Oleh :
HAPTIAH
No. BP. 1511212058
ABSTRAK
Tujuan Penelitian
Jalan Samudera merupakan jalan yang berada pada wisata pantai padang yang cukup
padat aktivitas kendaraan maupun pedagang. Hal ini berpotensi dalam menyumbang
gas karbon monoksida dari kendaraan dan sangat rentan terpajan pada pedagang kaki
lima. CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan sistem saraf,
sistem darah dan sistem pernapasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis tingkat risiko pajanan CO terhadap pedagang kaki lima di sepanjang
Jalan Samudera Kota Padang tahun 2019.
Metode
Metode penelitian yang digunakan yaitu Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL) yang bertujuan menghitung tingkat risiko kesehatan akibat pajanan agen-
agen pencemar lingkungan dalam suatu populasi. Penelitian dilakukan pada bulan
April hingga Mei 2019. Populasi dalam penelitian ini yaitu pedagang kaki lima.
Pengambilan sampel menggunakan teknik sistematic random sampling sebanyak 54
responden. CO diambil pada 3 titik di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang
dengan menggunakan alat ukur impinger.
Hasil
Konsentrasi rata-rata CO di Jalan Samudera Kota Padang adalah 41,34 µg/m3. Lama
pajanan pedagang kaki lima dengan median 8 jam/hari. Frekuensi pajanan dengan
nilai median yaitu 357 hari/tahun, durasi pajanan dengan nilai median 2 tahun dan
berat badan rata-rata responden yaitu 56,63 kg. Nilai intake realtime rata-rata yaitu
0,000316 mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime rata-rata yaitu 0,004741
mg/kg/hari. Tingkat risiko yang didapatkan adalah RQ≤1 yang berarti tidak memiliki
risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Kesimpulan
Konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang tidak menimbulkan gangguan
kesehatan terhadap pedagang kaki lima dikarenakan masih dibawah nilai baku mutu.
Diharapkan adanya kerjasama berbagai instansi pemerintah agar dapat mengambil
langkah pencegahan terkait pajanan gas karbon monoksida.
i
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY
ABSTRACT
Objective
Samudera Street is located in the Padang Beach tour so dense enough to be a vehicle
or traders activity in this street. This can potentially contribute to carbon monoxide
gas from the vehicle and very vulnerable to exposure street vendors. CO can
potentially impair the health such as nervous system, blood system and respiratory
system. The purpose of this study was to analyze the level of risk of CO exposure to
street vendors along the Samudera Street of Padang city in 2019.
Method
The research method used the Environmental Health Risk Assesment (EHRA) which
aims for calculating the level of health risk from exposure to agents of pollutants in
the environment in a population.The study was started in April to May 2019. The
population in this study was the street vendors. Sampling used a systematic random
sampling technique of 54 respondents. The CO was taken at 3 points along Samudera
Street of Padang City by using the measuring impinger.
Result
The average concentration of CO in the Samudera Street of Padang City was 41,34
µg/m3. Exposure time street vendors with a median of 8 hours day. Frequency of
exposure to the median value was 357 days/year, the duration of exposure to a
median value of 2 years and a mean body weight of the respondents was 56.63 kg.
Value realtime average intake was 0.000316 mg/kg/day, while the value of the
average lifetime intake was 0.004741 mg/kg/day. The level of risk that was RQ≤1
which means no risk that can cause health problems.
Conclusion
The concentration of CO in the Samudera Street of Padang City doesn’t cause health
problems to the street vendors because it was still below the value of the standard. It
is expected that there will be cooperation between various government agencies with
an interset in taking steps to prevent exposure to carbon monoxide gas.
Bibliography : 59 (1983-2018)
Keywords : EHRA, CO, highway, street vendors
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah
yang dilimpahkan sebagai sumber kekuatan hati dan peneguh iman sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan Pajanan Karbon Monoksida (CO) Terhadap Pedagang
Kaki Lima Di Jalan Samudera Kota Padang Tahun 2019” Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat di
alam semesta ini.
Selama proses penyusunan penelitian skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, PhD selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
2. Ibu Ade Suzana Eka Putri, PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
3. Bapak Miladil Fitra, SKM, MKM selaku pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh semangat dan ketulusan
pada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Putri Nilam Sari, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh semangat dan ketulusan
pada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Aria Gusti, SKM., M.Kes selaku penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun kepada peneliti dalam
menyelesaikan hasil penelitian skripsi ini.
6. Bapak Drs. Zudarmi, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan saran
dan masukan yang membangun kepada peneliti dalam menyelesaikan hasil
penelitian skripsi ini.
7. Ibu Hafifatul Auliya Rahmy, SKM., MKM selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama masa
perkuliahan.
iii
8. Bapak dan Ibu dosen serta staff Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas yang telah mendidik, memberikan arahan selama
masa perkuliahan.
9. Teristimewa kepada kedua orangtua yang telah memberikan doa, kasih
sayang serta dukungan baik moril maupun materil.
10. Teman-teman dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan penelitian
skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan penelitian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun dan semoga penyusunan penelitian skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang dan bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.Semoga segala bantuan yang telah diberikan
kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin.
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
v
2.4.4 Analisis Dosis Respon (Dose Respon Assessment) ............................... 27
2.4.5 Analisis Pajanan (Exposure Assessment) .............................................. 29
2.4.6 Karakterisasi Risiko (Risk Characterization)........................................ 30
2.5 Pengelolaan Risiko ..................................................................................... 31
2.6 Komunikasi Risiko ..................................................................................... 32
2.7 Telaah Sistematis ........................................................................................ 33
2.8 Kerangka Teori ........................................................................................... 36
2.9 Kerangka Konsep ....................................................................................... 37
BAB 3 : METODE PENELITIAN ............................................................................ 38
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 38
3.2 Waktu dan Tempat...................................................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 38
3.3.1 Populasi ................................................................................................. 38
3.3.2 Sampel ................................................................................................... 38
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................... 40
3.4.1 Sampel Subyek ...................................................................................... 40
3.4.2 Sampel Obyek ....................................................................................... 40
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................................... 41
3.5.1 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 41
3.5.2 Kriteria Eksklusi .................................................................................... 41
3.6 Definisi Operasional ................................................................................... 42
3.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................... 43
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 43
3.7.2 Pengolahan Data .................................................................................... 43
3.8 Instrumen Penelitian ................................................................................... 44
3.9 Analisis Data ............................................................................................... 45
3.9.1 Analisis Univariat .................................................................................. 45
3.9.2 Analisis Risiko ...................................................................................... 45
BAB 4 : HASIL PENELITIAN ................................................................................. 47
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................... 47
4.2 Karakteristik Responden............................................................................. 48
4.3 Konsentrasi CO Di Udara Ambien ............................................................. 49
4.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas .......................................... 52
4.5 Gambaran Gangguan Kesehatan................................................................. 53
4.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Gas Karbon Monoksida . 54
4.6.1 Identifikasi Bahaya ................................................................................ 54
4.6.2 Analisis Dosis Respon ........................................................................... 55
4.6.3 Analisis Pajanan .................................................................................... 56
4.6.4 Karakteristik Risiko............................................................................... 57
4.7 Manajemen Risiko ...................................................................................... 59
4.8 Komunikasi Risiko ..................................................................................... 59
BAB 5 : PEMBAHASAN .......................................................................................... 60
5.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 60
vi
5.2 Karaketristik Responden............................................................................. 60
5.3 Konsentrasi CO di Udara Ambien .............................................................. 61
5.4 Karakteristik Antropometri dan Pola Aktivitas .......................................... 63
5.5 Keluhan Kesehatan ..................................................................................... 64
5.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ...................................................... 66
5.6.1 Identifikasi Bahaya ................................................................................ 66
5.6.2 Analisis Dosis Respon ........................................................................... 66
5.6.3 Analisis Pajanan .................................................................................... 67
5.6.4 Karakteristik Risiko............................................................................... 68
5.7 Manajemen Risiko ...................................................................................... 68
5.8 Komunikasi Risiko ..................................................................................... 69
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 71
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 71
6.2 Saran ........................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 75
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Jumlah Kendaraan yang Lewat Per Jam di Jalan Samudera ...................... 51
Tabel 4.7 IntakeRealtime dan Lifetime pada Pedagang Kaki Lima ........................... 57
Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient (RQ) Realtime Pada Setiap Titik ................................ 58
Tabel 4.9 Nilai Risk Qutient (RQ) Lifetime Pada Setiap Titik .................................. 58
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
3. CO : Karbon Monoksida
4. COHb : Karboksihaemoglobin
5. Dt : Durasi Pajanan
6. fE : Frekuensi Pajanan
7. I : Asupan (mg/kg/hari)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12 : Manuskrip
xi
BAB 1 : PENDAHULUAN
Kondisi udara dalam atmosfir tidak pernah ditemukan dalam kondisi yang
bersih, akan tetapi telah tercampur dengan berbagai gas atau partikulat lain yang
tidak diperlukan. Berbagai macam gas yang berasal dari aktivitas alam dan aktivitas
manusia ini secara terus menerus masuk ke dalam udara dan membuat kualitas udara
menjadi buruk. Udara bersih merupakan udara yang kaya akan oksigen dan memiliki
sifat yakni gas yang tidak tampak, tidak berasa, dan tidak berbau. Namun saat ini
udara bersih sukar ditemukan terutama di perkotaan, kualitas udara yang kian
menurun menghasilkan polusi udara. Seiring dengan jumlah penduduk yang terus
meningkat di dunia, maka menyebabkan kebutuhan akan udara yang bersih kian
meningkat. Perlu adanya perawatan dan perlindungan akan udara agar tidak
Komposisi kimiawi udara yang telah ada dapat berubah akibat aktivitas
manusia yang tidak ramah lingkungan. Berbagai aktivitas manusia yang dapat
hingga tahun 2016 terdapat sekitar 200.000 kematian dini yang terjadi setiap
1
2
menyatakan bahwa semua jenis polusi udara yang memiliki konsentrasi tinggi dapat
mempengaruhi saluran pernapasan, ditandai dengan adanya gejala seperti iritasi pada
hidung dan tenggorokan, pada penderita asma sering terjadi brokokonstruksi dan
dyspnea.(4)
ekonomi bagi bangsa Indonesia, hal tersebut juga berdampak negatif terhadap
akan mengeluarkan berbagai jenis gas maupun partikulat dari berbagai senyawa
organik dan anorganik dengan berat molekul yang besar, sehingga dapat langsung
Polusi udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu seperti aktivitas
pencemar udara utama di Indonesia khususnya pada transportasi dan industri yaitu
karbon monoksida (CO) sebesar 70,50%, sulfur oksida (SOx) sebesar 0,9%, nitrogen
oksida (NOx) sebesar 8,9%, partikulat sebesar 1,33%, hidrokarbon (HC) sebesar
Faktor emisi gas karbon monoksida terdiri dari berbagai jenis kegiatan
diantaranya ialah pembakaran batu bara, tanur pabrik semen, pembakaran LPG,
mobil bensin, kendaraan niaga solar, sepeda motor bensin. Dimana jenis kegiatan
3
dari kendaraan bensin memiliki faktor emisi gas CO yang paling tinggi yaitu sebesar
Peningkatan yang signifikan oleh polusi udara yang berasal dari sektor
saat ini. Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2017 menyatakan bahwa penyakit
ISPA dan sakit kepala termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Kota Padang.
