Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK FOGGING DAN SPRAYING

Mata Kuliah : Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu - B

Dosen Pengampu :
Arif Widyanto, S.Pd., M.Si.
Dr. Aris Santjaka, SKM., M.Kes.

Disusun Oleh :
1. Ade Setiawan Putra (P1337433217040)
2. Chrisna Yustika Dewi (P1337433217041)
3. Sabrina Nur Hanifah (P1337433217042)
4. Feby Fajar Prasetyo (P1337433217043)
5. Mayselasih Candra Purwokanthi (P1337433217044)
6. Metri Agustina Pangesti (P1337433217045)
7. Aris Krisbiyanto (P1337433217046)
8. Salsabilla Lutfiana (P1337433217047)
9. Cantika Diah Berliana (P1337433217048)
10. Berliana Novasera (P1337433217049)
11. Raventi Dyah Pramilena (P1337433217050)
12. Amara Ma’rufa Jannati (P1337433217051)
13. Argya Anri Syandana (P1337433217052)
14. Safira Relya Restuningtias (P1337433217054)
15. Riza Auliya Imbawaningrum (P1337433217055)

PRODI D IV KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga laporan praktikum fogging dan spraying mata kuliah Pengendalian
Vektor dan Binatang Pengganggu B bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bpk. Arif Widyanto, S.Pd., M.Si dan Bpk.
Dr. Aris Santjaka, SKM., M.Kes. yang telah membagi ilmunya kepada kami
semua dan terima kasih juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca.Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Purwokerto, 10 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM.................................................................6
A. Fogging.....................................................................................................6
B. Spraying....................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................9
A. Fogging.....................................................................................................9
B. Spraying..................................................................................................10
BAB V PENUTUP.......................................................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
LAMPIRAN.................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daerah Indonesia hampir seluruhnya adalah endemik penyakit DBD dan
malaria. Penyakit ini memiliki angka kesakitan yang tinggi dan juga dapat
menyebabkan hal fatal seperti kematian akibat penaggulangan yang terlambat.
Penyakit ini masih menjadi permasalahan yang utama di Indonesia dan masih
belum bisa ditanggulangi secara efektif baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dan DBD dilakukan melalui
pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan vektor
penyebab DBD (nyamuk Aedes aegyptie). Namun saat ini telah ada langkah nyata
dari masyarakat yang dibantu oleh pemerintah untuk memberantas vektor yang
membawa penyakit DBD dan malaria yaitu salah satunya dengan cara fogging
(Pengasapan) dan spraying.
Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD (Demam
Berdarah Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD melalui
penyemprotan insektisida daerah sekitar kasus DBD yang bertujuan memutus
rantai penularan penyakit. Sasaran fogging adalah rumah serta bangunan dipinggir
jalan yang dapat dilalui mobil di desa endemis tinggi. Cara ini dapat dilakukan
untuk membunuh nyamuk dewasa maupun larva. Pemberantasan nyamuk dewasa
tidak dengan menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying)
karena nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada
benda-benda yang tergantung seperti kelambu pada kain tergantung.
Fogging dilaksanakan dalam bentuk yaitu :
a. Fogging Fokus Adalah pemberantasan nyamuk DBD dengan cara
pengasapan terfokus pada daerah tempat ditemukannya tersangka /
penderita DBD.
b. Fogging Massal Adalah kegiatan pengasapan secara serentak dan
menyeluruh pada saat terjadi KLB DBD.

