarak, atau durasi dari komponen

kegiatan yang mengemisikan polutan tersebut. (10) Adapun nilai faktor emisi karbon

monoksida (CO) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Faktor Emisi Karbon Monoksida (CO)

Jenis kegiatan Faktor emisi gas karbon monoksida (CO)


Pembakaran batu bara 0,3 Kg/ton antrasit
Tanur pabrik semen 1,85 Kg/ton produk semen
Pembakaran LPG 1,8 Kg/ 103 gal LPG
Mobil bensin 462,63 Gram/liter bensin
Kendaraan niaga solar 35,57 Gram/liter solar
Sepeda motor bensin 427,05 Gram/liter bensin
Sumber : KLH, 2007(10)

Secara umum, terbentuknya gas karbon monoksida melalui proses sebagai

berikut :(26)

1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak

stoikhiometris adalah pada harga ER<1.

2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dan karbon C

yang menghasilkan gas CO.

3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat teruraikembali menjadi CO dan oksigen.

Pada pembakaran dengan harga ER>1, bahan bakar yang digunakan lebih

banyak dari udara. Hal ini memungkinkan terjadinya gas CO. Reaksinya adalah

sebagai berikut :(26)

2C + O2 2CO

Apabila jumlah udara (oksigen) cukup atau stoikiometris maka akan terjadi

reaksi lanjutannya, yaitu :(26)

CO + 0,5O2 CO2

Reaksi pembentukkan CO lebih cepat daripada reaksi pembentukkan CO 2,

sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas CO. Apabila

pencampuran bahan bakar tidak rata, maka masih ada bahan bakar (karbon) yang
18

tidak berhubungan dengan oksigen keadaan ini menambah kemungkinan

terbentuknya gas CO yang terjadi pada suhu tinggi dengan mengikuti reaksi berikut

ini :(26)

CO2 + C 2CO

Selain itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan suhu

tinggi akan membantu terjadinya penguraian gas CO 2 menjadi gas CO yang

mengikuti reaksi berikut ini :(26)

CO2 CO + O

Salah satu faktor pemicu terjadinya gas CO ialah kondisi suhu yang tinggi.

Apabila suhu hasil pembakaran semakin tinggi maka jumlah gas CO 2 yang

terdisosiasi menjadi CO dan O juga akan semakin banyak. (26)

Sumber pencemaran gas CO tertutama berasal dari pemakaian bahan bakar

fosil (minyak maupun batu bara) pada mesin-mesin penggerak trasnportasi. Untuk

daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintas yang padat, udara

sudah banyak tercemar oleh gas CO, ternyata tanah yang masih tebuka dimana belum

ada bangunan di atasnya dapat membantu penyerapan gas CO.(26)

2.2.3 Mekanisme Toksisitas Karbon Monoksida

Bentuk molekul karbon monoksida ialah satu atom oksigen yang menempel

pada satu atom karbon. Apabila karbon monoksida terdapat di dalam udara kemudian

dihirup oleh manusia, dimana molekeul tersebut akan masuk ke dalam saluran

pernapasan terus masuk ke paru-paru selanjutnya akan menempel pada haemoglobin

darah (COHb).(36)

Kemampuan gas CO untuk mengikat haemoglobin dalam darah 210 kali

lebih kuat dan stabil daripada kemampuan daya ikat oksigen mengikat haemoglobin.

Apabila gas CO darah (HbCO) cukup tinggi maka akan timbul gejala antara lain
19

pusing kepala (HbCO 10%), mual dan sesak napas (HbCO 20%), gangguan

penglihatan dan konsentrasi menurun (HbCO 30%), tidak sadar, koma (HbCO 40-

50%), kemudian pabila masih berlanjut maka akan menyebabkan hal yang fatal yaitu

kematian.(35)

Di dalam paru-paru, gas CO terikat dengan sel darah merah pada tempat

dimana oksigen biasanya terikat. Darah membawa sel darah yang dialirkanke seluruh

jaringan, tetapi sel darah tersebut tidak dapat mengalirkan oksigen. Hal inilah yang

membuat jaringan akan kekurangan oksigen.(37)

Jaringan biasanya menerima pasokan oksigen dari darah tersebut tetapi pada

kasus toksisitas CO ini dapat menyebabkan jaringan tidak dapat menerima oksigen

sama sekali. Hal tersebut menyebabkan sel dalam jaringan tersebut akan mati. Lama

hidup dari sel darah adalah 120 hari, sehingga ia akan diganti oleh sel darah baru

(dari sumsum tulang).(37)

2.2.4 Dampak Karbon Monoksida terhadap Kesehatan

Setiap tahunnya banyak dilaporkan terjadinyakasus keracunan gas CO berupa

kasus kematian dan sakit berat,baik yang terjadi di dalam rumah/garasi mobil, dalam

mobil yang diparkir dengan kondisi mesin hidup dan jendela tertutup rapat, maupun

pencemaran udara akibat gas buang industri. Keracunan gas CO ini sangatfatal

akibatnya sehingga sering disebut sebagai silent killer, karena bahan kimia gas ini

tidak berbau, tidak berwarna dan sangat toksik.(37)

Karbon monoksida pada konsentrasi rendah dapat menimbulkan gangguan

neurobehavioral yakni saraf pusat atau otak sehingga mengganggu gerakan dan

perubahan perilaku sesaat. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan jantung.

Pada ibu hamil, bahaya yang ditimbulkannya seperti halnya ibu mengandung

terpapar asap rokok.(8,38)


20

Keracunan kronis terjadi apabila manusia menghirup udara yang

mengandung CO rendah (5-6 ppm) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat

mengakibatkan kandungan gas O2yang berada dalam darah menjadi rendah. Dimana

haltersebut dapat berlangsung berhari-hari, bulan, bahkan sampai bertahun-tahun.(37)

Kadar pemajanan CO terhadap tubuh manusia mulai dari 30 ppm selama 8 jam dapat

menimbulkan rasa pusing dan mual, antara kisaran 1000-1300 ppm selama 1 jam

menimbulkan rasa pusing dan kulit berubah menjadi kemerahan-merahan, kemudian

kulit menjadi merah tua dan menimbulkan rasa pusing yang semakin hebat,

menurunkan kemampuan motorik tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular,

serangan jantung sampai menimbulkan kematian. (32) Selain itu, toksisisitas akut

akibat karbon monoksida yaitu hipoksia dini yang dapat menimbulkan kematian. (36)

Tabel 2.3 Pengaruh konsentrasi CO di udara

Konsentrasi CO Konsentrasi COHb Gangguan pada tubuh


di udara (ppm) dalam darah (%)
3 0,98 Tidak ada
5 1,3 Belum begitu terasa
10 2,1 Sistem saraf sentral
20 3,7 Panca indera
40 6,9 Fungsi jantung
60 10,1 Sakit kepala
80 13,3 Sulit bernapas
100 16,5 Pingsan-kematian
Sumber : Wardhana, 2004(26)

Apabila gas CO masuk ke dalam aliran darah, maka akan membentuk

karboksihaemoglobin (COHb). COHb merupakan senyawa yang stabil sehingga

fungsi darah sebagai pengangkut oksigen menjadi terganggu. Karbon monoksida

diketahui dapat mempengaruhi kinerja jantung, sistem saraf pusat, juga janin serta

dapat mempengaruhi saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan kekurangan

oksigen (O2) dan yang paling fatal ialah menimbulkan kematian. CO yang

terakumulasi dengan gas lainnya di udara dapat menimbulkan keracunan bagi

manusia dalam bentuk COHb (karboksihaemoglobin) dalam darah. CO juga dapat


21

menyebabkan kejang berlanjut yang mengakibatkan ketidaksadaran dan berujung

pada kematian.(39) Apabila kadar HbCO meningkat sampai 5%, maka seseorang tidak

dapat melihat dengan jelas terlebih lagi didukung oleh kondisi yang remang-

remang.(27,32)

2.2.5 Populasi Berisiko

Paparan gas CO dapat terjadi pada semua golongan usia dan status kesehatan.

Akan tetapi, pada umumnya paparan zat toksik ini memiliki risiko yang lebih pada

masyarakat dalam kategori usia rentan seperti balita, ibu hamil, dan lansia. Paparan

CO juga berisiko lagi pada bayi, anak-anak dan mereka yang mengalami masalah

kardiovaskuler.(40)

Menurut WHO, penderita penyakit jantung maupun paru-paru merupakan

kelompok yang peka terhadap gas karbon monoksida, sehingga kelompok tersebut

tidak boleh terpapar akan gas karbon monoksida (CO) apabila telah melewati kadar

yang dapat membentuk kadar COHb di atas 2,5%. (12) Populasi berisiko lainnya ialah

populasi yang merokok lebih tinggi daripada populasi umum yang tidak merokok.

Tingkat COHb biasanya rata-rata sekitar 5% pada perokok biasa, namun dapat

mencapai 10% pada perokok berat.(41)

2.2.6 Nilai Baku Mutu

Baku mutu udara ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi,

dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar

yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Merujuk pada PP No. 41

Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, adapun nilai baku mutu udara

ambien parameter CO untuk pengukuran 1 jam ialah 30.000 μg/Nm3 dan untuk

pengukuran 24 jam yaitu 10.000 μg/Nm3.(23)


22

2.2.7 Cara Pengukuran dan Penentuan Titik Pengambilan Sampel

Pengambilan udara ambien biasanya diperuntukkan pada daerah pemukiman

penduduk, perkantoran, kawasan sekitar industri atau daerah lain yang dianggap

penting untuk diketahui kualitas udara akibat adanya suatu kegiatan tertentu.

Berikut beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk penentuan suatu lokasi

pemantauan kualitas udara ambien :(42)

1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang didahulukan untuk

dipantau hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar tinggi. Satu

atau lebih stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang

emisinya besar.

2. Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan

penduduk tinggi, teruatam ketika terjadi pencemaran yang berat.

3. Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi

maka stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling

daerah/kawasan.

4. Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang

dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di daerah-daerah yang

diproyeksikan.

5. Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara diseluruh wilayah

studi harus diperoleh agar kualitas wilayah dapat dipantau (dievaluasi).

Berikut beberapa persyaratan pemilihan titik pengambilan lokais yang akan

dijadikan sampel penelitian, sebagai berikut :(42)

1. Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya adsorpsi atau

adsorbs.
23

2. Hindari tempat dimana pengganggu kimi terhadap bahan pencemar yang akan

diukur dapat terjadi.

3. Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil

yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikat metter) tidak boleh

dekat dengan incinerator baik domestik maupun komersial, gangguan listrik

terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi.

4. Letakkan peralatan didaerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan

saling berjauhan.

Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengukuran

konsentrasi CO dengan menggunakan metode NDIR Analyzer:(40)

1. Impinger diletakkan dengan ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah

2. Pengambilan CO dilakukan dengan mengisi Impinger dengan 15 ml larutan

absorben KI.

3. Lalu midget impinger dihubungkan dengan vacum pump

4. Udara dialirkan dengan impinger dengan kecepatan 0,5 liter/detik

5. Waktu sampling selama 1 jam untuk masing-masing titik pengambilan

sampel.

6. Setelah pengukuran selesai dilakukan, selanjutnya sampel dibawa ke

laboratorium guna dianalisis menggunakan alat spektofotometer dengan

metode Analisis NDIR.

2.3 Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima merupakan istilah yang telah ada sejak zaman kolonial

Belanda, dibawah pimpinan Pemerintahan Raffles. Istilah ini berawal dari kata “five

feet”, yang berarti jalur pejalan kaki di depan bangunan toko selebar lima kaki.
24

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ruang tersebut berubah fungsi menjadi

tempat untuk melakukan aktivitas berjualan oleh para pedagang kecil, sehingga

disebut sebagai pedagang kaki lima.(43)

Menurut Perda (Peraturan Daerah) Kota Padang tahun 2014 tentang penataan

dan pemberdayaan pedagang kaki lima, bahwa yang dimaksud dengan pedagang kaki

lima ialah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan yang dalam hal ini baik

menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, serta menggunakan

prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah

maupun swasta yang bersifat sementara ataupun tidak menetap. (44)

2.4 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

2.4.1 Konsep dan Definisi

Analisis risiko merupakan suatu prosesguna mengendalikan situasi atau

keadaan dimana organisme, sistem, atau sub/populasi mungkin terpajan berbahaya.

Proses analisis risiko ini terdiri dari tiga komponen meliputipenilaian risiko,

pengelolaan risiko dan komunikasi risiko. Sedangkan analisis risiko kesehatan

lingkungan (ARKL) adalah suatu proses yang bertujuan guna menghitung atau

meperkirakan risiko yang akan terdapat pada kesehatan manusia, termasuk juga

identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian, penelusuran terhadap

pajanan tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang

menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik.(45)

Analisis risiko juga didefinisikan sebagai suatu proses dalam menghitung

atau mengestimasi risiko pada suatu organisme sasaran, sistem atau (sub)populasi,

termasuk mengidentifikasi ketidakpastian-ketidakpastian yang menyertainya setelah


25

terpajan oleh agen tertentu dengan memperhatikan karakteristik yang melekat pada

agen yang menjadi perhatian dan karakteristik sistem sasaran yang spesifik .(46)

Adapun pelaksanaan risk analysis dapat digambarkan seperti bagan di bawah

ini:(47)

Gambar 2.1 Proses Analisis Risiko

2.4.2 Prosedur Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Prosedur analisis risiko secara umum terdiri atas 4 tahap yaitu:(48)

1. Identifikasi bahaya (Hazard Identification)

2. Analisis dosis-respon (Dose Response Assessment)

3. Analisis pemajanan (Expossure Assessment)

4. Karakterisasi risiko (Risk Characterization)


26

Gambar 2.2 Langkah-Langkah Analisis RisikoMenurut Louvar dan Louvar

2.4.3 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam analisis risiko

kesehatan lingkungan. Identifikasi bahaya didefinisikan sebagai suatu proses guna

menentukan apakah suatu pajanan dari sebuah agen risiko dapat menyebabkan

terjadinya peningkatangangguan kesehatan seperti kanker dan kecacatan lahir. (49)

Tahap ini adalah suatu proses untuk menentukan bahan kimia yang berpengaruh

terhadap kesehatan manusia, misalnya kanker dan cacat lahir. (50) Pada tahapan ini

juga harus menjawabpertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media

lingkungan yang manaagen risiko eksisting, seberapa besar kandungan atau

konsentrasi agen risiko dimedia lingkungan dan gejala kesehatan apa yang

potensial.(45)

Bahaya diartikan sebagai zat-zat toksik atau kondisi-kondisi spesifik yang

berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Penentuan tingkat bahaya suatu bahan

kimia dapat dilakukan dengan membandingkan zat berbahaya dengan daftar zat-zat
27

toksik yang ada. Zat toksik biasanya dikelompokkan menjadi kelompok karsinogen,

berpotensi karsinogen dan bukan karsinogen.(48)

2.4.4 Analisis Dosis Respon (Dose Respon Assessment)

Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko, konsentrasi dan

medialingkungan), kemudian tahap selanjutnya ialah melakukan analisis dosis-

respon yaitu mencari nilai RfD dan/atau RfC, dan/atau SF dari agen risiko yang

menjadi fokus ARKL, serta dalam memahami efek apa saja yang mungkin

ditimbulkan oleh agen risikotersebut kepada manusia. Analisis dosis-respon ini tidak

harus dengan melakukan penelitian percobaan sendiri akan tetapi dengan merujuk

pada literatur yang telah tersedia.(45)

Adapun langkah analisis dosis respon ini bertujuan untuk :(45)

1. Mengetahui jalur pajanan (pathway) dari suatu agen risiko yang masuk ke dalam

tubuh manusia.

2. Memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibatpeningkatan

konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh.

3. Mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope

factor (SF) dari agen risiko tersebut.

Uraian tentang dosis referensi (RfD), konsentrasi referensi (RfC) dan slope

factor (SF) yaitu sebagai berikut:(45)

1. Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah

nilai yang dijadikan sebagai nilai yang aman pada efek nonkarsinogenik

suatuagen risiko, sedangkan SF (slope factor) ialah referensi sebagai nilai yang

aman pada efek karsinogenik


28

2. Nilai RfD dan SF merupakan hasil penelitian (Experimental Study) dari berbagai

sumber baik yang dilakukan pada obyek manusia maupun merupakan

eksptrapolasi dari hewan percobaan ke manusia.

3. Untuk mengetahui RfC, RfD, dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada

Integrated Risk Information System (IRIS) yang dapat diakses pada situs

www.epa.gov/iris.

4. Jika tidak ada RfC,RfD dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis

eksperimental yang lain seperti NOAEL, (No Observed Adverse Effect Level),

LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level), MRL ( Minimum Risk Level),

baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air QualityStandart)

dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri

yang jelas (Wb, te,fE dan Dt)

Dosis respon akan menunjukkan tingkat toksisitas dari suatu bahan yang

biasanya dinyatakan dalam :(48)

1. NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) ialah pajanan tertinggi dimana

tidak terdeteksi efek yang dapat merugikan

2. LOAEL (Low Observed Adverse Effect Level ) ialah tingkat pajanan terendah

yang dapat menimbulkan efek merugikan bagi manusia

3. ED (Effective Dose) ialah jumlah dosis yang dapat menyebabkan efek permanen

pada manusia.