Dimana gangguan kesehatan tersebut juga dapat ditimbulkan dari adanya agen
iritasi, tidak berbau, tidak berasa yang ditemukan di udara dalam ruangan maupun
luar ruangan.(12) Gas ini didapat dari hasil proses pembakaran kendaraan yang tidak
manusia. Senyawa CO dapat berikatan kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin
oksigen.(15)
Gas karbon monoksida yang keluar dari knalpot kendaraan akan terdapat di
udara ambien. Gas CO akan cepat memasuki beberapa tubuh manusia seperti darah,
otak, jantung dan otot. Apabila gas CO terhirup oleh manusia maka gas ini akan
masuk ke dalam saluran penapasan dan menuju paru-paru melalui proses inhalasi.
haemoglobin (COHb).(16,17)
neorologik, aktivitas menurun, kenaikan hemotokrit dan perubahan pada fetus atau
janin bagi wanita hamil. Sedangkan pajanan pada kadar tinggi atau dampak akut
4
pajanan gas CO dapat menyebabkan kematian. Gas CO yang masuk ke dalam tubuh
oksigen ke dalam tubuh.(12)Semakin tinggi kadar yang ada di dalam tubuh manusia
maka akibatnya juga semakin fatal hingga dapat mengakibatkan kematian. (17)
Menurut laporan data statistik rumah sakit di Kanada terdapat 4.990 kasus kematian
akibat keracunan gas CO terjadi pada rentang waktu 2000-2013.(18) Sedangkan kasus
yang terjadi di Indonesia diantaranya ialah pertama, kasus yang terjadi di jorong
Buluah Rotan, Nagari Guguak Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung Sumatera
Barat pada 24 Februari 2014 yang mengakibatkan dua orang pekerja tower sutet
tewas akibat keracunan gas karbon monoksida dari genset yang diletakkan di dalam
tenda penginapan sedangkan lima korban dalam keadaan kritis. Korban didiagnosa
mengalami gangguan fungsi hati, paru, ginjal dan fungsi pernapasan kronis.(19) Kasus
Kedua keracunan CO pada 20 Februari 2015 yang menimpa dua orang anak buah
kapal (ABK). Kasus ini terjadi pada saat sedang membersihkan palka kapal cumi di
Benoa. Hal tersebut mengakibatkan korban tergolek lemas sedangkan rekan kerjanya
meninggal saat dalam perawatan.(20) Selanjutnya kasus yang terjadi di sebuah klinik
kecantikan di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 20 Juli 2018. Dimana kasus ini
pengeboran di lantai satu bangunan yang berasal dari mesin pompa pembuat
sumur.(21)
sepanjang jalan depan pasar Projo Ambarawa Kabupaten Semarang bahwa dari 19
monoksida telah melewati baku mutu. Nilai rata-rata intake pada realtime paparan
intakepada lifetime sebesar 4,76 mg/kg/hari. Baik pada karakteristik risiko non
karsinogenik atau risk quotient (RQ) realtime maupun lifetime, terdapat 5 orang
μg/Nm3.(22) Dimana dari penelitian tersebut telah melewati nilai ambang batas baku
mutu udara yang ditetapkan oleh Pemerintah ialah sebesar 30.000 μg/Nm3.(23)
yang ada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta ditemukan bahwa dari hasil
akibat paparan karbon monoksida (CO).(24) Pada penelitian yang dilakukan oleh Erna,
Devi dan Taufik, didapatkan rata-rata kadar PM10 yaitu sebesar 105 μg/Nm3 dan rata-
rata kadar CO sebesar 10.000 μg/Nm3, serta sebanyak 58,3% responden di dalam
ruangan tidak mengalami keluhan gangguan pernapasan akut dan 68,1% di luar
ruangan mengalami keluhan gangguan pernapasan akut dengan keluhan yang paling
banyak dirasakan yaitu batuk-batuk sebesar 33.3% di dalam ruangan dan 55,1% di
luar ruangan.(25)
yang melewati tempat penelitian pada hari kerja pukul 15:00-16:00 WIB dan juga
tempat yang ramai akan kendaran, terdapat ± 1.000 kendaraan roda dua dan ± 600
kendaraan roda empat yang melewati tempat penelitian yang dilakukan selama
6
1 jam. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang pedagang kaki lima
di sekitar Jalan Samudera Kota Padang bahwa terdapat 6 orang pedagang kaki lima
yang telah bekerja lebih dari 4 tahun dan bekerja 8 sampai 10 jam/hari. Para
pedagang kaki lima tersebut mengaku mengalami keluhan seperti iritasi mata, sakit
(CO). Pedagang tersebut bekerja pada waktu dan kondisi yang ramai akan lalu lintas
Jalan Samudera merupakan salah satu jalan raya yang ramai dilalui oleh
banyak kendaraan yang berpotensi menyumbang polutan udara yaitu salah satunya
gas karbon monoksida (CO). Selain itu, jalan ini juga merupakan jalan yang dilalui
untuk menuju destinasi wisata, dimana pengendara juga yang berhenti sejenak guna
kendaraan yang lalu lalang di jalan tersebut membuat pedagang kaki lima yang
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota
Padang bahwa nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang diukur pada
pertengahan tahun 2018, gas karbon monoksida memiliki nilai ISPU sebesar 52.
Dimana angka tersebut termasuk dalam kategori kualitas sedang, dan memiliki
dampak yang seperti perubahan kimia darah. Selain itu juga berdasarkan data
pemantauan kualitas udara ambien gas CO tahun 2018 yang dilakukan pada 12 lokasi
masyarakat terus menerus terpapar oleh gas karbon monoksida maka akan
penelitian analisis risiko pedagang kaki lima akibat pajanan gas CO di sekitar Jalan
Samudera Kota Padang. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
Karbon Monoksida (CO) terhadap Pedagang Kaki Lima di Jalan Samudera Kota
Pajanan Karbon Monoksida (CO) terhadap Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan
pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang Tahun 2019.
8
Padang
1. Bagi Peneliti
gas CO nantinya. Dan manakala hasil gas CO melebihi baku mutu, Dinas
permasalahan tersebut.
dan dapat memberikan saran tekait pencegahaan yang dapat dilakukan guna
penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Jalan Samudera
Kota Padang. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah udara ambien di sepanjang
Jalan Samudera Kota Padang. Lokasi penelitian ini dilakukan pada tiga titik
bahwa pencemaran udara ialah masuknya atau dimasukkan zat, energi dari
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun
atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi)
udara dari keadaan normalnya. Terdapatnya bahan atau zat asing di dalam udara
yang memiliki jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama,
akan dapat menganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan
dan teknologi serta lalu lintas yang padat, relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di
pencemar.(26)Timbulnya kematian setengah juta orang india setiap tahun dan hasil
penelitian juga mengestimasi bahwa lebih dari 50.000 orang amerika mati setiap
tahun karena pencemaran udara merupakan akibat dari adanya pencemaran udara.(5)
polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi
disebabkan oleh kegiatan manusia dan sebagian kecilnya oleh alam. Emisi akibat
10
11
organik oleh bakteri pengurai yang dihasilkan gas metana (CH4). Emisi yang
pembakaran bahan bakar fosil baik dari kendaraan bermotor maupun industri,
Secara umum, sumber pencemaran udara terbagi menjadi dua kelompok besar
yaitu sumber yang berasal dari alam dan sumber yang berasal dari buatan/aktivitas
manusia. Sebagai contoh sumber pencemaran yang bersal dari proses atau kegiatan
tumbuhan, nitrifikasi dan identrifikasi biologi, deburan ombak air laut, erosi tanah
disebabkan oleh kegiatan manusia yaitu seperti aktivitas transportasi dari sisa
pembakaran bahan bakar minyak, limbah industri, pembakaran sisa pertanian dan
sampah.(28–30)
Selain itu, sering pula dikenal adanya sumber pencemar primer dan pencemar
langsung dari sumber pencemar udara terdiri atas senyawa kimia yang tidak berubah
komposisinya, bentuk fisik, dan/atau bentuk senyawa kimia dengan waktu tinggal
yang cukup lama danri waktu bulanan ke tahuann dan sangat stabil. Karbon
fotokimia. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
Terjadinya polusi udara pada kehidupan makhluk di muka bumi ini dapat
1. Dampak umum
fauna
lapisan bawah atmosfir sehingga terjadi efek rumah kaca (green house
effect )
lainnya
melepaskan zat oksidasulfat ke dalam udara sebagai sisa pembakaran batubara. Zat
tersebut akan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat sehingga air hujan
menjadi asam (acid rain). Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, akan terjadi
perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya pH air danau akan menjadi
asam, produksi ikan menurun, dan secara tidak langsung pendapatan rakyat
setempatpun menurun.
a. Efek cepat
pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian
b. Efek lambat
bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit ini disebabkan oleh pencemaran
14
udara antara lain, emfisema paru, black lung disease, silikosis, bisinosis, dan pada
binatang liar dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan
pencemaran udara.
8. Dampak estetik
Dampak estetik yang diakibatkan oleh adanya bahan pencemar udara antara
lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan
perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan tersebut.
15
Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Gas tersebut juga merupakan gas yang amat berbahaya bagi
kesehatan.(33) Gas ini dapat berbentuk cairan pada suhu -192oC.(26) Karbon
monoksida terdiri atas satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu
atom oksigen. Selain itu juga terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen
3. Gas CO secara cepat mengikat COHb darah dalam proporsi konsentrasi udara
equilibrium 5% COHb.
5. Sekitar 80% dari nilai tersebut tercapai dalam 4 jam dan sisanya 20% dicapai
7. Perubahan pada kardiovaskular dapat dihasilkan oleh tingkat COHb lebih dari
5%.
16
sebagian besar aktivitas manusia merupakan sumber utama gas tersebut.(34) Karbon
monoksida secara praktis diproduksi oleh berbagai proses yang artifisial, dimana
asap kendaraan bermotor menyumbang sekitar 80%. Kecepatan angin dan kepadatan
lalu lintas sangat mempengaruhi konsentrasi gas CO di udara. Secara alamiah gas
berbagai reaksi kimia yang terjadi di dalam atmosfir, aktivitas gunung berapi,
kebakaran hutan, badai listrik alam, dan proses biologi.(2,36) Sumber karbon
oleh tiap unit komponen kegiatan dari sumber emisi. Nilai faktor emisi ditampilkan
17
dalam satuan berat polutan per unit berat, volume, jarak, atau durasi dari komponen
kegiatan yang mengemisikan polutan tersebut. (10) Adapun nilai faktor emisi karbon
berikut :(26)
2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dan karbon C
Pada pembakaran dengan harga ER>1, bahan bakar yang digunakan lebih
banyak dari udara. Hal ini memungkinkan terjadinya gas CO. Reaksinya adalah
2C + O2 2CO
Apabila jumlah udara (oksigen) cukup atau stoikiometris maka akan terjadi
CO + 0,5O2 CO2
sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas CO. Apabila
pencampuran bahan bakar tidak rata, maka masih ada bahan bakar (karbon) yang
18
terbentuknya gas CO yang terjadi pada suhu tinggi dengan mengikuti reaksi berikut
ini :(26)
CO2 + C 2CO
Selain itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan suhu
CO2 CO + O
Salah satu faktor pemicu terjadinya gas CO ialah kondisi suhu yang tinggi.
Apabila suhu hasil pembakaran semakin tinggi maka jumlah gas CO 2 yang
fosil (minyak maupun batu bara) pada mesin-mesin penggerak trasnportasi. Untuk
daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintas yang padat, udara
sudah banyak tercemar oleh gas CO, ternyata tanah yang masih tebuka dimana belum
Bentuk molekul karbon monoksida ialah satu atom oksigen yang menempel
pada satu atom karbon. Apabila karbon monoksida terdapat di dalam udara kemudian
dihirup oleh manusia, dimana molekeul tersebut akan masuk ke dalam saluran
darah (COHb).(36)
lebih kuat dan stabil daripada kemampuan daya ikat oksigen mengikat haemoglobin.
Apabila gas CO darah (HbCO) cukup tinggi maka akan timbul gejala antara lain
19
pusing kepala (HbCO 10%), mual dan sesak napas (HbCO 20%), gangguan
penglihatan dan konsentrasi menurun (HbCO 30%), tidak sadar, koma (HbCO 40-
50%), kemudian pabila masih berlanjut maka akan menyebabkan hal yang fatal yaitu
kematian.(35)
Di dalam paru-paru, gas CO terikat dengan sel darah merah pada tempat
dimana oksigen biasanya terikat. Darah membawa sel darah yang dialirkanke seluruh
jaringan, tetapi sel darah tersebut tidak dapat mengalirkan oksigen. Hal inilah yang
Jaringan biasanya menerima pasokan oksigen dari darah tersebut tetapi pada
kasus toksisitas CO ini dapat menyebabkan jaringan tidak dapat menerima oksigen
sama sekali. Hal tersebut menyebabkan sel dalam jaringan tersebut akan mati. Lama
hidup dari sel darah adalah 120 hari, sehingga ia akan diganti oleh sel darah baru
kasus kematian dan sakit berat,baik yang terjadi di dalam rumah/garasi mobil, dalam
mobil yang diparkir dengan kondisi mesin hidup dan jendela tertutup rapat, maupun
pencemaran udara akibat gas buang industri. Keracunan gas CO ini sangatfatal
akibatnya sehingga sering disebut sebagai silent killer, karena bahan kimia gas ini
neurobehavioral yakni saraf pusat atau otak sehingga mengganggu gerakan dan
perubahan perilaku sesaat. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan jantung.