Spraying yaitu proses penyemprotan insektisida ke dinding-dinding rumah


sehingga nyamuk yang menempel pada dinding rumah akan mati sebelum
menularkan penyakit pada manusia. Spraying dewasa ini digunakan sebagai
pelengkap dari beberapa aksi yang digunakan untuk memberantas nyamuk yaitu
PSN, fogging, 3M+ dan spraying. Spraying (penyemprotan) ini bertujuan
memotong siklus hidup nyamuk Anopheles dewasa. Dengan dilakukannya
spraying masyarakat di wilayah penyemprotan akan aman untuk sementara dari
gigitan nyamuk. Penyemprotan terutama di dinding rumah akan langsung
kelihatan hasilnya dalam hitungan menit. Beberapa serangga kecil akan kelihatan
mati berjatuhan di lantai. Bahkan serangga yang sekuat kecoa juga mati Hasil
spraying akan lumayan jika penyemprotan dilakukan secara merata dan sistematis
dalam satu wilayah.

B. Tujuan
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai cara membunuh nyamuk
melalui asap dari bahan pestisida, sehingga rantai penularan DHF bisa
diputuskan dan populasinya secara keseluruhan akan menurun.
2. Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar ini mahasiswa mampu
menyelenggarakan kegiatan penyemprotan rumah dengan insektisida
(racun serangga) dengan benar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran vektor DBD semakin luas terlihat adanya kasus di beberapa


daerah. Demikian juga penyakit filaria di perkotaan. Nya-muk yang menjadi
vektor DBD adalah Ae. aegypti dan vektor Filaria diperkotaan adalah Cx.
quinquefasciatus. Salah satu cara dalam pengendalian terhadap populasi nyamuk
adalah pe- nyemprotan dengan sistem pengasapan (thermal fogging) dan
pengabutan (ultra low volume). Sejak tahun 1972 insektisida malathion 96 EC
telah digunakan untuk pengendalian vektor DBD (Susanti, 2012: 157).
Penyakit ini dapat dicegah dengan cara melakukan eradikasi vektor
nyamuk Aedes aegypt di lingkungan rumah tangga. Kampanye upaya pencegahan
demam berdarah dilakukan pemerintah melalui program pengendalian vektor
yang disebut pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus (PSN 3M Plus).
Upaya tersebut meliputi menutup tempat penampungan air, menguras dan
menyikat bak mandi atau tempayan, mengubur barang bekas, mencegah gigitan
nyamuk dengan menggunakan repelen, menaburkan bubuk larvasida, dan
memelihara ikan pemangsa jentik. Praktik warga yang rendah diduga
berhubungan dengan banyak faktor antara lain pengetahuan yang rendah,
anggapan DBD bukan masalah serius, ketidaktahuan pihak yang bertanggung
jawab serta alasan lain seperti ekonomi. Studi di Taiwan Selatan, pada tahun
2002, menemukan bahwa hanya sekitar 57,4% responden yang mengetahui
tempat perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti (Pai, 2006: 68). Selain
itu, banyak anggota masyarakat menganggap bahwa pemberantasan sarang
nyamuk bukan tanggung jawab mereka, tetapi tanggung jawab pemerintah.
Sekitar 56,8% responden menyatakan bahwa pencegahan penyakit yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut adalah tanggung jawab pemerintah
(Kumar, 2003 :392). Suatu studi menjelaskan bahwa kepatuhan terhadap program
PSN 3M berimplikasi terhadap biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat.
Misalnya, menguras bak mandi tentu berimplikasi pada biaya pembelian air
bersih yang menjadi hambatan pada penduduk miskin (leon, 2001 : 24).
Pestisida adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang
dipergunakan untuk mengendalikan hama. Secara umum pestisida dapat
didefinisikan sebagai bahan yang dipergunakan untuk mengendalikan jasad hidup