4. TD (Toxic Dose) ialah jumlah dosis yang dapat menyebabkan luka pada tubuh

manusia

5. LD (Lethal Dose) ialah jumlah dosis yang dapat menyebakan kematian pada

organisme yang terpajan.


29

2.4.5 Analisis Pajanan (Exposure Assessment)

Pajanan adalah proses di mana organisme kontak dengan suatu bahaya;

pajanan menjembatani antara bahaya dan risiko. Pajanan kontaminan dari sumber

primer atau sekunder (media lingkungan) dapat terjadi melalui inhalasi, konsumsi air

atau makanan, dan atau penyerapan melalui kulit.(41)

Analisis pajanan adalah proses mengukur atau memperkirakan intensitas,

frekuensi, dan durasi pajanan manusia ke agen lingkungan atau memperkirakan

pajanan hipotetis yang mungkin timbul dari pelepasan bahan kimia baru ke

lingkungan. Dalam bentuk yang paling lengkap, itu menggambarkan besarnya,

durasi, jadwal, dan rute paparan ; ukuran, sifat, dan kelas dari populasi manusia yang

terpajan; dan ketidakpastian dalam semua perkiraan.(49) Analisis pemajanan, atau

exposure assessment yang disebut juga penilaian kontak, bertujuan untuk mengenali

jalur-jalur pajanan risk agent agar jumlah asupan yang diterima individu dalam

populasi berisiko bisa dihitung.(46,48)

Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data

primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang

dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada

media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti Badan

Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan lain-lain),

dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default

yang tersedia.

Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut :(45)

Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt

Wb x t.Avg
30

Keterangan :

I = asupan (intake) (mg/kg/hari)

C = konsentrasi agen risiko (mg/Nm3)

R = laju asupan atau konsentrasi (0,83 m3/jam untuk inhalasi )

tE = waktu pajanan (jam/hari)

fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt = durasi pajanan (tahun)

Wb = berat badan (kg)

Tavg = periode rata-rata harian (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat

nonkarsinogenik, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik.

2.4.6 Karakterisasi Risiko (Risk Characterization)

Karakterisasi risiko adalah proses memperkirakan kejadian efek kesehatan

akibat berbagai pajanan yang telah dijelaskan pajanan. Karakterisasi risiko

dinyatakan dalam risk quotient (RQ) untuk efek nonkarsinogenik. Perkiraan tersebut

dapat dilakukan melalui estimasi risiko, yaitu kuantifikasi probabilitas terjadinya

risiko berdasarkan identifikasi bahaya, analisis efek dan analisis pajanan. Hasil

karakterisitik risiko kemudian dibandingkan dengan dosis refernsi yang tidak

menimbulkan efek pada individu apakah risiko yang dinilai berbahaya bagi individu

atau tidak.(48)

Karakterisasi risiko juga merupakan langkah terakhir dalam ARKL yang

dilakukan guna menetapkan tingkat risiko, dimana hal ini menentukan apakah agen

risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL beresiko menimbulkan

gangguan kesehatan masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan, laju

inhalasi/ kosumsi, waktu, frekuensi, durasi pajanan yang tertentu) atau tidak. Nilai
31

RQ dihitung dengan membagi nilai asupan atau intake dengan nilai dosis refrensi

(RfD) atau konsentrasi referensi (RfC). Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau

bilangan desimal tanpa satuan. Apabila didapatkan dari hasil perhitungan nilai RQ>1

maka dapat dikatan tidak aman, begitu sebaliknya apabila nilai RQ≤1 maka

dikatakan aman.(45)

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan nilai RQ sebagai berikut :(45)

RQ =

RQ = tingkat risiko

I = Asupan (intake) dari hasil perhitungan penialaian pajanan (mg/kg/hari)

RfC = Dosis atau konsentrasi Patofisiologi

2.5 Pengelolaan Risiko

Manajemen risiko merupakan tindak lanjut yang harus dilakukan apabila hasil

dari karakterisasi menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman. Strategi pengelolaan

risiko berbeda dengan cara pengelolaan risiko. Dimana strategi risiko meliputi

penetuan batas aman dengan cara menghitung konsentrasi agen risiko yang aman, ,

lama pajanan yang aman, dan frekuensi pajanan yang aman. Adapun yang dimaksud

dari batas aman ialah batas atau nilai terendah yang dapat menyebabkan tingkat

risiko menjadi menjadi tidak aman (tidak dapat diterima). Nilai yang aman

merupakan nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas

aman tersebut dapat menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman.(45)

Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus di bawah ini :(45)

C aman =
32

tE aman =

fE aman =

Selanjutnya dalam pengelolaan risiko, strategi risiko membutuhkan cara

pengelolaan risiko yang tepat. Cara pengelolaan risiko disini merupakan cara atau

metode yang akan digunakan untuk mencapai batas aman yang meliputi beberapa

pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial-ekonomis, pendekatan

institusional.(45)

2.6 Komunikasi Risiko

Komunikasi risiko dilakukan memiliki tujuan agar masyarakat yang berisiko,

pemerintah dan pihak yang berkepentingan mengetahui risiko yang mungkin timbul

dan akan menganggu kesehatan manusia, namun tidak menimbulkan kepanikan yang

berlebihan maupun menimbulkan kerusuhan di masyarakat. Komunikasi yang

dilakukan harus menggunakan bahasa mudah dipahami dan memuat seluruh

informasi tanpa ditutup-tutupi dengan menggunakan berbagai metode seperti

ceramah maupun diskusi interaktif. Selain itu juga dapat didukung dengan

penggunaan berbagai media dalam kegiatannya. (45)


2.7 Telaah Sistematis

Tabel 2.4 Telaah Sistematis

No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Jenis Penelitian Hasil

1 Okta Risa 2018 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan ARKL Hasil pengukuran konsentrasi CO
Karbon Monoksida (CO) Pada Pedagang Di Jalan tertinggi sebesar 39,21
M. Yamin Kota Padang Tahun 2018 μg/Nm3. Sedangkan konsentrasi
CO terendah sebesar 32,85
μg/Nm3. Nilai intake realtime
terbesar adalah 0,000789
mg/kg/hari sedangkan nilai intake
lifetime adalah 0,00473
mg/kg/hari.
2 Rionaldo Elen 2017 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ARKL Berdasarkan hasil penelitian yang
Pamungkas, Akibat Paparan Karbon Monoksida Melalui dilakukan pada 19 titik terdapat 10
Sulistiyani, Inhalasi Pada Pedagang Di Sepanjang Jalan titik (57,89%) pengukuran
Mursid Rahardjo Depan Pasar Projo Ambarawa Kabupaten konsentrasi karbon monoksida
Semarang (CO) telah melewati baku mutu.
Rata-rata nilai intake karbon
monksida (CO) pada realtime
sebesar 2,94 mg/kg/hari, sedangkan
nilai rata-rata asupan pada lifetime
yaitu 4,76 mg/kg/hari. Terdapat 5
orang responden (8,6%) dari total
58 orang responden termasuk
dalam kategori tidak aman atau
berisiko baik pada karakteristik
risiko non karsinogenik atau risk
quotient (RQ) realtime maupun
lifetime
3 Devita Nur 2017 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan ARKL Berdasarkan hasil penelitian yang
Aprilia, Nurjazuli, Gas Karbon Monoksida (CO) Pada Petugas dilakukan di 4 lokasi gerbang tol
Tri Joko Pengumpul Tol Di Semarang Semarang bahwa rata-rata

33
konsentrasi karbon monoksida
(CO) yaitu sebesar 10,61 mg/m3.
Terdapat di 9 titik pengukuran yang
mana konsentrasi CO di atas baku
mutu yang ditetapkan.
4 Mesha Ferzica 2017 Analisis Risiko Pajanan Karbon Monoksida (CO) ARKL Berdasarkan hasil penelitian yang
Nanda pada Pedagang di Jalan Raya Indarung Kawasan dilakukan pada empat titik
Industri PT Semen Padang Tahun 2017 sampling didapatkan hasil
pengukuran konsentrasi rata-rata
CO di Jalan Raya Indarung pada
kawasan industri PT Semen Padang
yaitu sebesar 0,03575 mg/m3. Nilai
intake CO lifetime rata-rata yaitu
sebesar 0,00071 mg/kg/hari,
sedangkan untuk nilai realtime
sebesar 0,000185 mg/kg/hari.
5 Damri, Mirna 2016 Analisis Paparan CO dan SO2 Pada Petugas Parkit Cross Sectional Berdasarkan hasil penelitian
Ilza, Dedi Afandi Di Basement Mall Ska Di Kota Pekanbaru didapatkan pengukuran konsentrasi
paparan CO pada pagi hari sebesar
18,18 μg/Nm3, pada siang hari
sebesar 24,72 μg/Nm3 dan paparan
tertinggi didapat pada malam hari
mencapai 28,24 μg/Nm3. Paparan
gas CO yang signifikan
(0,000<0,05) bahwa terdapat rasa
sakit yang dirasakan oleh petugas
parkir.
6 Erna Veronika, 2014 Analisis Kadar PM10 Dan Karbon Monoksida Penelitian Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian,
Devi Nuraini (CO) Serta Keluhaan Gangguan Pernafasan Akut didapatkan rata-rata kadar PM10
Santi, Taufik Pada Petugas Dinas Terminal Amplas Medan yaitu sebesar 105 μg/m3 dan rata-
Ashar Tahun 2014 rata kadar CO sebesar 8 ppm, serta
sebanyak 58,3% responden di
dalam ruangan tidak mengalami
keluhan gangguan pernapasan akut
dan 68,1% di luar ruangan

34
mengalami keluhan gangguan
pernapasan akut dengan keluhan
yang paling banyak
dirasakan yaitu batuk-batuk sebesar
33.3% di dalam ruangan dan 55,1%
di luar ruangan
7 Niken Setyowati, 2014 Potensi Gangguan Kesehatan Polisi Lalu Lintas Penelitian Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian di 5
Agus Firiangga, Akibat Karbon Monoksida (CO) dan Analisis Korelasi persimpangan jalan di Kota
Dian rahayu Jati Pontianak menunjukkan bahwa
konsentrasi CO jalan Tanjungpura-
Jalan Veteran sebesar 150.000
μg/Nm3. konsentrasi tersebut telah
melebihi ambang batas baku mutu
udara yang ditetapkan.

35
2.8 Kerangka Teori

Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu kerangka teori berikut ini.

Gambar 2.3 Kerangka Teori(32,37,45)

36
37

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang merupakan hasil dari penelitian yang

didapatkan variabel yang diduga menjadi analisis risiko kesehatan lingkungan

pajanan karbon monoksida (CO) yang dapat digambarkan dalam diagram di bawah

ini.

Gambar 2.4 Kerangka Konsep


BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk analitik dengan

menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan atau yang disebut dengan

ARKL. ARKL dimaksud mempunyai tujuan untuk menghitung maupun

memperkirakan tingkat risiko kesehatan akibat pajanan CO yang ada dilingkungan

dalam suatu populasi.

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan bulan Januari 2019 sampai bulan Mei 2019 di Jalan

Samudera, dimulai dari simpang Hotel Pangeran sampai ke Mesjid Pantai Padang

yang baru di bangun (depan Rumah Makan Pujasera).

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi

a. Populasi Subyek

Populasi subyek dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di

Jalan Samudera Kota Padang yang berjumlah 100 orang.

b. Populasi Obyek

Populasi Obyek dalam penelitian ini adalah Jalan Samudera Kota Padang.

3.3.2 Sampel

a. Sampel Subyek

Sampel subyek dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang

berjualan atau menjajakan dagangannya di tepi jalan. Penentuan jumlah

38
39

sampel yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut :

n= Z2 1- α / 2 x P (1-P)N

d2 (N-1) + Z2 1- α / 2 x P (1-P)

Keterangan :

n = Besar sampel yang dikehendaki

Z2 1- α / 2 = Harga kurva normal berdasrkan tingkat kepercayaan

95% = 1.96

P = Perkiraan proporsi pada populasi = 0.5

N = Besar populasi

d2 = Presisi (batas ketelitian yang diinginkan) atau persen

kelonggaran ketelitian karena kesalahan sampel (10%)

Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan hasil perhitungan sebagai

berikut :

n= Z2 1- α / 2 x P (1-P)N

d2 (N-1) + Z2 1- α / 2 x P (1-P)

n= (1,96)2.0,5 (1-0,5)100

(0,1)2.(100-1) + (1,96)2.0,5(1-0,5)

n= 3,8.0,5.0,5.100

0,01.99+3,8.0,5.0,5

n= 95

1,94

= 48,9 dibulatkan menjadi 49

Jumlah sampel minimal yang didapat untuk penelitian ini sesuai dengan hasil

perhitungan di atas adalah sebanyak 49 responden. Untuk mencegah terjadinya drop


40

out dalam penelitian ini mkaa jumlah sampel ditambah sebanyak 10% dari jumlah

sampel sebenarnya yaitu sebanyak 5 orang, sehingga sampel yang dibutuhkan

menjadi 54 responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik sistematic random sampling.

Berikut ini rumus pengambilan sampel menggunakan teknik sistematic

random sampling :

k = 1,85 dibulatkan menjadi 2

Didapatkan hasil bahwa pengambilan sampel pada kelipatan 2, dimulai dari 1,

3, 5 dan seterusnya sampai memenuhi jumlah sampel yang diinginkan yaitu 54

sampel. Disamping itu juga karena PKL berjualan pada sisi kanan dan kiri jalan

maka peneliti juga mengambil pada kedua sisi secara sistematis.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


3.4.1 Sampel Subyek
Teknik pengambilan sampel subyek yang digunakan ialah teknik sistematic

random sampling terhadap pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Samudera yang

beradius 4100 meter.

3.4.2 Sampel Obyek


Jumlah lokasi titik pengambilan sampel objek berdasarkan radius yang

dibagi atas tiga titik sebagai berikut :

1. Di perbelokan Permindo Distro

2. Di simpang depan My All Hotel

3. Di depan Rumah Makan Pujasera


41

Gambar 3.1 Peta Lokasi Pengukuran Titik di Jalan Samudera

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1 Kriteria Inklusi

1. Pedagang yang berjualan di sepanjang Jalan Samudera selama minimal 2

tahun

2. Pedagang bersedia menjadi responden

3. Pedagang berada di lokasi pada saat melakukan penelitian

4. Pedagang dapat berkomunikasi dengan baik

3.5.2 Kriteria Eksklusi

1. Pedagang yang berjualan di sepanjang Jalan Samudera selama kurang dari 2

tahun

2. Pedagang tidak bersedia menjadi responden

3. Pedagang tidak berada di lokasi pada saat melakukan penelitian

4. Pedagang tidak dapat berkomunikasi dengan baik


42

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Cara dan Alat
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Ukur
Menggunakan
Banyaknya kandungan
midget impinger
gas CO yang terdapat
Konsentrasi (C) CO dan Rasio
dalam satuan jumlah di µg/Nm3
spektrofotometer
udara sekitar jalan
dengan metode
Samudera
analisis NDIR
Laju Asupan (R) Banyaknya volume Melakukan m3/jam Rasio
udara yang dihirup wawancara melalui
oleh individu per alat ukur kuesioner
satuan waktu
Lama pajanan (tE) Lamanya atau jumlah Melakukan Jam/hari Rasio
jam terjadinya pajanan wawancara melalui
setiap hari alat ukur kuesioner
Frekuensi pajanan (fE) Lamanya atau jumlah Didapatkan dengan Hari/tahun Rasio
hari terjadinya pajanan melakukan
setiap tahunnya wawancara melalui
alat ukur kuesioner
Durasi pajanan(Dt) Lamanya atau jumlah Didapatkan dengan Tahun Rasio
tahun terjadinya melakukan
pajanan wawancara melalui
alat ukur kuesioner
Berat badan (Wb) Berat badan responden Timbangan Kg Rasio
saat penelitian
Periode waktu rata-rata Periode waktu rata- Mengalikan 30 tahun x Rasio
pajanan (tavg) rata pajanan untuk lifespam dengan 365
efek nonkarsinogenik frekuensi pajanan hari/tahun

Intake(I) atau asupan Jumlah konsentrasi Perhitungan mg/kg/hari Rasio


CO agen risiko partikel dilakukan dengan
CO yang masuk ke menggunakan
dalam tubuh rumus dan dibantu
manusiaper berat dengan alat
badan setiap harinya kalkulator.
Rumus :
Intake (I) =
CxRx tExfExDt
Wbxt.Avg
Frekuensi refrensi Nilai referensi agen Sesuai dengan mg/kg/hari Rasio
(RfC) risiko pada pemajanan ketetapan dari studi
inhalasi literatur RfC CO
43

Risiko non kanker Besarnya tingkat risiko Melakukan RQ>1 Ordinal


(RQ) terhadap agen risiko perhitungan berarti
yang dianilisis melalui bilangan risiko berisiko,
perhitungan (RQ) dan dibantu danRQ≤1
perbandingkan intake dengan alat hitung berarti tidak
dengan konsentrasi kalkulator berisiko
referensi agen risiko Rumus:
yang dinyatakan dalam RQ =
angka atau bilangan
desimal tanpa satuan

3.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran konsentrasi

karbon monoksida (CO) di Jalan Samudera. Data ini diambil dengan

menggunakan alat khusus pengambilan sampel karbon monoksida (CO) yaitu

midget impinger dan spektrofotometer dengan metode analisis NDIR.