Pada ibu hamil, bahaya yang ditimbulkannya seperti halnya ibu mengandung
mengandung CO rendah (5-6 ppm) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat
mengakibatkan kandungan gas O2yang berada dalam darah menjadi rendah. Dimana
Kadar pemajanan CO terhadap tubuh manusia mulai dari 30 ppm selama 8 jam dapat
menimbulkan rasa pusing dan mual, antara kisaran 1000-1300 ppm selama 1 jam
kulit menjadi merah tua dan menimbulkan rasa pusing yang semakin hebat,
serangan jantung sampai menimbulkan kematian. (32) Selain itu, toksisisitas akut
akibat karbon monoksida yaitu hipoksia dini yang dapat menimbulkan kematian. (36)
diketahui dapat mempengaruhi kinerja jantung, sistem saraf pusat, juga janin serta
oksigen (O2) dan yang paling fatal ialah menimbulkan kematian. CO yang
pada kematian.(39) Apabila kadar HbCO meningkat sampai 5%, maka seseorang tidak
dapat melihat dengan jelas terlebih lagi didukung oleh kondisi yang remang-
remang.(27,32)
Paparan gas CO dapat terjadi pada semua golongan usia dan status kesehatan.
Akan tetapi, pada umumnya paparan zat toksik ini memiliki risiko yang lebih pada
masyarakat dalam kategori usia rentan seperti balita, ibu hamil, dan lansia. Paparan
CO juga berisiko lagi pada bayi, anak-anak dan mereka yang mengalami masalah
kardiovaskuler.(40)
kelompok yang peka terhadap gas karbon monoksida, sehingga kelompok tersebut
tidak boleh terpapar akan gas karbon monoksida (CO) apabila telah melewati kadar
yang dapat membentuk kadar COHb di atas 2,5%. (12) Populasi berisiko lainnya ialah
populasi yang merokok lebih tinggi daripada populasi umum yang tidak merokok.
Tingkat COHb biasanya rata-rata sekitar 5% pada perokok biasa, namun dapat
Baku mutu udara ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar
Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, adapun nilai baku mutu udara
ambien parameter CO untuk pengukuran 1 jam ialah 30.000 μg/Nm3 dan untuk
penduduk, perkantoran, kawasan sekitar industri atau daerah lain yang dianggap
penting untuk diketahui kualitas udara akibat adanya suatu kegiatan tertentu.
Berikut beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk penentuan suatu lokasi
emisinya besar.
daerah/kawasan.
diproyeksikan.
1. Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya adsorpsi atau
adsorbs.
23
2. Hindari tempat dimana pengganggu kimi terhadap bahan pencemar yang akan
yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikat metter) tidak boleh
terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi.
saling berjauhan.
absorben KI.
sampel.
Pedagang kaki lima merupakan istilah yang telah ada sejak zaman kolonial
Belanda, dibawah pimpinan Pemerintahan Raffles. Istilah ini berawal dari kata “five
feet”, yang berarti jalur pejalan kaki di depan bangunan toko selebar lima kaki.
24
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ruang tersebut berubah fungsi menjadi
tempat untuk melakukan aktivitas berjualan oleh para pedagang kecil, sehingga
Menurut Perda (Peraturan Daerah) Kota Padang tahun 2014 tentang penataan
dan pemberdayaan pedagang kaki lima, bahwa yang dimaksud dengan pedagang kaki
lima ialah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan yang dalam hal ini baik
prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah
Proses analisis risiko ini terdiri dari tiga komponen meliputipenilaian risiko,
lingkungan (ARKL) adalah suatu proses yang bertujuan guna menghitung atau
meperkirakan risiko yang akan terdapat pada kesehatan manusia, termasuk juga
atau mengestimasi risiko pada suatu organisme sasaran, sistem atau (sub)populasi,
terpajan oleh agen tertentu dengan memperhatikan karakteristik yang melekat pada
agen yang menjadi perhatian dan karakteristik sistem sasaran yang spesifik .(46)
ini:(47)
menentukan apakah suatu pajanan dari sebuah agen risiko dapat menyebabkan
Tahap ini adalah suatu proses untuk menentukan bahan kimia yang berpengaruh
terhadap kesehatan manusia, misalnya kanker dan cacat lahir. (50) Pada tahapan ini
juga harus menjawabpertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media
konsentrasi agen risiko dimedia lingkungan dan gejala kesehatan apa yang
potensial.(45)
kimia dapat dilakukan dengan membandingkan zat berbahaya dengan daftar zat-zat
27
toksik yang ada. Zat toksik biasanya dikelompokkan menjadi kelompok karsinogen,
respon yaitu mencari nilai RfD dan/atau RfC, dan/atau SF dari agen risiko yang
menjadi fokus ARKL, serta dalam memahami efek apa saja yang mungkin
ditimbulkan oleh agen risikotersebut kepada manusia. Analisis dosis-respon ini tidak
harus dengan melakukan penelitian percobaan sendiri akan tetapi dengan merujuk
1. Mengetahui jalur pajanan (pathway) dari suatu agen risiko yang masuk ke dalam
tubuh manusia.
3. Mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope
Uraian tentang dosis referensi (RfD), konsentrasi referensi (RfC) dan slope
1. Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah
nilai yang dijadikan sebagai nilai yang aman pada efek nonkarsinogenik
suatuagen risiko, sedangkan SF (slope factor) ialah referensi sebagai nilai yang
2. Nilai RfD dan SF merupakan hasil penelitian (Experimental Study) dari berbagai
3. Untuk mengetahui RfC, RfD, dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada
Integrated Risk Information System (IRIS) yang dapat diakses pada situs
www.epa.gov/iris.
4. Jika tidak ada RfC,RfD dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis
eksperimental yang lain seperti NOAEL, (No Observed Adverse Effect Level),
LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level), MRL ( Minimum Risk Level),
baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air QualityStandart)
Dosis respon akan menunjukkan tingkat toksisitas dari suatu bahan yang
1. NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) ialah pajanan tertinggi dimana
2. LOAEL (Low Observed Adverse Effect Level ) ialah tingkat pajanan terendah
3. ED (Effective Dose) ialah jumlah dosis yang dapat menyebabkan efek permanen
pada manusia.
4. TD (Toxic Dose) ialah jumlah dosis yang dapat menyebabkan luka pada tubuh
manusia
5. LD (Lethal Dose) ialah jumlah dosis yang dapat menyebakan kematian pada
pajanan menjembatani antara bahaya dan risiko. Pajanan kontaminan dari sumber
primer atau sekunder (media lingkungan) dapat terjadi melalui inhalasi, konsumsi air
pajanan hipotetis yang mungkin timbul dari pelepasan bahan kimia baru ke
durasi, jadwal, dan rute paparan ; ukuran, sifat, dan kelas dari populasi manusia yang
exposure assessment yang disebut juga penilaian kontak, bertujuan untuk mengenali
jalur-jalur pajanan risk agent agar jumlah asupan yang diterima individu dalam
primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang
dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada
media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti Badan
dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default
yang tersedia.
Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg
30
Keterangan :
Tavg = periode rata-rata harian (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat
dinyatakan dalam risk quotient (RQ) untuk efek nonkarsinogenik. Perkiraan tersebut
risiko berdasarkan identifikasi bahaya, analisis efek dan analisis pajanan. Hasil
menimbulkan efek pada individu apakah risiko yang dinilai berbahaya bagi individu
atau tidak.(48)
dilakukan guna menetapkan tingkat risiko, dimana hal ini menentukan apakah agen
risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL beresiko menimbulkan
inhalasi/ kosumsi, waktu, frekuensi, durasi pajanan yang tertentu) atau tidak. Nilai
31
RQ dihitung dengan membagi nilai asupan atau intake dengan nilai dosis refrensi
(RfD) atau konsentrasi referensi (RfC). Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau
bilangan desimal tanpa satuan. Apabila didapatkan dari hasil perhitungan nilai RQ>1
maka dapat dikatan tidak aman, begitu sebaliknya apabila nilai RQ≤1 maka
dikatakan aman.(45)
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan nilai RQ sebagai berikut :(45)
RQ =
RQ = tingkat risiko
Manajemen risiko merupakan tindak lanjut yang harus dilakukan apabila hasil
dari karakterisasi menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman. Strategi pengelolaan
risiko berbeda dengan cara pengelolaan risiko. Dimana strategi risiko meliputi
penetuan batas aman dengan cara menghitung konsentrasi agen risiko yang aman, ,
lama pajanan yang aman, dan frekuensi pajanan yang aman. Adapun yang dimaksud
dari batas aman ialah batas atau nilai terendah yang dapat menyebabkan tingkat
risiko menjadi menjadi tidak aman (tidak dapat diterima). Nilai yang aman
merupakan nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas
C aman =
32
tE aman =
fE aman =
pengelolaan risiko yang tepat. Cara pengelolaan risiko disini merupakan cara atau
metode yang akan digunakan untuk mencapai batas aman yang meliputi beberapa
institusional.(45)
pemerintah dan pihak yang berkepentingan mengetahui risiko yang mungkin timbul
dan akan menganggu kesehatan manusia, namun tidak menimbulkan kepanikan yang
ceramah maupun diskusi interaktif. Selain itu juga dapat didukung dengan
1 Okta Risa 2018 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan ARKL Hasil pengukuran konsentrasi CO
Karbon Monoksida (CO) Pada Pedagang Di Jalan tertinggi sebesar 39,21
M. Yamin Kota Padang Tahun 2018 μg/Nm3. Sedangkan konsentrasi
CO terendah sebesar 32,85
μg/Nm3. Nilai intake realtime
terbesar adalah 0,000789
mg/kg/hari sedangkan nilai intake
lifetime adalah 0,00473
mg/kg/hari.
2 Rionaldo Elen 2017 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ARKL Berdasarkan hasil penelitian yang
Pamungkas, Akibat Paparan Karbon Monoksida Melalui dilakukan pada 19 titik terdapat 10
Sulistiyani, Inhalasi Pada Pedagang Di Sepanjang Jalan titik (57,89%) pengukuran
Mursid Rahardjo Depan Pasar Projo Ambarawa Kabupaten konsentrasi karbon monoksida
Semarang (CO) telah melewati baku mutu.
Rata-rata nilai intake karbon
monksida (CO) pada realtime
sebesar 2,94 mg/kg/hari, sedangkan
nilai rata-rata asupan pada lifetime
yaitu 4,76 mg/kg/hari. Terdapat 5
orang responden (8,6%) dari total
58 orang responden termasuk
dalam kategori tidak aman atau
berisiko baik pada karakteristik
risiko non karsinogenik atau risk
quotient (RQ) realtime maupun
lifetime
3 Devita Nur 2017 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan ARKL Berdasarkan hasil penelitian yang
Aprilia, Nurjazuli, Gas Karbon Monoksida (CO) Pada Petugas dilakukan di 4 lokasi gerbang tol
Tri Joko Pengumpul Tol Di Semarang Semarang bahwa rata-rata
33
konsentrasi karbon monoksida
(CO) yaitu sebesar 10,61 mg/m3.
Terdapat di 9 titik pengukuran yang
mana konsentrasi CO di atas baku
mutu yang ditetapkan.
4 Mesha Ferzica 2017 Analisis Risiko Pajanan Karbon Monoksida (CO) ARKL Berdasarkan hasil penelitian yang
Nanda pada Pedagang di Jalan Raya Indarung Kawasan dilakukan pada empat titik
Industri PT Semen Padang Tahun 2017 sampling didapatkan hasil
pengukuran konsentrasi rata-rata
CO di Jalan Raya Indarung pada
kawasan industri PT Semen Padang
yaitu sebesar 0,03575 mg/m3. Nilai
intake CO lifetime rata-rata yaitu
sebesar 0,00071 mg/kg/hari,
sedangkan untuk nilai realtime
sebesar 0,000185 mg/kg/hari.