3
yang dianggap hama (pest) yang secara langsung ataupun tidak langsung
merugikan kepentingan manusia. Tujuan operasional penyemprotan adalah
menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara
merata pada permukaaan yang disemprot (Depkes RI, 2007:35). Menurut
Iskandar (2005), pemberantasan vektor dengan mesin fogging merupakan metode
penyemprotan udara berbentuk asap yang dilakukan untuk mencegah penyakit
DBD. Pelaksanaannya dilakukan pada rumah penderita dan lokasi sekitarnya
serta tempat-tempat umum. Tujuan pelaksanaan fogging adalah untuk membunuh
sebagian besar vektor yang infektif dengan cepat (knock down effect). Disamping
memutus rantai penularan dan menekan kepadatan vektor sampai pembawa virus
tumbuh sendiri sehingga tidak merupakan reservoir yang aktif lagi.
Sementara menurut Depkes RI (2007), kegiatan pengendalian vektor dengan
pengasapan atau fogging fokus dilakukan di rumah penderita/tersangka DBD dan
lokasi sekitarnya yang diperkirakan menjadi sumber penularan. Fogging
(pengabutan dengan insektisida) dilakukan bila hasil PE positif, yaitu ditemukan
penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan tiga atau lebih penderita panas
tanpa sebab dan ditemukan jentik > 5 %. Fogging dilaksanakan dalam radius 200
meter dan dilakukan dua siklus dengan interval + 1 minggu.
Prosedur dan tata laksana pelaksanaan pengasapan atau fogging antara lain
sebagai berikut :
1. Sebagai langkah awal pengasapan/fogging dalam suatu area tertentu,
dengan membuat gambaran atau memetakan area yang disemprot. Area yang
tercakup sedikitnya berjarak 200 meter di dalam radius rumah yang terindikasi
sebagai lokasi dengue. Kemudian dilakukan peringatan kepada warga terlebih
dahulu untuk keluar ruamh dengan terlebih dahulu menutup makanan atau
mengeluarkan piaraan.
2. Berbagai bahan insektisida yang dipergunakan dalam pelaksanaan
operasional fogging fokus adalah golongan sintentik piretroit
dengan dosis penggunaan 100 ml/Ha. Semaentara perbandingan campuran 100 ml
: 10 liter solar.
3. Sasaran fogging adalah semua ruangan baik dalam bangunan rumah
maupun di luar bangunan (halaman/pekarangan), karena obyek sasaran adalah
nyamuk yang terbang. Sifat kerja dari fogging adalah knock down effect yang

4
artinya setelah nyamuk kontak dengan partikel (droplet) isektisida diharapkan
mati setelah 24 jam.
4. Terdapat dua macam peralatan yang digunakan untuk pengasapan atau
fogging antara lain mesin fog dan ULV (Ultra Low Volume). Mesin fog
dipergunakan untuk keperluan operasional fogging dari rumah ke rumah (door to
door operation). Untuk keperluan ini dipergunakan swing fog machine SN 11,
KeRF fog machine, pulls fog dan dina fog. Beberapa jenis peralatan ini
mempunyai prinsip kerja yang sama yakni menghasilkan fog (kabut) racun
serangga sebagai hasil kerja semburan gas pembakaran yang memecah larutan
racun serangga (bahan kimia yang digunakan), menjadi droplet yang sangat halus
dan berwujud sebagai fog. Rata-rata alokasi waktu yang diperlukan dengan
penggunaan peralatan ini adalah 2-3 menit untuk setiap rumah dan halamannya.
Sementara Ultra Low Volume (ULV) menghasilkan cold fog. hasil ini didaptkan
dengan mekanisme terjadinya tekanan mekanik biasa terhadap racun serangga
melewati system nozzle. Dengan alat ini droplet racun serangga yang dihasilkan
jauh lebih halus daripada fog biasa. ULV sangat cocok dipergunakan pada area
out door atau luar ruangan.
5. Menurut Depkes RI (2005), untuk membatasi penularan virus dengue
dilakukan dua siklus pengasapan atau penyemprotan, dengan interval satu
minggu. Penentuan siklus ini dengan asumsi, bahwa pada penyemprotan siklus
pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue atau nyamuk infektif,
dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Kemudian akan segera diikuti dengan
munculnya nyamuk baru yang akan mengisap darah penderita viremia yang
masih ada yang berpotensi menimbulkan terjadinya penularan kembali, sehingga
perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan
satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama, agar nyamuk baru yang
infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.

