Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS


“ Fogging ”

Kelas 2B
Kelompok I
Disusun oleh

Nadya Auralia Sabita 181110066


Afdi Hidayat Putra 191110042
Ade MerildaWulan 191110041
Hanyfah Leonna Putri 191110052
Hilmi Zakya Suhe 191110053
Niken Sariti 191110062
Novericha Audelia 191110063
Reni Deswita 191110070
Risa Aprilianto 191110072
Tresya Andriani 191110076

DosenPembimbing :
Aidil Onasis, SKM, M.Kes

PRODI D3 SANITASI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Padang Panjang, November 2020

Kelompok I

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fogging.................................................................... 5
2.2 Pengertian Penyemprotan Nyamuk............................................ 6
2.3 Alat-alat Penyemprotan.............................................................. 7
2.4 Pelaksanaan Fogging.................................................................. 9
2.5 Kasus Kejadian DBD................................................................... 11
2.6 Pentingnya Fogging..................................................................... 15
BAB II PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................... 17
4.2 Saran.......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Indonesia hampir seluruhnya adalah endemik penyakit DBD dan


malaria. Penyakit ini memiliki angka kesakitan yang tinggi dan juga dapat
menyebabkan hal fatal seperti kematian akibat penaggulangan yang terlambat.
Penyakit ini masih menjadi permasalahan yang utama di Indonesia dan masih
belum bisa ditanggulangi secara efektif baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dan DBD dilakukan melalui
pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan vektor
penyebab DBD (nyamuk Aedes aegyptie). Namun saat ini telah ada langkah nyata
dari masyarakat yang dibantu oleh pemerintah untuk memberantas vektor yang
membawa penyakit DBD dan malaria yaitu salah satunya dengan cara fogging
(Pengasapan).

Pengasapan/fogging adalah pemberantasan nyamuk yang menggunakan


mesin/alat, dimana nantinya alat tersebut akan mengeluarkan asap yang
mengandung insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa saja. Namun dalam
penggunaan alat fogging sendiri haruslah dilakukan oleh orang yang benar-benar
terlatih dan sudah mengerti cara melakukannya. Sebab, fogging memiliki resiko
negatif yang tinggi mulai dari resistensi, kebakaran, kematian (bersifat racun) dan
lain sebagainya. Oleh sebab itu harus benar-benar dilakukan oleh pegawai
Puskesmas yang sudah terlatih untuk menggunakanannya. Fogging (pengabutan
dengan insektisida) dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi positif, yakni
ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya, atau ditemukan 3 atau lebih
penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik.

Pemberantasan dengan menggunakan fogging dianggap paling baik dan


tepat oleh masyarakat. Namun pada dasarnya fogging dilakukan jika terpaksa dan
sudah terjadi banyak kejadian karena sifat fogging yang beracun. Hal tersebut
ternyata tidak selalu benar, karena pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan
metode ini hanyalah bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa yang infektif,

3
yaitu nyamuk yang didalam tubuhnya telah mengandung virus dengue dan siap
menularkan pada orang lain. Sedangkan cara mengatasi/mencegah terjangkitnya
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling penting adalah
menanamkan pengetahuan kepada masyarakat, agar masyarakat berperilaku hidup
bersih dan sehat, yaitu menjaga kebersihan lingkungan yang dapat menjadi sarang
dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit termasuk nyamuk Aedes aegypti.
Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit, yaitu memutus mata
rantai perkembangbiakan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa.

1.2 Tujuan

Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai cara membunuh nyamuk


melalui asap dari bahan pestisida, sehingga rantai penularan DHF bisa diputuskan
dan populasinya secara keseluruhan akan menurun.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fogging

Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya


ditunjukan untuk mengurangi kepadatan vector DBD secara kimiawi yang dikenal
dengan istilah pengasapan (fogging).

Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vector infeksi dengan


cepat ,sehingga rantai penularan dapat segera diputuskan. Selain itu kegiatan ini
bertujuan untuk menekankan kepadatan vector selama waktu yang cukup sampai
dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang yang digunakan untuk fogging
terdiri portable thermal fog machine dan ultra low volume ground sprayer
mounted.

