Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN MAGANG

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II SEMARANG

WILAYAH KERJA PELABUHAN TANJUNG EMAS

DISUSUN OLEH :
AULIYA AFRIKATUN 25010116120066
NUR ISLAMIYATI 25010116120068
DEWI HENY AWALLIA 25010116120101
DEVINA ALYA M 25010116130227

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG

Judul : Laporan Magang Kantor Kesehatan


Pelabuhan Kelas II Semarang Wilayah
Kerja Pelabuhan Tanjung Emas.
Penyusun : Mahasiswa magang Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
Periode 1 Juli – 1 Agustus 2019
Anggota : Auliya Afrikatun 25010116120066
Nur Islamiyati 25010116120068
Dewi Heny Awallia 25010116120101
Devina Alya M 25010116130227
Perusahaan/ Instansi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Semarang Wilayah Kerja Pelabuhan
Tanjung Emas
Lokasi Perusahaan/ Instansi : Jln. WR. Supratman No. 06 Kelurahan
Gisik Drono Kecamatan Semarang Barat
Laporan ini telah disahkan pada,
Hari, Tanggal :
Tempat : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Semarang Wilayah Kerja Pelabuhan
Tanjung Emas
Waktu :
Semarang, 1 Agustus 2019
Menyetujui

Pembimbing Akademik Magang Pembimbing Lapangan

Dr. Nurjazuli, S.KM, M.Kes Helena Isrumanti Duke, S.KM, M.Kes


NIP.196308121995121001 NIP.196707221991032002
Mengetahui,
Koordinasi Magang

Nikie Astorina Y.D., S.KM, M.Kes


NIP.198806142014042001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Magang, dengan
judul Laporan Kegiatan Magang Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang
Tahun 2019.

Kegiatan Magang ini dilaksanakan guna memenuhi mata kuliah Praktik


Kerja Lapangan yang wajib dilaksanakan bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro. Praktik ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dapat dibangku
kuliah dengan praktik nyata di dunia lapangan.

Dalam penyusunan laporan PKL ini, telah melibatkan banyak pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Budiyono, S.KM., M.Kes selaku Dekan FKM UNDIP yang
telah memberikan izin untuk pelaksanaan PKL ini.
2. Ibu Dr. Yusniar Hanani Darundiati, STP, M.Kes selaku Kepala Bagian
Kesehatan Lingkungan.
3. Ibu Nikie Astorina Y. D, SKM, M.Kes selaku Koordinator Kegiatan PKL
penulis.
4. Bapak Dr. Nurjazuli, S.KM., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik
PKL penulis.
5. Bapak Ponco selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang telah telah
memberikan izin untuk pelaksanaan PKL di KKP Kelas II Semarang.
6. Ibu Halena Isrumanti Duke, SKM, M.Kes (Epid) selaku pembimbing
lapangan PKL yang telah mengarahkan, mendampingi, dan membimbing
dalam melaksanakan PKL di KKP Kelas II Semarang.
7. Seluruh Staf Tata Usaha, Staf Pengendalian Karantina dan Surveilans
Epidemiologi, Staf Pengendalian Risiko Lingkungan, dan Staf Upaya
Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Semarang yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan kegiatan PKL
dan menyelesaikan laporan PKL ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun penulisan Laporan


PKL ini masih terdapat banyak kekurangan, karena ini penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna penyempuranaan Laporan PKL ini.

Semarang, 30 Juli 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

hal
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan 2
1. Tujuan Umum............................................................................................2
2. Tujuan Khusus...........................................................................................3
C. Manfaat 3
A. Bagi Mahasiswa.........................................................................................3
2. Bagi Fakultas.............................................................................................4
3. Bagi KKP Kelas II Semarang....................................................................4
BAB II HASIL.........................................................................................................5
A. Gambaran Umum Kantor Kesehatan Pelabuhan.................................................5
1. Sejarah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)............................................5
2. Letak Geografis..........................................................................................6
3. Dasar Hukum KKP Kelas II Semarang.....................................................9
4. Kedudukan...............................................................................................11
5. Visi, Misi, dan Nilai-nilai Organisasi KKP Kelas II Semarang...............11
B. Pelayanaan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Emas....................14
1. Subbagian Tata Usaha..............................................................................14
2. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE).....17
3. Seksi Pengendalian risiko lingkungan (PRL)..........................................30
4. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW)............................36

iv
C. Hasil Observasi.................................................................................................37
1. Kegiatan Seksi Pengendalian Kekarantinaan Dan Surveilans
Epidemiologi (PKSE)..............................................................................37
2. Kegiatan Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan...................................42
3. Kegiatan Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW)............66
BAB III IDENTIFIKASI MASALAH, PEMBAHASAN DAN SOLUSI............71
A. Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pada Tempat - Tempat Umum.......................71
B. Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pada Tempat Pengelolaan Pangan.................72
C. Trapping Tikus..................................................................................................73
D. Survei Kepadatan Lalat.....................................................................................75
BAB IV PENUTUP .............................................................................................78
A. KESIMPULAN.................................................................................................78
B. REKOMENDASI..............................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................81
LAMPIRAN 83

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2 1. Luas dan Jarak Wilayah Kerja ke Kantor Induk Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Semarang..................................................................................7
Tabel 2 2.Pelaksanaan Inspeksi Kapal...................................................................39
Tabel 2 3. Jumlah Kedatangan Kapal di Pelabuahan Tanjung Mas Berdasarkan
Bendera Kapal Pada 1 – 22 Juli 2019....................................................................40
Tabel 2 4.Hasil Trapping Tikus Bulan Juli 2019....................................................46
Tabel 2 5. Jumlah Lalat Hinggap di Fly Grill........................................................50
Tabel 2 6. Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan TPP..........................................52
Tabel 2 7. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia Terbatas
Terhadap Sampel Air yang Berada di Area Perimeter Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang pada Juli 2019.......................................................................................61
Tabel 2 8. Hasil Pengamatan Sanitasi Gedung Bangunan (TTU)..........................65

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1. Letak wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang


di Provinsi Jawa Tengah...........................................................................................8
Gambar 2 2. Gedung Induk Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang........9
Gambar 2 3. Bagan Organisasi KKP Semarang.....................................................14
Gambar 2 4. Distribusi Jumlah Pegawai Bedasarkan Lokasi Penempatan............16
Gambar 2 5Distribusi Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan..........................17
Gambar 2 6.Gambar Alur Penerbitan SSCEC/SSCC.............................................23
Gambar 2 7.Jumlah Pengunjung Vaksinasi Periode 1-22 Juli 2019......................69
Gambar 2 8. Jumlah Kapal Sertifikat Obat dan P3K Pada 1-22 Juli 2019............70

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelabuhan adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat bersandar kapal, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.

Indonesia memiliki Kantor Kesehatan Pelabuhan induk sebanyak 49


dan jumlah wilayah kerja sebanyak 304. Salah satunya Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Semarang, yaitu unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan untuk mengantisipasi ancaman permasalahan lingkungan
dengan melakukan berbagai bentuk pencegahan. Hal ini sesuai dengan
Permenkes RI No 2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan perubahan dari Kepmenkes RI
No.431/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Risiko Kesehatan Lingkungan.

Pelabuhan Tanjung Emas adalah suatu kawasan pelabuhan yang berada


di daerah pesisir utara jawa dan berada disebelah utara kawasan kota
Semarang. Pelabuhan yang terletak langsung menghadap ke laut jawa
merupakan jantung utama pusat perekonomian dan pengiriman barang via
ekspedisi laut di Semarang khususnya Jawa Tengah pada umumnya.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang mempunyai tugas


pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, potensial wabah,
kekarantinaan, surveilans epidemiologi, pelayanan kesehatan terbatas,
serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan di wilayah kerja
pelabuhan dan bandara. Dalam pelaksanaanya Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Semarang memiliki Bidang Pengendalian Risiko

1
Lingkungan yang mempunyai tugas untuk melakukan perencanaan,
pemantauan, dan evaluasi, penyusunan laporan di bidang pengendalian
vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan,
jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi, serta
pendidikan dan pelatihan di bidang pengendalian risiko lingkungan.
Pengawasan yang dilakukan KKP ini selaras dengan tujuan dari
International Health Regulation (2005), yaitu untuk mencegah,
melindungi, dan mengendalikan terjadinya penyebaran penyakit secara
internasional, serta melaksanakan public health response sesuai dengan
risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak
perlu terhadap perjalanan dan perdagangan internasional.

Oleh karena itu, dalam kegiatan Magang atau Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini mahasiswa ingin mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Semarang Wilayah Kerja
Pelabuhan Tanjung Emas untuk mengetahui cara kerja dan praktik di
lapangan serta masalah-masalah yang mungkin terjadi dan memberikan
pilihan solusi yang mungkin dapat dilaksanakan.

B. Tujuan
Tujuan diadakannya Magang ini adalah:

1. Tujuan Umum
Terjadinya link and match antara dunia pendidikan dan instansi
khususnya di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang, sehingga
mahasiswa dapat lebih mengenal dan menguasai dunia kerja yang akan
dihadapinya, membandingkan praktik yang ada di lapangan dengan teori
yang didapat di bangku kuliah, kemudian bisa menganalisa masalah yang
dihadapi dan menyelesaikannya dengan pendekatan dan perhitungan
rekayasa.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menganalisa bagaimana keadaan hygiene dan
sanitasi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Semarang.
b. Mahasiswa dapat memperoleh data yang dibutuhkan yang berkenaan
dengan perusahaan tempat kami praktik kerja lapangan (magang).
c. Mahasiswa dapat menganalisa bagaimana proses produksi yang
dilakukan dari awal sampai akhir pada perusahaan yang dituju.
d. Mahasiswa dapat menganalisis potensi sumber pencemaran pada
lingkungan air, tanah, dan udara di Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) Kelas II Semarang.
e. Mahasiswa memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan
kemampuan praktik yang diperlukan oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
f. Dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat pada saat
perkuliahan, untuk diterapkan berdasarkan kondisi dan keadaan yang
ada di tempat kerja.
g. Mahasiswa memperoleh pemahaman, penghayatan dan sikap lapangan
professional dibidang minatnya, mampu menerapkan teori yang
didapat untuk membantu menyelesaikan permasalahan di instansi
tempat praktik kerja lapangan (magang).

C. Manfaat
Praktik Kerja Lapangan (Magang) ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang terkait di dalamnya.

A. Bagi Mahasiswa

a. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan


praktik yang diperlukan oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat.
b. Memperoleh pemahaman, penghayatan dan sikap kerja profesional di
bidang Kesehatan Lingkungan.
c. Mengetahui faktor-faktor bahaya terhadap lingkungan dan dampaknya
pada masyarakat.
d. Memperoleh keterampilan di bidang pengendalian faktor risiko pada
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan pelapangan.

3
e. Memperoleh pengetahuan tentang pelaksanaan pengelolaan kesehatan
lingkungan di instansi.

2. Bagi Fakultas
a. Sebagai jembatan penghubung antara dunia pendidikan tinggi dengan
dunia lapangan.
b. Mendapatkan masukan tentang perkembangan bidang keilmuan dan
teknologi yang diterapkan dalam praktik kerja lapangan di instansi
yang terkait.

3. Bagi KKP Kelas II Semarang


a. Memperoleh informasi tentang sikap dan kemampuan profesional
Sarjana Kesehatan Masyarakat.
b. Sebagai jembatan penghubung antara lingkungan kerja instansi
dengan lingkungan pendidikan tinggi.
c. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan program pengendalian faktor
bahaya lingkungan sebagai hasil proses pengendalian.
d. Apabila diperlukan, mahasiswa dapat membantu memberikan
masukan bagi instansi terkait dengan usaha kesehatan lingkungan.

4
BAB II
HASIL

A. Gambaran Umum Kantor Kesehatan Pelabuhan


Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki peran penting dalam
pelaksanaan kekarantinaan, pelayanan kesehatan dan pengendalian resiko
lingkungan di bandara, pelabuhan dan pos lintas batas darat negara. Saat
ini Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan RI telah tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Saat ini KKP
terdiri dari 49 KKP Induk dan 304 wilayah kerja yang selalu siap
memberikan layanan (Permenkes No. 2348 Tahun 2011).
KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,
kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara.

1. Sejarah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)


Di Indonesia pada tahun 1911, Pes masuk melalui Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya. Pada saat itu Indonesia masih hidup dalam
zaman kolonial Belanda. Regulasi yang diberlakukan adalah Quarantine
Ordonanti (Staatsblad Nomor 277 tahun 1911). Dalam perjalanan
sejarahnya Quarantine Ordonanti (Staatsblad Nomor 277 tahun 1911)
telah berulang kali dirubah. Penanganan kesehatan di pelabuhan
dilaksanakan oleh HAVEN ARTS (Dokter Pelabuhan) dibawah HAVEN
MASTER (Syahbandar). Saat itu di Indonesia hanya ada 2 Haven Arts
yaitu di Pulau Rubiah di Sabang & Pulau Onrust di Teluk Jakarta.
Pada masa Kemerdekaan, sekitar tahun 1949/ 1950 Pemerintah RI
membentuk 5 Pelabuhan Karantina, yaitu Pelabuhan Karantina Kelas I
Tanjung Priok dan Sabang, Pelabuhan Karantina Kelas II Surabaya dan

5
Semarang serta Pelabuhan Karantina Kelas III Cilacap. Pada tahun 1959,
Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 1959
tentang Penyakit Karantina, selanjutnya terlahirlah UU No 1 Tahun 1962
tentang Karantina Laut dan UU Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina
Udara.
Pada tahun 1970, terbit SK Menkes No.1025/DD/Menkes, tentang
pembentukan Dinas Kesehatan Pelabuhan Laut (DKPL) sebanyak 60
DKPL & Dinas Kesehatan Pelabuhan Udara (DKPU) sebanyak 12 DKPU.
SK Menkes Nomor 147/Menkes/IV/78, DKPL dan DKPU dilebur menjadi
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan pembinaan teknisnya berada
dibawah Bidang Desenban Kantor Wilayah Depkes dimana pimpinan KKP
adalah Eselon III B. Sejak penerapan Undang-Undang Otonomi Daerah,
otoritas kesehatan ditingkat provinsi yang bernama Kanwil Depkes harus
dilebur kedalam struktur Dinas Kesehatan Provinsi. Peraturan Pemerintah
tentang Pembagian Kewenangan mengamanatkan bahwa Kekarantinaan
sebagai wewenang pemerintah pusat. Tahun 2004 terbit SK Menkes No
265/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi & Tata Kerja KKP yang baru.

2. Letak Geografis
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Semarang merupakan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, terletak di Propinsi Jawa Tengah, berdasarkan
permenkes nomor 2348 tahun 2011 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Semarang mempunyai 9 (sembilan) wilayah kerja (wilker) dengan
perincian 7 (tujuh) wilayah kerja Pelabuhan dan 2 (dua) wilayah kerja
Bandara, rinciannya sebagai berikut;
a. Bandara Ahmad yani, Semarang
b. Bandara Adi Sumarno, Solo
c. Pelabuhan Laut Tegal
d. Pelabuhan Laut Batang
e. Pelabuhan Laut Pekalongan
f. Pelabuhan Laut Jepara
g. Pelabuhan Laut Karimun Jawa
h. Pelabuhan Laut Juwana
i. Pelabuhan Laut Rembang

6
Jarak setiap wilayah kerja dengan kantor Induk di Semarang bervariasi,
yang terjauh adalah wilker Karimunjawa dan yang terdekat adalah wilker
bandara Ahmad Yani Semarang, setiap wilayah kerja juga mempunyai
wilayah geografis kerja yang sering disebut Perimeter dan zona
pendukung diluar wilayah geografis kerja yang menjadi tanggungjaab
wilayah kerja atau sering disebut dengan Buffer, berikut ini table rincian
jarak, permeter dan buffer wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Semarang.