Disamping itu, data primer juga diperoleh dari melalui wawancara langsung

dengan menggunakan kuesioner guna mengetahui pola aktivitas responden

dan dengan cara melakukan pengukuran langsung responden guna

mendapatkan data antropometri.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data profil kesehatan Dinas

Kesehatan (Dinkes) Kota Padang dan data pemantauan kualitas udara ambien

gas CO Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang.

3.7.2 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum

dilakukannya analisis data, hal bertujuan agar data yang dianlisis dapat menghasilkan

informasi valid. Adapun langkah – langkah dalam pengolahan data sebagai berikut :
44

a. Editing merupakan kegiatan pemeriksaan seluruh data yang diperoleh oleh

peneliti. Data yang diperiksa adalah data hasil kuesioner yang dikumpulkan

apakah kuesioner sudah lengkap dan valid.

b. Coding merupakan kegiatan ini dilakukan guna memasukkan data dengan

cara memberikan kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan entry

data dan analisis.

c. Entry data yaitu proses memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam

software komuputer guna dilakukannya analisis selanjutnya.

d. Cleaning yaitu melakukan pengecekan ulang pada data yang telah

dimasukkan guna memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data yang

dimasukkan dan memberi kesempatan untuk dilakukan perbaikan sebelum

dianalisis.

e. Processing yaitu memproses data setelah dilakukannya entry data,

sehingga dapat dianalisis menggunakan uji statistik yang telah ditetapkan.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa midget impingeruntuk mengukur konsentrasi karbon monoksida (CO),

wawancara dan kuesioner. Data dikumpulkan peneliti dari responden menggunakan

kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari penelitian sebelumnya. Kuesioner

merupakan sebuah daftar pertanyaan yang dari jawaban-jawaban responden dapat

diketahui karakteristik antropometri dan pola aktvitas dan gangguan kesehatan

respondensehingga dapat diketahui asupan dan besar risiko yang diterima responden.
45

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan guna melihat distribusi frekuensi, nilai

minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata pada semua variabel. Hasil analisis ini

akan disajikan dalam bentuk tabel yang akan dideskripsikan dalam hasil penelitian.

3.9.2 Analisis Risiko

Data yang telah disajikan selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis

risiko yaitu dengan menghitung jumlah intake karbon monoksida (CO) yang diterima

oleh individu per kilogram berat badan per harinya. Intake dihitung dengan rumus

perhitungan analisis risiko menggunakan nilai konsentrasi pajanan karbon

monoksida (CO) yang terukur, nilai-nilai antropometri dan pola aktivitas individu.

Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan persaman sebagai berikut :

Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg
Keterangan :

I = asupan (intake) (mg/kg/hari)

C = konsentrasi agen risiko (mg/Nm3)

R = laju asupan atau konsentrasi (0,83 m3/jam untuk inhalasi )

tE = waktu pajanan (jam/hari)

fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt = durasi pajanan (tahun)

Wb = berat badan (kg)

Tavg = periode rata-rata harian (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat

nonkarsinogenik, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik.

Kemudian untuk menghitung karakter risiko atau yang disebut dengan Risk

Quotient (RQ atau tingkat risiko) RQ dihitung dengan membagi asupan non
46

karsinogenik (intake) risk agent dengan RfD atau RfC- nya menurut persamaan

sebagai berikut :

RQ =

Keterangan :

RQ = tingkat risiko

I = asupan (intake) dari hasil perhitungan penialaian pajanan

(mg/kg/hari)

RfC = dosis atau konsentrasi Patofisiologi

Apabila didapatkan nilai RQ>1 berarti pajanan karbon monoksida (CO)

berada di atas normal, hal itu menunjukkan pajanan karbon monoksida (CO) berisiko

sehingga diperlukan suatu pengendalian. Tetapi apabila nilai RQ≤1 menunjukkan

pajanan karbon monoksida (CO) berada di bawah batas yang diperbolehkan sehingga

dapat dinyatakan aman dan tidak berisiko.


BAB 4 : HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Aktivitas transportasi yang ramai merupakan area yang dipilih dalam

melakukan penelitian ini. Lokasi penelitian dilakukan di sepanjang Jalan Samudera,

Kecamatan Padang Barat Kota Padang dengan radius 4100 meter dimulai dari

simpang Hotel Pangeran sampai di depan Masjid Kota Padang yang baru dibangun

(di dekat Rumah Makan Pujasera). Dalam penelitian ini peneliti memilih pedagang

kaki lima yang berjualan di tepi jalan raya sebagai responden penelitian. Responden

yang diambil baik yang berjualan disisi kiri maupun sisi kanan, dimana penentuan

sampel menggunakan metode sistematic random sampling. Responden sebagian

besar tidak bermukim di sekitaran lingkungan kerja. Pengukuran dilakukan pada tiga

titik yang telah ditentukan di Jalan Samudera, dimana jarak setiap titik berkisar 500-

800 meter. Berikut ini denah lokasi pengukuran titik di Jalan Samudera :

Gambar 4.1 Denah Lokasi Pengukuran Titik di Jalan Samudera

47
48

Keterangan :

Titik 1 : Di perbelokan Permindo Distro

Titik 2 : Di simpang depan My All Hotel

Titik 3 : Di depan Rumah Makan Pujasera

Jalan Samudera juga merupakan jalan yang berada pada destinasi wisata Kota

Padang yaitu Pantai Padang. Banyaknya pengunjung yang melewati jalan ini

ditambah dengan padatnya aktifitas transportasi, sehingga berpotensi menyumbang

berbagai pencemaran udara terutama gas karbon monoksida. Transportasi yang

berbahan bakar bensin seperti kendaraan motor dan mobil sangat memicu untuk

menghasilkan gas karbon monoksida yang lebih banyak di lingkungan ini.

4.2 Karakteristik Responden


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 54 responden

pedagang kaki lima yang berjualan di tepi Jalan Samudera Kota Padang, didapatkan

karakteristik individu sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Variabel Frekuensi Persentase (%)


Umur
< 20 Tahun 1 1.9
21-30 Tahun 10 18.5
31-40 Tahun 19 35.2
41-50 Tahun 16 29.6
51-60 Tahun 7 13.0
>61 Tahun 1 1.9
Jumlah 54 100.0
Jenis Kelamin
Laki-Laki 21 38.9
Perempuan 33 61.1
Jumlah 54 100.0
Pendidikan
Tidak Tamat SD 3 5,6
SD 7 13,0
49

Variabel Frekuensi Persentase (%)


SLTP 15 27,8
SLTA 26 48,1
D3/S1/S2/S3 3 5,6
Jumlah 54 100,0
Merokok
Tidak Merokok 47 87.0
Merokok (1-5 batang) 4 7.4
Merokok (6-10 batang) 2 3.7
Merokok (10-15 batang) 1 1.9
Jumlah 54 100.0

Berdasarkan tabel distribusi ferekuensi frekuensi umur responden diketahui

bahwa umur responden paling banyak berada pada rentang usia 31-40 tahun

sedangkan yang paling sedikit berada yaitu dibawah 20 tahun dan diatas 61 tahun,

dimana responden berada pada usia produktif. Berdasarkan karakteristik jenis

kelamin didapatkan responden terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak

33 orang (61,1%), untuk tingkat pendidikan terakhir yang paling banyak berada yaitu

SLTA sebanyak 26 orang (48,1%) sedangkan yang paling sedikit yaitu tidak tamat

SD sebanyak 3 orang (5,6%) dan D3/S1/S2/S3 sebanyak 3 orang (5,6%). Sementara

itu jumlah responden yang tidak merokok sebanyak 47 orang (87%) sedangkan

responden yang merokok sebanyak 7 orang (13%) dengan yang paling banyak yaitu

merokok (1-5 batang/hari) yaitu sebanyak 4 orang (7,4%).

4.3 Konsentrasi CO Di Udara Ambien


Konsentrasi CO yang diperoleh dari hasil pengukuran oleh peneliti dan

dibantu oleh pihak UPTD Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menggunakan

alat midget impinger selama 1 jam pada masing masing titik. Penelitian dilakukan

pada 3 titik pengukuran selama 2 hari dimulai dari siang hari sampai sore hari.
50

Pengukuran pada hari pertama dilakukan pada pukul 14:05-15:05 WIB

sedangkan di hari kedua dilakukan pada pukul 14:00-16:00 WIB. Penentuan titik

pengukuran konsentrasi CO merupakan titik yang padat akan kendaraan sehingga

berpotensi memiliki konsentrasi CO yang tinggi dan telah diamati secara subjektif.

Sebelum dilakukan pengukuran gas CO dilakukan pengukuran suhu, kelembaban

udara dan kondisi cuaca, dimana faktor meteorologis tersebut mempengaruhi

keberadaan gas CO. Hasil pengukuran meteorologis tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban Udara Saat Pengukuran

Waktu
Faktor Meteorologis
Titik Pengambilan
Sampel Suhu Kelembaban Cuaca
1 14:05-15:05 35,5ºC 68% Cerah
2 14:00-15:00 36,4ºC 64% Cerah
3 15:00-16:00 35,8ºC 65% Cerah

Pengukuran konsentrasi CO dilakukan pada siang hari sampai dengan sore

hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Suhu tertinggi berada pada titik kedua yaitu

36,4ºC di depan My All Hotel dengan pengambilan sampel pada pukul 14:00-15:00

WIB sedangkan suhu terendah berada pada titik pertama yaitu 35,5ºC di depan

Permindo Distro dengan pengambilan sampel pada pukul 14:05-15:05 WIB.

Kelembaban tertinggi berada pada titik pertama yaitu 68% sedangkan kelembaban

terendah berada pada titik kedua yaitu 64%.

Peneliti juga mengumpulkan data jumlah kendaraan yang melewati Jalan

Samudera saat melakukan pengukuran konsentrasi CO. Hal ini bertujuan guna

melihat gambaran volume kendaraan yang lewat serta melihat gambaran risiko akibat

pajanan CO di udara ambien yang terjadi pada saat penelitian. Berikut ini data
51

jumlah kendaraan yang melewati jalan samudera per jam saat pengukuran

berlangsung :

Tabel 4.3 Jumlah Kendaraan yang Lewat Per Jam di Jalan Samudera
Estimasi Faktor Emisi
Kendaraan Kendaraan Kendaraan
Titik Lokasi Roda Roda Roda
Kendaraan Mobil
Dua Empat Enam
bermotor bensin
bensin
Depan 24.980,8 194.304,6
1
Permindo 576 420 1 g/L g/L
Distro
Depan 395.021,25 315.513,66
2
My All 925 682 2 g/L g/L
Hotel
Depan 2 316.871,1 249.820,2
3 742 540
Pujasera g/L g/L

Berdasarkan tabel 4.3 jumlah kendaraan roda dua dan roda empat tertinggi

berada pada titik kedua yaitu di depan My All Hotel, dengan jumlah kendaraan roda

dua sebanyak 925 kendaraan/jam dengan estimasi faktor emisi sebanyak 395.021,25

gram,/liter, sedangkan roda empat sebanyak 682 kendaraan/jam dengan estimasi

faktor emisi sebanyak 315.513,66 gram/liter. Pengukuran kendaraan dilakukan

dengan perhitungan langsung secara kasat mata oleh tim dan peneliti. Berikut hasil

pengukuran konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang Tahun 2019 :

Tabel 4.4 Konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang


No Lokasi GPS Waktu Konsentrasi NAB
(WIB) (µg/Nm3) (30 µg/Nm3)
1 Depan 0º56,226ʺS
Permindo 100º21,075ʺE 14:05-15:05 40,39 Aman
Distro
2 Depan My All 0º56,569ʺS 14:00-15:00 42,35 Aman
Hotel 100º21,085ʺE
3 Depan 0º57,999ʺS 15:00-16:00 41,28 Aman
Pujasera 100º21,197ʺE

Pengukuran Konsentrasi CO dilakukan selama 1 jam pada masing-masing

titik sampling. Konsentrasi CO tertinggi berada pada titiks 2 di depan My All Hotel
52

yaitu sebesar 42,35 µg/Nm3. Sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik 1 di

depan Permindo Distro yaitu sebesar 40,39 µg/Nm3. Berdasarkan hasil pengukuran

CO didapatkan konsentrasi CO rata-rata sebesar 42,63 µg/Nm3.

4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas


Data karakteristik antropometri dan pola aktivitas didapatkan dari hasil

pengukuran melalui kuesioner yang dibagikan kepada 54 responden pedagang kaki

lima di Jalan Samudera Kota Padang. Data tersebut meliputi berat badan (Wb),

jumlah jam kerja atau lama pajanan (tE), jumlah hari kerja atau frekuensi pajanan

(fE), dan durasi pajanan per tahunnya (Dt). Berikut ini tabel deskriptif pola aktivitas

responden di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang :

Tabel 4.5 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas Responden


Std. Distribusi
No Elemen Mean Median Modus Min Max
Deviasi Data
Berat Badan Normal
1 56,63 56 50 42 80 8,616
(Wb) (Kg)
Lama Tidak
2 Pajanan (tE) 8,33 8 8 4 15 1,952 Normal
(Jam/Hari)
Frekuensi Tidak
3 Pajanan (fE) 334,11 357 363 219 363 35,239 Normal
(Hari/Tahun)
Durasi Tidak
4 Pajanan (Dt) 5,39 2 2 2 37 6,697 Normal
(Tahun)

Berdasarkan tabel karakteristik antropometri dan pola aktivitas responden di

atas didapatkan bahwa rata-rata berat badan (Wb) responden yaitu 56,63 Kg dengan

berat badan tertinggi 80 Kg. Lama pajanan harian rata-rata yang diterima oleh

pedagang kaki lima yaitu selama 8,33 jam/hari, sementara frekuensi pajanan rata-rata

responden dalam satu tahun terpajan yaitu 334,11 hari/tahun. Durasi pajanan (Dt)

rata-rata yaitu 5,39 tahun. Variabel yang memiliki distribusi normal yang didapat

dari hasil uji normalitas data numerik yaitu variabel berat badan (Wb). Sedangkan
53

untuk data yang tidak normal diantaranya lama pajanan (tE), frekuensi pajanan(fE)

dan durasi pajanan (Dt). Jika variabel berdistribusi normal maka dianalisis

menggunakan nilai mean sementara jika berdistribusi tidak normal dianalisis

menggunakan nilai median.

4.5 Gambaran Gangguan Kesehatan


Berdasarkan perhitungan kuesioner yang dilakukan kepada 54 responden

pedagang kaki lima yang berjualan disepanjang Jalan Samudera Kota Padang,

didapatkan data mengenai gejala gangguan pernapasan guna melihat gambaran risiko

akibat pajanan CO yang terjadi pada saat berlangsungnya penelitian. Data gejala

gangguan pernapasan yang diambil yaitu gejala yang dirasakan selama responden

berjualan diantaranya seperti sakit kepala, mual/muntah, pandangan kabut/mata

pedih, dada berdebar-debar, sesak napas, kelelahan, gangguan konsentrasi, gangguan

pernapasan, dan riwayat gangguan pernapasan. Berikut ini data gangguan kesehatan

yang didapat dari hasil penelitian :

Tabel 4.6 Data Gangguan Kesehatan PKL di Jalan Samudera

Jumlah (%)
No Gangguan Kesehatan
Pernah Tidak Pernah
1 Sakit kepala ringan 47 (87%) 7 (13%)
2 Mual/rasa ingin muntah 28 (51,9%) 25(46,3%)
3 Pandangan kabur/mata pedih 44 (81,5%) 10 (18,5%)
4 Dada berdebar-debar 27 (50%) 27 (50%)
5 Sesak napas 20 (37%) 34 (63%)
6 Lemah/lesu/kelelahan 52 (96,3%) 2 (3,7%)
7 Gangguan konsentrasi 39(72,2%) 15 (27,8%)
9 Riwayat gangguan pernapasan 0 (0%) 54 (100%)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa dari seluruh gangguan kesehatan akibat

pajanan CO yang paling banyak dikeluhkan oleh responden yaitu rasa lemah, lesu

dan kelelahan sebanyak 52 orang (96,3%). Sementara gangguan kesehatan lainnya


54

seperti sakit kepala sebanyak 47 orang (87%), pandangan kabur/mata pedih sebanyak

44 orang (81,5%), gangguan konsentrasi sebanyak 39 orang (72,2%), mual/rasa ingin

muntah sebanyak 28 orang (51,9%), dada berdebar-debar sebanyak 27 orang (50%),

sesak napas sebanyak 20 orang (37%). Sedangkan untuk riwayat gangguan

pernapasan tidak ada responden yang memiliki riwayat tersebut.