5 Damri, Mirna 2016 Analisis Paparan CO dan SO2 Pada Petugas Parkit Cross Sectional Berdasarkan hasil penelitian
Ilza, Dedi Afandi Di Basement Mall Ska Di Kota Pekanbaru didapatkan pengukuran konsentrasi
paparan CO pada pagi hari sebesar
18,18 μg/Nm3, pada siang hari
sebesar 24,72 μg/Nm3 dan paparan
tertinggi didapat pada malam hari
mencapai 28,24 μg/Nm3. Paparan
gas CO yang signifikan
(0,000<0,05) bahwa terdapat rasa
sakit yang dirasakan oleh petugas
parkir.
6 Erna Veronika, 2014 Analisis Kadar PM10 Dan Karbon Monoksida Penelitian Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian,
Devi Nuraini (CO) Serta Keluhaan Gangguan Pernafasan Akut didapatkan rata-rata kadar PM10
Santi, Taufik Pada Petugas Dinas Terminal Amplas Medan yaitu sebesar 105 μg/m3 dan rata-
Ashar Tahun 2014 rata kadar CO sebesar 8 ppm, serta
sebanyak 58,3% responden di
dalam ruangan tidak mengalami
keluhan gangguan pernapasan akut
dan 68,1% di luar ruangan
34
mengalami keluhan gangguan
pernapasan akut dengan keluhan
yang paling banyak
dirasakan yaitu batuk-batuk sebesar
33.3% di dalam ruangan dan 55,1%
di luar ruangan
7 Niken Setyowati, 2014 Potensi Gangguan Kesehatan Polisi Lalu Lintas Penelitian Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian di 5
Agus Firiangga, Akibat Karbon Monoksida (CO) dan Analisis Korelasi persimpangan jalan di Kota
Dian rahayu Jati Pontianak menunjukkan bahwa
konsentrasi CO jalan Tanjungpura-
Jalan Veteran sebesar 150.000
μg/Nm3. konsentrasi tersebut telah
melebihi ambang batas baku mutu
udara yang ditetapkan.
35
2.8 Kerangka Teori
Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu kerangka teori berikut ini.
36
37
pajanan karbon monoksida (CO) yang dapat digambarkan dalam diagram di bawah
ini.
menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan atau yang disebut dengan
Samudera, dimulai dari simpang Hotel Pangeran sampai ke Mesjid Pantai Padang
a. Populasi Subyek
Populasi subyek dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di
b. Populasi Obyek
Populasi Obyek dalam penelitian ini adalah Jalan Samudera Kota Padang.
3.3.2 Sampel
a. Sampel Subyek
Sampel subyek dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang
38
39
sebagai berikut :
n= Z2 1- α / 2 x P (1-P)N
d2 (N-1) + Z2 1- α / 2 x P (1-P)
Keterangan :
95% = 1.96
N = Besar populasi
berikut :
n= Z2 1- α / 2 x P (1-P)N
d2 (N-1) + Z2 1- α / 2 x P (1-P)
n= (1,96)2.0,5 (1-0,5)100
(0,1)2.(100-1) + (1,96)2.0,5(1-0,5)
n= 3,8.0,5.0,5.100
0,01.99+3,8.0,5.0,5
n= 95
1,94
Jumlah sampel minimal yang didapat untuk penelitian ini sesuai dengan hasil
out dalam penelitian ini mkaa jumlah sampel ditambah sebanyak 10% dari jumlah
random sampling :
sampel. Disamping itu juga karena PKL berjualan pada sisi kanan dan kiri jalan
random sampling terhadap pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Samudera yang
tahun
tahun
1. Data Primer
Disamping itu, data primer juga diperoleh dari melalui wawancara langsung
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data profil kesehatan Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Padang dan data pemantauan kualitas udara ambien
dilakukannya analisis data, hal bertujuan agar data yang dianlisis dapat menghasilkan
informasi valid. Adapun langkah – langkah dalam pengolahan data sebagai berikut :
44
peneliti. Data yang diperiksa adalah data hasil kuesioner yang dikumpulkan
c. Entry data yaitu proses memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam
dianalisis.
Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
respondensehingga dapat diketahui asupan dan besar risiko yang diterima responden.
45
minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata pada semua variabel. Hasil analisis ini
akan disajikan dalam bentuk tabel yang akan dideskripsikan dalam hasil penelitian.
risiko yaitu dengan menghitung jumlah intake karbon monoksida (CO) yang diterima
oleh individu per kilogram berat badan per harinya. Intake dihitung dengan rumus
monoksida (CO) yang terukur, nilai-nilai antropometri dan pola aktivitas individu.
Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg
Keterangan :
Tavg = periode rata-rata harian (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat
Kemudian untuk menghitung karakter risiko atau yang disebut dengan Risk
Quotient (RQ atau tingkat risiko) RQ dihitung dengan membagi asupan non
46
karsinogenik (intake) risk agent dengan RfD atau RfC- nya menurut persamaan
sebagai berikut :
RQ =
Keterangan :
RQ = tingkat risiko
(mg/kg/hari)
berada di atas normal, hal itu menunjukkan pajanan karbon monoksida (CO) berisiko
pajanan karbon monoksida (CO) berada di bawah batas yang diperbolehkan sehingga
Kecamatan Padang Barat Kota Padang dengan radius 4100 meter dimulai dari
simpang Hotel Pangeran sampai di depan Masjid Kota Padang yang baru dibangun
(di dekat Rumah Makan Pujasera). Dalam penelitian ini peneliti memilih pedagang
kaki lima yang berjualan di tepi jalan raya sebagai responden penelitian. Responden
yang diambil baik yang berjualan disisi kiri maupun sisi kanan, dimana penentuan
besar tidak bermukim di sekitaran lingkungan kerja. Pengukuran dilakukan pada tiga
titik yang telah ditentukan di Jalan Samudera, dimana jarak setiap titik berkisar 500-
800 meter. Berikut ini denah lokasi pengukuran titik di Jalan Samudera :
47
48
Keterangan :
Jalan Samudera juga merupakan jalan yang berada pada destinasi wisata Kota
Padang yaitu Pantai Padang. Banyaknya pengunjung yang melewati jalan ini
berbahan bakar bensin seperti kendaraan motor dan mobil sangat memicu untuk
pedagang kaki lima yang berjualan di tepi Jalan Samudera Kota Padang, didapatkan
bahwa umur responden paling banyak berada pada rentang usia 31-40 tahun
sedangkan yang paling sedikit berada yaitu dibawah 20 tahun dan diatas 61 tahun,
33 orang (61,1%), untuk tingkat pendidikan terakhir yang paling banyak berada yaitu
SLTA sebanyak 26 orang (48,1%) sedangkan yang paling sedikit yaitu tidak tamat
itu jumlah responden yang tidak merokok sebanyak 47 orang (87%) sedangkan
responden yang merokok sebanyak 7 orang (13%) dengan yang paling banyak yaitu
dibantu oleh pihak UPTD Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menggunakan
alat midget impinger selama 1 jam pada masing masing titik. Penelitian dilakukan
pada 3 titik pengukuran selama 2 hari dimulai dari siang hari sampai sore hari.
50
sedangkan di hari kedua dilakukan pada pukul 14:00-16:00 WIB. Penentuan titik
berpotensi memiliki konsentrasi CO yang tinggi dan telah diamati secara subjektif.
keberadaan gas CO. Hasil pengukuran meteorologis tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Waktu
Faktor Meteorologis
Titik Pengambilan
Sampel Suhu Kelembaban Cuaca
1 14:05-15:05 35,5ºC 68% Cerah
2 14:00-15:00 36,4ºC 64% Cerah
3 15:00-16:00 35,8ºC 65% Cerah
hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Suhu tertinggi berada pada titik kedua yaitu
36,4ºC di depan My All Hotel dengan pengambilan sampel pada pukul 14:00-15:00
WIB sedangkan suhu terendah berada pada titik pertama yaitu 35,5ºC di depan
Kelembaban tertinggi berada pada titik pertama yaitu 68% sedangkan kelembaban
Samudera saat melakukan pengukuran konsentrasi CO. Hal ini bertujuan guna
melihat gambaran volume kendaraan yang lewat serta melihat gambaran risiko akibat
pajanan CO di udara ambien yang terjadi pada saat penelitian. Berikut ini data
51
jumlah kendaraan yang melewati jalan samudera per jam saat pengukuran
berlangsung :
Tabel 4.3 Jumlah Kendaraan yang Lewat Per Jam di Jalan Samudera
Estimasi Faktor Emisi
Kendaraan Kendaraan Kendaraan
Titik Lokasi Roda Roda Roda
Kendaraan Mobil
Dua Empat Enam
bermotor bensin
bensin
Depan 24.980,8 194.304,6
1
Permindo 576 420 1 g/L g/L
Distro
Depan 395.021,25 315.513,66
2
My All 925 682 2 g/L g/L
Hotel
Depan 2 316.871,1 249.820,2
3 742 540
Pujasera g/L g/L
Berdasarkan tabel 4.3 jumlah kendaraan roda dua dan roda empat tertinggi
berada pada titik kedua yaitu di depan My All Hotel, dengan jumlah kendaraan roda
dua sebanyak 925 kendaraan/jam dengan estimasi faktor emisi sebanyak 395.021,25
dengan perhitungan langsung secara kasat mata oleh tim dan peneliti. Berikut hasil
titik sampling. Konsentrasi CO tertinggi berada pada titiks 2 di depan My All Hotel
52
yaitu sebesar 42,35 µg/Nm3. Sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik 1 di
depan Permindo Distro yaitu sebesar 40,39 µg/Nm3. Berdasarkan hasil pengukuran
lima di Jalan Samudera Kota Padang. Data tersebut meliputi berat badan (Wb),
jumlah jam kerja atau lama pajanan (tE), jumlah hari kerja atau frekuensi pajanan
(fE), dan durasi pajanan per tahunnya (Dt). Berikut ini tabel deskriptif pola aktivitas
atas didapatkan bahwa rata-rata berat badan (Wb) responden yaitu 56,63 Kg dengan
berat badan tertinggi 80 Kg. Lama pajanan harian rata-rata yang diterima oleh
pedagang kaki lima yaitu selama 8,33 jam/hari, sementara frekuensi pajanan rata-rata
responden dalam satu tahun terpajan yaitu 334,11 hari/tahun. Durasi pajanan (Dt)
rata-rata yaitu 5,39 tahun. Variabel yang memiliki distribusi normal yang didapat
dari hasil uji normalitas data numerik yaitu variabel berat badan (Wb). Sedangkan
53
untuk data yang tidak normal diantaranya lama pajanan (tE), frekuensi pajanan(fE)
dan durasi pajanan (Dt). Jika variabel berdistribusi normal maka dianalisis
pedagang kaki lima yang berjualan disepanjang Jalan Samudera Kota Padang,
didapatkan data mengenai gejala gangguan pernapasan guna melihat gambaran risiko
akibat pajanan CO yang terjadi pada saat berlangsungnya penelitian. Data gejala
gangguan pernapasan yang diambil yaitu gejala yang dirasakan selama responden
pernapasan, dan riwayat gangguan pernapasan. Berikut ini data gangguan kesehatan
Jumlah (%)
No Gangguan Kesehatan
Pernah Tidak Pernah
1 Sakit kepala ringan 47 (87%) 7 (13%)
2 Mual/rasa ingin muntah 28 (51,9%) 25(46,3%)
3 Pandangan kabur/mata pedih 44 (81,5%) 10 (18,5%)
4 Dada berdebar-debar 27 (50%) 27 (50%)
5 Sesak napas 20 (37%) 34 (63%)
6 Lemah/lesu/kelelahan 52 (96,3%) 2 (3,7%)
7 Gangguan konsentrasi 39(72,2%) 15 (27,8%)
9 Riwayat gangguan pernapasan 0 (0%) 54 (100%)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa dari seluruh gangguan kesehatan akibat
pajanan CO yang paling banyak dikeluhkan oleh responden yaitu rasa lemah, lesu
seperti sakit kepala sebanyak 47 orang (87%), pandangan kabur/mata pedih sebanyak
dihasilkan oleh kendaraan. Gas buang kendaraan ini menghasilkan berbagai macam
polutan udara seperti CO, No2, SO2 dan HC. Bahaya yang dihasilkan dari kendaraan
dengan berbahan bakar bensin maupun solar. Karena keterbatasan waktu, biaya dan
tenaga, maka sumber bahaya yang di fokuskan dalam penelitian ini hanya pada salah
satu agent risiko yaitu karbon monoksida (CO). Dimana agent risiko tersebut
Karbon monoksida merupakan salah satu polutan udara yang timbul akibat
yang tinggi dapat mengakibatkan hal yang fatal yaitu kematian. Sedangkan paparan
rendah dapat merusak jantung dan otak. Gas CO yang ada di udara dengan cepat
memasuki seluruh bagian tubuh, termasuk darah, otak, jantung dan otot. Karbon
sulit bernapas, kemudian gas ini juga menyebar pada ginjal, limpa dan di dalam
darah. Dimana dalam darah terdapat haemoglobin (Hb) yang bekerja dalam mengikat
Populasi yang berisiko terkena pajanan gas CO dalam penelitian ini yaitu
pedagang kaki lima yang sehari-harinya berjualan di tepi jalan samudera sisi kiri
yang aman pada efek nonkarsinogenik dari suatuagen risiko. Dosis Referensi (RfC)
CO belum tersedia dalam daftar IRIS (EPA, 2006). Adapun untuk menentukan nilai
RfC CO dapat menggunakan rumus intake dengan nilai konsentrasi yang diambil
sesuai dengan baku mutu pada PP No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 30.000 µg/Nm 3
menggunakan nilai default yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam
pedoman ARKL yaitu nilai laju inhalasi (R) yaitu 0,83 m 3/jam, tE = 8 jam/hari,
tahun.(45) Berikut ini hasil perhitungan yang didapat dari persamaan rumus pedoman
ARKL :
RfC = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg
55 Kg x 10.950 hari
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka didapatkan nilai RfC gas karbon
monoksida (CO) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,48 mg/Kg/hari.