5
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Fogging ( Pengasapan)
1. Alat dan Bahan
a. Alat
 Fogger ( Swingfogg)
 Gelas Takar
 Corong
 Masker
 Sarung tangan

b. Bahan

 Pestisida cair (Malathion 96%)


 Bahan pelarut (solar)
 BAhan bakar (bensin)

2. Cara Kerja

a. Tahap Persiapan

 Tentukan lokasi untuk pengasapan/fogging


 Siapakan swingfogg
 Siapkan bahan bakar
 Siapkan larutan pestisida
 Siapkan solar
 Campurkan pestisida dengan solar dengan perbadindingan 60ml : 4 liter
 Menggunakan alat pelindung diri

b. Tahap Pengasapan

 Masukan bahan bakar bensin


 Masukan larutan campuran kedalam tangki larutan
 Nyalakan mesin,putar ke kiri untuk mengatur tekanan gas
 Buka kran gas

6
 Perhatikan arah mata angina lalu lakukan pengasapan searah dengan arah mata
angin, dalam pengertiannya bahwa kalau arah mata angin menuju timur berati
arah nozzlenya menghadap kearah timur lalu lakukan pengasapan mulai dari
paling belakang sampai kedepan
 Lakukan pengasapan ke semua titik
 Setelah selesai pengasapan, tutup kran gas, kemudian matikan mesin

B. Spraying ( Penyemprotan)

1. Alat dan Bahan


a. Alat
 Spray-can merk Hudson X-pert dengan karakteristik berat 5 kg, sabuk
penyandang 1 m, lebar 5 cm, tebal 3 mm, kapasitas tangki 11.36 liter
 APD
 Masker

b. Cara Kerja

 Siapkan alat spray can yang akan digunakan;


 Periksalah tangkai atau selang jangan sampai bocor
 Siapkan pestisida yang berbentuk serbuk ( jenis Wp) kemudian homogenkan
didalam wadah sebagai catatan pengenceran pestisida menggunakan air dengan
takaran tertentu;
 Kapasitas tabung Spraycan adalah 11 liter, akan tetapi pemanfaatan kapasitas
hanya 8,5 liter:
 Pengenceran pestisida pertama sebanyak 4 liter;
 Masukkan kedalam tabung Spraycan menggunakan corong agar larutan
pestisida tidak tumpah;
 Pengencaran pestisida kedua sebanyak 4,5 liter. Hal ini dilakukan dua kali
agar pestisida yang belum terlarut dipengenceran kedua;
 Masukkan ke dalam tabung Spraycan menggunakan corong agar larutan
pestisida tidak tumpah;
 Pompa Spraycan sebanyak 55 kali hingga jarum tekanan menunjukan angka
55 psi ( satuan tekanan udara);