4.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Gas Karbon Monoksida


4.6.1 Identifikasi Bahaya
Dalam penelitian ini agent risiko yang diambil berasal dari gas buang yang

dihasilkan oleh kendaraan. Gas buang kendaraan ini menghasilkan berbagai macam

polutan udara seperti CO, No2, SO2 dan HC. Bahaya yang dihasilkan dari kendaraan

dengan berbahan bakar bensin maupun solar. Karena keterbatasan waktu, biaya dan

tenaga, maka sumber bahaya yang di fokuskan dalam penelitian ini hanya pada salah

satu agent risiko yaitu karbon monoksida (CO). Dimana agent risiko tersebut

terdapat dalam kendaraan bahan bakar bensin maupun solar.

Karbon monoksida merupakan salah satu polutan udara yang timbul akibat

proses pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan. Terpapar konsentrasi CO

yang tinggi dapat mengakibatkan hal yang fatal yaitu kematian. Sedangkan paparan

rendah dapat merusak jantung dan otak. Gas CO yang ada di udara dengan cepat

memasuki seluruh bagian tubuh, termasuk darah, otak, jantung dan otot. Karbon

monoksida akan masuk ke dalam paru-paru ketika bernapas sehingga mengakibatkan

sulit bernapas, kemudian gas ini juga menyebar pada ginjal, limpa dan di dalam

darah. Dimana dalam darah terdapat haemoglobin (Hb) yang bekerja dalam mengikat

oksigen, sementara karbon monoksida mengikat haemoglobin (Hb) lebih kuat

dibandingkan oksigen sehingga membentuk karboksi haemoglobin (COHb),

sehingga mengganggu fungsi kerja dari haemoglobin.(36)


55

Populasi yang berisiko terkena pajanan gas CO dalam penelitian ini yaitu

pedagang kaki lima yang sehari-harinya berjualan di tepi jalan samudera sisi kiri

maupun sisi kanan sebanyak 54 orang. Responden diambil dengan menggunakan

metode sistematic random sampling.

4.6.2 Analisis Dosis Respon


Analisis dosis respon ialah mencari nilai RfC dari agen risiko yang menjadi

fokusARKL. RfC merupakannilai konsentrasi referensi yang dijadikan sebagai nilai

yang aman pada efek nonkarsinogenik dari suatuagen risiko. Dosis Referensi (RfC)

CO belum tersedia dalam daftar IRIS (EPA, 2006). Adapun untuk menentukan nilai

RfC CO dapat menggunakan rumus intake dengan nilai konsentrasi yang diambil

sesuai dengan baku mutu pada PP No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 30.000 µg/Nm 3

atau 30 mg/Nm3.(23) Sementara untuk nilai variabel dalam mencari intake

menggunakan nilai default yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam

pedoman ARKL yaitu nilai laju inhalasi (R) yaitu 0,83 m 3/jam, tE = 8 jam/hari,

fE=250 hari/tahun, Dt = 30 tahun, Wb = 55 Kg dan tAvg = 365 hari/tahun x 30

tahun.(45) Berikut ini hasil perhitungan yang didapat dari persamaan rumus pedoman

ARKL :

RfC = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg

RfC = 30 mg/m3 x 0,83 m3/jam x 8 jam/hari x 250 hari/tahun x 30 tahun

55 Kg x 10.950 hari

RfC = 2,48 mg/Kg/hari

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka didapatkan nilai RfC gas karbon

monoksida (CO) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,48 mg/Kg/hari.
56

4.6.3 Analisis Pajanan


Dalam menentukan analisis pajanan dapat dilakukan dengan memasukkan

nilai-nilai karakteristik antropometri dan pola aktivitas ke dalam persaman rumus

yang disebut dengan intake (I). Asupan merupakan jumlah pajanan yang diterima

oleh individu per kilo gram berat badan per hari. Nilai intake dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.(45)

Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg

Nilai intake yang dihitung ialah intake nonkarsinogenik secara lifetime dan

realtime. Perbedaan nilai intake keduanya terletak pada nilai durasi perjalanannya

(Dt). Nilai intake secara realtime dapat dihitung dengan menggunakan durasi pajanan

rata-rata sebenarnya (Dt real) merupakan durasi pajanan berdasarkan lamanya

individu tinggal di area penelitian. Sementara itu, nilai intake pajanan lifetime juga

dapat dihitung untuk lama responden dalam melakukan aktivitasnya sampai pada 30

tahun kedepan.(45)

Perhitungan jumlah asupan (intake), nilai antropometri dan pola aktivitas

yang digunakan ialah nilai mean atau median pada masing-masing variabel. Variabel

berat badan (Wb) menggunakan nilai mean karena berdistribusi normal yaitu 56,63

Kg. Sedangkan variabel lama pajanan (tE), frekuensi pajanan (fE) dan durasi pajanan

(Dt) menggunakan nilai median karena tidak berdistribusi normal. Nilai variabel

lama pajanan (tE) yaitu 8 jam/hari, frekuensi pajanan yaitu 357 hari/tahun, dan durasi

pajanan (Dt) yaitu 2 tahun. Nilai laju inhalasi yang digunakan sesuai standar yaitu

0,83 m3/jam. Durasi rata-rata efek nonkarsinogenik (tAvg) yang digunakan yaitu

365x30 tahun.(45)

Berikut hasil perhitungan nilai intake realime dan intake lifetime di Jalan

Samudera Kota Padang.


57

Tabel 4.7 IntakeRealtime dan Lifetime pada Pedagang Kaki Lima


di Jalan Samudera Kota Padang

No Titik Intake Realtime Intake lifetime


1 Depan Permindo Distro 308x10-6 mg/kg/hari 463x10-5 mg/kg/hari
2 Depan My All Hotel 323x10-6 mg/kg/hari 485x10-5 mg/kg/hari
3 Depan Pujasera 315x10-6 mg/kg/hari 473x10-5 mg/kg/hari
Konsentrasi CO Rata-Rata 316x10-6 mg/kg/hari 474x10-5 mg/kg/hari
Paling Berisiko 153x10-4 mg/kg/hari 124x10-4 mg/kg/hari

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai intake realtime dan

intake lifetime tertinggi terdapat di depan My All Hotel yaitu sebesar 323x10-
6
mg/kg/hari dan 485x10-5mg/kg/hari. Sedangkan nilai intakerealtime dan lifetime

terendah terdapat di depan permindo distro yaitu sebesar 308x10-6mg/kg/hari dan

463x10-5mg/kg/hari. Nilai intake realtime paling berisiko yaitu 153x10-4 mg/kg/hari

dan nilai intake lifetime paling berisiko yaitu 124x10-4 mg/kg/hari.

4.6.4 Karakteristik Risiko


Karakteristik risiko merupakan proses memperkirakan kejadian efek

kesehatan akibat berbagai pajanan. Karakteristik risiko dilakukan guna menentukan

apakah agenrisiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko

menimbulkangangguan kesehatan masyarakat atau tidak. Karakterisasi risiko

dinyatakan dalam risk quotient (RQ) untuk efek nonkarsinogenik. Nilai RQ dihitung

dengan membagi nilai asupan atau intake yang diterima individu dengan nilai

konsentrasi referensi (RfC). Apabila didapatkan dari hasil perhitungan nilai RQ>1

maka dapat dikatakan tidak aman sehingga perlunya suatu pengendalian, begitu

sebaliknya apabila nilai RQ≤1 maka dikatakan aman bagi kesehatan manusia.

Berikut persamaan dalam menghitung nilai RQ :

RQ =
58

Berikut ini tabel nilai risk quotient (RQ) yang terdapat pada setiap titik

dengan nilai intake realtime :

Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient (RQ) Realtime Pada Setiap Titik
Konsentrasi Intake RfC
Titik
(mg/m3) Realtime (mg/kg/hari) RQ Risiko
Sampel
(mg/kg/hari)
Depan
Tidak
Permindo 4039x10-5 308x10-6 2,48 124x10-6
Berisiko
Distro
Depan My Tidak
130x10-6
All Hotel 4325x10-5 323x10-6 2,48 Berisiko
Depan Tidak
127x10-6
Pujasera 4128x10-5 315x10-6 2,48 Berisiko
Konsentrasi
Tidak
CO Rata- 4134x10-5 316x10-6 2,48 127x10-6
Berisiko
Rata
Paling Tidak
61x10-4
Berisiko 4235x10-5 153x10-4 2,48 Berisiko

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa nilai RQrealtime pada ketiga titik

sampel yaitu ≤1 sehingga tidak berisiko menimbulkan gangguan kesehatan dan

masih dikategorikan aman bagi pedagang kaki lima yang berada di wilayah

penelitian.

Untuk mendapatkan nilai RQ lifetime pada pedagang kaki lima di Jalan

Samudera maka diperlukan data intake lifetime. Berikut ini disajikan data intake

lifetime dan perhitungan RQ lifetime :

Tabel 4.9 Nilai Risk Qutient (RQ) Lifetime Pada Setiap Titik
Konsentrasi IntakeLifetime RfC
Titik Sampel RQ Risiko
(mg/m3) (mg/kg/hari) (mg/kg/hari)
Depan
Tidak
Permindo 4039x10-5 463x10-5 2,48
186x10-5 Berisiko
Distro
Depan My Tidak
485x10-5
All Hotel 4235x10-5 2,48 195x10-5 Berisiko
Konsentrasi
Tidak
CO Rata- 4134x10-5 474x10-5 2,48 -5
191x10 Berisiko
Rata
-5
Paling 4235x10 Tidak
124x10-4
Berisiko 2,48 5x10-3 Berisiko
59

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa nilai RQ lifetime ≤ 1 pada ketiga titik,

berarti tidak berisiko menimbulkan gangguan kesehatan dan masih dikategorikan

aman bagi pedagang kaki lima di wilayah penelitian.

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa baik RQ realtime maupun

RQ lifetime tidak berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Hal ini dapat

dinyatakan bahwa pajanan CO secara inhalasi pada pedagang kaki lima di Jalan

Samudera Kota Padang masih aman.

4.7 Manajemen Risiko


Manajemen risiko merupakan suatu upaya tindak lanjut yang harus dilakukan

apabila hasil dari karakterisasi menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman.

Dilakukannya manajemen risiko bertujuan agar dapat mengurangi risiko akibat

pajanan suatu agen risiko pada individu atau populasi berisiko. Manajemen risiko

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu strategi pengelolaan risiko dan cara

pengelolaan risiko.

4.8 Komunikasi Risiko


Komunikasi risiko merupakan suatu upaya yang penting dalam

menyampaikan informasi yang diperoleh. Hal ini bertujuan agar informasi yang

disampaikan dapat diterima masyarakat khususnya populasi berisiko melalui

penyampaian bahasa yang mudah dimengerti dan tanpa adanya informasi yang

ditutup-tutupi. Komunikasi risiko juga menyampaikan saran guna melakukan upaya

pencegahan temuan bahaya dari risiko di wilayah penelitian tersebut. Komunikasi

risiko dapat dilakukan kepada PKL di Jalan Samudera Kota Padang oleh Dinas

Lingkungan Hidup Kota Padang, Dinas Kesehatan Kota Padang, Dinas Perdagangan

Kota Padang, Dinas Perhubungan Kota Padang dan Dinas Pariwisata Kota Padang.
BAB 5 : PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian


Pengukuran konsentrasi CO hanya dilakukan 1 kali pada masing-masing titik.

Selain itu pengukuran CO dilakukan hanya pada tiga titik saja. Berdasarkan

PP No. 41 tahun 1999 pengukuran CO di udara ambien dapat dilakukan selama 1 jam

maupun 24 jam. Dimana dalam penelitian ini hanya dilakukan selama 1 jam pada

siang hari. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana, alat dan waktu penelitian.

Disamping itu juga kondisi meteorologis dan perhitungan jumlah kendaaan yang

lewat disetiap titik yang dilakukan 1 kali pada jam yang berbeda sehingga terdapat

perbedaan banyak kendaraan yang lewat pada jam-jam tertentu.

5.2 Karaketristik Responden


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada responden didapat

bahwa usia responden yang paling banyak pertama yaitu usia 31- 40 tahun sebanyak

19 orang sementara usia responden paling banyak kedua yaitu dan umur 41-50 tahun

sebanyak 16 orang, dengan usia termuda yaitu 17 tahun dan tertua yaitu 71 tahun.

Kebutuhan terhadap zat tenaga akan kian terus meningkat dan menurun pada

usia 40 tahun. Proses penuaan berhubungan dengan sejumlah perubahan pada fungsi

imun tubuh, terutama pada penurunan immunitas mediated sel. Disamping itu juga

terjadi perubahan besar terhadap proses thymic involution, dimana hal ini terjadi

dengan semakin bertambahnya usia seseorang.(51)

Thymus berada di atas jantung di belakang tulang dada, dimana disitu

terdapat organ yang menjadi tempat sel T matang. Sel T memiliki perananan penting

dalam membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Fungsi

60
61

kerja dari sel T akan kian menurun bahkan sampai menghilangnya kemampuan

dalam melawan penyakit, seiring dengan pertambahan usia. (52) Oleh karena itu,

responden dengan rentang usia 31-40 dan 41-50 tahun ini memiliki risiko yang lebih

besar akibat pajanan karbon monoksida dengan kadar yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 7 orang responden

yang memiliki kebiasaan merokok. Dimana polusi udara oleh CO juga terjadi selama

merokok. Asap rokok mengandung CO dengan konsentrasi 20.000 ppm. Selama

dihisap, konsentrasi tersebut terencerkan menjadi 400-500 ppm. Konsentrasi CO

yang tinggi mengakibatkan kadar COHb di dalam darah menurun. Selain berbahaya

terhadap orang yang merokok CO juga berbahaya bagi orang-orang yang berada

disekitar perokok karena asapnya akan terhisap. Dimana perokok ringan memiliki

konsentrasi COHb sebesar 2,3-3,8% sementara perokok berat sebesar 6,9%. (53)

5.3 Konsentrasi CO di Udara Ambien


Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi CO yang dilakukan di sepanjang

Jalan Samudra Kota Padang menujukkan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi pada

tiga titik yaitu pada titik pertama sebesar 40,392 µg/Nm 3, titik kedua sebesar 42,349

µg/Nm3 dan titik ketiga sebesar 41,281 µg/Nm3. Sedangkan untuk nilai konsentrasi

rata-rata CO yaitu 42,63 µg/Nm3. Konsentrasi CO rata-rata di Jalan Samudera Kota

Padang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Okta Risa (2018) di Jalan

M. Yamin yaitu sebesar 35,61 µg/Nm3. Sementara hasil konsentrasi dari ketiga titik

tersebut tidak melebihi baku mutu yang terdapat pada PP No. 41 tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara, dengan nilai baku mutu CO di udara ambien yaitu

30.000 µg/Nm3 yang dilakukan selama 1 jam pengukuran. Hal ini membuktikan

bahwa konsentrasi CO di Kota Padang masih dikatakan aman. (54)


62

Meskipun nilai konsentrasi CO masih berada di bawah baku mutu, namun

pajanan akan secara terus-menerus mempengaruhi jumlah asupan (intake) dari gas

CO tersebut. Dimana durasi pajanan yang berbanding lurus dengan asupan (intake).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang

tinggal di daerah tercemar maka akan semakin berisiko terkena gangguan kesehatan.

Banyaknya jumlah kendaraan yang melewati jalan Samudera ini dan

ramainya aktivitas pedagang kaki lima ditepi jalan membuat penyebab tingginya

konsentrasi CO pada titik dua yang berada didepan my all hotel. Selain itu,

pengendara yang berhenti sejenak guna membeli barang, makanan maupun minuman

di sekitaran jalan dengan kondisi kendaraan yang masih menyala, sehingga

menyebabkan pembakaran menjadi tidak sempurna. Gas karbon monoksida (CO)

yang dihasilkan oleh kendaraan dalam kondisi diam yaitu 4-6% dan saat kendaraan

mengalami percepatan dan perlambatan yaitu sebesar 0-6% dan 2-4%. Sementara

kondisi emisi CO yang relatif rendah adalah saat kendaraan berjalan normal yaitu

sekitar 1-4%.(12)

Jumlah kendaraan bermotor yang tercatat selama pengukuran tertinggi

terdapat pada titik 2 di depan My All Hotel yaitu sebanyak 925 unit dengan

konsentrasi CO tertinggi sebesar 42,349 µg/Nm 3. Hal ini sesuai dengan penelitian

Ashar dan Rosliana (2018) bahwa semakin tinggi kepadatan lalulintas kendaraan

maka konsentrasi CO akan semakin tinggi.(14)

Kondisi cuaca seperti suhu dan kelembaban juga sangat mempengaruhi

konsentrasi CO. Berdasarkan hasil pengukuran saat penelitian berlangsung

didapatkan bahwa suhu dan kelembaban pada masing-masing titik bervariasi. Suhu

pada saat penelitian memiliki kisaran 35-36ºC dan kelembaban pada kisaran 64-68%.