56
yang disebut dengan intake (I). Asupan merupakan jumlah pajanan yang diterima
oleh individu per kilo gram berat badan per hari. Nilai intake dapat dihitung dengan
Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg
Nilai intake yang dihitung ialah intake nonkarsinogenik secara lifetime dan
realtime. Perbedaan nilai intake keduanya terletak pada nilai durasi perjalanannya
(Dt). Nilai intake secara realtime dapat dihitung dengan menggunakan durasi pajanan
individu tinggal di area penelitian. Sementara itu, nilai intake pajanan lifetime juga
dapat dihitung untuk lama responden dalam melakukan aktivitasnya sampai pada 30
tahun kedepan.(45)
yang digunakan ialah nilai mean atau median pada masing-masing variabel. Variabel
berat badan (Wb) menggunakan nilai mean karena berdistribusi normal yaitu 56,63
Kg. Sedangkan variabel lama pajanan (tE), frekuensi pajanan (fE) dan durasi pajanan
(Dt) menggunakan nilai median karena tidak berdistribusi normal. Nilai variabel
lama pajanan (tE) yaitu 8 jam/hari, frekuensi pajanan yaitu 357 hari/tahun, dan durasi
pajanan (Dt) yaitu 2 tahun. Nilai laju inhalasi yang digunakan sesuai standar yaitu
0,83 m3/jam. Durasi rata-rata efek nonkarsinogenik (tAvg) yang digunakan yaitu
365x30 tahun.(45)
Berikut hasil perhitungan nilai intake realime dan intake lifetime di Jalan
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai intake realtime dan
intake lifetime tertinggi terdapat di depan My All Hotel yaitu sebesar 323x10-
6
mg/kg/hari dan 485x10-5mg/kg/hari. Sedangkan nilai intakerealtime dan lifetime
apakah agenrisiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko
dinyatakan dalam risk quotient (RQ) untuk efek nonkarsinogenik. Nilai RQ dihitung
dengan membagi nilai asupan atau intake yang diterima individu dengan nilai
konsentrasi referensi (RfC). Apabila didapatkan dari hasil perhitungan nilai RQ>1
maka dapat dikatakan tidak aman sehingga perlunya suatu pengendalian, begitu
sebaliknya apabila nilai RQ≤1 maka dikatakan aman bagi kesehatan manusia.
RQ =
58
Berikut ini tabel nilai risk quotient (RQ) yang terdapat pada setiap titik
Tabel 4.8 Nilai Risk Quotient (RQ) Realtime Pada Setiap Titik
Konsentrasi Intake RfC
Titik
(mg/m3) Realtime (mg/kg/hari) RQ Risiko
Sampel
(mg/kg/hari)
Depan
Tidak
Permindo 4039x10-5 308x10-6 2,48 124x10-6
Berisiko
Distro
Depan My Tidak
130x10-6
All Hotel 4325x10-5 323x10-6 2,48 Berisiko
Depan Tidak
127x10-6
Pujasera 4128x10-5 315x10-6 2,48 Berisiko
Konsentrasi
Tidak
CO Rata- 4134x10-5 316x10-6 2,48 127x10-6
Berisiko
Rata
Paling Tidak
61x10-4
Berisiko 4235x10-5 153x10-4 2,48 Berisiko
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa nilai RQrealtime pada ketiga titik
masih dikategorikan aman bagi pedagang kaki lima yang berada di wilayah
penelitian.
Samudera maka diperlukan data intake lifetime. Berikut ini disajikan data intake
Tabel 4.9 Nilai Risk Qutient (RQ) Lifetime Pada Setiap Titik
Konsentrasi IntakeLifetime RfC
Titik Sampel RQ Risiko
(mg/m3) (mg/kg/hari) (mg/kg/hari)
Depan
Tidak
Permindo 4039x10-5 463x10-5 2,48
186x10-5 Berisiko
Distro
Depan My Tidak
485x10-5
All Hotel 4235x10-5 2,48 195x10-5 Berisiko
Konsentrasi
Tidak
CO Rata- 4134x10-5 474x10-5 2,48 -5
191x10 Berisiko
Rata
-5
Paling 4235x10 Tidak
124x10-4
Berisiko 2,48 5x10-3 Berisiko
59
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa nilai RQ lifetime ≤ 1 pada ketiga titik,
dinyatakan bahwa pajanan CO secara inhalasi pada pedagang kaki lima di Jalan
apabila hasil dari karakterisasi menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman.
pajanan suatu agen risiko pada individu atau populasi berisiko. Manajemen risiko
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu strategi pengelolaan risiko dan cara
pengelolaan risiko.
menyampaikan informasi yang diperoleh. Hal ini bertujuan agar informasi yang
penyampaian bahasa yang mudah dimengerti dan tanpa adanya informasi yang
risiko dapat dilakukan kepada PKL di Jalan Samudera Kota Padang oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kota Padang, Dinas Kesehatan Kota Padang, Dinas Perdagangan
Kota Padang, Dinas Perhubungan Kota Padang dan Dinas Pariwisata Kota Padang.
BAB 5 : PEMBAHASAN
Selain itu pengukuran CO dilakukan hanya pada tiga titik saja. Berdasarkan
PP No. 41 tahun 1999 pengukuran CO di udara ambien dapat dilakukan selama 1 jam
maupun 24 jam. Dimana dalam penelitian ini hanya dilakukan selama 1 jam pada
siang hari. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana, alat dan waktu penelitian.
Disamping itu juga kondisi meteorologis dan perhitungan jumlah kendaaan yang
lewat disetiap titik yang dilakukan 1 kali pada jam yang berbeda sehingga terdapat
bahwa usia responden yang paling banyak pertama yaitu usia 31- 40 tahun sebanyak
19 orang sementara usia responden paling banyak kedua yaitu dan umur 41-50 tahun
sebanyak 16 orang, dengan usia termuda yaitu 17 tahun dan tertua yaitu 71 tahun.
Kebutuhan terhadap zat tenaga akan kian terus meningkat dan menurun pada
usia 40 tahun. Proses penuaan berhubungan dengan sejumlah perubahan pada fungsi
imun tubuh, terutama pada penurunan immunitas mediated sel. Disamping itu juga
terjadi perubahan besar terhadap proses thymic involution, dimana hal ini terjadi
terdapat organ yang menjadi tempat sel T matang. Sel T memiliki perananan penting
dalam membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Fungsi
60
61
kerja dari sel T akan kian menurun bahkan sampai menghilangnya kemampuan
dalam melawan penyakit, seiring dengan pertambahan usia. (52) Oleh karena itu,
responden dengan rentang usia 31-40 dan 41-50 tahun ini memiliki risiko yang lebih
yang memiliki kebiasaan merokok. Dimana polusi udara oleh CO juga terjadi selama
yang tinggi mengakibatkan kadar COHb di dalam darah menurun. Selain berbahaya
terhadap orang yang merokok CO juga berbahaya bagi orang-orang yang berada
disekitar perokok karena asapnya akan terhisap. Dimana perokok ringan memiliki
konsentrasi COHb sebesar 2,3-3,8% sementara perokok berat sebesar 6,9%. (53)
Jalan Samudra Kota Padang menujukkan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi pada
tiga titik yaitu pada titik pertama sebesar 40,392 µg/Nm 3, titik kedua sebesar 42,349
µg/Nm3 dan titik ketiga sebesar 41,281 µg/Nm3. Sedangkan untuk nilai konsentrasi
Padang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Okta Risa (2018) di Jalan
M. Yamin yaitu sebesar 35,61 µg/Nm3. Sementara hasil konsentrasi dari ketiga titik
tersebut tidak melebihi baku mutu yang terdapat pada PP No. 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, dengan nilai baku mutu CO di udara ambien yaitu
30.000 µg/Nm3 yang dilakukan selama 1 jam pengukuran. Hal ini membuktikan
pajanan akan secara terus-menerus mempengaruhi jumlah asupan (intake) dari gas
CO tersebut. Dimana durasi pajanan yang berbanding lurus dengan asupan (intake).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang
tinggal di daerah tercemar maka akan semakin berisiko terkena gangguan kesehatan.
ramainya aktivitas pedagang kaki lima ditepi jalan membuat penyebab tingginya
konsentrasi CO pada titik dua yang berada didepan my all hotel. Selain itu,
pengendara yang berhenti sejenak guna membeli barang, makanan maupun minuman
yang dihasilkan oleh kendaraan dalam kondisi diam yaitu 4-6% dan saat kendaraan
mengalami percepatan dan perlambatan yaitu sebesar 0-6% dan 2-4%. Sementara
kondisi emisi CO yang relatif rendah adalah saat kendaraan berjalan normal yaitu
sekitar 1-4%.(12)
terdapat pada titik 2 di depan My All Hotel yaitu sebanyak 925 unit dengan
konsentrasi CO tertinggi sebesar 42,349 µg/Nm 3. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ashar dan Rosliana (2018) bahwa semakin tinggi kepadatan lalulintas kendaraan
didapatkan bahwa suhu dan kelembaban pada masing-masing titik bervariasi. Suhu
pada saat penelitian memiliki kisaran 35-36ºC dan kelembaban pada kisaran 64-68%.
Suhu tertinggi berada pada titik 2 di depan My All Hotel yaitu 36,4ºC, suhu terendah
63
pada titik 1 di depan permindo distro yaitu 35,5ºC. Sementara itu, kelembaban
tertinggi berada pada titik 1 yaitu 68% dan kelembaban terendah pada titik 2 yaitu
64%. Hal ini sesuai dengan penelitian Ashar dan Rosliana (2018) dan Manullang
diudara semakin tinggi.(55) Hal ini disebabkan karena kadar uap air di udara yang
didapat bereaksi dengan pencemar di udara menjadi zat pencemar lain yang tidak
korelasi berbanding terbalik, semakin tinggi suhu maka konsentrasi zat pencemar
juga semakin tinggi begitu sebaliknya. (23,56) Suhu udara yang tinggi membuat
densitas udara di permukaan bumi menjadi lebih rendah daripada udara di atasnta
guna mendapatkan nilai asupan (intake) CO yang diterma oleh populasi berisiko.