7
 Semprotkan cairan pestisida kedalam backer glass. Hal ini ditujukan untuk
mengetahui ke efektifan alat, apabila cairan pestisida yang di semprotkan lebih
atau kurang dari 755ml selama 60 detik, maka alat tersebut perlu dilakukan
perbaikan.
 Semprot SprayCan ke permukaan dinding dengan jarak sebesar 46 cm antara
permukaan dinding dengan nozzle tip ( tempat pemancar larutan yang terbentuk
seperti kipas);
 Semprot selama 3 menit,larutan biasanya yang keluar sebanyak 2,3 liter;
 Pompa kembali Spraycan sebanyak 25 kali hingga jarum penunjuk tekanan
mendekati 55 psi
 Semprotkab terus hingga larutan pestisida dalam tabung habis.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Fogging
Kegiatan fogging dilaksanakan pada hari Jumat, 8 November 2019
pukul 09.00 WIB, di lingkungan laboratorium, bank sampah, dan sekitar rumah
dinas di Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang. Kegiatan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi kewajiban praktikum yang salah satu kegiatannya
adalah melaksanakan fogging dan spraying. Pelaksanaan program fogging
adalah upaya pemberantasan nyamuk bukan upaya pencegahan sehingga akan
dilaksanakan fogging apabila terdapat kasus DBD dan memenuhi kriteria
fogging. Proses pelaksanaan fogging dilakukan bukan berarti kasus DBD
berkurang tetapi fogging ini untuk pencegahan sehingga akan dilakukan
fogging apabila sudah memenuhi kriteria fogging dan fogging tidak aktif jika
tidak dilanjuti dengan 3M. Penanggulangan fogging fokus merupakan kegiatan
pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan
pemberantasan sarang nyamuk DBD. Tujuan penanggulangan fogging fokus
dilaksanaakn untuk membatasi penularan DBD dan mencegah KLB di lokasi
tempat tinggal penderita DBD serta tempat yang menjadi sumber penularan.
Pada umumnya program fogging ini belum berhasil, karena msih tergantung
pada insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa. Penyemprotan ini
membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan tempat penyemprotan harus
dikuasai oleh petugas fogging. Mesin fogging ini merupakan metode
penyemprotan udara berbentuk asap yang dilakukan untuk mencegah penyakit
DBD. Pelaksanaannya dilakukan di rumah penderita dan lokasi sekitarnya serta
tempat-tempat umum. Fogging fokus ini dilakukan dirumah penderita/
terdeteksi DBD dan di lokasi sekitarnya yang diperkirakan menjadi sumber
penularan. Fogging dilakukan bila hasil PE positif, yaitu ditemukan penderita
DBD lainnya atau ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab
Pelaksanaaan fogging tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Adapun
syarat-syarat untuk melakukan fogging yaitu karena adanya pasien yang
meninggal disuatu daerah akibat DBD, tercatat dua orang yang positif yang
terkena DBD di daerah tersebut, atau ebih dari tiga orang di daerah yang sama
mengalami demam dan adanya jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti. Apabila

9
ada laporan DBD di rumah sakit atau Puskesmas di suatu daerah, maka pihak
rumah sakit harus segera melaporkan dalam waktu 24 jam, setelah itu akan
diadakan penyelidikan epidemiologi kemudian baru fogging fokus.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan fogging yaitu:

1. Konsentrasi bahan fogging

Konsentasi bahan yang digunakan harus mengacu pada label, karena bila
dosis yang digunakan tidak tepat akan menimbulkan kerugian, tidak hanya
dari segi biaya dan efikasi pengendalian tetapi juga berpengaruh terhadap
keamanan manusia itu sendiri serta lingkungannya (magallona, 1980).
2. Arah dan kecepatan angin
Dalam melakukan fogging, arah angin harus diperhatikan. Kecepatan akan
berpengaruh terhadap pengasapan di luar ruangan. Untuk diluar ruangan
space spray berkisar 1-4 m/detik atau sekitar 3,6-15 km/jam. Angin
diperlukan untuk membawa asap masuk kedalam celah-celah bangunan,
namun jika terlalu 8 kencang maka asap akan cepat hilang terbawa angin.
Pengasapan harus berjalan mundur melawan arah angin sehingga asap tidak
menganai petugas fogging.
3. Suhu
Suhu adalah keadaan udara yang akan mempengaruhi pengasapan.
Pengasapan diluar ruangan pada waktu tengah hari atau pada suhu tinggi
akan sia-sia karena asap akan menyebar keatas, bukan kesamping sehingga
pengasapan tidak maksimal. Oleh sebab itu fogging sebaiknya dilakukan
pada pagi hari atau sore hari.
4. Waktu
Waktu fogging harus disesuaikan dengan puncak aktivitas nyamuk Aedes
aegypti yang aktif mencari mangsa pada pagi hari sekitar pukul 07.00-
10.00, dan sore hari sekitar pukul 14.00- 17.00.

