Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG


PELAKSANAAN 3M PLUS UNTUK PENCEGAHAN DEMAM
BERDARAH

Oleh
RETNO PUTRI ANGGRAINI
2016. 03. 076

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program akhir


pendidikan Diploma III Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

Oleh :

RETNO PUTRI ANGGRAINI


NIM : 2016. 03. 076

Kediri, 2019

Mengetahui : Menyetujui :
Ka. Prodi Pembimbing

Ns. Lilik Setiawan, S.Pd.,M.Kep Ns. Nurul Laili, M.Kep


LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah


Prodi D3 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri

Mengesahkan
Prodi D3 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri

Ka. Prodi

Ns. Lilik Setiawan, S.Pd.,M.Kep

Tim Penguji :

1. (..................................)

2. (..................................)

3. (..................................)
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


DBD merupakan penyakit infeksi menular yang ditemukan di daerah
tropis disebabkan oleh infeksi virus dengue dan ditularkan oleh vektor
nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus betina (WHO, 2016). Cara
penyebaran DBD adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty
(Candra,2010). Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue
dilakukan dengan cara 3M meliputi menguras, menutup tempat penampungan
air rumah tangga, serta mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang
bekas. Pengetahuan dan perankeluarga dalam menguras, menutup, mengubur
serta mengganti air vas bunga (3M Plus) dibutuhkan untuk mengurangi
penyebaran nyamuk (Depkes, 2005). Pengetahuan merupakan hasil dari
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu (Notoatmojo, 2007).
Wabah DBD ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. DBD
mengalami kenaikan jumlah penderita setiap tahun dengan rentang antara 50–
100 juta dan angka kematian kurang lebih 25.000 di seluruh dunia. Asia
Tenggara dan Pasifik Barat merupakan daerah terparah penyakit DBD.
Jumlah kasus DBD di Indonesia fluktuatif setiap tahunnya. Data tahun 2014
melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Vektor
dan Zoonatik Kemenkes RI, jumlah penderita mencapai 100.347.907 orang.
Tahun 2015 DBD sebanyak 129.650 penderita dan 1.071 mengalami
kematian. Tahun 2016 sebanyak 202.314 penderita dan 1.593 mengalami
kematian. Tahun 2017 tercatat sebanyak 17.877 kasus dengan 115 kematian.
Kasus DBD di Jawa timur mecapai 54,18 per 100.000 penduduk di tahun
2015. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2014 yakni 24,1 per
100.000 penduduk.
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas. Program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mengupayakan pemberantasan sarang
nyamuk melaui perilaku 3M yaitu menguras ( dan menyikat ) bak mandi, bak
WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga, dan mengubur,
menyingkirkan atau memusnahkan barang bekas (Hl Blum, 2010).
Pengetahuan keluarga tentang Perilaku Hidup Sehat melalui 3M diperlukan
untuk mencegah penularan DBD di masyarakat dengan menjaga kebersihan
lingkungan (Dewi Ariyani, 2016).
Penyakit DBD menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit DBD
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI,
2015). Faktor lingkungan menyebabkan tersedianya tempat – tempat
perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti
berkembangbiak dalam air tergenang dan terbuka. Tempat perkembangbiakan
nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat yang tidak
pernah dibersihkan (Dewi Ariyani,2016).
Dampak kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dan cara
melakukan 3M Plus dengan benar, akan meningkatkan jentik pada tempat
penampungan dan genangan air di rumah. Dampak kondisi lingkungan yang
tidak bersih akan mengakibatkan lingkungan menjadi tidak nyaman untuk
ditinggali dan menjadi sumber penularan berbagai penyakit salah satunya
penyakit DBD.
Solusi dan penanganan dapat dilakukan dengan keterlibatan keluarga
dalam melaksanakan pencegahan Demam Berdarah Dengue yaitu dengan
cara mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) berfungsi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Pengetahuan keluarga tentang manfaat dan cara melakukan 3M plus dengan
benar dapat dilakukan melalui pemberantasan sarang nyamuk dan
pengawasan jentik oleh jumantik.
Kesadaran masyarakat menciptakan lingkungan yang bersih dengan
berparsipasi dalam kegiatan kerja bakti dan melaksanakan program
Pemberantas Jentik Nyamuk (PSN) dengan 3M (menguras bak mandi,
menutup penampungan air dan mengubur barang bekas) dan menjadikan
langkah 3M menjadi suatu kebiasaan baik dalam lingkup keluarga maupun
masyarakat luas. Masyarakat dapat mengajarkan anak usia sekolah agar selalu
waspada akan DBD sehingga mampu menjaga diri dari bahaya penularan
DBD.
Petugas kesehatan melakukan penyuluhan secara intensif mengenai
DBD terutama upaya pencegahan dengan menggunakan leaflet atau spanduk.
Pelatihan kader kesehatan untuk membentuk tim pemantau jentik secara
berkala baik di rumah penduduk maupun di lingkungan tempat tinggal dan
tempat – tempat umum.
DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Faktor yang
mempengaruhi penularan penyakit DBD yaitu perilaku keluarga. Perilaku
keluarga didasari pengetahuan tentang cara mencegah penyakit DBD. Peneliti
tertarik mengambil judul ”Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang
Pelaksanaan 3M Plus Untuk Tentang Pencegahan DBD”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran
Pengetahuan Keluarga Tentang Pelaksanaan 3M Plus Untuk Pencegahan DBD
?”.
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang pelaksanaan 3M Plus