Karakteristik antropometri meliputi berat badan (Wb), lama pajanan (tE), frekuensi
pajanan (fE) dan durasi pajanan (Dt). Besarnya nilai intake berbading lurus dengan
nilai konsentrasi zat pencemar, laju asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan,
maksudnya yaitu bahwa semakin besar nilai variabel tersebut maka semakin besar
Sementara itu untuk variabel berat badan berbanding terbalik dengan nilai
intake yaitu semakin besar berat badan sesorang maka akan semakin kecil risiko
kesehatan yang akan diterimanya.(51) Berat badan orang dewasa yang terukur berkisar
64
antara 42-80 Kg dengan rata-rata 56,63 Kg. Berat badan rata-rata lebih besar
namun masih kecil menurut berat badan rata-rata orang Eropa yaitu 70-80 Kg.(45)
Pola aktivitas juga sangat berpengaruh terhadap nilai intake yang diterima
populasi seperti lama pajanan dan frekuensi pajanan. Pedagang kaki lima sekurang-
kurangnya 4 jam dalam sehari dan paling lama 15 jam sehari. Berdasarkan uji
normalitas yang telah dilakukan bahwa data lama pajanan tidak bersitribusi normal
sehingga nilai yang digunkanan ialah nilai median yaitu 8 jam/hari. Nilai lama
pajanan ini sedikit berbeda dengan penelitian Rionaldo, Sulistiyani dan Mursyid
(2017) dengan lama pajanan rata-rata yaitu 7,4 jam/hari.(16). Berdasarkan penelitian
Ashar dan Rosliana (2018) yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja
maka semakin banyak terpajan zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh
219 hari/tahun dan paling lama 363 hari/tahun. Data frekuensi pajanan ini juga
merupakan data yang tidak berdistribusi normal sehingga menggunakan nilai median
yaitu 357 hari/tahun. Sementara itu durasi pajanan yang tertinggi yaitu 37 tahun dan
terendah yaitu dua tahun. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan bahwa
data tidak berdistribusi normal sehingga digunakan nilai median yaitu dua tahun.
Data frekuensi pajanan sedikit berbeda dengan penelitian Eka Wahyuni, dkk (2018)
yaitu 327,37 hari/tahun sedangkan untuk durasi pajanan tertinggi yaitu 30 tahun.(51)
tingkat risiko. Pada suatu daerah yang terindikasi adanya zat pencemar seharusnya
65
tersebut. Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa para pedagang kaki lima
terdapat di Jalan Samudera belum berisiko efek nonkarsinogenik, baik pada intake
realtime maupun pada intake lifetime. Akan tetapi dari hasil kuesioner diketahui
keluhan yang dialami pedagang kaki lima tersebut mengindikasikan telah terpajan
gas CO. Karbon monoksida merupakan salah satu zat pencemar yang terdapat
didalam komponen yang ada di udara. Hal ini berarti tidak hanya karbon monoksida
saja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia namun masih
banyak zat pencemar lainnya yang tersebar di udara. Hidrokarbon juga dapat menjadi
penyebab kelelahan dan sakit kepala. Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam
koordinasi. Sementara itu SO2 dan debu juga dapat mengakibatkam iritasi mata.
Selain itu NO2 juga dapat mengakibatkan gangguan saluran pernapasan. Oleh karena
itu guna mengetahui faktor penyebab dari beberapa keluhan yang dirasakan oleh
pedagang kaki lima, maka dibutuhkan studi dengan jenis penelitian epidemiologi
untuk mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh terhadap berbagai keluhan
tersebut.
66
koordinasi antara atom karbon dan oksigen atom kovalen. Karbon monoksida juga
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak menimbulkan iritasi, tidak berbau dan tiak
berasa. Karbon monoksida termasuk dalam salah satu polutan udara yang bersumber
paru maka ia akan ikut dalam peredaran darah. Karbon monoksida mempunyai
ikatan yang lebih kuat dari pada oksigen yaitu sebesar 240 kali, sehingga
kardiovaskular, darah, paru-paru, limpa, ginjal, dan otot.(36) Pada tingkat COHb
sekitar 10% mengakibatkan sakit kepala, dan pada tingkat yang agak tinggi
mengakibatkan mual, muntah, pusing. Pada tingkat COHb sekitar 40% karbon
monoksida mulai menyebabkan koma dan kolaps, sementara pada 50-60% keracunan
karbon monoksida dapat mengakibatkan kematian dan sangat berpotensi tinggi bagi
daftar IRIS (EPA, 2006). Sehingga dilakukan perhitungan untuk menetukan nilai
lingkungan kerja yaitu 250 hari/tahun, sedangkan untuk nilai variabel lainnya sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Hal ini sejalan dengan penelitian Okta Risa
dan Muhammad Ikhsan (2018) bahwa nilai RfC yang didapat yaitu sebesar
2,48 mg/kg/hari.(54,59)
dengan membedakan durasi pajanan lifetime dan realtime. Intake pajanan lifetime
menmberikan gambaran estimasi besar pajanan yang diterima oleh individu per
kilogram berat badan per hari berdasrkan faktor aktivitas rata-rata responden dan
memberikan gambaran besar pajanan yang telah diterima responden dari awal
Nilai intake berbading lurus dengan nilai konsentrasi CO, laju asupan,
frekuensi dan durasi pajanan. Semakin besar nilai konsentrasi CO maka semakin
besar nilai intake yang diterima individu. Sedangkan nilai intake berbading terbalik
dengan nilai berat badan dan periode waktu rata-rata dimana semakin besar berat
Berdasarkan hasil perhitungan nilai intake pada pedagang kaki lima di Jalan
berbeda dengan penelitian Okta Risa pada tahun 2018 nilai intake realtime CO yaitu
nilai intake realtime lebih tinggi daripada intake realtime di Jalan Samudera Kota
Padang. Namun untuk nilai intake paling berisiko di Jalan Samudera yaitu 0,0153
mg/kg/hari lebih tinggi daripada penelitian Okta Risa di Jalan M. Yamin yaitu
68
0,0126 mg/kg/hari. Sementara jumlah intake yang diterima responden dalam jangka
waktu 30 tahun mendatang pada ketiga titik juga masih berada di bawah nilai dosis
respon (RfC) yaitu 2,48 mg/kg/hari. Penelitian ini membuktikan bahwa responden
yang berjualan di sepanjang jalan samudera masih aman menghirup kadar yang
hasil nilai intake dengan nilai dosis referensi yang diperbolehkan. Dimana semakin
besar intake maka akan semakin besar risiko yang diperoleh. Nilai RfC CO yaitu
2,48 mg/kg/hari. Karakteristik risiko dilakukan agar dapat menentukan suatu agen
pola aktivitas.
Nilai RQ>1 berarti bahwa agen risiko memiliki risiko untuk menimbulkan
gangguan kesehatan terhadap pedaganag kaki lima, dan begitu sebaliknya apabila
terhadap kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Devita, Nurjazuli, dan Tri
(2017) yang juga mendapatkan nilai RQ karbon monoksida (CO) ≤ 1 pada petugas
menunjukkan pajanan CO secara inhalasi pada pedagang masih aman, akan tetapi
69
setiap variabel perlu diperhatikan agar nilai RQ tidak melebihi 1. Keadaan wilayah
penelitian yang padat akan kendaraan dan kurangnya penanaman tanaman atau
konsentrasi CO.
kendaraan yang berusia tua, tidak adanya perawatan kendaraan. Kendaraan yang
dikarenakan bahan bakar dengan udara tidak tercampur dengan baik. Selain itu
kondisi kendaraan yang berusia tua sebagian besar menghasilkan emisi yang
melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan. (12) Oleh karena itu perlunya langkah
pencegahan terkait pajanan gas karbon monoksida ini seperti melakukan kebijakan
Disamping itu juga pedagang kaki lima dapat menerapkan PHBS (perilaku hidup
bersih dan sehat), apalagi bagi populasi bersiko seperti populasi yang memiliki
kebiasaan merokok.
upaya penyampain informasi kepada populasi berisiko dimana dalam penelitian ini
yaitu kepada PKL di Jalan Samudera Kota Padang. Komunikasi risiko yang dapat
dilakukan yaitu berupa penyampian informasi dasn sosialisasi dampak gas karbon
dalam melakukan upaya preventif yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang,
Dinas Kesehatan Kota Padang, Dinas Perdagangan Kota Padang, Dinas Pariwisata
Kota Padang dan Dinas Perhubungan Kota Padang dalam membuat kebijakan terkait
pencemaran udara khusunya karbon monoksida yang dihasilkan dari gas buang
rutin dan kajian berkala terkait pajanan CO. Dinas Kesehatan Kota Padang dapat
melakukan sosialisasi terkait dampak gas CO dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Dinas Perdagangan Kota Padang, Dinas Pariwisata Kota Padang dan Dinas
Perhubungan Kota Padang dapat melakukan kerja sama dalam mengatur lokasi
tempat berjualan para pedagang kaki lima dengan jalur transportasi yang melintasi
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian analisis risiko pajanan karbon monoksida (CO) terhadap
pedagang kaki lima di Jalan Samudera Kota Padang dapat disimpulkan sebagai
berikut :
yang dilakukan pada tiga titik penelitian masih di bawah baku mutu
2. Rata-rata berat badan pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan
samudera kota padang yaitu 56,63 kg. Lama pajanan (tE) yang diterima
pedagang kaki lima yaitu 8 jam/hari, frekuensi pajanan (fE) dalam satu tahun
terpajan yaitu selama 357 hari/tahun, sedangkan durasi pajanan realtime (Dt)
3. Hasil perhitungan intake realtime dan intake lifetime terbesar terdapat pada
lokasi di depan My All Hotel yaitu sebesar 0,000323 mg/kg/hari dan 0,00485
mg/kg/hari. Hasil perhitungan risiko lifetime (30 tahun) yang didapatkan dari
perbandingan antara intake dan nilai RfC menunjukkan ketiga titik tidak
perhitungan risiko realtime yang didapat dari hasil pajanan CO masih aman
dengan RQ≤1.
71
72
5. Hasil pengukuran didapatkan RQ≤1 untuk semua titik, sehingga tidak perlu
6.2 Saran
Berikut saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini :
Diharapkan agar pedagang kaki lima lebih peduli terhadap kesahatan. Hal ini
dapat dilakukan PKL dengan mengenali sumber potensi bahaya yang dapat
bersih dan sehat berupa makan makanan bergizi, melakukan aktivitas fisik
2. Bagi Pemerintah
Melakukan sosialisasi terkait dampak gas CO dan perilaku hidup bersih dan
sehat. Hal ini dilakukan agar PKL menjadi lebih mengetahui dan waspada
akan bahaya yang ditimbulkan oleh gas CO dan juga lebih menjaga kesehatan
dan kebersihan diri. Selain itu juga dapat dilakukan pengecekan melalui
pengambila darah guna mengetahui kadar CO yang terdapat dalam darah atau
Samudera Kota Padang agar tidak berdekatan dengan jalur transportasi yang
melintasi jalan ini. Hal ini dilakukan guna pedagang kaki lima dapat terhindar
dari pajanana gas CO dari kendaraan, disamping tata letak pedagang kaka
mengatur lokasi pedagang kaki lima dan pengendara agar tidak kontak
Pehubungan Kota Padang dalam mengatur tata letak pedagang kaki lima dan
jalan utama yang di lalui oleh pengendara. Hal ini dilakukan agar kondisi
74
wisata menjadi lebih tertata dan rapi, sehingga nyaman dipandang disamping
3. Peneliti Selanjutnya
lebih dari satu kali serta melakukan penambahan jumlah titik sampel. Di
mana hal tersebut bertujuan agar hasil pengukuran CO yang didapat lebih
representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Press; 2013.
6. Damri, Mirna I, Dedi A. Analisis Paparan CO dan SO2 Pada Petugas Parkir di
2016;3(1):48–56.
Medan; 2001.
Chem. 2009;10(1):50–8.
75
76
13. Yocom JE, Yocom JE. Indoor-Outdoor Air Quality Relationships A Critical
Review. 2012;2470(1982).
Biosains. 2018;4(1):62–8.
17. Maryanto D, Mulasari SA, Suryani D. Penurunan Kadar Emisi Gas Buang
232.
Valley; 2017.
https://daerah.sindonews.com/read/838782/24/keracunan-gas-genset-di-
sijunjung-2-tewas-5-kritis-1393246839
http://bali.tribunnews.com/2015/02/20/ardi-tewas-keracunan-karbon-
monoksida
21. Ramadhan A. Korban Keracunan Gas di Kelapa Gading Ada 17 Orang, Ini
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/20/22181191/korban-
keracunan-gas-di-kelapa-gading-ada-17-orang-ini-penyebabnya
2012.