Keuntungan Fogging

fogging dapat memutuskan mata rantai penularan DBD dengan membunuh


nyamuk dewasa yang mengandung virus .Namun,fogging hanya efektif 1-2
hari.Selain itu jenis insektisida yang digunakan untuk fogging juga harus diganti-
ganti untuk menghindari resistensi dari nyamuk.

.Kelemahan Fogging

selama 40 tahun terakhir,bahan kimia telah digunakan untuk membasmi


nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena
resistensi terhadap bahan insektisida yang umum digunakan,antara lain :
malation,temephos,tenthion,profoxur,dan fenithrothion.

5
2.2 Pengertian Penyemprotan Nyamuk

Penyemprotan Nyamuk adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh


operator pest control yang sistem pekrjaannya adalah dengan melakukan Fogging
(pengasapan) disekitar lingkungan yang sudah ada manusia kena gigitan nyamuk
demam berdarah dan mengakibatkan manusia tersebut menjadi sakit. Untuk
menghindari agar nyamuk demam berdarah tidah bersarang dilingkungan anda
diutamakan kebersihan daripada lingkungan dan disarankan dilakukan Fogging
(pengasapan) yang dikerjakan oleh badan usaha yang profesional. prima
professional siap untuk membantu anda apabila ada terindikasi menderita demam
berdarah.

Penyebaran vektor DBD semakin luas terlihat adanya kasus di beberapa


daerah. Demikian juga penyakit filaria di perkotaan. Nya-muk yang menjadi
vektor DBD adalah Ae. aegypti dan vektor Filaria diperkotaan adalah Cx.
quinquefasciatus. Salah satu cara dalam pengendalian terhadap populasi nyamuk
adalah pe- nyemprotan dengan sistem pengasapan (thermal fogging) dan
pengabutan (ultra low volume). Sejak tahun 1972 insektisida malathion 96 EC
telah digunakan untuk pengendalian vektor DBD (Susanti, 2012: 157).

Metode yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah dengan


memutus sirkulasi hidup nyamuk, dengan membasmi nyamuk dewasa dan
menghambat perkembangan larva menjadi nyamuk. Teknis pengendalian yang
dilakukan meliputi fogging mesin (pengasapan), spraying (penyemprotan), mist
blower, ultra light fogger (Pengkabutan) dan abatesasi (penaburan bubuk abate).

1. Fogging (Pengasapan)

Fogging (pengasapan) adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang


dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan adalah mesin fogging (Termal
Fogger). Target dari cara pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada
diluar gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain Garbage Area
(tempat sampah), drainage (STP), pengasapan tebal pada seluruh jalur got
(drainage) yang tertutup treatment dengan insektisida khusus termal fogger.

6
2. Spraying (Penyemprotan).

Spraying atau penyemprotan adalah salah satu cara pengendalaian nyamuk


dengan menggunakan alat semprot berupa knapsack sprayer atau hand sprayer dan
mist blower dengan sasaran nyamuk dewasa, cara ini dilakukan di dalam dan di
luar ruangan. Treatment dilakukan pada semua tempat yang menjadi
persembunyian nyamuk dan kecoa. Bagian bawah/sela (counter, dipan, meja,
lemari, rak file), ruangan yang terbuka (office, lobby, corridor), dan public area
lainnya.

2.3 Alat-alat Penyemprotan

Nyamuk memang menyebalkan. Disamping sebagai vektor penular


penyakit, nyamuk juga menimbulkan suara kurang nyaman di pinggir telinga
ketika tidur dan rasa gatal yang menggangu ketika digigitnya. Terkadang bingung
bagaimana cara efektif dalam memberantasnya. Ada alternatif dalam
memberantasnya yaitu dengan cara penyemprotan.