Tabel 2 1. Luas dan Jarak Wilayah Kerja ke Kantor Induk Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Semarang
JARAK LUAS (Ha)
LOKASI (Km) dari
PERIMETER BUFFER
INDUK
1. Bandara Ahmad Yani 1,7 KM 12 24
2. Bandara Adi Sumarno, Solo 98 KM 8,5 12
3. Pelabuhan Laut Tegal 99 KM 3 8
4. Pelabuhan Laut Batang 89 KM 2,5 4
5. Pelabuhan Laut Pekalongan 156 KM 5,03 12
6. Pelabuhan Laut Jepara 80 KM 4,3 4
7. Pelabuhan Laut Karimun 80 + 52 Mil 13 20
Jawa Laut
8. Pelabuhan Laut Juwana 100 KM 2,5 3,5
9. Pelabuhan Laut Rembang 120 KM 2 6

Secara geografis letak KKP Semarang dan wilayah kerja seperti pada
gambar berikut

7
Gambar 2 1. Letak wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang
di Provinsi Jawa Tengah
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang, berpusat di
Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Jalan WR.
Supratman No. 06 Semarang, kantor ini juga difungsikan sebagai Kantor
Induk.
Melihat sejarah kebelakang Kantor Induk ini dibangun dalam
rangka meningkatkan kinerja serta pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, maka pada Tahun 2011, KKP Semarang telah berhasil
melaksanakan pengadaan Tanah yang terletak di WR. Supratman No. 06
Kelurahan Gisik Drono Kecamatan Semarang Barat dengan luas 1268 m 2.
Pemilihan lokasi ini didasarkan oleh letaknya yang strategis dan dekat
dengan bandara Internasional Ahmad Yani serta Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang. Pembangunan gedung KKP Semarang ini sendiri telah dimulai
bulan Juli 2013 dengan serah terima pembangunannya pada akhir
Desember 2013 dengan luas bangunan ± 1400 m 2 yang terdiri dari tiga
lantai basement untuk tempat parkir dan musholla, lantai satu untuk
pelayanan vaksinasi, ruang perpustakaan, klinik VCT, dan ruang laktasi,
sedangkan laintai dua untuk kegiatan perkantoran, ruang rapat dan ruang
aula.

8
Gedung baru KKP Semarang sudah mulai ditempati dan beroperasi
untuk layanan perkantoran, pelayanan vaksinasi serta peneritan ICV pada
tanggal 20 Januari 2014, namun untuk pelayanan dokumen Kesehatan
Kapal tetap dilakukan di gedung lama yng sudah dirubah menjadi Pos
KKP Semarang Pelabuhan Tanjung Emas dengan alasan untuk
memudahkan pegawai maupun agen dalam pemprosesan dokumen dan
pemeriksaan kesehatan kapal. Gedung baru KKP Semarang juga
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas antara lain ruang tunggu yang lebih
representative dan full AC, nomor antrian elektronik, sistem
perbendaharaan yang komputerize, kamera cctv, serta kedepannya akan
mulai diterapkan sistem pendaftaran online. Dengan demikian diharapkan
pelayanan kesehatan dan perkantoran KKP Semarang menjadi lebih
optimal demi mewujudkan visi dan misi Kementerian Kesehatan pada
umumnya dan KKP Semarang pada khususnya.

Gambar 2 2. Gedung Induk Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang

3. Dasar Hukum KKP Kelas II Semarang


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan, dalam melaksanakan program kerjanya dilandasi
oleh peraturan perundang-undangan dan peraturan lain sebagai berikut.

9
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Higiene untuk Usaha-
Usaha bagi Umum, Pasal 3(D) Alat Pengangkutan Umum
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Higiene, antara lain
Pasal 4 tentang Tindakan Pencegahan Penyakit Menular
6. International Health Regulation (IHR) 2005, IHR bertujuan
mencegah, melindungi terhadap, mengendalikan penyebaran penyakit
secara internasional sesuai dengan dan terbatas pada faktor risiko yang
dapat mengganggu kesehatan dengan sesedikit mungkin menimbulkan
hambatan pada lalu-lintas dan perdagangan internasional.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pusat Kepada Daerah (Otonomi Daerah)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangkalan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4145)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146)
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Per/18/M.PAN/11/2008, tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana
Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
14. Keputusan Menteri Kesehatan 1762 Dan 1735 Tahun 2000 tentang
Kantor Kesehatan Pelabuhan Sebagai Unit Pusat
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 264/MENKES/SK/III/2004
tentang Kriteria Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan

10
16. Peraturan Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia Nomor
256/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Nomor Kesehatan
17. Permenkes RI No 2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
18. UU No.6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan

4. Kedudukan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
356/ MENKES/ PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan dan juga Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Perubahan
Permenkes RI Nomor : 356/ MENKES/ PER/IV/2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, dijelaskan bahwa kedudukan
Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut KKP adalah Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

5. Visi, Misi, dan Nilai-nilai Organisasi KKP Kelas II Semarang


Sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan RI maka visi
dan misi Kantor Kesehatan Pelabuhan hendaknya mengacu pada visi dan
misi Kementerian Kesehatan. Visi dan Misi Kementerian Kesehatan RI;
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”
Sedangkan Visi dan Misi Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang sbb:
Visi
“KKP Semarang Tangguh dan Prima”.
Misi
a. Memelihara dan menghasilkan pelayanan kesehatan pelabuhan yang
bermutu, merata dan memadai.
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, masyarakat
pelabuhan beserta lingkungannya.
c. Menggerakkan pembangunan pelauhan berwawasan kesehatan
d. Mendorong kemandirian masyarakat pelabuhan untuk hidup sehat.

Tugas Pokok dan Fungsi KKP Kelas II Semarang

11
Tugas Pokok
KKP memiliki tugas pokok sesuai dengan Undang-Undang (UU) No. 06
tahun 2018 adalah;
1) Melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko
Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat
2) Mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor Risiko
Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat
3) Meningkatkan Ketahanan Nasional di bidang Kesehatan
Masyarakat

Fungsi
KKP menyelenggarakan 16 fungsi, yaitu :
1) Pelaksana tindakan kekarantinaan
2) Pelaksana Pelayanan Kesehatatan Terbatas
3) Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara
4) Pelaksanaan sentral/simpul jejaring surveilans epidemiologi regional,
nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas
internasional
5) Pelaksanaan, fasilitas dan advokasi kesiapsiagaan dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang
kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan
haji
6) Pelaksanaan, fasilitas dan advokasi kesehatan kerja lingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara
7) Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut
8) Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja
pelabuhan/bandara dan lintas batas darat negara
9) Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan pelabuhan/bandara dan
lintas batas darat
10) Pelaksanaan jaringan informasi dan teknologi bidang kesehatan
pelabuhan/ bandara dan lintas batas darat negara
11) Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan
pelabuhan/ bandara dan lintas batas darat negara
12) Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan pelabuhan/ bandara
dan lintas batas darat negara
13) Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumagtanggaan KKP

12
14) Pelaksanaan pemberian sertifikasi kesehatan Obat, Makanan,
Kosmetika dan Alat Kesehatan (OMKA) ekspor dan mengawasi
persyaratan dokumen kesehatan OMKA impor.
15) Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi
dan kimia.
16) Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
pelabuhan/bandara dan lintas batas darat

Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang dibagi
menjadi empat bidang yang mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-
masing, keempat bidang tersebut terdiri dari bidang UKLW (Upaya
Kesehatan Lintas Wilayah), bidang PKSE (Pengendalian Karantina &
Surveilans Epidemiologi), bidang PRL (Pengendalian Resiko Lingkungan)
dan bidang TU (tata Usaha), masing-masing bidang dipimpin pejabat eselon
IV a, sedangkan Kepala Kantor sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan
dijabat oleh pejabat eselon II a. Berikut ini gambar struktur organisasi KKP
Kelas II Semarang.

Gambar 2 3. Bagan Organisasi KKP Semarang

13
B. Pelayanaan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Emas

1. Subbagian Tata Usaha


Subbagian Tata Usaha merupakan bagian dari dukungan manajemen
dari Organisasi/satuan kerja. Tugas utama subbagian tata usaha yaitu
melakukan koordinasi dan penyusunan program, pengolagan informasi,
evaluasi dan laporan, urusaketatausahaan, keuangan, penyelenggaraan
pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan dan rumah tangga. Kegiatan
dalam subbagian tata usaha kantor kesehatan kelas II semarang meliputi:
1) Penyusunan Program dan pelaporan
Tugas pada penyusunan Program dan Pelaporan meliputi:
a. Perencanaan Program Kegiatan (E-Renggar)
b. Penyusunan Progam Kegiatan dilakukan di awal tahun
dengan didukung pembuatan Term Of Reference (TOR)
dan data dukung yang memadai untuk kemudian diuji oleh
tim Eselon I dan tim Inspektorat Jenderal yang bertindak
sebagai Aparatur Pengawas Interen Pemerintah (APIP).
c. Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Tahun 2015-2019
d. Rencana Aksi Kegiatan merupakan output yang akan
dicapai oleh KKP Semarang secara berkesinambungan
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan
Permenkes RI No.2348/Menkes/Per/XI/2011 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja KKP dan Amanat dari IHR
Tahun 2005.
e. Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah KKP
Semarang
f. Penyusunan Laporan Tahunan KKP Semarang
g. Penyusunan Profil KKP Semarang
2) Pengolahan Informasi, Evaluasi dan Pelaporan
Pengolahan informasi, evaluasi dan pelaporan di KKP kelas II
Semarang telah menggunakan sistem informasi berbasis komputer
yang meliputi :
a. Aplikasi SiPerKaSa (Sistem Perbendaharaan Kantor
Kesehatan Pelabuhan Semarang)
SiPerKaSa digunakan mendukung akuntabilitas tatakelola
keuangan dan barang persediaan (BMN). Melalui sistem ini
juga diharapkan bisa mendukung penerapan Zona

14
Integritas, Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi
Bersih Kompeten dan Melayani.
b. SIMPONI (Sistem Informasi PNBP Online)
Simponi merupakan sistem pembayaran dan penyetoran
PNBP menggunakan sistem billing yang dikelola oleh DJA
untuk menfasilitasi pembayaran/penyetoran PNBP dan
penerimaan non anggaran.
c. Website KKP Semarang
Website KKP Semarang beralamat di
www.kespelsemarang.id, melalui website tersebut dapat
digunakan sebagai media bertukar informasi mengenai
KKP Kelas II Semarang dan juga melakukan pendaftaran
vaksin secara online.
d. SISKOHATKES (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang
Kesehatan)
e. SIMKESPEL (Sistem Informasi Kesehatan Pelabuhan )
Simkespel berfungsi sebagai media yang memuat informasi
terbaru baik dari masing-masing wilayah Kerja atau Pusat
KKP, sebagai mediakomunikasi, dan media pelaporan atas
kegiatan-kegiatan yang terlaksana di KKP.
3) Kepegawaian
Urusan kepegawaian meliputi kegiatan administratif yang
berkaitan dengan pengelolaan pegawai. Pengelolaan pegawai yang
dimaksud meliputi penyusunan formasi kebutuhan dan distribusi,
pengajuan usulan yang berkaitan dengan jenjang karier, klasifikasi
dan pengolahan data serta peningkatan kualitas pegawai. Distribusi
Pegawai Kantor Kesehatan Kelas II Semarang meliputi:

15
Gambar 2 4. Distribusi Jumlah Pegawai Bedasarkan Lokasi Penempatan

16
Gambar 2 5Distribusi Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan
4) Pengadaan Sarana dan prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana yang baik dari segi kualitas dan
kuantitas diharapkan dapat mewujudkan sumber daya manusia
yang profesional disamping mendukung sumber daya anggaran
yang memadai.

2. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)


Karantina adalah pembatasan kegiatan atau pemisahan seseorang
yang terpapar penyakit menular atau pemisahan peti kemas, alat angkut,
atau barang lainnya yang mengandung penyebab penyakit atau sumber
bahan kontaminasu lain, yang bertujuan untuk mencegah kemungkinan
penyebaran ke orang atau barang disekitarnya. Sedangkan Kekarantinaan
kesehatan merupakan upaya mencegah dan menangkal keluar masuknya
penyakit atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi
menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
Seksi PengendalianKarantinadanSurveilansEpidemiologi (PKSE)
merupakan salah satu seksi dalam tata kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan.

17
Menurut Permenkes No. 2348/MenKes/Per/XI/2011 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, Seksi
PengendalianKarantinadanSurveilansEpidemiologi (PKSE) memiliki tugas
untuk melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan, surveilans
epidemiologi penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru dan
penyakit lama yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan
muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta
pengembangan teknologi, pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan
surveilans epidemiologi di wilayah kerja pelabuhan laut, udara dan lintas
batas darat negara.
Kegiatan Seksi PKSE sesuai dengan penjabaran diatas terbagi
menjadi 5 program pokok, yang meliputi :
a. Program Pengawasan Alat Angkut
Program Pengawasan Alat Angkut terdiri dari p engawasan
alat angkut di laut, udara dan darat. Kegiatan pengawasan alat
angkut laut meliputi kegiatan pemeriksaan kapal dan dokumen
kesehatan kapal. Pemeriksaan dilakukan terhadap kapal yang
datang atau akan berangkat dari/ke luar negeri maupun dalam
negeri. Pemeriksaan secara langsung terhadap kondisi kapal, ABK,
penumpang, barang muatan kapal serta dokumen kesehatan kapal
istilah yang sering digunakan untuk kegiatan ini yaitu boarding,
yang mana kegiatan ini dilakukan pada kapal yang datang dari
route pelayaran internasional. Sedangkan untuk kapal dalam negeri
hanya dilakukan pemeriksaan pada dokumen kesehatan kapal saja.
Kegiatan program pengawasan alat angkut laut meliputi;
1) Pemeriksaan Kedatangan Kapal
Pemeriksaan kedatangan kapal meliputi pemeriksaan
kapal dari luar negeri dan dari dalam negeri. Pemeriksaan
kapal dari luar negeri terbagi berdasarkan status pelabuhan
asal yang bisa berstatus pelabuhan terjangkit atau tidak
terjangkit. Pemeriksaan kedatangan kapal termasuk
kegiatan surveilans epidemiologi melalui pengawasan
faktor risiko pada kedatangan kapal, kegiatan ini bertujuan

18
untuk mencegah penyebaran kasus Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC).
2) Penerbitan Certificate Of Pratique Kapal
Certificate Of Pratique merupakan dokumen kesehatan
yang diterbitkan terhadap kapal/pesawat yang datang.
Terdiri dari free pratique, restricted pratique dan radio
pratique (lisan). Free pratique diberikan kepada pihak
kapal/pesawat setelah dilakukan pemeriksaan terhadap
crew/ABK, muatan, kapal/pesawat dan dokumen kesehatan
lainnya sehingga dinyatakan bebas dari faktor risiko
PHEIC. restricted pratique merupakan Certificate Of
Pratique yang diterbitkan setelah ada tindakan penanganan
faktor risiko PHEIC dikapal. Radio pratique dilakukan
dengan mengguankan perantara alat komunikasi antara
kapten dengan petugas KKP untuk mengetahui keadaan
kapal/pesawat sebelum kapal datang dan dinyatakan bebas
dari faktor risiko PHEIC melalui pernyataan dari kapten.
3) Pemeriksaan Maritime Declaration Of Health (MDH) &
Pelaksanaan Boarding
Maritime Declaration Of Health (MDH) adalah
pernyataan dari nahkoda kapal yang menjelaskan kondisi
diatas kapal khususnya tentang kesehatan, baik kesehatan
alat angkut, ABK, penumpang serta muatan.
4) Pemeriksaan Keberangkatan Kapal
Pemeriksaan keberangkatan kapal dilakukan untuk
kapal yang akan berangkat ke luar negeri (internasional)
dan kapal yang akan berangkat ke dalam negeri
(lineinterinsulair). Pemeriksaan keberangkatan kapal lebih
diutamakan untuk memastikan kevalidan semua dokumen
kesehatan kapal, memastikan kondisi kalayakan kapal,
keadaan ABK, penumpang dan barang bawaan tidak
membawa risiko PHEIC yang menularkan penyakit di
pelabuhan tujuan.
5) Penerbitan Port Health QuarantineClearance (PHQC) Kapal

19
Port Health QuarantineClearance (PHQC) adalah
dokumen yang diterbitkan sebelum kapal berangkat
meninggalkan suatu pelabuhan. PHQC dapat diterbitkan
setelah ABK, penumpang kapal, kondisi sanitasi kapal,
barang bawaan dinyatakan dalam keadaan sehat dan bebas
dari PHEIC serta dokumen kesehatan kapal lengkap.
PHEIC kapal merupakan keterangan izin kesehatan
berlayar yang dikeluarkan KKP sebelum kapal tersebut
mendapatkan clearance (izin berlayar) dari Kantor
Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) di masing-
masing pelabuhan.
6) Penerbitan kartu Health AllertCard

Health AllertCard merupakan surat keterangan


kewaspadaan yang diberikan kepada orang-orang yang
datang dari suatu darah terjangkit penyakit karantina
maupun penyakit menular potensial wabah, yang
dikhawatirkan berpeluang untuk terjadinya penularan di
daerah itu karena adanya lalu-lintas serta aktivitas manusia.