untuk pencegahan DBD di Desa Sukorame Kecamatan Sukorame.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Menjadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan dalam proses perencanaan dalam program
selanjutnya yang sehubungan dengan kejadian penyakit DBD.
1.4.2 Bagi Peneliti
Solusi pengalaman dan pengetahuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan terkait kesehatan dan keperawatan.
1.4.3 Bagi Responden
Sebagai informasi bagi keluarga tentang kejadian penyakit DBD,
dengan cara melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD secara mandiri.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue


2.1.1 Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang menyebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disertai luekopenia, ruam, limfodenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik (Sudoyo,dkk, 2009)
Sedangkan menurut WHO (2013) adalah infeksi virus yang
ditularkan oleh nyamuk yang menyebabkan penyakit seperti flu (flu-
like illness) dang kadang – kadang berkembang menjadi komplikasi
yang berpotensi mematikan yang disebut demam berdarah yang
parah.Penyakit ini sering ditemukan di daerah beriklim tropis dan sub-
tropis di seluruh dunia, terutama di daerah perkotaan dan semi-
perkotaan.
2.1.2 Etiologi
Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang
merupakan virus RNA beruntai tunggal (panjang sekitar 11 kilobases)
dengan nukleokapsid ikosahedral dan ditutupi oleh lapisan lipid. Virus
ini termasuk dalam keluarga Flaviviridae, genus Flavivirus. Virus
dengue memiliki 4 serotipe terkait tetapi antigen yang berbeda :
DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 (Medscape, 2012).
Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DENV-3
merupakan serotype terbanyak (Sudoyo,dkk, 2009).
2.1.3 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes
aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever)
dan chikunguya. Peneyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir

8
semua daerah tropis di seluruh dunia. Aedes aegypti merupakan
pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus
menciptakan siklus persebaran dengue di desa – desa dan perkotaan.
Masyarakat diharapkan mampu mengenali dan mengetahui cara – cara
mengendalikan DBD untuk membantu mengurangi persebaran
penyakit demam berdarah (Anggraeni, 2011)
Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari.
Protein dari darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang
dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk ini akan mencari
tempat hinggap (beristirahat). Tempat hinggap yang disenangi ialah
benda – benda yang tergantung, seperti : pakaian, kelambu atau
tumbuh – tumbuhan di dekat berkembang biaknya. Biasanya di tempat
yang agak gelap dan lembab. Setelah masa istirahat selesai, nyamuk
itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak mandi/WC, tempatnya,
drum, kaleng, ban bekas, dan lain-lain. Biasanya sedikit di atas
permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan mencari mangsanya
(menghisap darah) lagi dan seterusnya (Depkes RI, 2007)
a. Telur
Telur Aedes berukuran kecil (±0,80 mikron), berwarna hitam,
sepintas lalu, tampak bulat panjang dan berbentuk jorong (oval)
menyerupai topedo. Dibawah mikroskop, pada dinding luar
(exochorion) telur nyamuk ini, tampak adanya garis – garis yang
membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Di alam bebas
telur nyamuk ini diletakkan satu per satu menempel pada dinding
wadah/tempat perindukan terlihat sedikit diatas permukaan air. Di
dalam laboratorium, terlihat jelas telur ini diletakkan menempel
pada kertas saring yang tidak terendam air sampai batas setinggi 2-
4 cm diatas permukaan air. Di dalam laboratorium telur menetas
dalam waktu 1 – 2 hari, sedangkan di alam bebas untuk penetasan
telur diperlukan waktu yang kurang lebih sama atau dapat lebih
lama bergantung pada keadaan yang mempengaruhi air di wadah/
tempat perindukan. Apabila wadah air yang berisi telur mengering,
telur bisa tahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa
bulan. Ketika wadah air itu berisi air lagi dan menutupi seluruh
bagian telur, telur itu akan menetas menjadi jentik (Depkes RI,
2005)
b. Larva
Menurut Depkes (2005), ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan
pertumbuhan larva yaitu :
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5 – 3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
c. Pupa
Kepompong (pupa) berbentk seperti “koma”. Bentuknya lebih
besar namun lebih ramping dibanding larva (jentik). Pupa
berukuran lebih kecil di bandingkan dengan rata – rata pupa
nyamuk lain (Depkes RI, 2005)
d. Dewasa (imago)
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata –
rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik
– bintik putih pada bagian badan dan kaki. Nyamuk Aedes aegypti
jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk
keperluan hidupnya sedangkan nyamuk betina menghisap darah.
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia daripada binatang
(bersifat antrofilik). Protein yang terdapat dalam darah digunakan
untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk
jantan, dapat menetas. Biasanya nyamuk betina mencari
mangsanya pada siang hari. Kemampuan terbang nyamuk
mencapai radius 100 – 200 meter (Hastuti, 2008)
2.1.4 Patogenesis
Mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam
berdarah dengue dan sindrom rejatan dengue. Respon imun yang
diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah
a. Respons humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan
dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi
komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi
terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi
virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody
dependent enchancement (ADE).
b. Lomfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksin (CD8) berperan
dalam respon imun selular terhadap virus dengue. Diferensiasi T-
helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-
10.
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis viris dengan
opsonisasi antibody. Namun proses fagositosis ini menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
d. Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a (Sudoyono,dkk, 2009)

Perjalanan penyakit demam berdarah sering menimbulakn


gejala – gejala yang mengejutkan atau tidak terduga.Masa inkubasi
dimulai sejak nyamuk menggigit sampai menimbukan gejal lebih
kurang 13 – 15 hari. Setelah virus masuk kedalam tubuh, hal pertama
yang terjadi adalah viremia (darah mengandung virus) yang dapat
menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah
pada kulit, serta dapat juga menimbulkan pembesaran hati dan limpa.

Keadaan viremia tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya


kebocoran plasma (plasma keluar dari pembuluhn darah).Dengan
demikian, komponen darah mengalami hemokonsentrasi (pengentalan
darah) dan trombositopenia (penurunan pembekuan darah) yang dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan dalam tubuh.Kekentalan darah
tersebut dapat diketahui dari peningkatan nilai hematokrit yang
melebihi 20% dari nilai normal. Secara umum, DBD mempunyai tiga
fase dalam perjalanan penyakitnya, yaitu :