Sering kita menggunakan alat penyemprot nyamuk rumahan yang sangat


familiar dengan kita. Alat yang sederhana berisi racun nyamuk yang langsung
disemprotkan ke udara atau ke kolong tempat tidur. Tetapi tahukah anda ada
beberapa macam alat dan metode dalam hal penyemprotan nyamuk. Berikut ini
beberapa macam peralatan tersebut. Mungkin dapat anda jadikan referensi dalam
pemberantasan nyamuk di sekitar anda.

1. SwingFog.

Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog


dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah
atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman
maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya
untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk
mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah
pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog.
Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat,

7
sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga
bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai
dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk fogging terdiri
dari portable thermal fog machine dan ultra low volume ground sprayer mounted.

Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai
dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang
hari nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena
udara terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan
karena sia-sia saja melakukan pengasapan.

Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh


nyamuk dewasa yang mengandung virus . namun, fogging hanya efektif selama
dua hari. Selain itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging ini juga harus
ganti-ganti untuk menghindari resistensi dari nyamuk.

Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan untuk membasmi


nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena
resistensi terhadap bahan insektisida yang umum digunakan, antara lain:
malathion, temephos, tenthion, permethrin, profoxur, dan fenithrothion. Cara itu
sangat lazim digunakan pada saat outbreak terutama pada bulam-bulan kritis
seranga DBD. Walaupun bahan aktif yang digunakan itu tidak selalu efektif
mengendalikan vektor karena dibeberapa tempat, Aedes sudah menunjukkan
resistensi terhadap beberapa insektisida yang digunakan. Hampir semua populasi
aedes aegypti menunjukkan ketahanan terhadap insektisida pyrethroid,
permethrin, dan deltamethrin. Kalaupun pengasapan masih digunakan hasilnya
hanya dapat menghalau atau membunuh naymuk dewasa tetapi tidak termasuk
larvanya. Pengasapan dengan malathion 4 persen dengan pearut solar, yang dinilai
masih efektif hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada radius 100-200
meter dari jarak terbang nyamuk yang hanya efektifitas satu sampai dua. Dalam
kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga
berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan.

8
Bahaya Fogging:

a. Dapat mengganggu saluran pernapasan

b. Bila dilakukan fogging terus menurun nyamuk dapat kebal terhadap bahan
kimia.

c. Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang terkena asap


fogging.

2.4 Pelaksanaan Fogging:

Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju


penularan penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita
ketahui mengenai fogging antara ain sebagai berikut:

Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor atau nyamuk Aedes agyepti
dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlal efekif untuk menekan
laju penularan DBD dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging
sia-sia.

a. Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.

b. Selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara


periodik untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes)

Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swingfog untuk


mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut:

a. Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malathion,


konsentrasi larutan adalah 4-5%.

b. Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang


digunakan dan debit keluaraan yang diinginkan.

c. Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter.

d. Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swingfog kurang lebih


500 m2 atau 2/3 menit untuk satu rumah dan halamnnya.

9
e. Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktifitas puncak dari
nyamuk, yaitu 06.00 sampai 10.00.

Dalam pelaksanaan foging ini pun telah diperhatikan hal-hal diatas shingga
diharapkan hasilnya juga optimimum.

Mesin pengabut Swing Fog dengan bahan bakar bensin yang dikembangkan
oleh Motan, bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan
bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang
berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran
keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia
diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel
kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur diujung
resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 sampai 60
derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan kimia yang
terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab itu bahan
kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.

Pada sistem kerja mesin pengabut ini, tidak ada bagian bagian suku cadang
yang bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu batere biasa, hanya
digunakan untuk menghidupkan mesin.

2. Spraycan

Alat yang satu ini hanya digunakan untuk penyemprotan nyamuk malaria.
Berbentuk seperti alat penyemprot hama. Tidak membutuhkan bahan bakar untuk
menghidupkannya. Tetapi dengan menggunakan udara. Cara kerjanya yaitu,
dengan menyemprotkan bahan aktifnya ( ICON ) yang dicampur dengan air ke
dinding rumah. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.