7) Penerbitan Buku Kesehatan


Health Book merupakan buku kesehatan yang hanya
berlaku di Indonesia. Penerbitan buku kesehatan di KKP
Semarang dimulai sejak periode 2016. Penerbitan buku
kesehatan diberikan untuk kapal yang belum memiliki buku
kesehatan baik baru pertama kali datang ke Indonesia,
Kapal baru, ganti nama atau jika healthbook lama telah
habis lembarannya. Health Book digunakan untuk sarana
tukar informasi dan jejaringsurveilans antar pelabuhan di
Indonesia serta sebagai media pemberian saran terhadap
kapal.
Penerbitan buku kesehatan akan dilakukan setelah
pemeriksaan terhadap kompartemen kapal dan dokumen
penunjang lainnya. Pemeriksaan kompartemen kapal
bertujuan untuk mengetahui apakah kompartemen kapal

20
tersebut permanen atau tidak permanen. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan terhadap surat ukur kapal untuk
mengetahui besar atau volume kapal sekaligus identitas
kapal secara resmi. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui keberadaan faktor risiko PHEIC di kapal.
8) Pengawasan Tindakan Kekarantinaan

Tindakan kekarantinaan di kapal dilakukan jika


ditemukan faktor risiko PHEIC yang terdiri dari tiga faktor
risiko yaitu serangga, pelabuhan terjangkit oleh
kuman/mikroba dan binatang pengerat. Tindakan
kekarantinaan yang dapat dilakukan meliputi desinseksi
untuk pembasmian serangga, desinfeksi untuk pembasmian
kuman/mikroba dan fumigasi untuk pembasmian serangga
dan binatang pengerat. Pengawasan tindakan
kekarantinaanfumigasi dilakukan oleh pengawas yang telah
tersertifikasi pelatihan diklat fumigasi. Tindakan fumigasi
juga dilakukan untuk kapal docking dan permintaan pihak
kapal dalam rangka perpanjangan sertifikat sanitasinya.

9) Penerbitan sertifikat SSCC/SSCEC, OMEC dan SaillingPermit


Alat Angkut

ShipSanitation Control ExemptionCertificate (SSCEC)


dan ShipSanitation Control Certificate (SSCC) merupakan
dokumen yang berlaku secara Internasional sejak
diberlakukannya International Health Regulation (IHR)
2005. Dokumen ini memiliki format yang sama di seluruh
dunia. Pencetakan SSCEC/SSCC akan dilakukan setelah
pemeriksaan tanda-tanda keberadaan tikus, keberadaan
vektor penyakit menular lainnya, sanitasi kapal, stok obat-
obatan dan lainnya. Masa berlaku SSCEC/SSCC adalah 6
bulan yang harus diperbaharui setiap masa berlaku habis.
SSCEC/SSCC merupakan 1 dokumen namun terdapat

21
perbedaan pada pencoretan nama judulnya. Dokumen akan
tertera SSCEC jika tidak ditemukan faktor risiko PHEIC
dan dokumen akan tertera SSCC apabila dokumen tersebut
diterbitkan setelah dilakukan suatu tindakan kekarantinaan
karena ditemukan faktor risiko kapal.

One Month Extention Certificate (OMEC) dan Sailling


Permit merupakan dokumen yang dikeluarkan KKP sebagai
pengganti sementara dokumen SSCEC/SSCC. Penggantian
dokumen ini dilakukan karena kapal belum dilakukan
pemeriksaan di Pelabuhan bersandar hingga dinyatakan
bebas dari risiko PHEIC, belum dilakukannya pemeriksaan
juga dapat disebabkan karena keberadaan muatan yang
masih tersisa dalam kapal sehingga tidak bisa dilakukan
pemeriksaan, juga bisa karena kapal memiliki risiko PHEIC
namun KKP tempat bersandar tidak memiliki sarana untuk
melakukan tindakan kekarantinaan risiko PHEIC sehingga
kapal harus berlayar ke pelabuhan selanjutnya untuk
melakukan tindakankekarantinaan risiko PHEIC dan
penyebab lainnya. Dengan alasan tersebut kapal dapat
melanjutkan perjalanan dengan membawa dokumen OMEC
untuk berlayar ke luar negeri atau SaillingPermit untuk
berlayar ke dalam negeri dan sesampainya di pelabuhan
selanjutnya kapal dapat meminta tindakan kekarantinaan
sehingga dapat dikeluarkan dokumen SSCEC/SSCC. Masa
berlaku OMEC adalah 1 bulan sedangkan SaillingPermit
berlaku sekali perjalanan.

22
Gambar 2 6.Gambar Alur Penerbitan SSCEC/SSCC
10) Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan
untuk mengumpulkan semua data-data yang akan diolah
pada periode waktu tertentu hingga dapat dibuat menjadi
sebuah laporan. Hasil laporan ini dapat dikirim ke beberapa
instansi. Instansi terkait dengan kegiatan tersebut seperti
KSOP, instansi pelabuhan lain dan digunakan sebagai
laporan pertanggung jawaban ke pusat.

23
b. Program Pengawasan Lalu-Lintas Barang
1) Sub Program Pengawasan Obat, Makanan, Kosmetik, Alat
Kesehatan dan Bahan Aditif (OMKABA).
Kegiatan yang termasuk dalam Sub Program Pengawasan
Obat, Makanan, Kosmetik, Alat Kesehatan dan Bahan Aditif
(OMKABA), meliputi;
a. Penerbitan Sertifikat Kesehatan OMKABA Eksport dan
Import
Sertifikat kesehatan OMKABA adalah sertifikat
yang diberikan terhadap eksportir/importir yang
menjelaskan bahwa barang yang akan di eksport sudah
memenuhi kriteria kesehatan yang disyaratkan oleh negara
tujuan/importir. Pemberian sertifikat didasarkan pada hal
uji laboratorium yang telah dilakuka oleh pihak pemilik
barang di laboratorium yang telah tersertifikasi serta surat
izin lainnya sesuai dengan persyaratan negera tujuan.
Pengwasan OMKABA di KKP masih tumpang tindih
dengan tupoksi BPOM karena belum adanya peraturan
yang kuat mendukung kegiatan tersebut.
b. Pengawasan barang bawaan ABK, maupun penumpang
c. Pencatatan dan Pelaporan

2) Sub Program Pengawasan Lalu-Lintas Bahan Spesimen


Laboratorium
Kegiatan Sub Program Pengawasan Lalu-lintas bahan
spesimen laboratorium, meliputi;
a. Penerbitan rekomendasi pengiriman spesimen laboratorium
b. Penerbitan sertifikasi layak angkut spesimen laboratorium
c. Pencatatan dan pelaporan

3) Sub Program Pengawasan Bahan Berbahaya (NUBIKA :


Nuklir Biologi Kimia)
Bahan berbahaya Nuklir Biologi Kimia (NUBIKA) harus
selalu diawasi keberadaanya. Hal tersebut dilakukan karena
dampak bahan tersebut yang bersifat massal dan saling terikat

24
dengan berbagai bidang kehidupan. Sehingga perlu adanya
pengawasan pergerakan barang NUBIKA agar barang tersebut
tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
sehingga menimbulkan bahaya bagi kehidupan. Kegiatan yang
dilakukan dalam pengawasan NUBIKA, meliputi;
a. Pengamatan dan pelaporan alat angkut yang dicurigai
membawa NUBIKA
b. Pelacakan berita NUBIKA dengan browser pencarian di
dunia maya
c. Pencatatan dan pelaporan
c. Program Pengawasan Lalu-Lintas Orang
1) Sub program pengawasan ABK/Crew dan Penumpang
a. Pengawasan ABK dan Crew
Pengawasan ABK dan crew bertujuan untuk
mengawasi kemungkinan ada atau tidaknya PHEIC yang
diderita oleh ABK dan Crew. Pengawasan ini dilakukan
terhadap kedatangan ABK dan crew yang datang dari luar
negeri atau dalam negeri. Pengawasan juga dilakukan pada
masa berlaku vaksinasi tertentu sesuai dengan persyaratan
negera yang dikunjungi. Pengawasan dilakukan dengan
melihat Vaccinationlist.
b. Pengawasan penumpang
Pengawasan penumpang dilakukan terhadap
penumpang yang datang baik dari luar negeri atau dalam
negeri serta penumpang yang akan berangkat baik
pelayaran nasional atau internasional. Pengawasan ini
dilalukan untuk mnegawasi kemungkinan ada atau tidaknya
PHEIC yang diderita oleh penumpang. Pengawasan
dilakukan dengan melihat Vaccinationlist.
c. Pengamatan Penyakit Karantina dan Penyakit Menular
Potensial Wabah.
d. Pengawasan Lalu-Lintas Jenazah

Pengawasan lalu-lintas Jenazah dilakukan baik itu


pada pembawaan jenazah atau abu jenazah yang melalui
udara atau laut. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengawasi dan mendeteksi apakah jenazah yang diangkut

25
meninggalnya karena kasus PHEIC atau tidak, serta
dilakukan pemeriksaan mengenai tata cara pengangkutan
Jenazah yang benar.

Dokumen kesehatan kedatangan jenazah meliputi :

 Surat Keterangan Kematian dari RS/Dinas Kesehatan


Setempat yang menyatakan bahwa jenazah bukan
karena penyakit menular
 Surat keterangan pengawetan Jenazah dengan formalin
dari rumah sakit /certificate of embalming
 Surat keterangan Krematorium ( abu jenazah)
 Surat keterangan Pemetian / pengepakan jenazah
 Surat keterangan telah melalui proses verbal dari
pamong praja/ rekomendasi kepolisian
 Surat keterangan izin angkut jenazah dari KKP negara
pengirim yang di sahkan oleh dokter pelabuhan

Syarat-syarat pemetian untuk pengangkutan jenazah yang


baik adalah :

 Jenazah harus disuntik formalin dengan obat penahan


busuk secukupnya yang dinyatakan dengan surat
keterangan dokter
 Jenazah dimasukkan kedalam peti yang terbuat dari
logam
 Menggunakan alasnya di tutup dengan suatu bahan
yang menyerap (absorbent), seperti serbuk
gergaji(sawdust) atau arang halus yang tebalnya kira-
kira 5cm.
 Peti logam ditutup rapat-rapat (air tight)
 Peti kemudian dimasukkan ke dalam peti kayu yang
tebalnya.
 Sekurang-kurangnya 3cm sedemikian rupa sehingga
peti tidak dapat bergerak didalamnya
 Peti kayu di paku dengan skrup dengan jarak
sepanjang-panjangnya 20 cm.

26
 Penggunaan peti harus diperkuat dengan ban-ban logam
(secured with metal bands).
 Peti yang telah siap diangkut ditempatkan dalam ruang
kapal yang tidak terdapat makanan, minuman dan
barang-barang yang tiap hari dipakai dan tidak
menghalangi penumpang dan anak buah kapal.
2) Sub program pengawasan masyarakat lingkungan pelabuhan
dan bandara
a. Surveilans Penyakit Menular Potensial Wabah dan Non
Wabah
Kegiatan surveilans penyakit karantina dan penyakit
menular potensial wabah dilakukan menggunakan data
sarana kesehatan, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui tren/kecenderungan penyakit yang ada di
wilayah buffer dan perimeter area wilayah kerja KKP
Semarang
b. Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan semua data-data yang akan
diolah pada periode waktu tertentu hingga dapat dibuat
menjadi sebuah laporan. Hasil laporan ini dapat dikirim ke
beberapa instansi. Instansi terkait dengan kegiatan tersebut
seperti sarana kesehatan setempat dan digunakan sebagai
laporan pertanggung jawaban ke pusat.
d. Program Kajian dan Pengembangan Teknologi
1) Sub Program Kajian Data Surveilans Epidemiologi
Kegiatan pada sub Program Kajian data surveilans
epidemiologi mengunakan data epidemiologi hasil dari
program pengawasan alat angkut, lalu-lintas barang dan
orang. Kegiatan dalam sub program ini meliputi;
a. Mengumpulkan data dilapangan/ sumber data (primer) atau
data dari instansi terkait (data sekunder).
b. Pengolahan data sehingga menjadi informasi
c. Diseminasi informasi kepada pemangku kepentingan yang
memerlukan
d. Pencatatan dan pelaporan

27
2) Sub Program Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi

Kegiatan pada Sub Program Pengembangan dan


Pemanfaatan Teknologi Informasi meliputi;

a. Pembuatan dan Pemeliharaan website KKP Semarang


Penggunaan website KKP Semarang telah dimulai
sejak tahun 2013, namun sebelumnya pengembangan dalam
pemanfaatan teknologi informasi baru melalui blogspot.
b. Pencarian Data Kemajuan Teknologi Bidang Kekarantinaan
dengan menggunakan browsing internet.
Kegiatan ini dilakukan secara rutin tiap minggu
sekali yaitu mencari data yang bersumber dari website
WHO yaitu Weekly Epidemiological Record (WER).
Melalui website tersebut dapat diketahui kejadian penyakit
yang terjadi di seluruh benua. Website tersebut akan
memperbaharui data setiap minggu.
c. Pencatatan dan pelaporan
e. Program Penanggulangan KLB, Pengembangan Jejaring Dan
Kemitraan
1) Sub Program Kerja Sama Lintas Sektor
Kegiatan dalam Sub Program ini meliputi :
a. Menjalin kerjasama dengan lintas sektor dalam bentuk
MOU
Kerjasama lintas sektor dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah dalam operasional dilapangan. Beberapa
lintas sektor yang telah terlibat diantara badan usaha swasta
untuk penghapusan vektor (Kalanta, Jasindo dan Trinity
Enterprise).
b. Mengikuti rapat-rapat lintas sektor
c. Pencatatan dan pelaporan
2) Sub Program Penanggulangan KLB
a. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) faktor-faktor yang
berkaitan dengan KLB.
b. Pengorganisasian Tim KLB
c. Pencatatan dan pelaporan
3) Sub Program Pengawasan Undang-Undang Bidang Kesehatan

28
a. Melaporkan adanya pelanggaran kepada PPNS (Penyidik
Pegawai Negeri Sipil)
Tindakan pelanggaran UU Kekarantinaan dapat
dikenai sanksi berupa peringatan, pencabutan surat,
pencabutan izin, denda hingga hukuman kurungan.
Tindakan pelanggaran UU diantaranya; nahkoda atau
kapten menurunkan atau menaikkan barang tanpa
persetujuan KKP, kapal berlayar tidak dilengkapi dokumen
kesehatan ( Buku Kesehatan, SSCC/SSCEC), Kapal
berlayar tanpa clearance KKP dari pelabuhan asal, kapal
memiliki dokumen kesehatan ganda.
b. Menfasilitasi PPNS melakukan Proses penyidikan
c. Pencatatan dan pelaporan .