Suhu tertinggi berada pada titik 2 di depan My All Hotel yaitu 36,4ºC, suhu terendah
63

pada titik 1 di depan permindo distro yaitu 35,5ºC. Sementara itu, kelembaban

tertinggi berada pada titik 1 yaitu 68% dan kelembaban terendah pada titik 2 yaitu

64%. Hal ini sesuai dengan penelitian Ashar dan Rosliana (2018) dan Manullang

(2013) yang menyatakan bahwa kelembaban yang tinggi mempengaruhi konsentrasi

polutan di udara.(14,55) Hubungan kelembaban dan konsentrasi udara yaitu berbanding

lurus maksudnya semakin tinggi kelembaban, maka konsentrasi zat pencemar

diudara semakin tinggi.(55) Hal ini disebabkan karena kadar uap air di udara yang

didapat bereaksi dengan pencemar di udara menjadi zat pencemar lain yang tidak

berbahaya atau menjadi zat pencemar sekunder.(12) Sedangkan suhu memiliki

korelasi berbanding terbalik, semakin tinggi suhu maka konsentrasi zat pencemar

juga semakin tinggi begitu sebaliknya. (23,56) Suhu udara yang tinggi membuat

densitas udara di permukaan bumi menjadi lebih rendah daripada udara di atasnta

sehingga menyebabkan terjadinya aliran konveksi ke atas yang membawa berbagai

polutan dan menyebabkan konsentrasi polutan menjadi lebih rendah.(57)

5.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas


Data karakteriristik antropometri dan pola aktvitas sangat penting diperoleh

guna mendapatkan nilai asupan (intake) CO yang diterma oleh populasi berisiko.

Karakteristik antropometri meliputi berat badan (Wb), lama pajanan (tE), frekuensi

pajanan (fE) dan durasi pajanan (Dt). Besarnya nilai intake berbading lurus dengan

nilai konsentrasi zat pencemar, laju asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan,

maksudnya yaitu bahwa semakin besar nilai variabel tersebut maka semakin besar

nilai intake yang diterima individu.

Sementara itu untuk variabel berat badan berbanding terbalik dengan nilai

intake yaitu semakin besar berat badan sesorang maka akan semakin kecil risiko

kesehatan yang akan diterimanya.(51) Berat badan orang dewasa yang terukur berkisar
64

antara 42-80 Kg dengan rata-rata 56,63 Kg. Berat badan rata-rata lebih besar

dibandingkan berat badan normal orang dewasa menurut Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) sebesar 55 Kg,

namun masih kecil menurut berat badan rata-rata orang Eropa yaitu 70-80 Kg.(45)

Pola aktivitas juga sangat berpengaruh terhadap nilai intake yang diterima

populasi seperti lama pajanan dan frekuensi pajanan. Pedagang kaki lima sekurang-

kurangnya 4 jam dalam sehari dan paling lama 15 jam sehari. Berdasarkan uji

normalitas yang telah dilakukan bahwa data lama pajanan tidak bersitribusi normal

sehingga nilai yang digunkanan ialah nilai median yaitu 8 jam/hari. Nilai lama

pajanan ini sedikit berbeda dengan penelitian Rionaldo, Sulistiyani dan Mursyid

(2017) dengan lama pajanan rata-rata yaitu 7,4 jam/hari.(16). Berdasarkan penelitian

Ashar dan Rosliana (2018) yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja

maka semakin banyak terpajan zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh

dikarenakan lingkungan yang tidak sehat.(14)

Pola aktivitas selanjutnya yaitu frekuensi pajanan sekurang-kurangnya

219 hari/tahun dan paling lama 363 hari/tahun. Data frekuensi pajanan ini juga

merupakan data yang tidak berdistribusi normal sehingga menggunakan nilai median

yaitu 357 hari/tahun. Sementara itu durasi pajanan yang tertinggi yaitu 37 tahun dan

terendah yaitu dua tahun. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan bahwa

data tidak berdistribusi normal sehingga digunakan nilai median yaitu dua tahun.

Data frekuensi pajanan sedikit berbeda dengan penelitian Eka Wahyuni, dkk (2018)

yaitu 327,37 hari/tahun sedangkan untuk durasi pajanan tertinggi yaitu 30 tahun.(51)

5.5 Keluhan Kesehatan


Keluhan kesehatan merupakan suatu gambaran untuk melihat pengaruh dari

tingkat risiko. Pada suatu daerah yang terindikasi adanya zat pencemar seharusnya
65

memperlihatkan dampak kesehatan terhadap populasi bersiko yang ada di wilayah

tersebut. Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa para pedagang kaki lima

telah mengalami berbagai keluhan seperti kelelahan, sakit kepala, pandangan

kabur/mata pedih, mual/muntah, dada berdebar-debar dan sesak napas.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa tingkat risiko yang

terdapat di Jalan Samudera belum berisiko efek nonkarsinogenik, baik pada intake

realtime maupun pada intake lifetime. Akan tetapi dari hasil kuesioner diketahui

bahwa sebanyak 52 orang mengalami lemah/lesu/kelelahan, 47 orang mengeluh sakit

kepala, 44 orang mengeluh pandangan kabur/mata pedih, 39 orang mengeluh

gangguan konsentrasi, 28 orang mengeluh mual/rasa ingin muntah, 27 orang

mengeluh dada berdebar-debar, dan 20 orang mengalami sesak napas. Berdasarkan

keluhan yang dialami pedagang kaki lima tersebut mengindikasikan telah terpajan

gas CO. Karbon monoksida merupakan salah satu zat pencemar yang terdapat

didalam komponen yang ada di udara. Hal ini berarti tidak hanya karbon monoksida

saja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia namun masih

banyak zat pencemar lainnya yang tersebar di udara. Hidrokarbon juga dapat menjadi

penyebab kelelahan dan sakit kepala. Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam

pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing dan kehilangan

koordinasi. Sementara itu SO2 dan debu juga dapat mengakibatkam iritasi mata.

Selain itu NO2 juga dapat mengakibatkan gangguan saluran pernapasan. Oleh karena

itu guna mengetahui faktor penyebab dari beberapa keluhan yang dirasakan oleh

pedagang kaki lima, maka dibutuhkan studi dengan jenis penelitian epidemiologi

untuk mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh terhadap berbagai keluhan

tersebut.
66

5.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan


5.6.1 Identifikasi Bahaya
Karbon monoksida merupakan dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen

koordinasi antara atom karbon dan oksigen atom kovalen. Karbon monoksida juga

merupakan gas yang tidak berwarna, tidak menimbulkan iritasi, tidak berbau dan tiak

berasa. Karbon monoksida termasuk dalam salah satu polutan udara yang bersumber

dari proses pembakaranan kendaraan yang tidak sempurna.(33,34)

Karbon monoksida masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan diadsorbsi

di dalam darah. Selanjutnya CO akan berikatan dengan Hb yang memliki fungsi

untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Apabila CO terhisap ke dalam paru-

paru maka ia akan ikut dalam peredaran darah. Karbon monoksida mempunyai

ikatan yang lebih kuat dari pada oksigen yaitu sebesar 240 kali, sehingga

mengahalangi masuknya oksigen dalam darah. Kemudian CO juga mengikat

mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskuler.(14,36)

Terpajan gas karbon monoksida dapat merusak sistem saraf, sistem

kardiovaskular, darah, paru-paru, limpa, ginjal, dan otot.(36) Pada tingkat COHb

sekitar 10% mengakibatkan sakit kepala, dan pada tingkat yang agak tinggi

mengakibatkan mual, muntah, pusing. Pada tingkat COHb sekitar 40% karbon

monoksida mulai menyebabkan koma dan kolaps, sementara pada 50-60% keracunan

karbon monoksida dapat mengakibatkan kematian dan sangat berpotensi tinggi bagi

yang memiliki riwayat penyakit jantung dan paru-paru.(58)

5.6.2 Analisis Dosis Respon


Nilai konsentrasi referensi (RfC) gas karbon monoksida belum tersedia dalam

daftar IRIS (EPA, 2006). Sehingga dilakukan perhitungan untuk menetukan nilai

RfC dengan menggunakan rumus intake, dimana konsentrasi yang digunakan

merupakan baku mutu karbon monoksida. Responden sebagian besar tidak


67

bermukim di lingkungan kerja sehingga digunakan frekuensi pajanan pada kategori

lingkungan kerja yaitu 250 hari/tahun, sedangkan untuk nilai variabel lainnya sesuai

dengan standar yang telah ditentukan. Hal ini sejalan dengan penelitian Okta Risa

dan Muhammad Ikhsan (2018) bahwa nilai RfC yang didapat yaitu sebesar

2,48 mg/kg/hari.(54,59)

5.6.3 Analisis Pajanan


Nilai intake pajanan CO di udara ambien dilakukan melalui perhitungan

dengan membedakan durasi pajanan lifetime dan realtime. Intake pajanan lifetime

menmberikan gambaran estimasi besar pajanan yang diterima oleh individu per

kilogram berat badan per hari berdasrkan faktor aktivitas rata-rata responden dan

durasi pemajanan lifetime. Durasi pajanan nonkarsinogenik dengan periode waktu

rata-rata selama 30 tahun untuk orang dewasa. Sedangkan intake realtime

memberikan gambaran besar pajanan yang telah diterima responden dari awal

berjualan sampai pada waktu penelitian.

Nilai intake berbading lurus dengan nilai konsentrasi CO, laju asupan,

frekuensi dan durasi pajanan. Semakin besar nilai konsentrasi CO maka semakin

besar nilai intake yang diterima individu. Sedangkan nilai intake berbading terbalik

dengan nilai berat badan dan periode waktu rata-rata dimana semakin besar berat

badan individu maka akan semakin kecil risiko kesehatan.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai intake pada pedagang kaki lima di Jalan

samudera diperoleh angka maksimal intake CO realtime yaitu 0,000323 mg/kg/hari.

berbeda dengan penelitian Okta Risa pada tahun 2018 nilai intake realtime CO yaitu

0,00789 mg/kg/hari, dimana hasil penelitian di Jalan M. Yamin tersebut memiliki

nilai intake realtime lebih tinggi daripada intake realtime di Jalan Samudera Kota

Padang. Namun untuk nilai intake paling berisiko di Jalan Samudera yaitu 0,0153

mg/kg/hari lebih tinggi daripada penelitian Okta Risa di Jalan M. Yamin yaitu
68

0,0126 mg/kg/hari. Sementara jumlah intake yang diterima responden dalam jangka

waktu 30 tahun mendatang pada ketiga titik juga masih berada di bawah nilai dosis

respon (RfC) yaitu 2,48 mg/kg/hari. Penelitian ini membuktikan bahwa responden

yang berjualan di sepanjang jalan samudera masih aman menghirup kadar yang

terkandung CO didalamnya selama 30 tahun mendatang. Hal ini sejalan dengan

penelitian Okta Risa (2018) yang menyatakan bahwa konsentrasi CO di Jalan M.

Yamin masih aman selama 30 tahun mendatang.(54)

5.6.4 Karakteristik Risiko


Menentukan karakteristik risiko dapat dilakukan dengan membandingkan

hasil nilai intake dengan nilai dosis referensi yang diperbolehkan. Dimana semakin

besar intake maka akan semakin besar risiko yang diperoleh. Nilai RfC CO yaitu

2,48 mg/kg/hari. Karakteristik risiko dilakukan agar dapat menentukan suatu agen

risiko pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada

pedagang kaki lima dengan variabel-variabel pada karakteristik antropometri dan

pola aktivitas.

Nilai RQ>1 berarti bahwa agen risiko memiliki risiko untuk menimbulkan

gangguan kesehatan terhadap pedaganag kaki lima, dan begitu sebaliknya apabila

RQ ≤ 1 yang bermakna tidak berisiko terhadap kesehatan. Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan bahwa nilai RQ<1 artinya konsentrasi CO tidak berisiko

terhadap kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Devita, Nurjazuli, dan Tri

(2017) yang juga mendapatkan nilai RQ karbon monoksida (CO) ≤ 1 pada petugas

pengumpul tol di wilayah Kota Semarang.

5.7 Manajemen Risiko


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa hasil karakterisasi risiko

menunjukkan pajanan CO secara inhalasi pada pedagang masih aman, akan tetapi
69

setiap variabel perlu diperhatikan agar nilai RQ tidak melebihi 1. Keadaan wilayah

penelitian yang padat akan kendaraan dan kurangnya penanaman tanaman atau

pohon yang dapat mengurangi polusi menjadi suatu potensi meningkatnya

konsentrasi CO.

Kondisi konsentrasi CO dari kendaraan sekarang memang tidak menimbulkan

risiko namun apabila diestimasikan terdapatnya berbagai kondisi yang

memungkinkan untuk meningkatnya gas karbon monoksida yang dihasilkan dari

kendaraan seperti kondisi kendaraan yang lebih padat, banyaknya penggunaan

kendaraan yang berusia tua, tidak adanya perawatan kendaraan. Kendaraan yang

tidak terawat mengakibatkan pembakaran menjadi tidak sempurna, hal ini

dikarenakan bahan bakar dengan udara tidak tercampur dengan baik. Selain itu

kondisi kendaraan yang berusia tua sebagian besar menghasilkan emisi yang

melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan. (12) Oleh karena itu perlunya langkah

pencegahan terkait pajanan gas karbon monoksida ini seperti melakukan kebijakan

penggunaan kendaraan berusia tua jika aktivitas kendaraan semakin padat.

Disamping itu juga pedagang kaki lima dapat menerapkan PHBS (perilaku hidup

bersih dan sehat), apalagi bagi populasi bersiko seperti populasi yang memiliki

kebiasaan merokok.

5.8 Komunikasi Risiko


Komunikasi risiko merupakan langkah yang bertujuan untuk melakukan

upaya penyampain informasi kepada populasi berisiko dimana dalam penelitian ini

yaitu kepada PKL di Jalan Samudera Kota Padang. Komunikasi risiko yang dapat

dilakukan yaitu berupa penyampian informasi dasn sosialisasi dampak gas karbon

monoksida (CO) yang ditimbulkan dari gas buang kendaraan.


70

Berbagai instansi pemerintahan terkait juga dapat melakukan kerja sama

dalam melakukan upaya preventif yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang,

Dinas Kesehatan Kota Padang, Dinas Perdagangan Kota Padang, Dinas Pariwisata

Kota Padang dan Dinas Perhubungan Kota Padang dalam membuat kebijakan terkait

pencemaran udara khusunya karbon monoksida yang dihasilkan dari gas buang

kendaraan. Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang dapat melakukan pemeriksaan

rutin dan kajian berkala terkait pajanan CO. Dinas Kesehatan Kota Padang dapat

melakukan sosialisasi terkait dampak gas CO dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Dinas Perdagangan Kota Padang, Dinas Pariwisata Kota Padang dan Dinas

Perhubungan Kota Padang dapat melakukan kerja sama dalam mengatur lokasi

tempat berjualan para pedagang kaki lima dengan jalur transportasi yang melintasi

Jalan Samudera Kota Padang.


BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian analisis risiko pajanan karbon monoksida (CO) terhadap

pedagang kaki lima di Jalan Samudera Kota Padang dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Hasil pengukuran konsentrasi CO di sepanjang jalan Samudera Kota Padang

yang dilakukan pada tiga titik penelitian masih di bawah baku mutu

berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 Tentang pengendalian dan pencemaran

udara yaitu 30.000 µg/Nm3. Konsentrasi CO tertinggi berada di depan My All

Hotel yaitu sebesar 42,349 µg/Nm3, sedangkan konsentrasi CO terendah

berada di depan Permindo Distro yaitu sebesar 40,392 µg/Nm3.

2. Rata-rata berat badan pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan

samudera kota padang yaitu 56,63 kg. Lama pajanan (tE) yang diterima

pedagang kaki lima yaitu 8 jam/hari, frekuensi pajanan (fE) dalam satu tahun

terpajan yaitu selama 357 hari/tahun, sedangkan durasi pajanan realtime (Dt)

pedagang kaki lima yaitu selama 2 tahun.

3. Hasil perhitungan intake realtime dan intake lifetime terbesar terdapat pada

lokasi di depan My All Hotel yaitu sebesar 0,000323 mg/kg/hari dan 0,00485

mg/kg/hari. Hasil perhitungan risiko lifetime (30 tahun) yang didapatkan dari

perbandingan antara intake dan nilai RfC menunjukkan ketiga titik tidak

berisiko dalam mengalami gangguan kesehatan dengan RQ≤1 dan

perhitungan risiko realtime yang didapat dari hasil pajanan CO masih aman

dengan RQ≤1.

71
72

4. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan data gangguan kesehatan yang paling

banyak dirasakan responden yaitu lemah/lesu/kelelahan sebanyak 52 orang

(96,3%), sakit kepala sebanyak 47 orang (87%), pandangan kabur/mata pedih

sebanyak 44 orang (81,5%), gangguan konsentrasi sebanyak 39 orang

(72,2%). Namun demikian, hal ini dapat memungkinkan adanya keluhan

kesehatan tersebut dikarenakan berbagai polutan udara yang tersebar di udara

ambien seperti debu, hidrokarbon, NO2, SO2.

5. Hasil pengukuran didapatkan RQ≤1 untuk semua titik, sehingga tidak perlu

dilakukan pengelolaan risiko.