Kelebihannya : efektif dalam waktu yang lama. Kurang lebih 2-3 bulan.
Fungsinya menahan nyamuk masuk kedalam rumah dan menghindari nyamuk
menempel pada dinding dalam dan luar rumah.

Kekurangan : membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaanya. Sangat


beracun bagi manusia terutama anak-anak.

10
Cara menggunakan Spraycan:

a) Masukan larutan pestisida dan air kedalam tangki spraycan

b) Pompa alat sebanyak 50 kali untuk mendapatkan tekanan yang


sesuai

c) Angkat (gendong) alat, arahkan nozzle kedinding rumah yang


akan di semprot larutan

d) Atur jarak antara nozle dengan dinding ± 46 cm agar lebar


pancaran dapat mencakup 75 cm, lakukan selama 3 menit

e) Jika penyemprotan telah dilakukan selama 3 menit, atur kembali


tekanan dengan memompa sebanyak 25 kali agar tekanan tetap

f) Lakukan sampai larutan dalam tangki habis.

3. Penyemprot Biasa dan Hand Auto Maizer

Ini sering kita gunakan dirumah tangga. Dan banyak dijual di pasaran. Cara
kerjanya hanya menyemprotkan bahan aktif racun nya ke udara. Output yang
dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.

Kelebihannya : dapat dikerjakan oleh siapa saja. Murah dan mudah.

Kekurangannya : hanya untuk skala kecil dan rumah tangga.

2.5 kasus kejadian DBD

Terkait Balita Meninggal karena DBD, Dinkes Agam Fogging 48 Rumah


Warga. Posted on 11 Okt 2019, 01:35:36 WIB AuthorAdminComment (0)

LUBUK BASUNG

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar),


melakukan fogging atau pengasapan di rumah salah seorang warga setempat
Ikhsan (5) yang diduga meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) di
Lapau Panjang, Surau Kariang, Kecamatan Lubuk Basung, Jumat (11/10/2019).

11
Kepala Dinas Kesehatan Agam Indra, didampingi Kepala Seksi
Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Agam Betlinizar, Jumat (11/10/2019),
mengatakan bahwa pengasapan itu dilakukan di 48 unit rumah yang berada di
sekitar rumah korban DBD.

"Pengasapan melibatkan tim dari Dinkes Agam dan Puskesmas Lubukbasung,"


katanya.

Pengasapan itu untuk membasmi nyamuk aedes aegypti dewasa, agar tidak
berkembang biak yang bisa mengakibatkan penularan DBD ke warga lain.

Sebelumnya, pemilik rumah telah melakukan gotong royong untuk


pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras bak penampungan,
menimbun kaleng bekas, menutup bak penampungan dan lainnya.

"Warga telah melakukan gotong royong sebelum kita melakukan


pengasapan di daerah itu," katanya.

Ditambahkan, pemberantasan sarang nyamuk dan pengasapan yang


dilakukan itu setelah tim melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap lingkung
dalam memastikan adanya jentik nyamuk aedes aegypti.

Penyelidikan itu dilakukan di 16 unit rumah pada Rabu (9/10). Dari hasil
penyelidikan itu, tambahnya, hanya tiga rumah yang tidak memiliki jentik
nyamuk aedes aegypti di bak penampungan air.

Ikhsan neninggal dunia di RSUD Pariaman, Senin (7/10/2019). Ikhsan


dikebumikan di pandam pekuburan keluarga di Kampuang Sawah, Lubuk Basung,
Senin (7/10/2019) siang.

Sebelumnya korban juga mendapatkan perawatan intensif di RSUD


Lubukbasung semenjak Jumat (4/10/2019).

12
"Dari rekam medis dokter spesialis anak RSUD Lubukbasung, kondisi
korban sudah membaik," katanya.