3. Seksi Pengendalian risiko lingkungan (PRL)


Pengendalian risiko lingkungan bertujuan untuk membuat
wilayah pelabuhan (wilayah perimeter dan wilayah buffer) dan alat
angkut tidak menjadi sumber penularan ataupun habitat yang subur bagi
reservoir dan vektor pembawa penyakit menular (Permenkes, 2011).
1. Ruang Lingkup Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan
a. Pelabuhan
Ruang lingkung kerja KKP di pelabuhan meliputi area
perimeter, yaitu 2 km dengan garis lingkar terjauh dan area
buffer dengan 400 m setelah area perimeter.
b. Bandara
Ruang lingkup bandara meliputi area perimeter, yaitu 2
km lingkar terjauh dan area buffer dengan jarak 400 m setelah
area perimeter.

c. Perairan Pelabuhan dan Bandara


Ruang lingkup perairan pelabuhan dan bandara meliputi
seluruh sistem penyediaan air bersih mulai dari sumber sampai
penerima, seperti toilet, dapur, tangki kapal, dan pesawat.
d. Kapal
Ruang lingkup kapal meliputi seluruh bagian kapal yang
berpotensi mempunyai resiko penularan penyakit dan habitat

29
vektor penyakit (kantin, kamar mandi, penampungan air kapal,
kamar tidur awak kapal, kamar tidur penumpang, dll).
e. Pesawat
Ruang lingkup pesawat meliputi seluruh bagian kabin
dari pesawat tanpa terkecuali, termasuk sanitasi air dan makanan
di pesawat.
(Permenkes, 2011)
2. Kegiatan Operasional
a. Survey Nyamuk
Survey nyamuk adalah suatu kegiatan untuk menentukan
kepadatan nyamuk kepadatan nyamuk betina dewasa. Untuk
nyamuk Aedes aegypti, survei dilakukan dengan cara Resting
Collection, yaitu cara menangkap nyamuk dengan menggunakan
aspirator ketika nyamuk sedang beristirahat. Untuk menentukan
kepadatan nyamuk dewasa dapat digunakan dengan cara bitting
rate, yaitu jumlah Aedes aegepti betina yang tertangkap per orang
perjam.

b. Survey Jentik Nyamuk


Survey jentik nyamuk adalah kegiatan untuk mengetahui
jenis jentik maupun kepadatan jentik. Data hasil kegiatan survey
jentik untuk menentukan tindakan selanjutnya apakah perlu
dilakukan tindakan pengendalian atau tindakan lainnya.

c. Pemberantasan Jentik (Larvasidasi)


Larvasida adalah salah satu jenis pada golongan
insektisida yang berfungsi untuk membunuh larva/ jentik
nyamuk.

d. Fogging
Fogging adalaha salah satu kegiatan untuk
menanggulanggi penyakit dari vektor Nyamuk Aedes aegepti
yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD). Bertujuan untuk
memutus rantai penularan penyakit. Penyemprotan dilakukan
ditempat – tempat istirahat nyamuk seperti bagian- bagian bawah
rumah – rumah, tempat – tempat dibawah meja/ tempat tidur,
lemari dan disekitar tempat bersarangnya nyamuk.

30
e. Survei Lalat
Survei lalat adalah salah satu kegiatan yang bertujan
untuk mengetahui kepadatan lalat pada tempat yang berpotensial
seperti TPS, kontainer sampah. Survei lalat menggunakan alat fly
grill.Data hasil kepadatan lalat selanjutnya akan menentukan
apakah diperlukan tindakan pengendalian seperti disinseksi. Lalat
merupakan kelompok serangga yang berperan seagai vektor
penyakit terutama pada saluran pencernaan seperti kolera,
disentry, typhoid, infantile diare, keracunan makanan dan parasit
cacing).

f. Fumigasi
Fumigasi adalah kegiatan pengendalian hama seperti tikus,
serangga dengan cara melepaskan fumigan ( Metil Bromida)
kedalam ruangan kedap udara selama beberapa waktu sesuai
dengan dosis/ konsentrasi tertentu sehingga dapat mematikan
hama tersebut. Fumigasi pada kapal dilakukan apabila :
1) Hasil pemeriksaan ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan
tikus dan atas permintaan pihak kapal (nakhoda/pemilik).
2) Dilakukan apabila dalam pemeriksaan dijumpai adanya
tanda-tanda kehidupan tikus.
3) Kegunaannya adalah untuk melakukan hapus tikus/serangga
diatas kapal sebagai syarat untuk mendapatkan dokumen
kesehatan Internasional (Surat Keterangan Bebas
Pengawasan Sanitasi Kapal)
4) Bila fumigasi dilakukan, harus ditentukan fumigan yang
dipakai (HCN,CH3Br atau CO2).
(KKP Semarang, 2012).
g. Desinseksi
Disinseksi (disinsection) adalah “hapus serangga” yaitu
pemasmian serangga yang menjadi vektor penularan penyakit
dengan menggunakan bahan kimia. Insekta adalah inatang
arthropoda/ serangga erkaki enam atau lebih yang dapat menjadi
perantara penularan penyakit tertentu atau lazim disebut vektor.
Di bidang kesehatan, serangga yang sudah dikenal antara lain

31
berbagai spesies nyamuk, lalat,kecoa,pinjal, dan kutu. (Ditjen PP
dan PL, 2007)
h. Trapping dan Identifikasi Tikus
Trapping tikus merupakan penggunaan perangkap sebagai
teknik pengendalian tikus. Guna memenuhi ketentuan dalam
IHR, KKP Kelas II Semarang berusaha agar daerah pelabuhan
terbebas dari tikus, terutama permasalahan di bidang kesehatan
yang menjadi perhatian dunia seperti pes dan penyakit lain yang
disebabkan oleh bakteri, virus, spirochaeta, dan cacing (Ditjen
PP & PL, 2008).
Kegiatan ini dilakukan rutin oleh seksi PRL setiap 1 bulan
sekali oleh petugas KKP sendiri. Penempatan trapping tikus
dilakukan baik di area buffer dan perimeter. Selanjutnya,
dilakukan identifikasi spesies tikus yang telah ditangkap dan
dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya pinjal.
Semua jenis tikus komensal berjalan dengan telapak
kakinya. Tikus Rattus norvegius (Tikus Got) Berperilaku
menggali lubang di tanah dan hidup di lubang tersebut. Tikus
rumah tidak tinggal di tanah tetapi di semak-semak dan atau di
atap bangunan. Mencit selalu berada di dalam bangunan,
sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, eternit, kotak
penyimpanan atau laci. Tikus termasuk binatang nokturnal yang
aktif keluar pada malam hari untuk mencari makan. Tikus di
kenal sebagai binatang kosmopolitas yaitu menempati hampir di
semua habitat. (Permenkes, 2017).
Tikus mempunyai daya cium yang tajam sebelum
aktif/keluar sarang ia akan mencium-cium dengan menggerakkan
kepala ke kanan dan ke kiri. Mengeluarkan jejak bau selama
orientasi sekitar sarang sebelum meninggalkannya. Urin, sekresi
genital dan lemak tubuh memberikan jejak bau yang lanjutannya
akan dideteksi dan diikuti oleh tikus lainnya. Tikus sangat
sensitif terhadap suara yang mendadak. Tikus juga mendengar
dan mengirim suara ultra. Sementara itu, mata tikus khusus untuk
melihat pada alam hari. (Permenkes, 2017)

32
i. Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan
Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan bertujuan
untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit dan penularan
penyakit pada orang yang mengonsumsi, terutama masyarakat
pelabuhan, bandara, para penumpang, dan crew alat angkut.
Petugas KKP mengambil makanan dan spesimen TPM yang
terdiri dari sampel makanan, usap tangan, usap dubur dan usap
alat makanan, dan sampel air. Kemudian sampel tersebut dikirim
ke laboratorium (KKP Semarang, 2011).
j. Pemeriksaan dan Pengambilan Sampel Air
Pengawasan penyediaan air bersih adalah pengawasan
terhadap sarana penyediaan air bersih, kualitas air (fisik, kimia,
dan bakteriologis), dan tindak lanjut di pelabuhan maupun di
kapal. Ruang lingkup pengawasan meliputi sumber, reservoir,
pipa distribusi, hydran, gerobak air, perahu air/mobil air dan
didistribusikan ke kapal, mobil air lalu ke pesawat udara, tempat-
tempat umum lainnya. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di
lapangan atau laboratorium, dan hasilnya adalah sertifikat
kesehatan air yang diberikan kepada pihak pengelola (KKP
Semarang, 2012).
Untuk mengukur tingkat pencemaran di suatu tempat
digunakan parameter pencemaran. Parameter pencemaran
digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran
dan tingkat pencemaran yang telah terjadi. Parameter
pencemaran meliputi (Sumampow, 2015):

33
a. Fisik

Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau,


suhu, kekeruhan.

b. Kimia
Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar pH dan Sisa
Chlor.
c. Biologi
Parameter Biologi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
keberadaan Ec oli

k. Pemeriksaan Tempat- Tempat Umum


Pemeriksaan pada tempat – tempat umum diantaranya ada
pemeriksaan pencahayan dan kebisingan. Pengukuran kebisingan
dilakukan dengan menggunakan sound level meter. Prinsip kerja
alat ini adalah dengan mengukur tingkat tekanan bunyi.
Pengukuran ini dilakukan oleh petugas KKP sebagai upaya
mendeteksi gangguan kebisingan yang terjadi di sekitar area
terminal penumpang. Pada pemeriksaan pencahayaan dilakukan
dengan menggunakan lux meter. Prinsip kerja alat ini adalah
dengan mengukur tingkat pencahayaan. Pengukuran ini
dilakukan oleh petugas KKP sebagai upaya untuk mencegah
gangguan penglihatan pada penumpang/pekerja dalam
melakukan aktivitas.
l. Pemeriksaan Hygiene Sanitasi Kapal
Pemeriksaan hygiene sanitasi kapal merupakan salah satu
kegiatan pengamatan pada hygiene sanitasi kapal dengan
bantuan cek list. Pemeriksaan terdiri dari :
1. Pemeriksaan dapur
2. Pemeriksaan tempat penyimpanan makanan
3. Pemeriksaan Gedung
4. Pemeriksaan ruangan
5. Pemeriksaan air
6. Pemeriksaan limbah
7. Pemeriksaan tangka bailast
8. Pemeriksaan sampah
9. Pemeriksaan ruang mesin

34
10. Pemeriksaan fasilitas medis
11. Pemeriksaan area lain

4. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW)


Berdasarkan Permenkes no. 2348/Menkes/Per/XI/2011, Seksi Upaya
Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW) memiliki tugas melakukan
penyiapan bahan perencanaan, evaluasi, penyusunan laporan dan
koordinasi pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan kerja kesehatan matra,
kesehatan haji, perpindahan pendduk, penanggulangan bencana, vaksinasi
internasional, pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan
teknologi, serta pelatihan teknis bidang upaya kesehatan di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
A. Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan
a. Pemeriksaan Obat dan P3K Kapal
Kegiatan ini berupa pengawasan terhadap kelengkapan jenis, jumlah,
batas kadaluarsa persediaan obat atau alat kesehatan di kapal yang
masuk ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
b. Pengawasan Pengangkutan Orang Sakit dan Jenazah
Pengawasan terhadap pengangkutan orang sakit dan jenazah
dilakukan untuk mengantisipasi adanya potensi wabah yang dibawa
oleh orang sakit maupun jenazah.
B. Kesehatan Matra dan Lintas Wilayah
a. Pelayanan Vaksinasi dan Penerbitan Sertifikat Vaksinasi Internasional
(International Certificate of Vaccination/ ICV)
Vaksinasi penting dilakukan bagi seseorang yang akan bepergian ke
luar negeri sebagai upaya pencegahan penularan penyakit tertentu
sehingga mengurangi ancaman masuknya penyakit yang endemis dari
negara lain. Pelayanan vaksinasi dilakukan setiap hari Senin-Jumat
pada pukul 08.00-15.00 di Kantor Induk KKP Kelas II Semarang,
klinik, maupun rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan.
b. Kesehatan Matra
Kesehatan matra merupakan upaya kesehatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik lingkungan
darat, udara, maupun air. Pelayanan kesehatan matra dilakukan saat
arus mudik lebaran, natal dan tahun baru, musim haji, dan saat situasi

35
khusus yang dilakukan selama 24 jam terdiri atas pelayanan kesehatan
rawat jalan dan rujukan
c. Pelaksanaan Jejaring Kerja dan Kemitraan
Tujuan adanya pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan adalah untuk
menjaga koordinasi dengan berbagai pihak untuk menjaga kesehatan
negara dari ancaman penyakit yang mungkin masuk.
d. Penyusunan Laporan
Setiap kegiatan yang dilakukan kemudian dibuat laporan dimasukkan
ke program diantaranya SIMKESPEL (Sistem Informasi Kesehatan
Pelabuhan), SIPERKASA (Sistem Perbendaharaan Kantor Kesehatan
Pelabuhan Semarang), SIMPONI (Sistem Informasi PNBP Online)dan
lain sebagainya dengan tujuan agar data dapat terintegrasi,
mempermudah pelaporan ke pusat, dan sebagai bentuk akuntabilitas
setiap transaksi yang dilakukan.

C. Hasil Observasi

1. Kegiatan Seksi Pengendalian Kekarantinaan Dan Surveilans


Epidemiologi (PKSE)
a. Inspeksi Kekarantinaan Kedatangan dan Keberangkatan Kapal
(Boarding)
Inspeksi Kekarantinaan kapal merupakan kegiatan pengawasan
kedatangan dan keberangkatan kapal. Pengawasan dilakukan secara
langsung di kapal dengan memeriksa dokumen-dokumen kapal,
kualitas air bersih, kesehatan Kapten dan ABK, obat dan P3K, ruang
penyimpanan bahan makanan, dapur dan ruangan lain di dalam
kapal.
Dokumen kapal yang diperiksa meliputi :
1) Maritime Declaration of Health (MDH)
2) Health Book
3) ShipSanitation Control Certficate(SSCC)
4) ShipSanitationExemption Control Certficate(SSECC)
5) CrewList
6) VaccinationList
7) Medical Examination
8) Voyage Memo
9) Certificate of Medicines
Pemeriksaan sanitasi kualitas air dilakukan dengan uji secara
langsung dari suhu, warna, bau, kekeruhan, pH, sisa chlor dan TDS.