6.2 Saran
Berikut saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini :

1. Bagi Pedagang Kaki Lima

Diharapkan agar pedagang kaki lima lebih peduli terhadap kesahatan. Hal ini

dapat dilakukan PKL dengan mengenali sumber potensi bahaya yang dapat

membahayakan kesehatan PKL dan melakukan pencegahan seperti

menggunakan masker selama berjualan dan diimbangi dengan perilaku hidup

bersih dan sehat berupa makan makanan bergizi, melakukan aktivitas fisik

dan seimbang dan menghindari kebiasaan merokok.

2. Bagi Pemerintah

a. Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang

Melakukan pemeriksaan rutin dan kajian berkala terkait pajanan CO dan

penelitian lebih lanjut. Disamping itu juga melakukan pemantauan

konsentrasi CO yang dilakukan secara rutin dan melakukan tindakan

preventif dengan menambah tanaman/pohon penyerap polusi udara di


73

sepanjang Jalan Samudera menimbang masih terdapat beberapa ruas jalan

yang tidak ditanami oleh tanaman penyerap polusi udara.

b. Dinas Kesehatan Kota Padang

Melakukan sosialisasi terkait dampak gas CO dan perilaku hidup bersih dan

sehat. Hal ini dilakukan agar PKL menjadi lebih mengetahui dan waspada

akan bahaya yang ditimbulkan oleh gas CO dan juga lebih menjaga kesehatan

dan kebersihan diri. Selain itu juga dapat dilakukan pengecekan melalui

pengambila darah guna mengetahui kadar CO yang terdapat dalam darah atau

melakukan pengecekan menggunakan alat smokerlyzer detector, dimana alat

tersebut dapat mengetahui kadar karbon monoksida dalam pernapasan

maupun kadar COHb yang terdapat dalam tubuh sesorang.

c. Dinas Perdagangan Kota Padang

Mengatur lokasi tempat berjualan para pedagagang kakai lima di Jalan

Samudera Kota Padang agar tidak berdekatan dengan jalur transportasi yang

melintasi jalan ini. Hal ini dilakukan guna pedagang kaki lima dapat terhindar

dari pajanana gas CO dari kendaraan, disamping tata letak pedagang kaka

lima dan pengendara menjadi lebih tertata.

d. Dinas Perhubungan Kota Padang

Melakukan kerjasama dengan Dinas Perdagangan Kota Padang dalam

mengatur lokasi pedagang kaki lima dan pengendara agar tidak kontak

langsung dengan pedagang kaki lima di jalan ini.

e. Dinas Pariwisata Kota Padang

Melakukan kerjasama dengan Dinas Perdagangan Kota Padang dan Dinas

Pehubungan Kota Padang dalam mengatur tata letak pedagang kaki lima dan

jalan utama yang di lalui oleh pengendara. Hal ini dilakukan agar kondisi
74

wisata menjadi lebih tertata dan rapi, sehingga nyaman dipandang disamping

juga untuk menghindari kontak kendaraan dan pedagang kaki lima.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutya agar dapat melakukan pengukuran CO

lebih dari satu kali serta melakukan penambahan jumlah titik sampel. Di

mana hal tersebut bertujuan agar hasil pengukuran CO yang didapat lebih

representatif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kastiyowati I. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara.

Jakarta: Staf Puslitbang Tek Bakitbang Dephan; 2001.

2. Soemirat J. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press; 2013.

3. Wulandari A, D Y RM. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan

Particulate Matter (PM10) pada Pedagang Kaki Lima Akibat Aktivitas

Transportasi. Kesehat Masy. 2016;4(3):677–91.

4. Kampa M, Castanas E. “Human Health Effects of Air Pollution”

Environmental Pollution. 2008;151:362 – 367.

5. Sembel DT. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Andi; 2015.

6. Damri, Mirna I, Dedi A. Analisis Paparan CO dan SO2 Pada Petugas Parkir di

Basement Mall SKA di Kota Pekanbaru. J Din Lingkung Indones.

2016;3(1):48–56.

7. Santi DN. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya.

Medan; 2001.

8. Achmadi UF. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: PT

Rineka Cipta; 2008.

9. Sugiarti. Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya bagi Kesehatan Manusia. J

Chem. 2009;10(1):50–8.

10. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Memprakirakan Dampak

Lingkungan Kualitas Udara. 2007.

11. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Tenrkait 10 Penyakit

Terbanyak di Kota PadangTahun 2017. 2017.

75
76

12. Nur Aprilia D, Nurjazuli, Joko T. Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan

Pajanan Gas Karbon Monoksida (CO) pada Petugas Pengumpul Tol di

Semarang. J Kesehat Masyarakat. 2017;5:367–75.

13. Yocom JE, Yocom JE. Indoor-Outdoor Air Quality Relationships A Critical

Review. 2012;2470(1982).

14. Hasairin A, Siregar R. Deteksi Kandungan Gas Karbon Monoksida (CO)

Hubungan Dengan Kepadatan Lalu Lintas di Medan Sunggal, Kota Medan. J

Biosains. 2018;4(1):62–8.

15. Mukono H. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran

Pernafasan. Surabaya: Airlangga University Press; 1997.

16. Pamungkas RE, Sulistiyani, Rahardjo M. Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL) Akibat Paparan Karbon Monoksida (CO) Melalui

Inhalasi pada Pedagang di Sepanjang Jalan Depan Pasar Projon Ambarawa

Kabupaten Semarang. J Kesehat Masyarakat. 2017;5:824–31.

17. Maryanto D, Mulasari SA, Suryani D. Penurunan Kadar Emisi Gas Buang

Karbon Monoksida ( CO ) dengan Penambahan Arang Aktif. 2009;3(3):162–

232.

18. Cohen I, Garis L, Rajabali F, Pike I. Carbon Monoxide Poisoning

Hospitalizations and Deaths in Canada. Vancouver: University of the Fraser

Valley; 2017.

19. Sunandar B. Keracunan Gas Genset di Sijunjung 2 Tewas 5 Krisis.

Sindonews.com [Internet]. Sijunjung; 2014 Feb; Available from:

https://daerah.sindonews.com/read/838782/24/keracunan-gas-genset-di-

sijunjung-2-tewas-5-kritis-1393246839

20. Saputra EM. Ardi Tewas Keracunan Karbon Monoksida. tribunbali.com


77

[Internet]. Bali; 2015 Feb; Available from:

http://bali.tribunnews.com/2015/02/20/ardi-tewas-keracunan-karbon-

monoksida

21. Ramadhan A. Korban Keracunan Gas di Kelapa Gading Ada 17 Orang, Ini

Penyebabnya. kompas.com [Internet]. Jakarta; 2018 Jul; Available from:

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/20/22181191/korban-

keracunan-gas-di-kelapa-gading-ada-17-orang-ini-penyebabnya

22. Setyowaty N, Fitriangga A, Jati DR, Studi P, Lingkungan T, Tanjungpura U,

et al. Potensi Gangguan Kesehatan Polisi Lalu Lintas Akibat Karbon

Monoksida (CO). J Tek Lingkung UNTAN. Pontianak; 2014;1(1):1–10.

23. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah RI No 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara. 1999.

24. Ningsih E. Pengaruh Paparan Gas Karbon Monoksida ( CO ) terhadap

Tekanan Darah Pekerja Jasa Becak di Terminal Tirtonadi Surakarta [Skripsi].

2012.

25. Veronika E, Santi DN, Ashar T. Analisis Kadar PM10 dan Karbon Monoksida

(CO) serta Keluhan Gangguan Pernapasan Akut pada Petugas Dinas

Perhubungan Terminal Amplas Medan Tahun 2014. Medan; 2014.

26. Wardhana WA. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Yogyakarta:

Andi; 2004.

27. Zulkifli A. Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta Selatan: Salemba Teknika;

2014.

28. Darmono. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: Universitas Indonesia Press; 2010.

29. Sumantri A. Kesehatan Lingkungan. Depok: Kencana; 2017.


78

30. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2005.

31. Suharto I. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara Dan Air. Yogyakarta: CV.

Andi Offset; 2011.

32. Soemirat J. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press; 2017.

33. Sastrawidjaya A. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2009.

34. Anggraeni NIS. Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot dengan Kadar CO

1800 Ppm terhadap Gambaran Hispatologi Jantung pada Tikus Wistar

[Skripsi]. Semarang; 2009.

35. Mukono H. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press;

2005.

36. Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Toxicological Profile For

Carbon Monoxide. 2012.

37. Darmono. Farmasi Forensik dan Toksikologi : Penerapannya dalam Menyidik

Kasus Tindak Pidana Kejahatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press; 2009.

38. Mukono. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Ganggguan

Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.

39. Yulianti S, Fitrianingsih Y, Jati DR. Analisis Konsentrasi Gas Karbon

Monoksida (CO) Pada Ruas Jalan Gajah Mada Pontianak. J Mhs Tek

Lingkung Untan. 2014;1(1).

40. Nanda M. Analisis Risiko Pajanan Karbon Monoksida (CO) pada Pedagang di

Jalan Raya Indarung Kawasan Industri PT Semen Padang Tahun 2017

[Skripsi]. Padang; 2017.

41. Kolluru R V, Bartell SM, Pitblado RM. Risk Assessment and Management
79

Handbook for Environmental, Health, and Safety Professionals. : McGraw-

Hill Companies; 1996.

42. Badan Standar Nasional Indonesia SNI 19-7119.6-2005. Udara ambien –

Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas

Udara Ambien. 2005.

43. Widjajanti R. Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima di Ruang Kota

(Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Tembalang, Kota Semarang). J Pembang

Wil dan Kota. 2012;8(4):412–24.

44. Walikota Padang Provinsi Sumatera Barat. Peraturan Daerah Kota Padang

Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki

Lima. 2014.

45. Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan. Pedoman Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). 2012.

46. Rahman A. Public Health Assesment: Model Kajian Prediktif Dampak

Lingkungan dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan. Jakarta:

Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Universitas Indonesia; 2007.

47. Djafri D. Prinsip dan Metode Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan. J Kesehat

Masy Andalas. 2014;8(2):100–4.

48. Louvar J, Louvar B. Health and Environmental Risk anlysis. USA: Prentice

Hall inc; 1998.

49. NRC. Risk Assessment in the Federal Government: Managing the Process.

Wahington DC: National Research Council, National Academic of Science

Press; 1983.

50. Mukono J. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press;

2002.
80

51. Wahyuni E, D YH, Setiani O. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Gas

Karbon Monoksida Pada Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Jalan Setiabudi

Semarang). J Kesehat Masy. 2018;6(6):88–93.

52. Fatmah. Respon Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.

Makara, Kesehat. 2006;10(1):47–53.

53. S F. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius; 1992.

54. Risa O. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Karbon Monoksida (

CO ) Pada Pedagang Di Jalan M . Yamin Kota Padang Tahun2018. 2018.

55. Manullang MS, Sudarno, Handayani DS. Pengaruh Jumlah Kendaraan dan

Faktor Meteorologi Terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Jalan

Gajahmada Kawasan Simpanglima Kota Semarang. 2013;

56. Soedomo. Pencemaran Udara. Bandung: ITB; 2001.

57. R EN, Tobing KRL, A IT, Istirokhatun T. Pengaruh Jumlah Kendaraan dan

Faktor Meteorologis (Suhu, Kecepatan Angin) Terhadap Peningkatan

Konsentrasi Gas Pencemar CO, NO₂, dan SO₂ pada Persimpangan Jalan Kota

Semarang (Studi Kasus Jalan Karangrejo Raya, Sukun Raya, dan Nngesrep

Timur V). Dipa Ipteks. 2013;1(2).

58. WHO Regional Office for Europe. Air Quality Guidelines - Second Edition.

Copenhagen; 2000.

59. Ikhsan M. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan CO (Carbon

Monoksida) Pada Petugas Parkir Basement Transmart Kota Padang Tahun

2018. 2018.
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANA KARBON
MONOKSIDA (CO) TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN
SAMUDERA KOTA PADANG TAHUN 2019
Dengan Hormat,
Kami Mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. Kami
sedang melakukan penelitian tentang "ANALISIS RISIKO KESEHATAN
LINGKUNGAN PAJANA KARBON MONOKSIDA (CO) TERHADAP PEDAGANG
KAKI LIMA DI JALAN SAMUDERA KOTA PADANG TAHUN 2019”. Kami sangat
mengharpkan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi formulir kuesioner ini, karena sangat
berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya pemerintah dalam mengatasi masalah
pencemaran udara.
Kuesioner ini tidak berpengaruh terhadap Bapak/Ibu. Perlu kami tegaskan bahwa :
1. Kami menjamin kerahasiaan identitas pribadi serta jawaban yang Bapak/Ibu
berikan.
2. Jawaban jujur dari Bapak/Ibu sangat kami harapkan dan bermanfaat untuk
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan.
3. Setelah penelitian ini selesai, kuesioner akan kami musnahkan.
4. Dalam penelitian ini ketenangan dan waktu Bapak/Ibu mungkin akan terganggu
karena kami menanyakan beberapa data antropometri, seperti berat badan, pola
aktivitas (lama pajanan dan frekuensi pajanan) serta karakteristik demografi
(umur dan jenis kelamin). Kami mengharapkan kerjasama Bapak/Ibu untuk
menjelaskan hal-hal yang kami butuhkan dengan sejujurnya dan serinci-rincinya.
Penelitian ini InsyaAllah bermanfaat bagi kita semua. Untuk itu, kami
mengucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu sebagai responden.
Pewawancara Responden

( ) ( )
Nomor Responden :
Hari/Tanggal :
I. DATA UMUM
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan (coret yang tidak perlu)
3. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak pernah sekolah 4. SLTP
2. Tidak tamat SD 5. SLTA
3. SD 6. D3/S1/S2/S3
4. Alamat Tempat Tinggal :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
5. Pemakaian masker : a. Ya b. Tidak
6. Apakah Saudara/i merokok ?
a. Ya. Berapa batang dalam 1 hari ? ...................
b. Tidak

II. DATA ANTROPOMETRI


1. Umur : .......... tahun
2. Berat Badan : ........ kg
3. Lama Bekerja/Menetap :
a. ................jam/hari (pukul...........s/d.............)
b. ................ hari/minggu
c. Tahun awal bekerja ..............
4. Lama libur :
a. Berapa hari dalam seminggu ? ...........hari
b. Berapa hari libur nasional ?.................hari

III. DATA KESEHATAN:


(Beri tanda silang (x) pada salah satu jawaban)
1. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami sakit kepala ringan selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
2. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami mual/rasa ingin muntah selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami pandangan kabur / mata pedih selama
bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
4. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami dada berdebar-debar selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
5. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami sesak napas selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
6. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami lemah/lesu/kelelahan selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
7. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami gangguan konsentrasi selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
8. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami gangguan pernapasan selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
9. Apakah Bapak/Ibu memiliki riwayat gangguan pernapasan selama bekerja?
a. Pernah b. Tidak pernah
10. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami keluhan di atas sebelum bekerja ?
a. Pernah b. Tidak pernah
Lampiran 2

HASIL PERHITUNGAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN


NILAI INTAKE DAN RQ LIFETIME-REALTIME CO

Rumus Intake :
Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg

A. Hasil Perhitungan Intake dan RQ Lifetime

T avg
R tE fE (30
C CO Wb Dt
Titik (m3/ (jam/ (hari/ tahun Intake RfC RQ
(mg/m3) (Kg) (tahun)
jam) hari) tahun) x 365
hari)
3
1 0,04039 0,83 56,63 8 357 2 365 0,000308815 2,48 0,000124516
0
3
2 0,04235 0,83 56,63 8 357 2 365 0,000323786 2,48 0,000130558
0
3
3 0,04128 0,83 56,63 8 357 2 365 0,000315606 2,48 0,000127260
0