Jumlah kasus DBD di daerah itu selama Januari sampai 10 Oktober 2019
sebanyak 97 kasus. Sementara kasus DBD pada 2018 sebanyak 137 kasus. (002)

Mewabahnya penyakit demam berdarah di seluruh Indonesia akhir-akhir


ini bukan hanya disebabkan oleh sikap dan pola hidup tidak higienis. Pemansan
global juga memicu pertumbuhan nyamuk sebagai pembawa penyakit tersebut,
dalam hal ini nyamuk dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah yang
sebelumnya tidak mungkin. Pemanasan global membuat nyamuk yang selama ini
hidup di daerah panas dan daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di
atas permukaan laut, mampu berkembang biak dan bertahan hidup di luar daerah-
daerah tersebut. Juga hal ini membuat daya tahan nyamuk Aedes aegyptie makin
kuat. Siklus hidup makin cepat, dan populasi nyamuk tentu saja meningkat pesat.
(Anies, 2006: 25).

Pada penyakit demam berdarah dengue (DBD) tidak terjadi siklus


perubahan hidup namun hanya terjadi multiplikasi virus DBD dalam tubuh
nyamuk Aedes aegyptie sebagai pejamu intermediate atau karier untuk
menularkan kepada orang lain (Chandra, Budiman. 2006: 56). Faktor lingkungan
sangat mempengaruhi baik manusia maupun nyamuk. Faktor lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada yang
memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat (indigenous), lingkungan
tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan
lingkungan sosial budaya.

1. Lingkungan fisik : meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin,


sinar matahari dan arus air.

2. Lingkungan kimia : meliputi kadar garam yang cocok untuk


berkembangbiaknya nyamuk Anopheles sundaicus.

13
3. Lingkungan biologik : adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan kepala
timah, gambusia, nila sebagai predator jentik Anopheles spp, serta adanya
ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk
pada manusia.

4. Lingkungan sosial budaya : meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar


rumah, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria
dan pembukaan lahan dengan peruntukannya yang memengaruhi derajat
kesehatan masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places
potensial untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp (Depkes,
2003: 42).

Menurut DEPKES RI (2003:45) Penyemprotan rumah dengan efek residual


(IRS = Indoor Residual Spraying) telah lama dilakukan dalam pemberantasan
malaria di Indonesia. Sampai sekarang cara ini masih dipakai karena dipandang
paling tepat dan besar manfaatnya untuk memutuskan transmisi, murah dan
ekonomis. Penyemprotan IRS adalah suatu cara pemberantasan vektor dengan
menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara
merata pada permukaan dinding yang disemprot dengan tujuan untuk memutus
rantai penularan karena umur nyamuk menjadi lebih pendek sehingga tidak
sempat menghasilkan sporozoit didalam kelenjar ludahnya. Dalam melaksanakan
penyemprotan IRS (indoor residual spraying) diperlukan beberapa persyaratan
sebagai berikut :

1. Cakupan bangunan yang disemprot (coverage)

Rumah atau bangunan dalam daerah tersebut harus diusahakan agar semuanya
disemprot. Yang dimaksud rumah atau bangunan yaitu tempat tinggal yang
digunakan malam hari untuk tidur.

2. Cakupan permukaan yang disemprot (completeness)

Cakupan permukaan yang disemprot adalah semua permukaan (dinding, pintu,


jendela, almari dsb) yang seharusnya disemprot.

14
3. Pemenuhan dosis (sufficiency)

Dosis yang dipergunakan yaitu dosis sesuai petunjuk pemakaian yang tertera
pada tiap saset insektisida.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan tersebut diperlukan


pengetahuan dan keterampilan mengenai tujuan penyemprotan, syarat-syarat yang
harus dipenuhi dalam penyemprotan, cara membuat suspensi dan cara
menyemprot.

Pestisida adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan


yang dipergunakan untuk mengendalikan hama. Secara umum pestisida dapat
didefinisikan sebagai bahan yang dipergunakan untuk mengendalikan jasad hidup
yang dianggap hama (pest) yang secara langsung ataupun tidak langsung
merugikan kepentingan manusia. Tujuan operasional penyemprotan adalah
menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara
merata pada permukaaan yang disemprot (Depkes RI, 2007:35)

2.6 Pentingnya Fogging

Fogging penting dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit demam


berdarah. Perlu untuk diketahui sebelumnya, penyakit ini disebabkan oleh virus
Dengue yang dapat dibawa oleh jenis nyamuk aedes aegypti. Dengan melakukan
fogging, siklus perkembangbiakan atau daur hidup nyamuk dapat diputus. Apabila
siklus daur hidup nyamuk diputus, maka kemungkinan penyebaran penyakit
demam berdarah juga dapat berkurang.