36
Sedangkan pemeriksaan obat dan P3K untuk mengetahui batas
waktu aman penggunaan obat, ketersediaan obat dan P3K.
Pemeriksaan Obat dan P3K juga akan mengunjungi ruang kesehatan
dalam kapal dan akan bertanya kepada dokter kapal mengenai
keadaan kesehatan ABK dan penumpang kapal. Dapur, ruang
penyimpanan bahan makanan dan ruangan lain didalam kapal
diperiksa untuk mengetahui keberadaan faktor risiko PHEIC.
Certificate Of Pratique (COP) akan diterbitkan setelah pemeriksaan
kapal selesai dilakukan. Setelah itu kapal dapat melakukan aktivitas
bongkar muatan barang atau menurunkan penumpang atau kapal
sudah diizinkan untuk berlabuh ke pelabuhan tujuan.

37
Tabel 2 2.Pelaksanaan Inspeksi Kapal
N Hari, Nama Kapal Pelabuhan Keterangan Keterangan
o Tangg Asal/ Dokumen Lain
al Pelabuahan
Tujuan

1. Rabu, MV. Kota Singapore/ a. MDH


b.Health Book
10 Juli Tampan Singapore
c. SSCC
2019 d.CrewList
e. VaccinationLis
t
f. Medical
Examination
g.Voyage Memo
h.Certificate of
Medicines

2. Mingg MV. Karimunja a. MDH Kapal


b. Health Book
u, 14 SilverDiscove wa/ memiliki 2
c. SSCC
Juli rer Cirebon d. CrewList dokumen
e. VaccinationLis
2019 SSCC
t
sehingga
f. Medical
dari KKP
Examination
g. Voyage Memo Kelas II
h. Certificate of
Tanjung
Medicines
Mas
Semarang
melakukan
pencabutan
salah satu
dokumen
SSCC
tersebut, hal
ini

38
dilakukan
karena
dalam satu
kapal tidak
diperbolehk
an memiliki
dokumen
ganda.

Jumlah kedatangan kapal ke Pelabuhan Tanjung Mas Semarang


baik yang berasal malakukan pelayaran internasional maupun
lineinterinsulair selama tanggal 1-22 Juli 2019 adalah 240 kapal.
Angka tersebut didapatkan dari data yang terdapat dalam Simkespel.

Tabel 2 3. Jumlah Kedatangan Kapal di Pelabuahan Tanjung Mas Berdasarkan Bendera Kapal
Pada 1 – 22 Juli 2019

No Bendera Kapal Jumlah Persentase(%)

1. BAHAMA 1 ,4

2. HONGKONG 6 2,5

3. INDONESIA 194 80,8

4. KIRIBATI 1 ,4

5. LIBERIA 11 4,6

6. MALTA 2 ,8

7. MARSHALL 4 1,7
ISLAND
8. PANAMA 15 6,3

9. SINGAPURA 3 1,3

10. TAIWAN 3 1,3

Total 240 100,0

39
b. Pencetakkan Dokumen Kapal
1) Penerbitan COP
Certificate Of Pratique (COP) diberikan kepada kapal luar
negeri yang telah selesai dilakukan Inspeksi kedatangan kapal
dan dinyatakan bebas dari faktor resiko PHEIC. Setelah
diterbitkannya COP kapal sudah diperbolehkan untuk bersandar
ke pelabuhan dan melakukan bongkar muat barang atau
penumpang. Berdasarkan data yang didapatkan selama periode 1
– 22 Juli 2019 di KKP Kelas II Semarang telah menterbitkan 24
lembar COP untuk kapal yang bersandar di Pelabuhan Tanjung
Mas Semarang.
2) Penerbitan PHQC
Port Health QuarantineClearancemerupakan surat izin
berlayar yang dikeluarkan oleh KKP. Surat ini diterbitkan
setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan kapal sebelum kapal
kembali berlayar ke pelabuhan tujuan. Pemeriksaan bertujuan
agar kapal terhindar dari faktor risiko penularan penyakit.
Berdasarkan data yang didapatkan selama tanggal 1 Juli –
22 Juli di KKP Kelas II Semarang telah menerbitkan 240 PHQC
untuk kapal dari dalam negeri maupun kapal dari luar negeri.

2. Kegiatan Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan


Berikut adalah kegiatan operasional pada seksi Pengendalian Risiko
Lingkungan yang kami ikuti :
1 Pemeriksaan Hygiene Sanitasi Kapal
1) Lokasi dan Waktu
Pemeriksaan hygiene kapal dilakukan di kapal MV Silver
Discoverer pada tanggal 14 Juli 2019, Kapal MV Kota
Tampan pada tanggal 10 Juli 2019. Kedua kapal ini sedang
bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
2) Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan ini berupa pemeriksaan sanitasi kapal dengan cara
pengamatan dengan bantuan cek list.
3) Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan inspeksi sanitasi kapal dapat dilihat pada
lampiran .
4) Pembahasan
a. Kapal Silver Discoverer

40
1. Dapur
 Yang sesuai standar :
- Pertukaran udara baik (asap dapur dibuang
melalui cerobong)
- Bersih (peralatan dapur tertata rapi dan tidak ada
sampah yang berserakan)
- Tidak ditemukan serangga
 Yang tidak sesuai standar
- Tidak ada
2. Ruang tempat penyimpanan
 Yang sesuai standar
- Bebas ditemukan serangga
- Bangunan bersifat permanen
 Yang tidak sesuai standar
- Tidak ada
3. Rumah Sakit
 Yang sesuai standar
- Obat – obatan tersedia lengkap dan tidak
kadaluwarsa
- Surat IMO (International Martitime Organization)
 Yang tidak sesuai standar
- Tidak ada

b. Kapal Kota Tampan


1. Dapur
 Yang sesuai standar
- Bersih dan peralatan dapur tertata rapi
- Tidak ditemukan serangga
 Yang tidak sesuai standar
- Tidak ada
2. Ruang tempat penyimpanan ( gandum, jus dan daging)
 Yang sesuai standar
- Barang – barang tertata rapi dan bersih
- Tidak ditemukan serangga
 Yang tidak sesuai standar
- Tidak ada
3. Rumah Sakit
 Obat – obatan yang tersedia sebanding dengan jumlah
ABK
 Obat – obatan lengkap dan tidak kadaluwarsa
 Surat IMO (International Maritime Organization) masih
berlaku
4. Pemeriksaan Air
 Yang sesuai standar
- Air layak dikonsumsi