1. Fase demam (berlangsung antara 2-7 hari)


Pada fase ini, yang diperlukan adalah pengobatan
simtomatik atau pengobatan yang dilakukan untuk
menghilangkan gejalanya saja, seperti menurunkan demam atau
meningkatkan perbaikan kondisi penderita DBD. Setelah
penderita DBD bebas demam selama 24 jam tanpa obat penurun
panas, penderita akan memasuki fase kritis, dan pada yang lebih
parah penderita akan jatuh pada keadaan syok. Tindakan yang
dilakukan pada fase ini penting supaya penderita tidak jatuh
dalam kondisi yang lebih buruk.
2. Fase kritis (berlangsung antara 24-48 jam)
Fase ini umumnya dimulai pada hari ketiga sampai kelima
sejak diketahui adanya panas/demam yang pertama kali. Fase
kritis merupakan fase yang sangat menentukan, apabila penderita
berhasil melewati fase ini maka penderita akan masuk dalam fase
penyembuhan, tetapi jika kondisi kritis ini tidak bisa dilewati atau
terlambat ditangani maka penderita akan mengalami keadaan
yang fatal. Pada keadaan ini biasanya penderita akan mengalami
mual muntah, tidak nafsu makan, dan sudah mengalami
pendarahan, sehingga harus dilakukan pemantauan nilai trombosit
dan nilai hematokrit menunjukkan hasil yang normal atau stabil,
maka penderita sudah memasuki fase penyembuhan atau telah
melewati fase kritis.
3. Fase penyembuhan (berlangsung antara 2-7 hari)
Pada umumnya penderita DBD yang telah berhasil
melewati fase kritis akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu
kurang lebih 24-48 jam setelah shock. Keadaan ini ditandai
dengan kondisi umum penderita yang mulai membaik, nafsu
makan meningkat, disertai dengan hasil pemeriksaan tanda vital
yang stabil (suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan). Makan
yang mengandung nilai gizi tinggi sangat diperlukan untuk
memperbaiki daya tahan tubuh penderita (Hastuti, 2008).
2.1.5 Kriteria Klinik
Berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bial
semua hal di bawah ini terpenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya
bifasik.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : uji
bendung positif ; petekie, ekimosis atau purpura; pendarahan
mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain; hematemesis atau melena.
c. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul).
d. Terdapat minimal satu tanda – tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut : peningkatan hematrokit >20%
disbanding standart sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
e. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapatkan terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
f. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia (Sudoyo,dkk, 2009)
2.1.6 Manifestasi Klinik
Demam berdarah dengue ini diklasifikasikan menjadi empat
menurut tingkat keparahannya atau berat ringannya penyakit, dimana
derajat III dan IV di anggap syndrome syok dengue (SSD).
Derajat I : disebut derajat I apabila terdapat demam disertai
gejala yang lain, seperti : mual, muntah, sakit pada
ulu hati, pusing, nyeri otot, dan lain – lain, tanpa
adanya perdarahan spontan dan bila dilakukan uji
tourniquet menunjukkan hasil (+) terdapat bintik –
bintik merah. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan tanda – tanda hemokonsentrasi dan
trombositopenia.
Derajat II : disebut derajat II apabila terdapat tanda – tanda
dan gejala seperti pada DBD derajat I disertai
adanya pendarahan spontan pada kulit ataupun pada
tempat lain (gusi, mimisan, dan lain – lain)
Derajat III : disebut derajat III apabila terdapat tanda – tanda
shock, yaitu dari pengukuran nadi didapatkan hasil
cepat dan lemah, tekan darah menurun, penderita
gelisah, dan tampat kebiru – biruan pada sekitar
mulut, hidung dan ujung – ujunga jari.
Derajat IV : disebut derajat IV apabila penderita telah jatuh
pada kondisi shock, penderita kehilangan kesadaran
dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak
teratur (Hastuti, 2008)
2.1.7 Pencegahan
Indonesia termasuk daerah endemis bagi penyebaran penyakit
DBD, sehingga kapan saja penyakit ini dapat menjangkit dan
menyerang seluruh penduduk Indonesia. Sampai saat ini belum
ditemukan obat yang dapat membunuh virus demam berdarah. Namun
penyakit ini dapat dicegah dengan upaya memutus mata rantai
penyakit ini. Pencegahan penyakit DBD ini dikenal dengan istilah
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang dapat dilakukan dengan
cara berikut.
a. Kimia
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan dua
teknik.Pertama, dengan pengasapan/fogging (menggunakan
melathion dan fenthion). Yang kedua, dengan cara abatasi atau
pemberian bubuk abate pada tempat – tempat penampungan air
seperti : tempayan, ember, komlam air, vas bunga dan sebagainya.
b. Biologi
Pencegahan atau penegndalian secara biologis dilakukan
antara lain dengan memlihara jenis ikan pemakan jentik/larva
(ikan nila merah, ikan guppy dan sebagainya).
c. Fisik
Pengendalian atau pencegahan secara fisik dikenal dengan
sebutan kegiatan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur)
(Hastuti,2008). 3M yang dimaksud yaitu :
1) Menguras dan menyikat tempat – tempat penampunagn air,
seperti bak mandi/WC, drum, dan lain – lain seminggu sekali
(M1)
2) Menutup rapat – rapat tempat penampungan air, seperti
gentong air/tempayan, dan lain – lain (M2)
3) Memanfaatkan atau mendaur ulang barang – barang bekas
yang dapat menampung air hujan (M3)
Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti :
1) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat
– tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.\
2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3) Menutup lubang – lubang pada potongan bambu/pohon, dan
lain – lain (dengan tanah, dan lain- lain)
4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat – tempat
yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak – bak
penampungan air
6) Memasang kawat kasa
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang
memadai
9) Menggunakan kelambu
10) Memakai ibat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
11) Cara – cara spesifik lainnya di masing – masing daerah
(Depkes, 2004)
2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama
adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah
memenuhi kebutuhan masyarakat.Dalam pemberian pelayanan
kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya
keluarga sehingga dapat menerima.
Keluarga berasal dari bahasa Sanksekertakula dan warga
“kulawarga” yang berarti “anggota” kelompok kerabat. Keluarga
adalah lingkungan dimana beberapa orang masih memiliki hubungan
darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah
individu, memiliki hubungan antarindividu, terdapat ikatan,
kewajiban, tanggungjawab diantara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam
keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung
karena hubungan darah hubngan perkawinan atau pengangkatan,
dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai
perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan
beberapa pengertian keluarga.
A. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan dengan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, nenek.
B. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari
beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya.
C. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks
dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
kompenen yang masing-masing mempunyai sebagaimana
individu.
D. Duval (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap
anggota keluarga.
E. Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungannaungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya.
F. Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubunganungan darah yang sama atau tidak, yang
terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal satu
atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban
antara satu orang dengan yang lainnya.
G. Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
interaksi sosial, peran dan tugas.
H. Departemen Kesehatan RI (1988)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
2.2.2 Tipe Keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-
anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan
ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan
kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
3. Selain itu juga terdapat keluarga luas yang ditarik atas dasar
garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini
meliputi hubungan paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga
nenek.
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :
A. Tipe Keluarga Tradisional
1. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak.
2. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di
tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
4. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa
kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
B. Tipe Keluarga Non Tradisional
1. The Unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2. The Stepparent Family Keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family Keluarga
yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.
5. Gay And Lesbian Family Seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri
(marital partners).
6. Cohibiting Couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu.
7. Group-Marriage Family Beberapa orang dewasa
menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8. Group Network Family Keluarga inti yang dibatasi aturan atau
nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya
dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan
anaknya.
9. Foster Family Keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara,
pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless Family Keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
11. Gan Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.
2.2.3 Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial
dan spriritual.
2.2.4 Fungsi Keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi
yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:
A. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
B. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
C. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
D. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
E. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
2.2.5 Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana
keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pada
otoritas.
1. Berdasarkan lokasi
a. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu
disekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun disekitar
kediaman kaum kerabat istri.
b. Adat virilokal, adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri diharuskan menetap disekitar pusat kediaman kaum suami.
c. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri harus tinggal disekitar kediaman kaum kerabat istri.
d. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat tinggal disekitar pusat kediaman kerabat
suami pada masa tertentu, dan disekitar kediaman kaum
kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian).
e. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata
tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri.
f. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengaharuskan sepasang
suami istri untuk menetap disekitar tempat kediaman saudara
laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami.
g. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan
istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari
mereka juga tinggal disekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
a. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-
laki (laki-laki tertua, umumnya ayah).
b. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).
c. Equalitarian, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
2.2.6 Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duval (1985) dalam
(Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan,
yaitu:
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46
orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah
dalam hal :
a. Suami merasa diabaikan. 2
b. Peningkatan perselisihan dan argument.
c. Interupsi dalam jadwal kontinu.
d. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual
dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang
tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak. e) Konseling KB post partum 6 minggu.
5) Menata ruang untuk anak.
6) Biaya / dana Child Bearing.
7) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses
belajar dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga
terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak. 5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat
termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak – anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara
hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian
Pengertian adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan
sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo,2003)
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangta erat hubungannnya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat diperoleh dari
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap sesorang, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut
teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat
dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
2.3.2 Tingkat Penegtahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : (Notoatmodjo, 2013)
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sbelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik
dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahuii dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar.Orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi terus adapat menjelaskan,
menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3. Alikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum–
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau
suatu obyek kedalam komponen – komponen tetapi masih di
dalam struktur organisasi tersebut dan masiih ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di
dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian –
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
2.3.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo,
2013:11 adalah sebagai berikut :
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (Trial amd Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin -
pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau
disebut metodologi penelitian.Cara ini mula – mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561 – 1626), kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu
cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal
dengan penelitian ilmiah.
2.3.4 Proses Perilaku “TAHU”
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat
diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2. Interes (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh
perhatian dan tertarik pada stimulus
3. Evaluation (menimbang – menimbang) individu akan
mempertimbangkan buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut
bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru
5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus
Pada penelitian selanjutnya, Rogers (1974) yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003), menyimpulkan bahwa pengabdosian perilaku
yang melalui proses seperti diatas dan didasari ole pengetahuan,
kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara
atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari
tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan social yang secara terinci
merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti
pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang
ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, srana
fisik dan social budaya.
2.3.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita – cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal
– hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo
(2003), pendidikan dapat dipengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan dalam pembangunan
(Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosanklan, berulang
dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu –
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini
akan sebagai dari pengalaman dari kematangan jiwa.
b. Faktor Internal
1. Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (3
lingkungan merupakan seluran kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok)
2. Sosial Budaya
System social budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2.3.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,
yaitu :
1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%
2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : Hasil presentase >56%
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Definisi
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel (baik variable yang diteliti maupun variable yang tidak diteliti).
Kerangka konsep adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam
kegiatan ilmu (Nursalam, 2011; 55).