Fogging nyamuk DBD atau aedes aegypti penting untuk dilakukan terutama
apabila terbukti terdapat kasus positif demam berdarah pada suatu wilayah.
Penanganan segera sangat diperlukan agar penyebaran penyakit dapat dicegah.
Selain melakukan fogging, akan lebih efektif apabila masyarakat sekitar memiliki
kesadaran akan kebersihan lingkungan dengan selalu membersihkan wadah air
atau membuang genangan air yang kotor. Dengan gerakan pola hidup yang bersih,
maka penyakit demam berdarah dapat dicegah.

15
Jika masyarakat di sekitar anda sepakat untuk melakukan fogging, tentunya
juga harus mendapatkan pelayanan fogging yang tepat. Untuk itu tak perlu
khawatir dan bingung, karena anda dapat menghubungi jasa pest control Fumida
yang siap melayani permasalahan hama nyamuk di sekitar anda. Dengan jasa pest
control Fumida, fogging nyamuk DBD dapat dilakukan dengan cara yang tepat
sehingga pencegahan penyakit dapat berjalan efektif. Segera hubungi Fumida
untuk membasmi hama nyamuk yang mengganggu.

16
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cara penyemprotan yang dilakukan menggunakan mist blower adalah
dengan menyemprotkan secara rata pada tempat-tempat yang berpotensi adanya
nyamuk dan berjalan mundur menjauhi tempat yang sudah disemprot. Ketika
melakukan penyemprotan wajib untuk menggunakan APD (alat pelindung diri)
seperti masker dan sarung tangan. Selain itu menggunakan formulasi/ takaran
yang sesuai dan efektif untuk nyamuk.
Fogging penting dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit demam
berdarah. Perlu untuk diketahui sebelumnya, penyakit ini disebabkan oleh virus
Dengue yang dapat dibawa oleh jenis nyamuk aedes aegypti. Dengan melakukan
fogging, siklus perkembangbiakan atau daur hidup nyamuk dapat diputus. Apabila
siklus daur hidup nyamuk diputus, maka kemungkinan penyebaran penyakit
demam berdarah juga dapat berkurang.

Teknik atau cara ketika melakukan foging adalah dengan meletakkan foging
di bahu dan berjalan mundur menjauhi arah asap/ fog yang keluar dari foging.

3.2 Saran
1. Sebaiknya pelaksanaan foging dilakukan pada pagi hari
2. Bagi Mahasiswa Kesehatan Lingkungan
Sebaiknya Mahasiswa Kesehatan Lingkungan mampu dan terampil
mengoperasikan fogger untuk menekan penyebaran nyamuk penyebab penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD).
3. Bagi masyarakat
Sebaiknya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan 3M+ untuk
terjadinya penyebaran nyamuk penyebab DBD.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gusti, Muhammad. 2012. Swing Fog. (Online, http://gusti-


muhammadh.blogspot.com/2012/05/swingfog.html). Diakses tanggal 13
November 2015.

Kristiono. 2008. Pengasapan Nyamuk. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Pengampu Mata Kuliah. 2015. Modul Praktikum Pengendalian Vektor dan


Reservoir Penyakit. Surakarta: Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Wardana. 2012. Laporan Praktikum Fogging Pengasapan/Swingfogg. (Online,


http://wardana-sl.blogspot.co.id/2012/07/laporan-praktikum-foging-
pengasapan.html). Diakses tanggal 13 November 2015.

https://quarrylifeaward.co.id/pentingnya-fogging-nyamuk-dbd-di-lingkungan-
sekitar-anda/

Anda mungkin juga menyukai