41
- Sertfikat Kelayakan Air masih berlaku
 Yang tidak sesuai standar
- Tidak ada

```

2 Kegiatan Trapping Tikus dan Identifikasi Tikus


Kegiatan trapping tikus ini dilakukan secara rutin oleh bagian seksi
Pengendalian Risiko Lingkungam. Kegiatan trapping tikus dilakukan
setiap 40 hari oleh pertugas KKP. Kegiatan ini dilakukan secara rutin
karena pelabuhan merupakan pintu masuk dari semua penyakit yang
berasal dari daerah lain/ negara lain sehingga dibutuhkan kewaspadaan
diri dalam mencegah terjadinya penyebaran penyakit di wilayah
Kantor kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang.
1) Lokasi kegiatan
Kegiatan trapping tikus dilakukan di wilayah buffer Pelabuhan
Tanjung Emas dan Kelurahan Tanhung Emas. Untuk di daerah
pelabuhan Tanjung Emas, penangkapan tikus dilakukan
dipemukiman penduduk di Kelurahan RW 10 pada tanggal 16 Juli
2019.
2) Pemasangan Perangkap Tikus
 Alat dan Bahan
a) Perangkap tikus
b) Potongan kelapa yang telah dibakar sebelumnya digunakan
sebagai umpan
c) Kompor
d) Pisau
e) Wadah tempat potongan kelapa
 Cara kerja
a) Siapkan alat dan bahan
b) Potong – potong kelapa menjadi kecil seperti dadu
c) Bakar kelapa hingga beraroma khas
d) Pasang kelapa di dalam perangkap, pastikan kelapa bakar
menancap di kawat perangkap tikus agar tidak mudah
lepas.
e) Pasang perangkap – perangkap yang telah disiap si rumah
– rumah penduduk.
f) Keesokaannya, lihat dan cek apakah perangkap tikus yang
dipasang berisi tikus atau tidak ( 1 x 24 jam )

42
g) Bila ditemukan tikus, maka tikus di identifikasi dan
dihitung indeks pinjalnya.
3) Identifikasi Tikus dan Menghitung indeks pinjalnya
a) Alat dan bahan
b) Kantong plastic besar
c) Chloroform
d) Sisir
e) Timbangan
f) Masker
g) Penggaris
h) Kapas
i) Alat tulis
j) Kapas
k) For identifikasi
l) Baskom

4) Cara Kerja
a) Persiapkan alat dan bahan
b) Tikus yang telah ditangkap dimasukkan dalam kantong
plastik besar bersama perangkapnya
c) Basahi kapas dengan Chloroform dan masukkan ke dalam
kantong plastik
d) Ikat kuat – kuat plastik dengan tali
e) Tunggu kurang lebih 30 menit untuk ematikan tikus benar
– benar mati
f) Ambil tikus yang telah mati untuk diidentifikasi
5) Identifikasi
a) Keluarkan tikus dari dalam plastik
b) Lakukan penyisiran tikus dengan menggunakan sisir / sikat
dari arah ekor ke kepala untuk menemukan pinjal tikus
c) Identifikasi tikus, meliputi menimbang tikus, mengukur
panjang tubuh tikus, ekor tikus, telingga tikus dan kaki
tikus
d) Hitung ada atau tidaknya mamae pada tikus, jika ada
hitung jumlah mamae pada tikus tersebut.
6) Hasil penangkapan tikus dan pinjal

Tabel 4.26 Hasil Identifikasi Tikus yang di daerah Buffer


yaitu Keluarahan Tanjung Emas RW 10 pada tanggal 17
Juli 2019

Tabel 2 4.Hasil Trapping Tikus Bulan Juli 2019

43
NO SPESIES SEKS UKURAN DALAM MM MAMAE BERAT WARNA BADAN JUMLAH
(gr) PINJAL
TL TAIL HF EAR ATAS BAWAH

1. Rattus M 288 131 38 20 90 Cokelat Cokelat 0


tanezumi kelabu kelabu
2. Rattus M 304 146 31 18 110 Cokelat Cokelat 2
tanezumi kelabu kelabu
3. Rattus F 255 135 38 15 2 30 Cokelat Cokelat 1
tanezumi kelabu kelabu
4. Rattus M 290 135 35 20 80 Cokelat Cokelat -
tanezumi kelabu kelabu
5. Rattus F 230 120 37 10 6 30 Cokelat Cokelat -
tanezumi kelabu kelabu
6. Rattus F 251 134 35 15 8 50 Cokelat Cokelat 1
tanezumi kelabu kelabu
7. Rattus F 355 174 33 22 10 145 Cokelat Cokelat 0
kelabu kelabu
tanezumi
8. Rattus F 384 193 37 17 10 200 Cokelat Cokelat 2
tanezumi hitam kelabu
kelabu
9. Rattus F 275 140 30 18 4 90 Cokelat Cokelat 1
tanezumi hitam hitam
kelabu kelabu
10. Bandicota M 392 178 49 19 - 250 hitam hitam 1
bengalensi
s
11. Rattus F 355 180 30 22 18 160 Cokwlat Cokelat 0
tanezumi kelabu hitam
kelabu
12 Bandicota M 464 210 45 11 - 480 hitam hitam 0
bengalensi 44

s
13. Rattus M 300 130 40 20 - 110 Cokelat Cokelat 1
Indeks pinjal untuk daerah Buffer RW X Tanjung Emas Semarang

= 0,64

7) Pembahasan

Pada kegiatan trapping tikus menggunakan kelapa bakar


sebagai umpan. Kelapa bakar dapat menghasilkan aroma yang
dapat menarik perhatian tikus serta memumdahkan untuk
menangkap tikus.

Hasil rata – rata indeks pinjal (IP) pada bufferarea di


Keluarahan Tanjung Emas RW X Kelurahan Tanjung Emas adalah
0,64. Berdasarkan nilai ambang batas IP yang ditetapkan untuk
buffer area adalah ≤ 2 sehingga secara epidemiologi belum
berisiko terhadap penularan penyakit yang dibawa oleh pinjal
tikus. Walaupun demikian untuk menekan hasil IP (Indeks Pinjal)
yang tinggi pada wilayah kerja dan wilayah buffer , sebaiknya
kegiatan survei pinjal dan trapping hendaknya terus dilakukan
secara rutin.

c. Survei Kepadatan Lalat


1) Lokasi dan Waktu
Kegiatan Survei Kepadatan Lalat dilaksanakan pada tanggal 23 Juli
2019 yang berlokasi di Tempat Pembuangan Sampah (bagian utara
dan selatan tempat sampah) Terminal Penumpang Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang pada pukul 11.17 WIB.
2) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Survei Kepadatan Lalat dihitung dengan cara melakukan
pengamatan selama 30 detik pertama kemudian dicatat hasilnya

45
pada lembar observasi yang telah disiapkan selanjutnya dilakukan
pengulangan selama 10 kali pada setiap setiap pengamatan. Dari 10
kali pengamatan diambil 5 nilai tertinggi yang kemudian dirata-
rata. Hasil rata-rata merupakan angka keadatan lalat dengan satuan
ekor per block grill.

3) Hasil Kegiatan
Hasil yang didapatkan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2 5. Jumlah Lalat Hinggap di Fly Grill


Jumlah lalat yang hinggap padafly grill(per Jumlah
Rata-
Lokasi 30 detik) lalat 5 Keterangan
rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tertinggi
Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 rendah
tempat
sampah
Selatan 3 4 0 2 2 0 0 1 0 1 12 2 rendah
tempat
sampah
1) Jumlah lalat tertinggi
a) Utara tempat sampah
Jumlah lalat: 0
b) Selatan Tempat Sampah
Jumlah lalat: 3+4+2+2+1 = 12
2) Rata-rata
Penghitungan rata-rata digunakan untuk menentukan kategori kepadatan
lalat di tempat pembuangan sampah tersebut.
a) Utara tempat sampah

Rata-rata: = =0
b) Selatan tempat sampah

Rata-rata: = = 2,4 2
Hasil penghitungan rata-rata kemudian dibandingkan dengan kategori
kepadatan populasi lalat yaitu sebagai berikut:
a) 0-2 : Rendah
b) 3-5 : Sedang
c) 6-20 : Tinggi
d) >21 : Sangat tinggi

46
Berdasarkan pengukuran kepadatan lalat yang telah kami lakukan
dengan menggunakanfly grill dan dilakukan perbandingan, maka dapat
dianalisa bahwa lalat yang berada di utara tempat sampah
mendapatkan nilai rata-rata dari hasil 5 pengukuran yang tertinggi
yaitu 0 ekor lalat, kategori ini masuk ke dalam kategori
rendah.Kemudian lalat yang berada di selatan tempat sampah
mendapatkan nilai rata-rata dari hasil 5 pengukuran yang tertinggi
yaitu 2 ekor lalat, kategori ini masuk ke dalam kategori rendah.
c. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
1. Tempat Pengelolaan Pangan
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan. Kegiatan inspeksi kesehatan
lingkungan pada tempat pengelolaan pangan meliputi pendataan
tempat pengelolaan makanan, pemeriksaan berkala, memberi saran
perbaikan, melakukan kunjungan kembali, memberi peringatan dan
rekomendasi pada pihak terkait serta laporan hasil pengawasan.
Kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan pada tempat
pengelolaan pangan merupakan kegiatan yang penting karena
makanan selain sebagai sumber energi untuk aktivitas sehari-hari
juga merupakan sumber potensial penularan penyakit.
Indonesia menetapkan peraturan untuk melindungi
konsumen dari makanan dan minuman yang dikelola usaha
jasaboga sebagai upaya pemeliharaan kesehatan. Peraturan yang
dimaksud adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 715/MENKES/SK/V/2003 tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Jasaboga. Berdasarkan luas jangkauan pelayanan
dan kemungkinan besarnya risiko yang dilayani, jasaboga
dikelompokkan dalam golongan A, golongan B, dan golongan C.
Untuk kegiatan jasaboga di pelabuhan Tanjung Emas termasuk
dalam golongan C, karena jasaboga yang tersedia melayani
kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional. Sanitasi
jasaboga atau inspeksi kesehatan lingkungan pada tempat

47
pengelolaan pangan di pelabuhan Tanjung Emas dilakukan secara
rutin setiap satu bulan sekali sebagai sebagai upaya untuk
mencegah makanan bebas dari segala bahaya yang dapat
mengganggu kesehatan, mulai dari pemilihan bahan makanan,
pengelolaan makanan, penyimpanan makanan, pengangkutan dan
penyajian makanan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
a) Lokasi dan Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Juli 2019 pukul
09.00 WIB sampai selesai yang berlokasi di terminal
penumpang pelabuhan Tanjung Emas.
b) Hasil Kegiatan
1Petugas melakukan koordinasi dengan PT Pelindo III dan
pemilik tempat pengelolaan pangan
2Petugas melaukkan inspeksi kesehatan lingkungan TPP
dengan cara mengisi formulir inspeksi kesehatan
lingkungan.
3Melakukan skoring semua variabel yang ada di formulir
inspeksi kesehatan lingkungan
4Jumlah TPP yang di inspeksi kesehatan lingkungan bulan
ini sebanyak 6 TPP dengan hasil:
Tabel 2 6. Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan TPP
Hygiene Sanitasi
Hasil Inspeksi Kesehatan
No Nama TPP Alamat TPP Hasil
Kategori Lingkungan
Scoring
1 Warung KANTIN TP 773 Baik a) Dapur
Kondisi dapur kurang
makan Bu NO 55
memenuhi syarat. Karena
Sarno dapur belum bersih.
a) Ruang makan
Tidak tersedianya sabun cuci
tangan di wastafel.
b) Tempat penyajian makanan
Komponen yang dinilai kurang
memenuhi syarat. Karena rak
makanan matang jarang
tertutup sehingga dihinggapi
lalat.
c) Gudang penyimpanan bahan
makanan
Kondisi gudang penyimpanan

48
bahan makanan sudah
memenuhi syarat.
d) Peralatan
Kondisi peralatan sudah
memenuhi syarat.
e) Air bersih
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
f) Pengelolaan sampah
Kondisi pengelolaan sampah
masih kurang memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan
masih ditemukan masalah
yaitu di beberapa area dapur
seperti di area masak masih
terdapat tempat sampah yang
terbuka.
g) Karyawan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
h) Makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.

2 Warung KANTIN TP 750,5 Baik a) Dapur


Kondisi dapur belum
makan Lek NO 29
memenuhi syarat. Karena
Di dapur belum bersih seperti
lantai terlihat kotor dan lawa-
lawa jarang dibersihkan.
b) Ruang makan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
a) Tempat penyajian makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
c) Gudang penyimpanan bahan
makanan
Kondisi gudang penyimpanan
bahan makanan sudah
memenuhi syarat.
d) Peralatan
Kondisi peralatan sudah
memenuhi syarat.
e) Air bersih
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.

49
f) Pengelolaan sampah
Kondisi pengelolaan sampah
masih kurang memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan
masih ditemukan masalah
yaitu di beberapa area dapur
seperti di area masak masih
terdapat tempat sampah yang
terbuka.
g) Karyawan
Komponen yang dinilai belum
memenuhi syarat. Karena
karyawan belum
menggunakan APD yang
sesuai saat mengolah makanan
h) Makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
3 Warung KANTIN TP 759 Baik a) Dapur
Kondisi dapur belum
makan NO 25
memenuhi syarat. Karena
Goyang 25 dapur belum bersih karena
lantai terlihat kotor dan lawa-
lawa jarang dibersihkan.
b) Ruang makan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
c) Tempat penyajian makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
d) Gudang penyimpanan bahan
makanan
Kondisi gudang penyimpanan
bahan makanan kurang
memenuhi syarat. Karena
penyimpanan bumbu dan
bahan mentah belum
terlindungi dari serangga
(terbuka).
e) Peralatan
Kondisi peralatan sudah
memenuhi syarat.
f) Air bersih
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
g) Pengelolaan sampah
Kondisi pengelolaan sampah

50
masih kurang memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan
masih ditemukan masalah
yaitu di beberapa area dapur
seperti di area masak masih
terdapat tempat sampah yang
terbuka.
h) Karyawan
Komponen yang dinilai belum
memenuhi syarat. Karena
karyawan belum
menggunakan APD yang
sesuai saat mengolah makanan
i) Makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
4 Warung KANTIN TP 782 Baik a) Dapur
Kondisi dapur sudah
makan Ibu NO
memenuhi syarat.
Lestari b) Ruang makan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
c) Tempat penyajian makanan
Komponen yang dinilai
kurang memenuhi syarat.
Karena etalase penyajian
makanan masih terbuka
sehingga diperlukan kain
gorden untuk mencegah lalat
masuk
d) Gudang penyimpanan bahan
makanan
Kondisi gudang penyimpanan
bahan makanan kurang
memenuhi syarat. Karena
penyimpanan bumbu dan
bahan mentah belum
terlindungi dari serangga
(terbuka).
e) Peralatan
Kondisi peralatan sudah
memenuhi syarat.
f) Air bersih
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
g) Pengelolaan sampah

51
Kondisi pengelolaan sampah
masih kurang memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan
masih ditemukan masalah
yaitu di beberapa area dapur
seperti di area masak masih
terdapat tempat sampah yang
terbuka.
h) Karyawan
Komponen yang dinilai
belum memenuhi syarat.
Karena karyawan belum
menggunakan APD yang
sesuai saat mengolah
makanan
i) Makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
5 Warung KANTIN TP 835 Baik a) Dapur
Kondisi dapur belum
makan NO
memenuhi syarat. Karena
Mbak Vitri terdapat tumpukan baju yang
menjadi faktor risiko kecoa
dan lawa-lawa jarang
dibersihkan.
b) Ruang makan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
c) Tempat penyajian makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
d) Gudang penyimpanan bahan
makanan
Kondisi gudang penyimpanan
bahan makanan kurang
memenuhi syarat. Karena
penyimpanan bumbu dan
bahan mentah belum
terlindungi dari serangga
(terbuka).
e) Peralatan
Kondisi peralatan sudah
memenuhi syarat.
f) Air bersih
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.

52
g) Pengelolaan sampah
Kondisi pengelolaan sampah
masih kurang memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan
masih ditemukan masalah
yaitu di beberapa area dapur
seperti di area masak masih
terdapat tempat sampah yang
terbuka.
h) Karyawan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
i) Makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
6 Warung KANTIN TP 793 Baik a) Dapur
Kondisi dapur belum
makan Bu NO
memenuhi syarat. Karena
Karti dapur belum bersih seperti
lantai terlihat kotor dan lawa-
lawa jarang dibersihkan.
b) Ruang makan
Komponen yang dinilai
belum memenuhi syarat.
Karena meubillair kursi rusak
dan perlu diperbaiki
c) Tempat penyajian makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
d) Gudang penyimpanan bahan
makanan
Kondisi gudang penyimpanan
bahan makanan sudah
memenuhi syarat.
e) Peralatan
Kondisi peralatan sudah
memenuhi syarat.
f) Air bersih
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
g) Pengelolaan sampah
Kondisi pengelolaan sampah
masih kurang memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan
masih ditemukan masalah
yaitu di beberapa area dapur
seperti di area masak masih

53
terdapat tempat sampah yang
terbuka.
h) Karyawan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.
i) Makanan
Komponen yang dinilai sudah
memenuhi syarat.

2. Inspeksi Kualitas Sampel Air


Kegiatan Inspeksi Kualitas Sampel Air merupakan kegiatan
pengawasan kualitas air dipelabuhan yang dilakukan setiap satu bulan
sekali. Kegiatan ini dilakukan dengan menguji kualitas kandungan air
dari segi fisika, kimia dan mikrobiologi yang digunakan untuk
keperluan higiene sanitasi. Air untuk keperluan higiene sanitasi
merupakan air dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan kualitas air
minum. (Permenkes no 32 Tahun 2017)
Inspeksi ini dilakukan untuk Pengujian kandungan air ada yang
dilakukan langsung di Tempat pengambilan air dan ada yang dilakukan
pengujian Laboratorium di Laboratorium. Pengambilan sampel air
bersih di area Perimeter Pelabuhan Tanjung Emas dilakukan di 4 titik
yang meliputi :
a. Lokasi 1
Tempat : Outlet PDAM PT.Pelindo
Hari,tanggal : Selasa, 16 Juli 2019
Waktu : 09.30
Sumber air : PAM
b. Lokasi 2
Tempat : TPSK (kran air)
Hari,tanggal : Selasa, 16 Juli 2019
Waktu : 09.55
Sumber air : PAM
c. Lokasi 3
Tempat : Terminal Penumpang
Hari,tanggal : Selasa, 16 Juli 2019
Waktu : 10.15
Sumber air : PAM
d. Lokasi 4
Tempat : PT. Sri Boga (Tempat Wudhu)
Hari,tanggal : Selasa, 16 Juli 2019

54
Waktu : 10.40
Sumber air : PAM

Pemeriksaan kualitas air langsung dilakukan untuk mengetahui


parameter fisika dan kimia terbatas dari sampel air yang diambil.
Sedangkan untuk pemeriksaan mikrobakteriologis dilakukan di Balai
Laboratoriun Kesehatan dan PAK. Sebelum melakukan pengambilan
sampel air dilakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk melakukan pengujian dilapangan. Alat dan bahan yang
diperlukan meliputi :
Alat
 Botol sample
 Bunsen
 Korek api
 Cool box
 Water Test Kit
 Jirigen
 Label
 ATK
 Formulir Pelaporan
 Masker dan sarung tangan latek

Bahan

 Alkohol
 Reagen Cl2-1
Pengambilan sampel air dilakukan dengan pengambilan air secara