25. Veronika E, Santi DN, Ashar T. Analisis Kadar PM10 dan Karbon Monoksida
Andi; 2004.
2014.
31. Suharto I. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara Dan Air. Yogyakarta: CV.
Press; 2017.
34. Anggraeni NIS. Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot dengan Kadar CO
2005.
36. Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Toxicological Profile For
Monoksida (CO) Pada Ruas Jalan Gajah Mada Pontianak. J Mhs Tek
40. Nanda M. Analisis Risiko Pajanan Karbon Monoksida (CO) pada Pedagang di
41. Kolluru R V, Bartell SM, Pitblado RM. Risk Assessment and Management
79
44. Walikota Padang Provinsi Sumatera Barat. Peraturan Daerah Kota Padang
Lima. 2014.
47. Djafri D. Prinsip dan Metode Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan. J Kesehat
48. Louvar J, Louvar B. Health and Environmental Risk anlysis. USA: Prentice
49. NRC. Risk Assessment in the Federal Government: Managing the Process.
Press; 1983.
2002.
80
Karbon Monoksida Pada Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Jalan Setiabudi
52. Fatmah. Respon Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
55. Manullang MS, Sudarno, Handayani DS. Pengaruh Jumlah Kendaraan dan
57. R EN, Tobing KRL, A IT, Istirokhatun T. Pengaruh Jumlah Kendaraan dan
Konsentrasi Gas Pencemar CO, NO₂, dan SO₂ pada Persimpangan Jalan Kota
Semarang (Studi Kasus Jalan Karangrejo Raya, Sukun Raya, dan Nngesrep
58. WHO Regional Office for Europe. Air Quality Guidelines - Second Edition.
Copenhagen; 2000.
2018. 2018.
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
( ) ( )
Nomor Responden :
Hari/Tanggal :
I. DATA UMUM
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan (coret yang tidak perlu)
3. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak pernah sekolah 4. SLTP
2. Tidak tamat SD 5. SLTA
3. SD 6. D3/S1/S2/S3
4. Alamat Tempat Tinggal :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
5. Pemakaian masker : a. Ya b. Tidak
6. Apakah Saudara/i merokok ?
a. Ya. Berapa batang dalam 1 hari ? ...................
b. Tidak
Rumus Intake :
Intake (I) = C x Rx tE x fE x Dt
Wb x t.Avg
T avg
R tE fE (30
C CO Wb Dt
Titik (m3/ (jam/ (hari/ tahun Intake RfC RQ
(mg/m3) (Kg) (tahun)
jam) hari) tahun) x 365
hari)
3
1 0,04039 0,83 56,63 8 357 2 365 0,000308815 2,48 0,000124516
0
3
2 0,04235 0,83 56,63 8 357 2 365 0,000323786 2,48 0,000130558
0
3
3 0,04128 0,83 56,63 8 357 2 365 0,000315606 2,48 0,000127260
0
T avg
R tE fE Dt (30
C CO Wb
Titik (m3/ (jam/ (hari/ (tahun tahun x Intake RfC RQ
(mg/m3) (Kg)
jam) hari) tahun) ) 365
hari)
1 0,04039 0,83 52 8 315 3 30 365 0,000445098 2,48 0,000179475
1 0,04039 0,83 56 7 315 4 30 365 0,000482190 2,48 0,000194431
1 0,04039 0,83 48 8 363 2 30 365 0,000370444 2,48 0,000149372
1 0,04039 0,83 54 7 363 2 30 365 0,000288123 2,48 0,000116178
1 0,04039 0,83 50 8 267 4 30 365 0,000523153 2,48 0,000210948
1 0,04039 0,83 56 7 315 5 30 365 0,000602737 2,48 0,000243039
1 0,04039 0,83 60 8 315 3 30 365 0,000385752 2,48 0,000155545
1 0,04039 0,83 53 8 315 5 30 365 0,000727834 2,48 0,000293481
1 0,04039 0,83 50 5 267 4 30 365 0,000326970 2,48 0,000131842
1 0,04039 0,83 61 6 315 5 30 365 0,000474285 2,48 0,000191244
1 0,04039 0,83 46 7 363 7 30 365 0,001183812 2,48 0,000477343
1 0,04039 0,83 58 6 351 3 30 365 0,000333495 2,48 0,000134473
1 0,04039 0,83 66 6 267 26 30 365 0,001932101 2,48 0,000779073
1 0,04039 0,83 70 6 267 37 30 365 0,002592412 2,48 0,001045327
1 0,04039 0,83 70 7 363 4 30 365 0,000444533 2,48 0,000179247
1 0,04039 0,83 63 7 363 2 30 365 0,000246963 2,48 9,95818E-06
2 0,04235 0,83 60 7 363 2 30 365 0,000271894 2,48 0,000109634
2 0,04235 0,83 60 8 363 10 30 365 0,001553684 2,48 0,000626485
2 0,04235 0,83 61 8 315 5 30 365 0,000663068 2,48 0,000267366
2 0,04235 0,83 51 8 315 2 30 365 0,000317232 2,48 0,000127916
2 0,04235 0,83 60 7 363 2 30 365 0,000271894 2,48 0,000109634
2 0,04235 0,83 45 9 363 7 30 365 0,001631368 2,48 0,000657809
2 0,04235 0,83 80 9 363 2 30 365 0,000262184 2,48 0,000105719
2 0,04235 0,83 52 7 363 2 30 365 0,000313724 2,48 0,000126501
2 0,04235 0,83 62 9 315 2 30 365 0,000293568 2,48 0,000118374
2 0,04235 0,83 50 9 363 13 30 365 0,002726716 2,48 0,001099482
2 0,04235 0,83 48 9 315 2 30 365 0,000379192 2,48 0,0001529
2 0,04235 0,83 50 9 315 2 30 365 0,000364024 2,48 0,000146783
2 0,04235 0,83 47 8 315 2 30 365 0,000344223 2,48 0,000138799
2 0,04235 0,83 75 7 363 2 30 365 0,000217515 2,48 8,77066E-5
2 0,04235 0,83 60 9 363 2 30 365 0,000349578 2,48 0,000140958
2 0,04235 0,83 56 8 363 13 30 365 0,00216406 2,48 0,000872604
2 0,04235 0,83 58 9 351 6 30 365 0,001049036 2,48 0,000422998
2 0,04235 0,83 55 14 363 2 30 365 0,000593224 2,48 0,000239203
2 0,04235 0,83 75 8 363 2 30 365 0,000248589 2,48 0,000100237
2 0,04235 0,83 50 4 363 2 30 365 0,000186442 2,48 7,517823E-5
2 0,04235 0,83 45 10 363 7 30 365 0,001812632 2,48 0,0007309
2 0,04235 0,83 48 10 315 2 30 365 0,000388914 2,48 0,000156820
2 0,04235 0,83 52 10 315 2 30 365 0,000421324 2,48 0,000169888
2 0,04235 0,83 55 8 315 2 30 365 0,000294154 2,48 0,000118611
2 0,04235 0,83 42 12 363 2 30 365 0,000665849 2,48 0,000268488
2 0,04235 0,83 47 10 363 2 30 365 0,000495856 2,48 0,000199941
3 0,04128 0,83 70 9 267 4 30 365 0,000429654 2,48 0,000173247
3 0,04128 0,83 50 15 363 18 30 365 0,006133439 2,48 0,002473161
3 0,04128 0,83 45 9 363 16 30 365 0,00363463 2,48 0,001465577
3 0,04128 0,83 65 9 315 2 30 365 0,000272943 2,48 0,000110057
3 0,04128 0,83 60 9 363 2 30 365 0,000340746 2,48 0,000137397
3 0,04128 0,83 68 11 315 2 30 365 0,000318880 2,48 0,000128580
3 0,04128 0,83 60 7 363 2 30 365 0,000265025 2,48 0,000106864
3 0,04128 0,83 58 8 315 2 30 365 0,000271898 2,48 0,000109636
3 0,04128 0,83 50 10 363 4 30 365 0,00090868 2,48 0,000366403
3 0,04128 0,83 65 6 363 2 30 365 0,000209690 2,48 8,455242E-5
3 0,04128 0,83 50 11 219 2 30 365 0,000301509 2,48 0,000121576
3 0,04128 0,83 60 9 315 25 30 365 0,003696115 2,48 0,001490369
Untuk intake realtime konsentrasi CO di titik 1 (C = 0,04039 mg/m3)
= 0,000323 mg/kg/hari
= 0,000315 mg/kg/hari
= 0,00463 mg/kg/hari
= 0,01248 mg/kg/hari
Lampiran 3
OUTPUT DATA
Statistics
Berat Badan Waktu Frekuensi Durasi
Responden Pajanan Pajanan Pajanan
Valid 54 54 54 54
Missing 0 0 0 0
Mean 56.63 8.33 334.11 5.39
Median 56.00 8.00 357.00 2.00
Mode 50a 8a 363 2
Std. Deviation 8.616 1.952 35.239 6.697
Minimum 42 4 219 2
Maximum 80 15 363 37
C. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 21 38.9 38.9 38.9
Perempuan 33 61.1 61.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidat Tamat SD 3 5.6 5.6 5.6
SD 7 13.0 13.0 18.5
SLTP 15 27.8 27.8 46.3
SLTA 26 48.1 48.1 94.4
D3/S1/S2/S3 3 5.6 5.6 100.0
Total 54 100.0 100.0
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20 Tahun 1 1.9 1.9 1.9
21-30 Tahun 10 18.5 18.5 20.4
31-40 Tahun 19 35.2 35.2 55.6
41-50 Tahun 16 29.6 29.6 85.2
51-60 Tahun 7 13.0 13.0 98.1
>61 Tahun 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Merokok 47 87.0 87.0 87.0
Merokok (1-5 batang) 4 7.4 7.4 94.4
Merokok (6-10 2 3.7 3.7 98.1
batang)
Merokok (11-15 1 1.9 1.9 100.0
batang)
Total 54 100.0 100.0
D. Distribusi Frekuensi Gejala Kesehatan Responden
Mual/Muntah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 28 51.9 51.9 51.9
Tidak Pernah 25 46.3 46.3 98.1
22 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
Sesak Napas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 20 37.0 37.0 37.0
Tidak Pernah 34 63.0 63.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
Lemah/Lesu/Kelelahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 52 96.3 96.3 96.3
Tidak Pernah 2 3.7 3.7 100.0
Total 54 100.0 100.0
Gangguan Konsentrasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 39 72.2 72.2 72.2
Tidak Pernah 15 27.8 27.8 100.0
Total 54 100.0 100.0
Dokumentasi Penelitian
Tujuan Penelitian
Jalan Samudera merupakan jalan yang berada pada wisata pantai padang yang cukup
padat aktivitas kendaraan maupun pedagang. Hal ini berpotensi dalam menyumbang
gas karbon monoksida dari kendaraan dan sangat rentan terpajan pada pedagang kaki
lima. CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan sistem saraf,
sistem darah dan sistem pernapasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis tingkat risiko pajanan CO terhadap pedagang kaki lima di sepanjang
Jalan Samudera Kota Padang tahun 2019.
Metode
Metode penelitian yang digunakan yaitu Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL) yang bertujuan menghitung tingkat risiko kesehatan akibat pajanan agen-
agen pencemar lingkungan dalam suatu populasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu
pedagang kaki lima. Pengambilan sampel menggunakan teknik sistematic random
sampling sebanyak 54 responden. CO diambil pada 3 titik di sepanjang Jalan
Samudera Kota Padang dengan menggunakan alat ukur impinger.
Hasil
Konsentrasi rata-rata CO di Jalan Samudera Kota Padang adalah 41,34 µg/Nm 3.
Lama pajanan pedagang kaki lima dengan median 8 jam/hari. Frekuensi pajanan
dengan nilai median yaitu 357 hari/tahun, durasi pajanan dengan nilai median 2
tahun dan berat badan rata-rata responden yaitu 56,63 kg. Nilai intake realtime rata-
rata yaitu 0,000316 mg/kg/hari sedangkan nilai intake lifetime rata-rata yaitu
0,004741 mg/kg/hari. Tingkat risiko yang didapatkan adalah RQ≤1 yang berarti tidak
memiliki risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Kesimpulan
Konsentrasi CO di Jalan Samudera Kota Padang tidak menimbulkan gangguan
kesehatan terhadap pedagang kaki lima dikarenakan masih dibawah nilai baku mutu.