B. Hasil Perhitungan Intake dan RQ Realtime

T avg
R tE fE Dt (30
C CO Wb
Titik (m3/ (jam/ (hari/ (tahun tahun x Intake RfC RQ
(mg/m3) (Kg)
jam) hari) tahun) ) 365
hari)
1 0,04039 0,83 52 8 315 3 30 365 0,000445098 2,48 0,000179475
1 0,04039 0,83 56 7 315 4 30 365 0,000482190 2,48 0,000194431
1 0,04039 0,83 48 8 363 2 30 365 0,000370444 2,48 0,000149372
1 0,04039 0,83 54 7 363 2 30 365 0,000288123 2,48 0,000116178
1 0,04039 0,83 50 8 267 4 30 365 0,000523153 2,48 0,000210948
1 0,04039 0,83 56 7 315 5 30 365 0,000602737 2,48 0,000243039
1 0,04039 0,83 60 8 315 3 30 365 0,000385752 2,48 0,000155545
1 0,04039 0,83 53 8 315 5 30 365 0,000727834 2,48 0,000293481
1 0,04039 0,83 50 5 267 4 30 365 0,000326970 2,48 0,000131842
1 0,04039 0,83 61 6 315 5 30 365 0,000474285 2,48 0,000191244
1 0,04039 0,83 46 7 363 7 30 365 0,001183812 2,48 0,000477343
1 0,04039 0,83 58 6 351 3 30 365 0,000333495 2,48 0,000134473
1 0,04039 0,83 66 6 267 26 30 365 0,001932101 2,48 0,000779073
1 0,04039 0,83 70 6 267 37 30 365 0,002592412 2,48 0,001045327
1 0,04039 0,83 70 7 363 4 30 365 0,000444533 2,48 0,000179247
1 0,04039 0,83 63 7 363 2 30 365 0,000246963 2,48 9,95818E-06
2 0,04235 0,83 60 7 363 2 30 365 0,000271894 2,48 0,000109634
2 0,04235 0,83 60 8 363 10 30 365 0,001553684 2,48 0,000626485
2 0,04235 0,83 61 8 315 5 30 365 0,000663068 2,48 0,000267366
2 0,04235 0,83 51 8 315 2 30 365 0,000317232 2,48 0,000127916
2 0,04235 0,83 60 7 363 2 30 365 0,000271894 2,48 0,000109634
2 0,04235 0,83 45 9 363 7 30 365 0,001631368 2,48 0,000657809
2 0,04235 0,83 80 9 363 2 30 365 0,000262184 2,48 0,000105719
2 0,04235 0,83 52 7 363 2 30 365 0,000313724 2,48 0,000126501
2 0,04235 0,83 62 9 315 2 30 365 0,000293568 2,48 0,000118374
2 0,04235 0,83 50 9 363 13 30 365 0,002726716 2,48 0,001099482
2 0,04235 0,83 48 9 315 2 30 365 0,000379192 2,48 0,0001529
2 0,04235 0,83 50 9 315 2 30 365 0,000364024 2,48 0,000146783
2 0,04235 0,83 47 8 315 2 30 365 0,000344223 2,48 0,000138799
2 0,04235 0,83 75 7 363 2 30 365 0,000217515 2,48 8,77066E-5
2 0,04235 0,83 60 9 363 2 30 365 0,000349578 2,48 0,000140958
2 0,04235 0,83 56 8 363 13 30 365 0,00216406 2,48 0,000872604
2 0,04235 0,83 58 9 351 6 30 365 0,001049036 2,48 0,000422998
2 0,04235 0,83 55 14 363 2 30 365 0,000593224 2,48 0,000239203
2 0,04235 0,83 75 8 363 2 30 365 0,000248589 2,48 0,000100237
2 0,04235 0,83 50 4 363 2 30 365 0,000186442 2,48 7,517823E-5
2 0,04235 0,83 45 10 363 7 30 365 0,001812632 2,48 0,0007309
2 0,04235 0,83 48 10 315 2 30 365 0,000388914 2,48 0,000156820
2 0,04235 0,83 52 10 315 2 30 365 0,000421324 2,48 0,000169888
2 0,04235 0,83 55 8 315 2 30 365 0,000294154 2,48 0,000118611
2 0,04235 0,83 42 12 363 2 30 365 0,000665849 2,48 0,000268488
2 0,04235 0,83 47 10 363 2 30 365 0,000495856 2,48 0,000199941
3 0,04128 0,83 70 9 267 4 30 365 0,000429654 2,48 0,000173247
3 0,04128 0,83 50 15 363 18 30 365 0,006133439 2,48 0,002473161
3 0,04128 0,83 45 9 363 16 30 365 0,00363463 2,48 0,001465577
3 0,04128 0,83 65 9 315 2 30 365 0,000272943 2,48 0,000110057
3 0,04128 0,83 60 9 363 2 30 365 0,000340746 2,48 0,000137397
3 0,04128 0,83 68 11 315 2 30 365 0,000318880 2,48 0,000128580
3 0,04128 0,83 60 7 363 2 30 365 0,000265025 2,48 0,000106864
3 0,04128 0,83 58 8 315 2 30 365 0,000271898 2,48 0,000109636
3 0,04128 0,83 50 10 363 4 30 365 0,00090868 2,48 0,000366403
3 0,04128 0,83 65 6 363 2 30 365 0,000209690 2,48 8,455242E-5
3 0,04128 0,83 50 11 219 2 30 365 0,000301509 2,48 0,000121576
3 0,04128 0,83 60 9 315 25 30 365 0,003696115 2,48 0,001490369
Untuk intake realtime konsentrasi CO di titik 1 (C = 0,04039 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365 hari)


= 0,000308 mg/kg/hari

Untuk intake realtime konsentrasi CO di titik 2 (C = 0,04235 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365 hari)

= 0,000323 mg/kg/hari

Untuk intake realtime konsentrasi CO di titik 3 (C = 0,04128 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365 hari)

= 0,000315 mg/kg/hari

Untuk intake realtime konsentrasi CO rata-rata (C = 0,04134 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365 hari)


= 0,000316 mg/kg/hari

Untuk menghitung nilai intake realtime paling berisiko menggunakan nilai


konsentrasi paling tinggi yaitu 0,042349 mg/kg/hari, tE paling tinggi yaitu 15
jam/hari, fE paling tinggi yaitu 363 hari/tahun, Dt paling tinggi yaitu 37 tahun
sedangkan berat badan responden paling kecil yaitu 42 Kg.

42 Kg x (30 tahun x 365 hari)


= 0,0153 mg/kg/hari
Untuk intake lifetime konsentrasi CO di titik 1 (C = 0,04039 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365 hari)

= 0,00463 mg/kg/hari

Untuk intake lifetime konsentrasi CO di titik 2 (C = 0,04235 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365)


= 0,00485 mg/kg/hari

Untuk intake lifetime konsentrasi CO di titik 3 (C = 0,04128 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365 hari)


= 0,00473 mg/kg/hari

Untuk intake lifetime konsentrasi CO rata-rata (C = 0,04134 mg/m3)

56,63 Kg x (30 tahun x 365 hari)


= 0,00474 mg/kg/hari

Untuk menghitung nilai intakelifetime paling berisiko menggunakan nilai Dt lifetime


yaitu 30 tahun

42 Kg x (30 tahun x 365 hari)

= 0,01248 mg/kg/hari
Lampiran 3

OUTPUT DATA

A. Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Berat
Badan Waktu Frekuensi Durasi
Responden Pajanan Pajanan Pajanan
N 54 54 54 54
Normal Parametersa,,b Mean 56.63 8.33 334.11 5.39
Std. Deviation 8.616 1.952 35.239 6.697
Most Extreme Absolute .113 .181 .294 .306
Differences Positive .113 .181 .206 .286
Negative -.070 -.118 -.294 -.306
Kolmogorov-Smirnov Z .827 1.331 2.159 2.252
Asymp. Sig. (2-tailed) .501 .048 .000 .000

B. Distribusi Frekuensi Antropometri Responden

Statistics
Berat Badan Waktu Frekuensi Durasi
Responden Pajanan Pajanan Pajanan
Valid 54 54 54 54
Missing 0 0 0 0
Mean 56.63 8.33 334.11 5.39
Median 56.00 8.00 357.00 2.00
Mode 50a 8a 363 2
Std. Deviation 8.616 1.952 35.239 6.697
Minimum 42 4 219 2
Maximum 80 15 363 37
C. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 21 38.9 38.9 38.9
Perempuan 33 61.1 61.1 100.0
Total 54 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidat Tamat SD 3 5.6 5.6 5.6
SD 7 13.0 13.0 18.5
SLTP 15 27.8 27.8 46.3
SLTA 26 48.1 48.1 94.4
D3/S1/S2/S3 3 5.6 5.6 100.0
Total 54 100.0 100.0

Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20 Tahun 1 1.9 1.9 1.9
21-30 Tahun 10 18.5 18.5 20.4
31-40 Tahun 19 35.2 35.2 55.6
41-50 Tahun 16 29.6 29.6 85.2
51-60 Tahun 7 13.0 13.0 98.1
>61 Tahun 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0

Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Merokok 47 87.0 87.0 87.0
Merokok (1-5 batang) 4 7.4 7.4 94.4
Merokok (6-10 2 3.7 3.7 98.1
batang)
Merokok (11-15 1 1.9 1.9 100.0
batang)
Total 54 100.0 100.0
D. Distribusi Frekuensi Gejala Kesehatan Responden

Sakit Kepala Ringan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 47 87.0 87.0 87.0
Tidak Pernah 7 13.0 13.0 100.0
Total 54 100.0 100.0

Mual/Muntah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 28 51.9 51.9 51.9
Tidak Pernah 25 46.3 46.3 98.1
22 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0

Pandangan Kabur/Mata Pedih


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 44 81.5 81.5 81.5
Tidak Pernah 10 18.5 18.5 100.0
Total 54 100.0 100.0
Dada Berdebar-Debar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 27 50.0 50.0 50.0
Tidak Pernah 27 50.0 50.0 100.0
Total 54 100.0 100.0

Sesak Napas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 20 37.0 37.0 37.0
Tidak Pernah 34 63.0 63.0 100.0
Total 54 100.0 100.0

Lemah/Lesu/Kelelahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 52 96.3 96.3 96.3
Tidak Pernah 2 3.7 3.7 100.0
Total 54 100.0 100.0

Gangguan Konsentrasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 39 72.2 72.2 72.2
Tidak Pernah 15 27.8 27.8 100.0
Total 54 100.0 100.0

Riwayat Gangguan Pernapasan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 54 100.0 100.0 100.0
Lampiran 4

Surat Kesbangpol Data Awal


Lampiran 5

Surat Izin Penelitian Fakultas


Lampiran 6

Surat Izin Penelitian Kesbangpol Penyelesaian Skripsi


Lampiran 7

Surat Izin Penelitian Dishub


Lampiran 8

Surat Telah Melaksanakan Penelitian


Lampiran 9

Surat Hasil Pengukuran Gas Karbon Monoksida


Lampiran 10

Dokumentasi Penelitian

A. Pengukuran Gas Karbon Monoksida (CO)

Pengukuran Titik 1 Pengukuran Titik 2 Pengukuran Titik

B. Wawancara Kuesioner dengan Responden


Lampiran 11
Lampiran 12
ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Jalan Samudera merupakan jalan yang berada pada wisata pantai padang yang cukup
padat aktivitas kendaraan maupun pedagang. Hal ini berpotensi dalam menyumbang
gas karbon monoksida dari kendaraan dan sangat rentan terpajan pada pedagang kaki
lima. CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan sistem saraf,
sistem darah dan sistem pernapasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis tingkat risiko pajanan CO terhadap pedagang kaki lima di sepanjang
Jalan Samudera Kota Padang tahun 2019.

Metode
Metode penelitian yang digunakan yaitu Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL) yang bertujuan menghitung tingkat risiko kesehatan akibat pajanan agen-
agen pencemar lingkungan dalam suatu populasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu
pedagang kaki lima. Pengambilan sampel menggunakan teknik sistematic random
sampling sebanyak 54 responden. CO diambil pada 3 titik di sepanjang Jalan
Samudera Kota Padang dengan menggunakan alat ukur impinger.

Hasil
Konsentrasi rata-rata CO di Jalan Samudera Kota Padang adalah 41,34 µg/Nm 3.
Lama pajanan pedagang kaki lima dengan median 8 jam/hari. Frekuensi pajanan
dengan nilai median yaitu 357 hari/tahun, durasi pajanan dengan nilai median 2
tahun dan berat badan rata-rata responden yaitu 56,63 kg. Nilai intake realtime rata-
rata yaitu 0,000316 mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime rata-rata yaitu
0,004741 mg/kg/hari. Tingkat risiko yang didapatkan adalah RQ≤1 yang berarti tidak
memiliki risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Kesimpulan
Konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang tidak menimbulkan gangguan
kesehatan terhadap pedagang kaki lima dikarenakan masih dibawah nilai baku mutu.
Diharapkan adanya kerjasama berbagai instansi pemerintah agar dapat mengambil
langkah pencegahan terkait pajanan gas karbon monoksida.

Kata Kunci : ARKL, CO, Jalan Raya, Pedagang Kaki Lima (PKL)
ABSTRACT

Objective
Samudera Street is located in the Padang Beach tour so dense enough to be a vehicle
or traders activity in this street. This can potentially contribute to carbon monoxide
gas from the vehicle and very vulnerable to exposure street vendors. CO can
potentially impair the health such as nervous system, blood system and respiratory
system. The purpose of this study was to analyze the level of risk of CO exposure to
street vendors along the Samudera Street of Padang city in 2019.

Method
The research method used the Environmental Health Risk Assesment (EHRA) which
aims for calculating the level of health risk from exposure to agents of pollutants in
the environment in a population.The study was started in April to May 2019. The
population in this study was the street vendors. Sampling used a systematic random
sampling technique of 54 respondents. The CO was taken at 3 points along Samudera
Street of Padang City by using the measuring impinger.

Result
The average concentration of CO in the Samudera Street of Padang City was 41,34
µg/Nm3. Exposure time street vendors with a median of 8 hours day. Frequency of
exposure to the median value was 357 days/year, the duration of exposure to a
median value of 2 years and a mean body weight of the respondents was 56.63 kg.
Value realtime average intake was 0.000316 mg/kg/day, while the value of the
average lifetime intake was 0.004741 mg/kg/day. The level of risk that was RQ≤1
which means no risk that can cause health problems.

Conclusion
The concentration of CO in the Samudera Street of Padang City doesn’t cause health
problems to the street vendors because it was still below the value of the standard. It
is expected that there will be cooperation between various government agencies with
an interset in taking steps to prevent exposure to carbon monoxide gas.

Keywords : EHRA, CO, highway, street vendors


Pendahuluan

Udara bersih kini sukar untuk ditemukan terutama di perkotaan, kualitas

udara kian menurun menghasilkan berbagai polusi udara.(1) Berbagai kegiatan

manusia menjadi sumber tercemarnya udara terutama akibat adanya aktivitas

kendaraan.(2) Hingga tahun 2016 telah tercatat sekitar 200.000 kematian dini

disebabkan oleh aktivitas industri kendaraan, commercial dan residential heating.(3)

Karbon monoksida merupakan salah satu komponen terbesar pencemar udara

yang dihasilkan dari proses pembakaran tidak sempurna oleh kendaraan sebesar

70,50%.(4) Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak

menyebabkan iritasi, tidak berbau, tidak berasa yang ditemukan di udara dalam

ruangan maupun luar ruangan.(5) Siifat beracun yang dimiliki karbon monoksida dpat

membahayakan manusia.(6)

Aktivitas kendaraan bensin memiliki faktor emisi karbon monoksida paling

tinggi dengan total 889,68 gram/liter bensin. Mobil bensin memiliki faktor emisi

sebesar 462,63 gram/liter bensin. Sementara sepeda motor bensin sebesar 427,05

gram/liter bensin.(7)

Karbon monoksida yang dihasilkan dari knalpot kendaraan yang tersebar di

udara ambien akan dengan cepat memasuki tubuh manusia seperti darah, otak,

jantung dan otot. Gas karbon monoksida yang terhirup oleh manusia akan masuk ke

saluran pernapasan kemudia menuju paru-paru. Selanjutnya karbon monoksida juga

akan masuk ke dalam darah dan berikatan dengan haemoglobin membentuk

Karboksihaemoglobin.(8) Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya kinerja Hb

sebagai pengangkut oksigen.(9)

Pajanan karbon monoksida dalam kadar rendah dapat mengakibatkan

perubahan neurologik, aktivitas menurun dan kenaikan hematokrit, sedangkan


pajanan tinggi dapat mengakibatkan hal yang fatal yaitu kematian. (10) Kasus

keracunan gas karbon monoksida terjadi di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan

laporan data statistik rumah sakit Kanada pada rentang waktu 2000-2013 terdapat

4.990 kasus kematian akibat keracunan karbon monoksida.(11)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa terdapat

± 1.000 kendaraan roda dua dan ± 600 sementara dari hasil wawancara terhadap

pedagang kaki lima di Jalan Samudera dari 10 orang terdapat 6 orang pedagang kaki

lima yang merasakan keluhan terhadap gejala karbon monoksida.

Jalan Samudera merupakan salah satu jalan yang ramai dilalui oleh banyak

kendaraan yang berpotensi menyumbang polutan udara karbon monoksida.

Banyaknya kendaraan yang melewati Jalan Samudera ini membuat pedagang kaki

lima memungkinkan terpajan oleh gas karbon monoksida dalam waktu yang lama.

Berdasarkan data Dinas Lingkunga Hidup Kota Padang bahwa nilai Indeks

Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang diukur pada pertengahan tahun 2018

didapatkan nilai ISPU karbon monoksida sebesar 52 termasuk kategori kualitas

sedang. Sementara itu, berdasarkan data pemantauan kualitas udara ambien karbon

monoksida tahun 2018 yang dilakuakn pada 12 titik di Kota Padang memiliki rata-

rata konsentrasi karbon monoksida sebesar 3.824,075 µg/Nm3. Menurut PP No. 41

Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan , baku mutu karbon

monoksida yang diukur selama 1 jam yaitu 30.000 µg/Nm3, dimana konsentrasi CO

rata-rata pada 12 titik tersebut belum melewati baku mutu yang ditetapkan. Namun

demikian, jika masyarakat terus menerus terpapar oleh gas CO maka akan dapat

menimbulkan dampak buruk pada kesehatan masyarakat.


Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Karbon Monoksida (CO)

terhadap Pedagang Kaki Lima di Jalan Samudera Kota Padang Tahun 2019.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan (CO). Penelitian dilakukan di Jalan Samudera Kota

Padang pada bulan April hingga Mei 2019. Populasi dalam penelitian ini berjumlah

100 orang dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 54 responden. Teknik

pengambilan sampel yaitu sistematic random sampling.

Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Pengolahan

data menggunakan menggunakan analisis univariat dan analisis risiko. CO diambil

pada 3 titik di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang dimulai dari simpang Hotel

Pangeran sampai ke Mesjid di Pantai Padang yang baru dibangun (depan Rumah

Makan Pujasera) dengan radius 4100 meter. Pengukuran gas CO menggunakan alat

ukur impinger.

Hasil

Berdasarkan tabel 1, variabel usia sebagian besar berumur 31-40 tahun

sebanyak 19 orang (35,2%) dengan jenis kelamin paling banyak yaitu perempuan

sebanyak 33 orang (61,1%). Selanjutnya untuk tingkat pendidikan terbanyak adalah

SLTA sebanyak 26 orang (48,1%). Sementara untuk variabel merokok terdapat 7

orang (13%) responden yang memiliki kebiasaan merokok.

Berdasarkan tabel 2, pengukuran dilakukan pada 3 titik di mana konsentrasi

CO yang diperoleh melalui analisis labor dengan pembacaan menggunakan


spetrofotometer sesuai dengan pedoman 19-7119.2.2005. Konsentrasi CO tertinggi

berada pada titik kedua di depan My All Hotel sebesar 42, 35 µg/Nm3 yang dilakukan

pada pukul 14:05-15:05 WIB. Sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik

pertama di depan Permindo Distro yang dilakukan pada pukul 14:00-15:00 WIB

yaotu sebesar 41,28 µg/Nm3. Sementara untuk konsentrasi rata-rata di Jalan

Samudera sebesar 42,63 µg/Nm3. Berdasarkan hasilpengukuran yang didapatkan

bahwa konsentrasi karbon monoksida masih di bawah baku mutu yang ditetapkan

oleh PP No. 41 tahun 1999 yaitu 30.000 µg/Nm3.

Berdasarkan tabel 3, hasil pengukuran karakteristik antropometri dan pola

aktivitas responden yang dilakukan melalui wawancara kepada seluruh responden

pedagang kaki lima di Jalan Samudera sebanyak 54 responden dengan menggunakan

kuesioner yang telah disediakan peneliti sebelumnya. Adapun data yang diukur

meliputi berat badan (Wb), jumlah jam kerja atau lama pajanan (tE), jumlah hari

kerja atau frekuensi pajanan (fE) dan durasi pajanan (Dt). Didapatkan bahwa rata-

rata berat badan (Wb) responden yaitu 56,63, lama pajanan harian rata-rata

8,33jam/hari, dan frekuensi pajanan rata-rata responden dalam satu tahun yaitu

334,11hari/tahun. sementara durasi pajanan rata-rata yaitu 5,39 tahun dengan durasi

pajanan paling lama 37 tahun sedangkan durasi pajanan paling sedikit yaitu 2 tahun.

variabel yang memilki data terdistribusi normal yang didapat dari hasil uji normalitas

data numerik yaitu hanya variabel berat badan (Wb).

Berdasarkan tabel 4, data gangguan kesehatan responden di Jalan Samudera

Kota Padang akibat pajanan CO yang paling banyak dikeluhkan yaitu rasa lemah,

lesu dan kelelahan sebnayak 52 orang (96,3%), sakit kepala sebanyak 47 orang

(87%), pandangan kabur/mata perih sebanyak 44 orang (815%), dangguan


konsentrasi sebnayak 39 orang (72,2%), mual/rasa ingin muntah sebanyak 28 orang

(51,9%) dan dada berdebar-debar sebanyak 27 orang (50%).

Berdasarkan tabel 5, nilai intake realtime dan intake lifetime tertinggi

terdapat pada titik kedua di depan My All Hotel sebesar 323x10-6 mg/kg/hari dan

485x10-5mg/kg/hari. sedangkan nilai intake realtime dan lifetime terendah terdapat di

depan permindo distro yaitu 308x10-6 mg/kg/hari dan 463x10-5 mg/kg/hari.

Berdasarkan tabel 6 dan 7, nilai RQ<1 untuk realtime dan lifetime pada

setiap titik di Jalan Samudera Kota Padang, sehingga dapat dikatakan bahwa

toksisitas CO belum menimbulkan gangguan kesehatan pada wilayah penelitian baik

realtime maupun lifetime.

Pembahasan

Kebutuhan terhadap zat tenaga akan kian terus meningkat dan menurun pada

usia 40 tahun.(12) Responden dengan rentang usia 31-40 dan 41-50 tahun memiliki

risiko yang lebih besar akibat pajanan karbon monoksida dengan kadar yang tinggi.

Sementara itu polusiudara COjuga dihasilkan selama merokok. Asap rokok

mengandung CO dengan konsentrasi 20.000 ppm. Selama dihisap, konsentrasi

tersebut terencerkan menjadi 400-500 ppm.(13) Konsentrasi CO yang tinggi

mengakibatkan kadar COHb di dalam darah menurun.

Konsentrasi CO rata-rata di Jalan Samudera Kota Padang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan penelitian Okta Risa (2018) di Jalan M. Yamin yaitu sebesar

35,61 µg/Nm3. Kondisi konsentrasi CO ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

meterologis seperti suhu, kelembaban dan cuaca. Sementara hasil konsentrasi dari

ketiga titik tersebut tidak melebihi baku mutu yang terdapat pada PP No. 41 tahun

1999 tentang pengendalian pencemaran udara, dengan nilai baku mutu CO di udara
ambien yaitu 30.000 µg/Nm3 yang dilakukan selama 1 jam pengukuran. Hal ini

membuktikan bahwa konsentrasi CO di Kota Padang masih dikatakan aman.

Walaupun demikian perlu dilakukan pencegahan agar tidak melebihi baku

mutuseperti penanamaan pohon penyerap polusi udara, sehingga dapat mengurangi

konsentrasi CO di udara.

Data antropometri dan pola aktivitas responden meliputi berat badan (Wb),

lama pajanan (tE), frekuensi pajanan (fE) dan durasi pajanan (Dt). Berdasarkan hasil

uji normalitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel lama pajanan (tE),

frekuensi pajanan (fE) dna durasi pajanan (Dt) tidak terdistribusi normal maka

dipakai nilai median dalam persamaan nilai intake sehingga didapatkan untuk nilai

lama pajanan (tE) yaitu 8 jam/hari, frekuensi pajanan (fE) yang digunakan adalah

357 hari/tahun dan durasi pajanan (Dt) yaitu 2 tahun. sedangkan untuk nilai variabel

berat badan (Wb) terdistribusi normal sehingga menggunakan nilai mean yaitu 56,63

kg.

Besarnya nilai intake berbading lurus dengan nilai konsentrasi zat pencemar,

laju asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan, maksudnya yaitu bahwa semakin

besar nilai variabel tersebut maka semakin besar nilai intake yang diterima individu.

Sementara itu untuk variabel berat badan berbanding terbalik dengan nilai intake

yaitu semakin besar berat badan sesorang maka akan semakin kecil risiko kesehatan

yang akan diterimanya. Berat badan rata-rata lebih besar dibandingkan berat badan

normal orang dewasa menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) sebesar 55 Kg, namun masih kecil menurut

berat badan rata-rata orang Eropa yaitu 70-80 Kg.

Gambaran gangguan kesehatan yang dialami responden tersebut

mengindikasikan telah terpajan gas CO. Karbon monoksida merupakan salah satu zat
pencemar yang terdapat didalam komponen yang ada di udara. Namun demikian, hal

ini berarti tidak hanya karbon monoksida saja yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan pada manusia melainkan masih banyak zat pencemar lainnya yang tersebar

di udara seperti hidrokarbon, SO2, NO2, debu. Sehingga dibutuhkan studi dengan

jenis penelitian epidemiologi untuk mengetahui factor apa yang paling berpengaruh

terhadap berbagai keluhan tersebut.

Hasil penelitian yang didapat bahwa nilai RQ<1 artinya konsentrasi CO tidak

berisiko terhadap kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Devita, Nurjazuli, dan

Tri (2017) yang juga mendapatkan nilai RQ karbon monoksida (CO) ≤ 1 pada

petugas pengumpul tol di wilayah Kota Semarang.

Kesimpulan

Hasil pengukuran konsentrasi CO di sepanjang jalan Samudera Kota Padang

yang dilakukan pada tiga titik penelitian masih di bawah baku mutu berdasarkan PP

No. 41 Tahun 1999 Tentang pengendalian dan pencemaran udara yaitu 30.000

µg/Nm3. Konsentrasi CO tertinggi berada di depan My All Hotel yaitu sebesar 42,349

µg/Nm3, sedangkan konsentrasi CO terendah berada di depan Permindo Distro yaitu

sebesar 40,392 µg/Nm3.

Hasil perhitungan intake realtime dan intake lifetime terbesar terdapat pada

lokasi di depan My All Hotel yaitu sebesar 0,000323 mg/kg/hari dan 0,00485

mg/kg/hari. Hasil perhitungan risiko lifetime (30 tahun) yang didapatkan dari

perbandingan antara intake dan nilai RfC menunjukkan ketiga titik tidak berisiko

dalam mengalami gangguan kesehatan dengan RQ≤1 dan perhitungan risiko realtime

yang didapat dari hasil pajanan CO masih aman dengan RQ≤1.


Berdasarkan perhitungan rata-rata pajanan gas CO bahwa untuk seluruh

responden di Jalan Samudera Kota Padang belum berisiko mengalami gangguan

kesehatan akibat pajanan gas CO sampai 30 tahun mendatang. Akan tetapi perlu

adanya kerja sama untuk mencegah konsentrasi gas CO meningkat yang dapat

dilakukan oleh berbagai pihak instansi pemerintah.

Diharapkan agar pedagang kaki lima lebih peduli terhadap kesahatan dengan

melakukan pencegahan seperti menggunakan masker selama berjualan dan

diimbangi dengan perilaku hidup bersih dan sehat berupa makan makanan bergizi,

melakukan aktivitas fisik dan seimbang dan menghindari kebiasaan merokok.

Disamping itu juga perlunya kerja sama untuk mengambil langkah guna mencegah

konsentrasi gas CO meningkat yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak instansi

pemerintah.

Penghargaan/Pengakuan

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

anugerah dan kesempatan dalam menuntut ilmu di bangku perkuliahan hingga masa

studi berakhir. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Andalas, seluruh dosen dan staf akademik Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, kepada dosen pembimbing dan penguji

yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada

rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.
Daftar Pustaka

1. Kastiyowati I. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara.

Jakarta: Staf Puslitbang Tek Bakitbang Dephan; 2001.

2. Soemirat J. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press; 2013.

3. Wulandari A, D Y RM. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan

Particulate Matter (PM10) pada Pedagang Kaki Lima Akibat Aktivitas

Transportasi. Kesehat Masy. 2016;4(3):677–91.

4. Sugiarti. Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya bagi Kesehatan Manusia. J

Chem. 2009;10(1):50–8.

5. Sastrawidjaya AT. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2009.

6. Wardhana WA. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Yogyakarta:

Andi; 2004.

7. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Memprakirakan Dampak

Lingkungan Kualitas Udara. 2007.

8. Pamungkas RE, Sulistiyani, Rahardjo M. Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL) Akibat Paparan Karbon Monoksida (CO) Melalui

Inhalasi pada Pedagang di Sepanjang Jalan Depan Pasar Projon Ambarawa

Kabupaten Semarang. J Kesehat Masyarakat. 2017;5:824–31.

9. Mukono. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Ganggguan

Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.

10. Nur Aprilia D, Nurjazuli, Joko T. Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan

Pajanan Gas Karbon Monoksida (CO) pada Petugas Pengumpul Tol di

Semarang. J Kesehat Masyarakat. 2017;5:367–75.


11. Cohen I, Garis L, Rajabali F, Pike I. Carbon Monoxide Poisoning

Hospitalizations and Deaths in Canada. Vancouver: University of the Fraser

Valley; 2017.

12. Fatmah. Respon Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.

Makara, Kesehat. 2006;10(1):47–53.

13. S F. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius; 1992.


Tabel

Tabel 1.Karakteristik Responden

Variabel Frekuensi Persentase (%)


Umur
< 20 Tahun 1 1.9
21-30 Tahun 10 18.5
31-40 Tahun 19 35.2
41-50 Tahun 16 29.6
51-60 Tahun 7 13.0
>61 Tahun 1 1.9
Jumlah 54 100.0
Jenis Kelamin
Laki-Laki 21 38.9
Perempuan 33 61.1
Jumlah 54 100.0
Pendidikan
Tidak Tamat SD 3 5,6
SD 7 13,0
SLTP 15 27,8
SLTA 26 48,1
D3/S1/S2/S3 3 5,6
Jumlah 54 100,0
Merokok
Tidak Merokok 47 87.0
Merokok (1-5 batang) 4 7.4
Merokok (6-10 batang) 2 3.7
Merokok (10-15 batang) 1 1.9
Jumlah 54 100.0

Tabel 2.Konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang

No Lokasi GPS Waktu Konsentrasi NAB


(WIB) (µg/Nm3) (30 µg/Nm3)
1 Depan 0º56,226ʺS Aman
Permindo 100º21,075ʺE 14:05-15:05 40,39
Distro
2 Depan My All 0º56,569ʺS 14:00-15:00 42,35 Aman
Hotel 100º21,085ʺE
3 Depan 0º57,999ʺS 15:00-16:00 41,28 Aman
Pujasera 100º21,197ʺE
Tabel 3. Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas Responden

Std. Distribusi
No Elemen Mean Median Modus Min Max
Deviasi Data
Berat Badan Normal
1 56,63 56 50 42 80 8,616
(Wb) (Kg)
Lama Tidak
2 Pajanan (tE) 8,33 8 8 4 15 1,952 Normal
(Jam/Hari)
Frekuensi Tidak
3 Pajanan (fE) 334,11 357 363 219 363 35,239 Normal
(Hari/Tahun)
Durasi Tidak
4 Pajanan (Dt) 5,39 2 2 2 37 6,697 Normal
(Tahun)

Tabel 4. Data Gangguan Kesehatan PKL di Jalan Samudera

Jumlah (%)
No Gangguan Kesehatan
Pernah Tidak Pernah
1 Sakit kepala ringan 47 (87%) 7 (13%)
2 Mual/rasa ingin muntah 28 (51,9%) 25(46,3%)
3 Pandangan kabur/mata pedih 44 (81,5%) 10 (18,5%)
4 Dada berdebar-debar 27 (50%) 27 (50%)
5 Sesak napas 20 (37%) 34 (63%)
6 Lemah/lesu/kelelahan 52 (96,3%) 2 (3,7%)
7 Gangguan konsentrasi 39(72,2%) 15 (27,8%)
9 Riwayat gangguan pernapasan 0 (0%) 54 (100%)

Tabel 5. IntakeRealtime dan Lifetime pada Pedagang Kaki Lima


di Jalan Samudera Kota Padang

No Titik Intake Realtime Intake lifetime


1 Depan Permindo Distro 308x10-6 mg/kg/hari 463x10-5 mg/kg/hari
2 Depan My All Hotel 323x10-6 mg/kg/hari 485x10-5 mg/kg/hari
3 Depan Pujasera 315x10-6 mg/kg/hari 473x10-5 mg/kg/hari
Konsentrasi CO Rata-Rata 316x10-6 mg/kg/hari 474x10-5 mg/kg/hari
Paling Berisiko 153x10-4 mg/kg/hari 124x10-4 mg/kg/hari
Tabel 6. Nilai Risk Qutient (RQ) Realtime Pada Setiap Titik

Konsentrasi Intake RfC


Titik
(mg/m3) Realtime (mg/kg/hari) RQ Risiko
Sampel
(mg/kg/hari)
Depan
Tidak
Permindo 4039x10-5 308x10-6 2,48 124x10-6
Berisiko
Distro
Depan My Tidak
130x10-6
All Hotel 4325x10-5 323x10-6 2,48 Berisiko
Depan Tidak
127x10-6
Pujasera 4128x10-5 315x10-6 2,48 Berisiko
Konsentrasi
Tidak
CO Rata- 4134x10-5 316x10-6 2,48 127x10-6
Berisiko
Rata
Paling Tidak
61x10-4
Berisiko 4235x10-5 153x10-4 2,48 Berisiko

Tabel 7. Nilai Risk Qutient (RQ) Lifetime Pada Setiap Titik

Konsentrasi IntakeLifetime RfC


Titik Sampel RQ Risiko
(mg/m3) (mg/kg/hari) (mg/kg/hari)
Depan
Tidak
Permindo 4039x10-5 463x10-5 2,48 -5
186x10 Berisiko
Distro
Depan My Tidak
-5 485x10-5 -5
All Hotel 4235x10 2,48 195x10 Berisiko
Depan 4128x10-5 -5 Tidak
473x10
Pujasera 2,48 190x10-5 Berisiko
Konsentrasi
Tidak
CO Rata- 4134x10-5 474x10-5 2,48
191x10-5 Berisiko
Rata
Paling 4235x10-5 Tidak
124x10-4
Berisiko 2,48 5x10-3 Berisiko

Anda mungkin juga menyukai