aseptis untuk pengambil air yang akan dilakukan pengujian
mikrobiologi. Hasil kegiatan pengujian kualitas sampel air
dilapangan meliputi :

55
Tabel 2 7. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia Terbatas Terhadap Sampel Air yang Berada di Area Perimeter Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang pada Juli 2019

Tanggal Lokasi Parameter


Pengambilan
Sampel Fisika Kimia

Warna Rasa Bau Suhu Kekeruhan TDS pH Sisa


(0C) (Mg/ Chlor
L) (Mg/L)

Selasa, 16 Outlet PDAM Tidak Tidak tidak 28,3 Jernih 170 6 0,1
Juli 2019 PT. Pelindo

TPSK (kran Tidak Tidak tidak 32,7 Jernih 171 6 0,1


air )

Terminal Tidak Tidak tidak 28,1 Jernih 170 6 0,1


Penumpang

PT.Sri Boga Tidak Tidak tidak 29,1 Jernih 178 7 0,1

Pengujian yang telah dilakukan terhadap empat sampel air di area perimeter Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
menunjukkan hasil yang baik dari parameter fisika yang telah dilakukan. Semua sampel tidak menunjukan keadaan yang
berbau,berwarna dan berasa. Berdasarkan data dari tabel jika dibandingkan dengan Permenkes No 32 Tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,

56
Solus Per Aqua dan Pemandian Umum sebagian parameter baku
mutu air untuk keperluan higiene sanitasi telah terpenuhi. Namun
masih ada 3 titik sampel air yang memiliki ph dibawah baku mutu
air. Dimana baku mutu ph untuk keperluan higiene sanitasi adalah
6,5-8,5 sedangkan nilai hasil pengujian ph yaitu 6. Nilai pengujian
tersebut masih berada dibawah baku mutu air.
3. Inspeksi Sanitasi Gedung/Bangunan, Lingkungan dan Tempat
Tempat Umum
Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung pasal
3, menyatakan bahwa mewujudkan bangunan gedung yang fungsional
dan sesuai dengan tata bangunan gedung serasi dan selaras dengan
lingkungan, harus menjadi keandalan bangunan gedung dari segi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Bangunan
pelabuhan merupakan fasilitas yang harus dipelihara kebersihannya
untuk mencegah keluar masuknya berbagai macam penyakit, maka
dari itu diperlukan kegiatan pengawasan sanitasi gedung/bangunan,
lingkungan dan tempat-tempat umum di pelabuhan. Upaya ini
merupakan salah satu tugas dan fungsi dari kantor kesehatan pelabuhan
sebagaimana yang diamanatkan dalam Permenkes No.
2348/MENKES/PER/XI/2011. Dalam melakukan inspeksi ini, petugas
KKP Kelas II Semarang menggunakan instrumen berupa form
penilaian Hygiene Sanitasi Bangunan.
Menurut SOP Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan di
Pintu masuk Negara oleh Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, tata cara pengawasan
hygiene sanitasi gedung/bangunan, Industri, Perkantoran dan Tempat-
tempat Umum adalah sebagai berikut:
a. Pemberitahuan ke pimpinan instansi gedung/bangunan, industri,
perkantoran dan tempat-tempat umum.
b. Petugas melakukan kunjungan ke lokasi pengawasan disertai
surat tugas
c. Pemeriksaan/ inspeksi sanitasi gedung/bangunan, industri,
perkantoran dan tempat-tempat umum
d. Pengukuran kualitas lingkungan dan sampling

57
e. Parameter yang diukur meliputi: air bersih, kebersihan, udara
ruangan (suhu, debu, pertukaran udara, gas pencemar), limbah,
kebisingan di ruangan, vektor penyakit, ruang dan bangunan,
toilet dan istalasi.
f. Standar parameter yang diukur mengacu pada Kepmenkes RI No.
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Pesyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
g. Tata cara pengukuran dan sampling, lihat petunjuk ada alat yang
digunakan dan parameter yang akan diukur.
h. Analisis hasil pemeriksaan dan pengukuran kualitas
lingkungan/sampling
i. Rekomendasi hasil pemeiksaan dan pengukuran kualitas
lingkungan
Pelaksanaan Kegiatan
1. Lokasi dan Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2019 yang berlokasi di
ruang tunggu penumpang lantai 2, Terminal Penumpang Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang pada pukul 10.30 WIB.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Inspeksi Sanitasi Gedung/Bangunan, Lingkungan dan
Tempat Tempat Umum yang kami lakukan yaitu secara observasional
dan pengukuran,menggunakan variabel sebagai berikut:
a) Pemeriksaan Fisik Lingkungan luar
Pemeriksaan fisik lingkungan luar dilakukan secara observasional
dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap keadaan
lingkungan diluar gedung/bangunan dan lingkungan di ruang
tunggu penumpang Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung
Emas. Komponen yang diamati yaitu kebersihan, kerapihan,
kebisingan, dan genangan air.
b) Pemeriksaan Fisik Ruang Bangunan
Pemeriksaan fisik ruang bangunan dilakukan secara observasional
dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap keadaan
gedung/bangunan dan lingkungan di ruang tunggu penumpang
Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Emas. Komponen yang
diamati yaitu kekuatan, kebersihan, dan keterpeliharaan bangunan;
keadaan lantai; keadaan dinding; keadaan langit-langit; dan lubang
ventilasi.

58
c) Pemeriksaan Fisik Instalasi
Pemeriksaan fisik instalasi dilakukan secara observasional dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap instalasi yang
berada di ruang tunggu penumpang Terminal Penumpang
Pelabuhan Tanjung Emas. Komponen yang diamati yaitu instalasi
yang terdapat di dalam ruangan (listrik, pemadam kebakaran, air
bersih, air kotor, air limbah) dapat menjamin keamanan ruangan
dan ada tidaknya penangkal petir bagi bangunan dengan tinggi >10
meter.
d) Pemeriksaan Fisik Jamban dan Kamar Mandi
Pemeriksaan fisik jamban dan kamar mandi dilakukan secara
observasional dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap keadaan kamar mandi di ruang tunggu penumpang
Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Emas. Komponen yang
diamati yaitu kebersihan, kamar mandi terpisah antara pria dan
wanita, keadaan lantai (tidak licin dan kedap air), dan ketersediaan
air bersih di kamar mandi
e) Penyehatan air (air bersih)
Penyehatan air yang diamati yaitu meliputi ketersediaan dan
kecukupan air bersih dengan kapasitas 40 liter/ orang/ hari, kualitas
air memenuhi persyaratan fisik (tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau), dilakukannya distribusi air menggunakan sistim
perpipaan.
f) Penyehatan udara ruang (suhu udara)
Penyehatan udara ruang seharusnya terdiri dari 3 komponen yaitu
suhu, kelembaban, dan kadar debu total. Namun pengukuran yang
kami lakukan saat magang hanya pemeriksaan suhu menggunakan
termometer ruang yang tersedia. Suhu udara yang ditentukan
berkisar antara 18-26 C bagi ruangan ber AC dan suhu terasa
nyaman pada ruangan tanpa AC.
g) Pengelolaan sampah dan limbah cair
Pengelolaan sampah dan limbah cair dilakukan secara
observasional dengan melakukan pengamatan secara langsung
mengenai kondisi sampah yang dikumpulkan di tempat yang telah
tersedia dan pengolahan limbah cair pada IPAL.
h) Pencahayaan

59
Pengukuran Pencahayaan menggunakan alat bernama lux meter
yang diukur di tiga titik berbeda pada satu ruangan yaitu pada
sayap kiri, sayap tengah dan sayap kanan ruangan. Hasil dari
pengukuran pencahayaan yaitu intensitas cahaya minimal 100 lux
dan pencahayaan tidak menimbulkan bayangan.
i) Kebisingan Ruang
Pengukuran kebisingan menggunakan alat bernama sound level
meteryang diukur di tiga titik berbeda pada satu ruangan yaitu pada
sayap kiri, sayap tengah dan sayap kanan ruangan. Hasil dari
pengukuran kebisingan yaitu tingkat kebisingan maksimal 85 dBA.
a. Hasil Kegiatan

Tabel 2 8. Hasil Pengamatan Sanitasi Gedung Bangunan (TTU)


No Komponen Hasil Keterangan
1. Lingkungan luar/ halaman - Memenuhi persyaratan
2. Ruang bangunan - Memenuhi persyaratan
3. Instalasi - Memenuhi persyaratan
4. Jamban dan kamar mandi - Memenuhi persyaratan
5. Penyehatan air (air bersih) - Memenuhi persyaratan
6. Penyehatan udara ruang 28°C Tidak memenuhi
(suhu udara) persyaratan
7. Pengelolaan sampah dan - Memenuhi persyaratan
limbah cair
8. Pencahayaan 138,5 lux Memenuhi persyaratam
9. Kebisingan 63,48 dBA Memenuhi persyaratan

Berdasarkan hasil Inspeksi Sanitasi Gedung/Bangunan, Lingkungan dan


Tempat Tempat Umum di ruang tunggu penumpang lantai 2, Terminal
Penumpang Pelabuhan Tanjung Emas yang telah dilakukan baik secara
observasional dan pengukuran didapatkan bahwa sebagian besar ruang
tunggu penumpang di Terminal Penumpang sudah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan. Namun terdapat satu masalah yang ditemukan yaitu terkait
suhu yang masih belum sesuai sebesar 28°C berdasarkan pengukuran

60
termometer ruangan (persyaratan 18-26°C), namun hal ini bukan menjadi
permsalahan yang besar karena suhu ruangan masih terasa nyaman.
Beberapa parameter lainnya setelah dilakukan observasi dan pengukuran
masih memenuhi persyaratan dan tidak ditemukan masalah diantaranya
pemeriksaan Lingkungan luar/ halaman, pemeriksaan fisik ruang bangunan,
instalasi, jamban dan kamar mandi, penyehatan air, pengelolaan sampah dan
limbah cair, pencahayaan, dan kebisingan. Observasi dan pengukuran ini
dilakukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan pelabuhan yang sehat
dengan dilakukan pengawasan terhadap berbagai parameter.

3. Kegiatan Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW)


a. Pelayanan Vaksin dan penerbitan ICV
Pelayanan vaksinasi dilakukan dalam rangka meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila terpajan
oleh suatu penyakit maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan dan tidak menjadi sumber penularan. Apabila seseorang akan
melakukan perjalana internasional ke negara endemis penyakit tertentu
maka wajib diberikan vaksinasi tertentu sesuai yang telah ditetapkan.
Setelah memenuhi syarat vaksinasi dan telah dilakukan vaksinasi, maka
akan mendapatkan Sertifikat Vaksinasi Internasional (International
Certificate of Vaccination/ ICV).
Pelaksanaan vaksinasi dapat dilakukan di Klinik Kantor Kesehatan
Pelabuhan, Klinik atau Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan yaitu:
1) Memiliki tenaga kesehatan pelaksana vaksinasi.
2) Memiliki fasilitas cold chain sesuai dengan standar.
3) Memiliki izin operasional fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
4) Memiliki sarana dan prasarana sistem manajemen teknologi informasi
yang terhubung secara online.
Prosedur pelayanan vaksin dan penerbitan Sertifikat Vaksinasi Internasional
(International Certificate of Vaccination/ ICV)di KKP Kelas II Semarang
yaitu:
1) Pemohon vaksinasi melakukan pendaftaran secara online melalui stus
web sistem informasi manajemen kesehatan pelabuhan (Simpelkes)
dengan cara:
a) Membuka situs web www.kespel.kemkes.go.id
b) Klik menu layanan

61
c) Pilih submenu Registrasi Vaksinasi Internasional
d) Lakukan pengisian formulir pendaftaran, kemudian klik tombol
kirim
e) Pemohon akan mendapatkan tanda terima dan file formuli
pendaftaran dari Kemenkes Simkespel
f) Formulir pendaftaran yang diterima melalui email kemudian diprit
dan dibawa ke Kantor Kesehatan Pelabuhan pada tanggal
pelayanan yang dipilih
g) Melanjutkan proses selanjutnya denganmendatangi klinik KKP,
klinik, atau rumah sakit yang dipilih untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan dan pemberian vaksinasi
2) Pemohon mengisi formulir permohonan vaksin yaitu warna hijau untuk
meningitis meningococcus (MM), warna kuning untuk typhoid dan
warna merah untuk influenza sesuai dengan data yang ada pada pasor
dan KTP.
3) Pemohon mengambil nomor antrean dan menunggu untuk pembuatan
billing.
4) Apabila nomor antrean telah dipanggil, pemohon masuk ke pelayanan
ruang klinik.
5) Bagi wanita usia subur juga dilakukan PP Test atau Tes Kehamilan
terlebih dahulu untuk mengetahui ada tidaknya kontra indikasi. Tes
kehamilan dilakukan dengan cara:
a) Pemohon buang air kecil dan menampung urine pada gelas hingga
terisi 1/3 gelas.
b) Mencelupkan alat test kehamilan pada urine selama + 30 detik dan
menunggu selama 2 menit hingga terlihat garis merah (apabila ada
garis sebanyak 1 maka artinya negatif, apabila garis sebanyak 2
maka artinya positif)
c) Apabila hasil PP Test negatif , maka dapat lanjut ke tahap
selanjutnya
6) Petugas/ dokter menanyakan kondisi pemohon sesuai dengan formulir
permohonan vaksin, menyiapkan jarum suntuk dan vaksin lalu
dilakukan vaksinasi.
7) Setelah dilakukan vaksinasi, pemohon membayar biaya vaksin di loket
pembayaran yang telah disediakan.

62
8) Pemohon menandatangani di buku Sertifikat Vaksinasi Internasional
(International Certificate of Vaccination/ ICV) langsung di hadapan
petugas
9) Buku Sertifikat Vaksinasi Internasional (International Certificate of
Vaccination/ ICV) diserahkan kepada pemohon setelah ditandatangani
oleh petugas KKP dan diberi stempel dinas KKP berlogo garuda,
setelah pemohon menunjukkan bukti pelunasan pembayaran biaya
sesuai yang telah ditentukan.
10) Pelayanan vaksin kemudian dimasukkan ke program Simkespel dengan
tujuan agar data selalu terbaharui dan sebagai bukti adanya penerbitan
buku Sertifikat Vaksinasi Internasional (International Certificate
Vaccination/ ICV).
Pendaftaran pelayanan vaksinasi dan penerbitan buku Sertifikat Vaksinasi
Internasional (International Certificate of Vaccination/ ICV) dilaksanakan
setiap hari Senin-Jumat pada pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB.
Pelayanan vaksinasi yang dilakukan saat kami melaksanakan kegiatan
magang yaitu sebagai berikut:

Gambar 2 7.Jumlah Pengunjung Vaksinasi Periode 1-22 Juli 2019


Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada tanggal 1-22 Juli
2019, jumlah pengunjung yang melakukan vaksinasi sebanyak 590

63
pengunjung dengan jumlah terbanyak terjadi pada tanggal 15 Juli 2019
sebanyak 138 pasien.
b. Pengawasan Obat dan P3K di Kapal
Pengawasan obat dan P3K di Kapalbertujuan untuk pengawasan terhadap
kelengkapan jenis, jumlah, batas kadaluwarsa persediaan obat atau alat
kesehatan di kapal yang berada di Pelabuhan Tanjung Emas yang
selanjutnya akan diterbitkan Masa berlaku sertifikat obat dan P3K yang
diterbitkan di Indonesia yaitu selama enam bulan, namun apabila diterbitkan
di luar negeri memiliki masa berlaku satu tahun. Saat magang, kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 1-22 Juli 2019 di Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang yang diadakan oleh Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah
KKP Kelas II Semarang dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

Gambar 2 8. Jumlah Kapal Sertifikat Obat dan P3K Pada 1-22 Juli 2019
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada tanggal 1-22 Juli
2019, jumlah kapal yang melakukan pembuatan sertifikat obat dan P3K
sebanyak 12 kapal dengan jumlah terbanyak terjadi pada tanggal 5 Juli 2019
sebanyak 3 kapal.

64
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH, PEMBAHASAN DAN SOLUSI

A. Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pada Tempat - Tempat Umum


Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pada Tempat – Tempat Umum adalah
serangkaian kegiatan pengawasan tempat umum yang memiliki potensi
tempat terjadinya gangguan kesehatan supaya tercipta kondisi tempat –tempat
umum yang memenuhi syarat kesehatan. Pemeriksaan pada tempat – tempat
umum diantaranya :
1. Lingkungan luar halaman
2. Ruang bangunan
3. Penyehatan air
4. Penyehatan udara ruang
5. Pengelolaan limbah
6. Pencahayaan
7. Kebisingan pada ruang
8. Getaran diruang kerja
9. Pengendalian vektor penyakit
10. Instalasi
11. Pemeliharaan amban dan kamar mandi

Pada kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan pada


tanggal 23 Juli 2019 tepatnya Terminal Penumpang melakukan inspeksi
berupa pengamatan bagian-bagian terminal penumpang dan pengukuran
pencahayaan dan kebisingan.. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan
menggunakan sound level meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan
mengukur tingkat tekanan bunyi. Pengukuran ini dilakukan oleh petugas
KKP sebagai upaya mendeteksi gangguan kebisingan yang terjadi di
sekitar area terminal penumpang. Pada pemeriksaan pencahayaan
dilakukan dengan menggunakan lux meter. Prinsip kerja alat ini adalah
dengan mengukur tingkat pencahayaan. Pengukuran ini dilakukan oleh
petugas KKP sebagai upaya untuk mencegah gangguan penglihatan pada
penumpang/pekerja dalam melakukan aktivitas. Dikarenakan keterbatasan
alat maka hanya pengukuran pencahayaan dan kebisingan yang dilakukan.

Solusi :
 Memiliki cadangan alat untuk pengukuran inspeksi kesehatan
lingkungan pada tempat – tempat umum sehingga kegiatan

65
operasional berjalan dengan lancar dan tidak terkendala
dikarenakan ketidaktersediaan alat.

B. Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pada Tempat Pengelolaan Pangan


Pengelolaan pangan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi
penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan
bentuk, pengemasan, pewadahan,pengangkutan dan penyajian. kegiatan
jasaboga di pelabuhan Tanjung Emas termasuk dalam golongan C, karena
jasaboga yang tersedia melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum
internasional hal ini sesuai dengan pengelompokan jasaboga berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/SK/VI/2011.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan pada TPP (Tempat