Diharapkan adanya kerjasama berbagai instansi pemerintah agar dapat mengambil
langkah pencegahan terkait pajanan gas karbon monoksida.
Kata Kunci : ARKL, CO, Jalan Raya, Pedagang Kaki Lima (PKL)
ABSTRACT
Objective
Samudera Street is located in the Padang Beach tour so dense enough to be a vehicle
or traders activity in this street. This can potentially contribute to carbon monoxide
gas from the vehicle and very vulnerable to exposure street vendors. CO can
potentially impair the health such as nervous system, blood system and respiratory
system. The purpose of this study was to analyze the level of risk of CO exposure to
street vendors along the Samudera Street of Padang city in 2019.
Method
The research method used the Environmental Health Risk Assesment (EHRA) which
aims for calculating the level of health risk from exposure to agents of pollutants in
the environment in a population.The study was started in April to May 2019. The
population in this study was the street vendors. Sampling used a systematic random
sampling technique of 54 respondents. The CO was taken at 3 points along Samudera
Street of Padang City by using the measuring impinger.
Result
The average concentration of CO in the Samudera Street of Padang City was 41,34
µg/Nm3. Exposure time street vendors with a median of 8 hours day. Frequency of
exposure to the median value was 357 days/year, the duration of exposure to a
median value of 2 years and a mean body weight of the respondents was 56.63 kg.
Value realtime average intake was 0.000316 mg/kg/day, while the value of the
average lifetime intake was 0.004741 mg/kg/day. The level of risk that was RQ≤1
which means no risk that can cause health problems.
Conclusion
The concentration of CO in the Samudera Street of Padang City doesn’t cause health
problems to the street vendors because it was still below the value of the standard. It
is expected that there will be cooperation between various government agencies with
an interset in taking steps to prevent exposure to carbon monoxide gas.
kendaraan.(2) Hingga tahun 2016 telah tercatat sekitar 200.000 kematian dini
yang dihasilkan dari proses pembakaran tidak sempurna oleh kendaraan sebesar
menyebabkan iritasi, tidak berbau, tidak berasa yang ditemukan di udara dalam
ruangan maupun luar ruangan.(5) Siifat beracun yang dimiliki karbon monoksida dpat
membahayakan manusia.(6)
tinggi dengan total 889,68 gram/liter bensin. Mobil bensin memiliki faktor emisi
sebesar 462,63 gram/liter bensin. Sementara sepeda motor bensin sebesar 427,05
gram/liter bensin.(7)
udara ambien akan dengan cepat memasuki tubuh manusia seperti darah, otak,
jantung dan otot. Gas karbon monoksida yang terhirup oleh manusia akan masuk ke
laporan data statistik rumah sakit Kanada pada rentang waktu 2000-2013 terdapat
± 1.000 kendaraan roda dua dan ± 600 sementara dari hasil wawancara terhadap
pedagang kaki lima di Jalan Samudera dari 10 orang terdapat 6 orang pedagang kaki
Jalan Samudera merupakan salah satu jalan yang ramai dilalui oleh banyak
Banyaknya kendaraan yang melewati Jalan Samudera ini membuat pedagang kaki
lima memungkinkan terpajan oleh gas karbon monoksida dalam waktu yang lama.
Berdasarkan data Dinas Lingkunga Hidup Kota Padang bahwa nilai Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang diukur pada pertengahan tahun 2018
sedang. Sementara itu, berdasarkan data pemantauan kualitas udara ambien karbon
monoksida tahun 2018 yang dilakuakn pada 12 titik di Kota Padang memiliki rata-
monoksida yang diukur selama 1 jam yaitu 30.000 µg/Nm3, dimana konsentrasi CO
rata-rata pada 12 titik tersebut belum melewati baku mutu yang ditetapkan. Namun
demikian, jika masyarakat terus menerus terpapar oleh gas CO maka akan dapat
terhadap Pedagang Kaki Lima di Jalan Samudera Kota Padang Tahun 2019.
Metode
Padang pada bulan April hingga Mei 2019. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
100 orang dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 54 responden. Teknik
pada 3 titik di sepanjang Jalan Samudera Kota Padang dimulai dari simpang Hotel
Pangeran sampai ke Mesjid di Pantai Padang yang baru dibangun (depan Rumah
Makan Pujasera) dengan radius 4100 meter. Pengukuran gas CO menggunakan alat
ukur impinger.
Hasil
sebanyak 19 orang (35,2%) dengan jenis kelamin paling banyak yaitu perempuan
berada pada titik kedua di depan My All Hotel sebesar 42, 35 µg/Nm3 yang dilakukan
pada pukul 14:05-15:05 WIB. Sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik
pertama di depan Permindo Distro yang dilakukan pada pukul 14:00-15:00 WIB
bahwa konsentrasi karbon monoksida masih di bawah baku mutu yang ditetapkan
kuesioner yang telah disediakan peneliti sebelumnya. Adapun data yang diukur
meliputi berat badan (Wb), jumlah jam kerja atau lama pajanan (tE), jumlah hari
kerja atau frekuensi pajanan (fE) dan durasi pajanan (Dt). Didapatkan bahwa rata-
rata berat badan (Wb) responden yaitu 56,63, lama pajanan harian rata-rata
8,33jam/hari, dan frekuensi pajanan rata-rata responden dalam satu tahun yaitu
334,11hari/tahun. sementara durasi pajanan rata-rata yaitu 5,39 tahun dengan durasi
pajanan paling lama 37 tahun sedangkan durasi pajanan paling sedikit yaitu 2 tahun.
variabel yang memilki data terdistribusi normal yang didapat dari hasil uji normalitas
Kota Padang akibat pajanan CO yang paling banyak dikeluhkan yaitu rasa lemah,
lesu dan kelelahan sebnayak 52 orang (96,3%), sakit kepala sebanyak 47 orang
terdapat pada titik kedua di depan My All Hotel sebesar 323x10-6 mg/kg/hari dan
Berdasarkan tabel 6 dan 7, nilai RQ<1 untuk realtime dan lifetime pada
setiap titik di Jalan Samudera Kota Padang, sehingga dapat dikatakan bahwa
Pembahasan
Kebutuhan terhadap zat tenaga akan kian terus meningkat dan menurun pada
usia 40 tahun.(12) Responden dengan rentang usia 31-40 dan 41-50 tahun memiliki
risiko yang lebih besar akibat pajanan karbon monoksida dengan kadar yang tinggi.
dibandingkan dengan penelitian Okta Risa (2018) di Jalan M. Yamin yaitu sebesar
meterologis seperti suhu, kelembaban dan cuaca. Sementara hasil konsentrasi dari
ketiga titik tersebut tidak melebihi baku mutu yang terdapat pada PP No. 41 tahun
1999 tentang pengendalian pencemaran udara, dengan nilai baku mutu CO di udara
ambien yaitu 30.000 µg/Nm3 yang dilakukan selama 1 jam pengukuran. Hal ini
konsentrasi CO di udara.
Data antropometri dan pola aktivitas responden meliputi berat badan (Wb),
lama pajanan (tE), frekuensi pajanan (fE) dan durasi pajanan (Dt). Berdasarkan hasil
uji normalitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel lama pajanan (tE),
frekuensi pajanan (fE) dna durasi pajanan (Dt) tidak terdistribusi normal maka
dipakai nilai median dalam persamaan nilai intake sehingga didapatkan untuk nilai
lama pajanan (tE) yaitu 8 jam/hari, frekuensi pajanan (fE) yang digunakan adalah
357 hari/tahun dan durasi pajanan (Dt) yaitu 2 tahun. sedangkan untuk nilai variabel
berat badan (Wb) terdistribusi normal sehingga menggunakan nilai mean yaitu 56,63
kg.
Besarnya nilai intake berbading lurus dengan nilai konsentrasi zat pencemar,
laju asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan, maksudnya yaitu bahwa semakin
besar nilai variabel tersebut maka semakin besar nilai intake yang diterima individu.
Sementara itu untuk variabel berat badan berbanding terbalik dengan nilai intake
yaitu semakin besar berat badan sesorang maka akan semakin kecil risiko kesehatan
yang akan diterimanya. Berat badan rata-rata lebih besar dibandingkan berat badan
Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) sebesar 55 Kg, namun masih kecil menurut
mengindikasikan telah terpajan gas CO. Karbon monoksida merupakan salah satu zat
pencemar yang terdapat didalam komponen yang ada di udara. Namun demikian, hal
ini berarti tidak hanya karbon monoksida saja yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada manusia melainkan masih banyak zat pencemar lainnya yang tersebar
di udara seperti hidrokarbon, SO2, NO2, debu. Sehingga dibutuhkan studi dengan
jenis penelitian epidemiologi untuk mengetahui factor apa yang paling berpengaruh
Hasil penelitian yang didapat bahwa nilai RQ<1 artinya konsentrasi CO tidak
berisiko terhadap kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Devita, Nurjazuli, dan
Tri (2017) yang juga mendapatkan nilai RQ karbon monoksida (CO) ≤ 1 pada
Kesimpulan
yang dilakukan pada tiga titik penelitian masih di bawah baku mutu berdasarkan PP
No. 41 Tahun 1999 Tentang pengendalian dan pencemaran udara yaitu 30.000
µg/Nm3. Konsentrasi CO tertinggi berada di depan My All Hotel yaitu sebesar 42,349
Hasil perhitungan intake realtime dan intake lifetime terbesar terdapat pada
lokasi di depan My All Hotel yaitu sebesar 0,000323 mg/kg/hari dan 0,00485
mg/kg/hari. Hasil perhitungan risiko lifetime (30 tahun) yang didapatkan dari
perbandingan antara intake dan nilai RfC menunjukkan ketiga titik tidak berisiko
dalam mengalami gangguan kesehatan dengan RQ≤1 dan perhitungan risiko realtime
kesehatan akibat pajanan gas CO sampai 30 tahun mendatang. Akan tetapi perlu
adanya kerja sama untuk mencegah konsentrasi gas CO meningkat yang dapat
Diharapkan agar pedagang kaki lima lebih peduli terhadap kesahatan dengan
diimbangi dengan perilaku hidup bersih dan sehat berupa makan makanan bergizi,
Disamping itu juga perlunya kerja sama untuk mengambil langkah guna mencegah
konsentrasi gas CO meningkat yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak instansi
pemerintah.
Penghargaan/Pengakuan
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
anugerah dan kesempatan dalam menuntut ilmu di bangku perkuliahan hingga masa
studi berakhir. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dekan Fakultas Kesehatan
yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam
rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
Daftar Pustaka
Press; 2013.
Chem. 2009;10(1):50–8.
Andi; 2004.
Valley; 2017.
12. Fatmah. Respon Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
Std. Distribusi
No Elemen Mean Median Modus Min Max
Deviasi Data
Berat Badan Normal
1 56,63 56 50 42 80 8,616
(Wb) (Kg)
Lama Tidak
2 Pajanan (tE) 8,33 8 8 4 15 1,952 Normal
(Jam/Hari)
Frekuensi Tidak
3 Pajanan (fE) 334,11 357 363 219 363 35,239 Normal
(Hari/Tahun)
Durasi Tidak
4 Pajanan (Dt) 5,39 2 2 2 37 6,697 Normal
(Tahun)
Jumlah (%)
No Gangguan Kesehatan
Pernah Tidak Pernah
1 Sakit kepala ringan 47 (87%) 7 (13%)
2 Mual/rasa ingin muntah 28 (51,9%) 25(46,3%)
3 Pandangan kabur/mata pedih 44 (81,5%) 10 (18,5%)
4 Dada berdebar-debar 27 (50%) 27 (50%)
5 Sesak napas 20 (37%) 34 (63%)
6 Lemah/lesu/kelelahan 52 (96,3%) 2 (3,7%)
7 Gangguan konsentrasi 39(72,2%) 15 (27,8%)
9 Riwayat gangguan pernapasan 0 (0%) 54 (100%)