B. Spraying
Praktikum spraying dilakukan pada hari Selasa, 8 November 2019
yang berlokasi di Bank Sampah Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dinding yang digunakan untuk praktek menggunakan dinding yang berukuran
lebar 6,3 m dan tinggi 3 m serta luas dinding yaitu 19 m 2. Tinggi dinding yang

10
digunakan untuk praktek 3 m karena jarak terbang nyamuk Anopheles.
Penyemprotan dilakukan dari atas ke bawah agar merata, dengan jarak nosel
ke dinding 46 cm.
Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan
sejumlah tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut
dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-
penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap butiran larutan
tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot.

Menurut DEPKES RI (2003:45) Penyemprotan rumah dengan efek


residual (IRS = Indoor Residual Spraying) telah lama dilakukan dalam
pemberantasan malaria di Indonesia. Sampai sekarang cara ini masih dipakai
karena dipandang paling tepat dan besar manfaatnya untuk memutuskan
transmisi, murah dan ekonomis. Penyemprotan IRS adalah suatu cara
pemberantasan vektor dengan menempelkan racun serangga tertentu dengan
jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot
dengan tujuan untuk memutus rantai penularan karena umur nyamuk menjadi
lebih pendek sehingga tidak sempat menghasilkan sporozoit didalam kelenjar
ludahnya. Dalam melaksanakan penyemprotan IRS (indoor residual
spraying) diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Cakupan bangunan yang disemprot (coverage)

Rumah atau bangunan dalam daerah tersebut harus diusahakan agar semuanya
disemprot. Yang dimaksud rumah atau bangunan yaitu tempat tinggal yang
digunakan malam hari untuk tidur.

2. Cakupan permukaan yang disemprot (completeness)

Cakupan permukaan yang disemprot adalah semua permukaan (dinding, pintu,


jendela, almari dsb) yang seharusnya disemprot.

3. Pemenuhan dosis (sufficiency)

Dosis yang dipergunakan yaitu dosis sesuai petunjuk pemakaian yang tertera
pada tiap saset insektisida.

11
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan tersebut
diperlukan pengetahuan dan keterampilan mengenai tujuan penyemprotan,
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyemprotan, cara membuat suspensi
dan cara menyemprot.

12
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD
(Demam Berdarah Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan
DBD melalui penyemprotan insektisida daerah sekitar kasus DBD yang
bertujuan memutus rantai penularan penyakit. Sasaran fogging adalah rumah
serta bangunan dipinggir jalan yang dapat dilalui mobil di desa endemis tinggi.
Cara ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa maupun larva.
Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara
penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Aedes aegypti
tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang
tergantung seperti kelambu pada kain tergantung.
Spraying yaitu proses penyemprotan insektisida ke dinding-
dinding rumah sehingga nyamuk yang menempel pada dinding rumah akan
mati sebelum menularkan penyakit pada manusia. Spraying dewasa ini
digunakan sebagai pelengkap dari beberapa aksi yang digunakan untuk
memberantas nyamuk yaitu PSN, fogging, 3M+ dan spraying. Spraying
(penyemprotan) ini bertujuan memotong siklus hidup
nyamuk Anopheles dewasa.

B. Saran

Pada saat melakukan kegiatan fogging dan spraying, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:

1. Penggunaan APD, seperti helm, masker, sarung tangan, sepatu.


2. Penggunaan dosis pestisida, usahakan tidak melebihi dosis yang dianjurkan.
3. Melakukan pengecekan alat sebelum digunakan, supaya kegiatan fogging
dan spraying berjalan lancar.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-735-bab%20II.pdf

http://jawarakesehatan.blogspot.com/2015/06/praktikum-pengendalian-vektor-
vi.html

http://jawarakesehatan.blogspot.com/2015/06/praktikum-pengendalian-vektor-v-
fogging.html

14
LAMPIRAN

1. Kegiatan Fogging

2. Kegiatan Spraying

15

Anda mungkin juga menyukai