Pengelolaan Makanan) di Pelabuhan Tanjung Emas dilakukan setiap satu
bulan sekali. Kegiatan ini dilakukan dengan observasi dilapangan yang
kemudian akan dilakukan scoring pada formulir inspeksi TPP. Hasil dari
inspeksi ini adalah penilaian Hygine Sanitasi dan pemberian saran kepada
pemilik TPP.
Permasalahan yang muncul Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang
dilakukan pada TPP meliputi pelaporan yang bersifat subyektif, belum ada
regulasi khusus terkait TPP di pelabuhan nasional dan internasional sehingga
belum ada perbedaan dalam formulir inspeksi TPP, yang mana Formulir yang
sekarang ini dipakai merupakan Formulir untuk Restoran yang tergolong
Internasional sehingga apabila digunakan untuk penilaian di TPP pelabuhan
Tanjung Emas terdapat beberapa point yang tidak sesuai dengan keadaan
yang ada namun dilaporkan dengan keadaan baik. Permasalahan selanjutnya
yaitu belum adanya TPP di Pelabuhan Tanjung Emas yang memiliki Sertifikat
Laik Higiene Sanitasi Jasaboga. Sertifikat ini merupakan bukti tertulis yang
dikleuarkan oleh lembaga berwenang terhadap jasaboga yang telah memenuhi
persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Temuan keadaan TTP yang teramati pada saat Inspeksi meliputi; lantai
yang kurang bersih, belum trersedianya tempat cuci tangan, terdapat
beberapa TTP yang belum menyediakan tempat penyajian makanan yang
belum memenuhi persyaratan yaitu tertutup serta masih terdapat TTP yang

66
belum menyediakan Tempat sampah tertutup.Untuk Karyawan TTP juga
belum memiliki personal hygiene yang baik hal ini dapat dilihat dari
kebiasaan mengolah makanan yang belum sepenuhnya menggunakan alat
perlindungan diri untuk mencegah kontaminasi silang dari penjamah.
Rekomendasi penyelesaian masalah yang dapat dilakukan untuk temuan
masalah yang kami temukan :
1. Meningkatkan personal hygiene karyawan
2. Pemilik TPP sebaiknya melakukan pembersihan tempat pengolahan
makanan secar rutin setiap hari. Kegiatan ini bertujuan agar TTP dapat
bersih setiap hari sehingga tidak ditemukan sarang labah-labah dan
memicu kedatangan vektor lain.
3. Pemilik TTP sebaiknya memasang tirai pada jendelan dan kasa pada
lubang lubang yang ada untuk menghindari vektor masuk ke TTP yang
dapat menganggu proses pengolahan dan menimbulkan kontaminasi pada
hasil olahan.
4. Melakukan advokasi kepada pusat untuk membuat regulasi terkait
penyediaan TTP di pelabuhan nasional dan internasional, agar penilaian
yang dilakukan dapat sesuai dengan keadaan dilapangan.
5. Menyediakan tempat sampah tertutup disetiap tempat pengolahan.

C. Trapping Tikus
Penyakit pes disebabkan oleh basil Yersinia (Pasteurella) pestis pada
awalnya merupakan penyakit infeksi menular antar tikus, dan dari tikus
ke manusia melalui pinjal tikus (Xenopsylla spp.) (Brooks dan Rowe,
1979). Tikus merupakan host disamping manusia serta reservoir dalam
mata rantai penularan pes ke manusia. Sedangkan agent-nya adalah basil
Yersinia (Pasteurella) Pestis. Dalam upaya pencegahan masuknya
penyakit pes ke Indonesia, diupayakan dengan meniadakan atau
mengeliminir pinjal tikus. Karena pelabuhan merupakan pintu masuk dari
semua penyakit yang berasal dari daerah lain/ negara lain sehingga
dibutuhkan kewaspadaan diri dalam mencegah terjadinya penyebaran
penyakit di wilayah Kantor kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang.
Dalam pelaksanaan di lapangan, kegiatan trapping tikus ini dilakukan

67
secara rutin oleh bagian seksi Pengendalian Risiko Lingkungam.
Kegiatan trapping tikus dilakukan setiap 40 hari oleh pertugas KKP.
Terdapat banyak kendala atau hambatan yang dapat mempengaruhi
hasil praktikum. Dimulai dari perlakuan pertama pada persiapan
peralatan trap tidak dilakukan pencucian terlebih dahulu menggunakan
sabun atau merendamnya dalam air panas, melainkan hanya dilakukan
perlakuan pengambilan umpan yang terdahulu dan disubtitusikan dengan
umpan yang baru. Maka dapat diprediksikan sisa cairan tikus sebelumnya
yang terperangkap akan tetap ada di alat trap sehingga saat alat trap
dipasang tikus lain enggan untuk masuk kedalam trap. Karena tikus dapat
mengenali tanda bahaya dengan cairan yang dihasilkannya.
Kemudian saat pemasangan trap yang dilakukan dengan jalan
menitipkan ke rumah penduduk sekitar pelabuhan Tanjung Emas
Semarang. Pada saat pemasangan trap untuk umpan yang digunakan dari
mahasiswa yaitu kelapa bakar. Dimana telah dilakukan Pre Bitting untuk
mendapatkan hasil maksimal umpan mana yang mudah dikenali tikus dan
disenangi tikus sehingga penangkapan tikus keberhasilannya dapat
meningkat. Karena tikus memiliki perilaku mengenali makanannya
dahulu sehingga apabila makanan tidak dikenali tidak akan dimakan tikus
sampai habis.
Tikus yang telah didapat dan dibawa ke kantor kemudian dimatikan
dengan gas chloroform di dalam plastik memiliki sedikit kendala, dengan
sekalian dimasukannya alat trap, sehingga alat trap dapat melubangi sisi
plastik dan proses mematikan tikus dapat terhambat. Setelah itu
penyisiran dilakukan, ditemukan ektoparasit berupa pinjal dengan IP di
buffer area adalah ≤ 2. Untuk identifikasi, dapat ditentukan nama spesies
tikus karena sudah sesuai dengan data dalam kunci identifikasi. Setelah
teridentifikasi, tikus dimusnahkan dengan 2 cara yaitu pembakaran atau
ditimbun dalam tanah untuk mencegah masalah baru.
Pengendalian Tikus perlu di lakukan apabila populasi tikus banyak dan
mengganggu kehidupan manusia sehingga menimbulkan masalah
kesehatan.

68
D. Survei Kepadatan Lalat
Lalat merupakan spesies yang berperan penting bagi masalah
kesehatan masyarakat. Ancaman lalat dapat terjadi karena ada masalah
lingkungan terutama sampah yang merupakan akibat dari pertambahan
penduduk. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap hygiene dan
sanitasi dapat menimbulkan efek negatif dari segi estetika maupun
kesehatan atau penularan penyakit.
Lalat banyak terdapat di berbagai habitat, misalnya di air, pasir,
tumbuhan, dibawah kulit kayu, batu, dan binatang. Salah satu tempat
yang menjadi habitat lalat adalah di tempat pembuangan sampah, hal ini
karena sampah dapat dijadikan tempat sumber makanan bagi larva
setelah menetas dari telur.Kepadatan dan penyebaran lalat sangat
dipengaruhioleh reaksi terhadap cahaya, suhu, kelembabanudara, serta
warna dan tekstur permukaan tempat.Lalat biasanya hinggap pada
permukaan datar, talimenggantung atau jeruji tegak pada tempat
yangteduh disekitar makanan atau tempat perindukan,aktivitas maksimal
lalat terjadi pada suhu 20-34˚C,berkurang pada suhu dibawah 10˚C atau
40˚C.Selain dipengaruhi oleh suhu, aktivitas lalat juga dipengaruhi oleh
kelembaban udara yang berkisar antara 45%-90% dan intensitas cahaya.
Fly grill dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepadatan lalat,
Alat ini memilikicara kerja yang sederhana dalammengukur tingkat
kepadatan lalat.yang didasarkan pada sifat lalat yang cenderung hinggap
pada tepi yang bersudut tajam.Keunggulan fly grill ini adalah terbuat
daribahan yang mudah ditemukan, caramembuatnya sederhana dan
murah. Pengukuran kepadatan lalat menggunakan alat ini akan lebih
akuratkarena dalam penghitungannyadiperhatikan per blok grill. Fly
grill dibuat dari bilah-bilah kayu yang lebar 2 cm dan tebal 1 cm dengan
panjang masing-masing 80 cm, sebanyak 16-26 buah kemudian dibentuk
berjajar dengan jarak 1-2 cm. Alat ini ditempatkan pada area atau tempat
yang telah ditentukan. Selain berdasaran bentuknya, warna fly grill juga
dipertimbangkan sehingga pengukuran kepadatan lalat menggunakan fly
grill dapat dilakukan secara maksimal dan akurat.. Menurut penelitian
yang telah dilakukan, warna yang paling efektif digunakan untuk fly grill

69
adalah warna kuning dikarenakan warna ini sangat cerah dan mencolok,
selain itu sesuai sifat lalat yang termasuk kedalam serangga fototrofik
(tertarik pada cahaya) yang memiliki panjanggelombang 500-600 dengan
spektrum warna-warna yang mendekati ultraviolet sampai warna merah
dapat berbeda-beda tergantung pada sel retina mata lalat.
Survey kepadatan lalat merupakan kegiatan rutin yang dilakukan
oleh bagian seksi Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kelas II
Semarang. Dalam pelaksanaan magang yang kami lakukan, kegiatan ini
dilakukan di siang hari pada pukul 11.17-11.30 WIB dengan suhu lebih
dari 34˚C dimana suhu tersebut lebih tinggi dibandingkan suhu optimum
lalat biasa melakukan aktivitas yaitu berkisar antara 20-34˚C, selain itu
dengan meningkatnya suhu akan memengaruhi penurunan kelembaban
udara sehingga menjadi kurang optimal akibat berkurangnya aktivitas
lalat. Maka dari itu, sebaiknya pengukuran survey kepadatan lalat
dilakukan saat pagi hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Kemudian kegiatan ini hanya dilakukan di dua titik pada tempat
yang sama yaitu di bagian utara dan selatan tempat sampah di Tempat
Pembuangan Sampah Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Emas
dimana pada kedua titik tersebut memiliki karakteristik yang hampir
sama baik dari segi fisik dan kondisi sampah, ketinggian tempat, dan
aktivitas manusia di sekitarnya sehingga hasil yang didapatkan tidak jauh
berbeda dan sulit untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi rendah tingginya kepadatan lalat. Maka dari itu, survey
kepadatan lalat sebaiknya dilakukan di berbagai titik yang memiliki
karakteristik berbeda agar lebih bervariasi hasil yang didapatkan dan
mengetahui faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kepadatan lalat
sehingga penanggulangannya pun mejadi lebih efektif.

70
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pada Tempat – Tempat Umum adalah


serangkaian kegiatan pengawasan tempat umum yang memiliki potensi
tempat terjadinya gangguan kesehatan supaya tercipta kondisi tempat –
tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan. Hasil kegiatan inspeksi
kesehatan lingkungan TTU selama PKL adalah sebagian besar
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan namun ada satu indikator
yang belum memenuhi syarat yaitu penyehatan udara ruang (suhu
udara) masih senilai 28oC yang seharusnya suhu ruangan yang baik <
26oC. Serta masih ditemukannya beberapa masalah yaitu tidak
tersedianya cadangan alat untuk pengukuran inspeksi kesehatan
lingkungan pada tempat – tempat umum sehingga kegiatan operasional
kurang berjalan dengan lancar dan kurang maksimal.
2. Pengelolaan pangan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi
penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan,
pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan,pengangkutan dan
penyajian. kegiatan jasaboga di pelabuhan Tanjung Emas termasuk
dalam golongan C, karena jasaboga yang tersedia melayani kebutuhan
untuk alat angkutan umum internasional. Permasalahan yang muncul
Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan pada TPP meliputi
pelaporan yang bersifat subyektif, belum ada regulasi khusus terkait
TPP di pelabuhan nasional dan internasional, belum adanya TPP di
Pelabuhan Tanjung Emas yang memiliki Sertifikat Laik Higiene
Sanitasi Jasaboga.
3. Dalam upaya pencegahan masuknya penyakit pes ke Indonesia,
diupayakan dengan meniadakan atau mengeliminir pinjal tikus. Karena
pelabuhan merupakan pintu masuk dari semua penyakit yang berasal
dari daerah lain/ negara lain sehingga dibutuhkan kewaspadaan diri
dalam mencegah terjadinya penyebaran penyakit di wilayah Kantor
kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang. Dalam pelaksanaan di

71
lapangan, kegiatan trapping tikus ini dilakukan secara rutin oleh bagian
seksi Pengendalian Risiko Lingkungam. Kegiatan trapping tikus
dilakukan setiap 40 hari oleh pertugas KKP. Terdapat kendala atau
hambatan yang dapat mempengaruhi hasil praktikum yaitu perlakuan
pertama pada persiapan peralatan trap tidak dilakukan pencucian
terlebih dahulu menggunakan sabun atau merendamnya dalam air
panas, melainkan hanya dilakukan perlakuan pengambilan umpan yang
terdahulu dan disubtitusikan dengan umpan yang baru. Kemudian pada
penggunaan gas chloroform di dalam plastik, alat trap dapat melubangi
sisi plastik dan proses mematikan tikus dapat terhambat. Pengendalian
Tikus perlu di lakukan apabila populasi tikus banyak dan mengganggu
kehidupan manusia sehingga menimbulkan masalah kesehatan.
4. Kepadatan dan penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh reaksi terhadap
cahaya, suhu, kelembaban udara, serta warna dan tekstur permukaan
tempat. Lalat biasanya hinggap pada permukaan datar, tali
menggantung atau jeruji tegak pada tempat yang teduh disekitar
makanan atau tempat perindukan,aktivitas maksimal lalat terjadi pada
suhu 20-34˚C, berkurang pada suhu dibawah 10˚C atau 40˚C. Selain
dipengaruhi oleh suhu, aktivitas lalat juga dipengaruhi oleh kelembaban
udara yang berkisar antara 45%-90% dan intensitas cahaya. Survey
kepadatan lalat merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh bagian
seksi Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kelas II Semarang. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan ini dilakukan di siang hari sehingga menjadi
kurang optimal akibat berkurangnya aktivitas lalat. Kemudian kegiatan
ini hanya dilakukan di dua titik pada tempat yang sama yang memiliki
karakteristik yang hampir sama baik dari segi fisik dan kondisi sampah,
ketinggian tempat, dan aktivitas manusia di sekitarnya sehingga hasil
yang didapatkan tidak jauh berbeda dan sulit untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi rendah tingginya kepadatan lalat.

72
B. REKOMENDASI
1. KKP Kelas II Semarang sebaiknya menambah sumber daya manusia di
setiap bidang sehingga meskipun ada kegiatan embarkasi haji, kegiatan
rutin tetap bisa dilaksanakan.
2. KKP Kelas II Semarang sebaiknya menambah ketersediaan alat untuk
kegiatan lapangan sehingga kegiatan pengukuran rutin dapat tetap
berjalan
3. KKP Kelas II Semarang sebaiknya menyediakan Laboratorium yang
dapat mendukung kegiatan dilapangan agar kegiatan dapat berjalan
lebih efisien.
4. Inspeksi Inpeksi Kapal Sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan
sesuai SOP agar terhindar dari kesalahan yang mungkin akan terjadi di
lapangan.

73
DAFTAR PUSTAKA

Pp & Pl D. Standar Operasional Prosedur Nasional Kegiatan Kantor


Kesehatan Pelabuhan. Semarang; 2006
Pp & Pl D. Standar Operasional Prosedur Nasional Kegiatan Kantor
Kesehatan Pelabuhan. Semarang; 2016
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan
Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit Serta
Pengendaliannya
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 211 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pelayanan dan Penerbitan Sertifikat Vaksinasi Internasional
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
tentang Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta
Pengendaliannya
Standar Operational Procedure Kantor Kesehatan Pelabuhan Nasional tahun
2009.
Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II SemarangTahun 2018
Hilal, N., Asep Tata Gunawan., Mela Firdaust. Efektivitas Light Trap dalam
Menurunkan Populasi Lalat Rumah (Musca Domestica). Link Vol 9(1):
2013
Masyhuda., Retno Hestiningsih., Rully Rahadian. Survei Kepadatan Lalat
diTempat PembuanganAkhir (TPA) Sampah Jatibarang Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 5(4): 2017
Munandar, MA., Retno Hestiningsih., Nissa Kusariana. Perbedaan Warna
Perangkap Pohon Lalat Terhadap Jumlah Lalat Yang Terperangkap di
Tempat PembuanganAkhir (TPA) SampahJatibarang Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat 6(4): 2018
Arif, SA., Akhsin Munawar. Pengaruh Warna Fly Grill Terhadap Kepadatan
Lalat di TPA Talang Gulo Kota Jambi Tahun 2014. Jurnal Bahan
Kesehatan Masyarakat 2(1): 2018
Rozendaal, JA. Vector Control. Methods For Use byIndividual and
Communities. Geneva: WHO. 1979

74
Merylanca M, Irnawati M. HubunganTingkat Kepadatan Lalat
(Muscadomestica) Dengan Kejadian DiarePada Anak Balita Di
PemukimanSekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Namo Bintang
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.2012;1–10
Prabowo K. Petunjuk PraktisPengendalian Vektor dan Binatang Penggonggu.
Jakarta: Depkes RL. 1992
Wulandari, Dewi Agustina., Lintang Dian Saraswati., Martini. Pengaruh
Variasi Warna Kuning pada Fly Grill TerhadapKepadatan Lalat (Studi di
Tempat Pelelangan IkanTambak Lorok Kota Semarang). Jurnal Kesehatan
Masyarakat 3(3): 2015
Amirullah, Johanes., Cheppy Wan. Uji Efektivitas Beberapa Warna
Perangkap terhadap Populasi Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera:
Tephritidae) pada Tanaman Cabai Merah. Unsri Press Palembang pp. 482-
487: 2019
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus
Per Aqua, dan Pemandian Umum.
Mutmainah Herdiana, Adnan Ilham. Status Kualitas Kawasan Terpadu
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Mengguanakan Indeks Golongan
Air. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.19 No.1, Januari 2018.
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor. HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Tentang Cara
Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/SK/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

75
LAMPIRAN

76

Anda mungkin juga menyukai