32
3.2 Kerangka Konsep

DemamBerdarah Dengue

Pengendalianvektor
DBD

Kimia : Biologi : Fisik :


1. Pengasapan/Fogging Memeliharaikanpemak Pelaksanaan
2. Abatasi anjentik/larva 3M (Menguras,
MenutupdanM
engubur)

PengetahuanKeluarga

KriteriaPengetahuan :
1. Baik (76%-100%)
2. Cukup ( 56% - 75%)
3. Kurang (>56%)

Penyebaran Virus
dapatdicegah

Keterangan :

: diteliti

: tidakditeliti

: berpengaruh

Gambar 3.1 Kerangkakonseppengetahuankeluargatentangpengetahuan 3M


untukpencegahanDemamBerdarah
BAB 4
BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan metode atau cara yang akan digunakan dalam
penelitian (Notoatmodjo, 2010).

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian merupakan suatu strategi untuk


mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai
pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh proses penelitian (Nursalam,
2013).

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan diskriptif, yaitu


metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Disini
peneliti akan menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pelaksanaan 3M
Plus untuk pencegahan Demam Berdarah.

4.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja adalah merupakan langkah – langkah dalam aktivitas
ilmiah, mulai dari penetapan, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak
awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerjanya
sebagai berikut :

34
Kerangka Kerja

Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah

Studi Pendahuluan

Tujuan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Metode Penelitian

Desain Variabel Populasi Sampel penelitian : Teknik sampling :


Penelitian penelitian : Penelitian : sebagian keluarga
“Deskriptif” Pengetahuan semua yang memenuhi Purposive Sampling
Keluarga keluarga di criteria penelitian
tentang 3M Desa dalam kurun waktu
untuk Sukorame penelitian
Mencegah Kecamatan
DB Sukorame

Teknik Pengumpulan Data :


Kuesioner

Pengolahan dan analisa data dengan menggunakan :


Rumus ρ = x 100 %
SM

Hasil :

a. Baik (76%-100%)
b. Cukup ( 56% - 75%)
c. Kurang (>56%)

Pembahasan dan Kesimpulan

Gambar 5.1 Kerangka kerja Gambaran Pengetahuan tentang Pelaksanaan 3M untuk Mencegah
Demam Berdarah
4.3 Populasi Penelitian

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi criteria yang telah


ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi merupakan keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2013).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini semua keluarga di


Wilayah UPTD Puskesmas Sukorame Kecamatan sukorame Kabupaten
Lamongan.

4.4 Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling


4.4.1 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010)
Dalam penelitian ini sampel yang dipilih harus memenuhi
kriteria penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Kriteria penelitiannya
adalah :
a. Kriteria inklusi
1) Keluarga yang bersedia dijadikan responden
2) Keluarga yang bertanggung jawab dalam keluarga
3) Keluarga dengan usia 26 – 45 tahun
4) Keluarga yang dapat membaca dan menulis
5) Keluarga dengan keadaan umum baik/tidak sakit
6) Keluarga yang kooperatif
b. Kriteria eksklusif
1) Keluarga tidak bersedia dijadikan responden
2) Keluarga yamg buta huruf
3) Keluarga yang lansia
4) Keluarga yang sakit
5) Keluarga tidak kooperatif
4.4.2 Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan menjadi
sampel dalam penelitian, yang ditemukan dengan cara melihat dari
populasi (responden) (Nursalam, 2015). Jika populasi <1000 maka :
2
N . z . p.q
n= 2.
d ( N −1 )+ z p . q

Keterangan :
n : Perkiraan jumlah sampel
N : Perkiraan jumlah populasi
Z : Nilai standart normal untuk α = 0.05 (1,96)
p : Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q : 1 – p (100%)
d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
(Nursalam, 2015)
4.4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyelesaikan porsi dan populasi
untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2013)
Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive
sampling merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam,2013).
4.5 Waktu dan Tempat Penelitian
a. Tempat pengambilan data di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukorame
Kecamatan Sukorame Kabupaten Lamongan
b. Penelitian direncanakan pada tahun 2019
4.6 Variabel, Cara Pengukuran, dan Definisi Operasional
4.6.1Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia) (Nursalam,2013). Yang menjadi
variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan keluarga tentang
pelaksanaan 3M untuk mencegah Demam Berdarah.
4.6.2 Pengukuran
Pengukuran adalah fenomena dengan maksud agar dilakukan
analisa menurut aturan tertentu. Dua karakteristik alat ukur yang harus
diperhatikan peneliti adalah validitas menyatakan apa yang
seharusnya diukur dan reliabilitas (keadaan) (Nursalam, 2014).
Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menyebarkan kuesioner.
4.6.3 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel – variabel yang diamati atau diteliti serta
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel
– variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang 3M


untuk Pencegahan Demam Berdarah

Variabel Definisi
Parameter Instrumen Skala Skor
Penelitian Operasional
Pengetahuan Pemahaman a. Cara pencegahan Kuesioner Ordinal a. Untuk jawaban
keluarga yang DBD benar diberi nilai
tentang dimiliki b. Penyebab DBD 1
pelaksanaan keluarga c. Penatalaksanaan b. Untuk jawabn
3M Plus dalam 3M Plus salah diberi nilai
untuk melaksanaan d. Cara 0
mencegah pencegahan pelaksanaaan 3M Hasil :
DBD DBD Plus Baik (76%-100%)
melalui e. Tujuan dari Cukup ( 56% - 75%)
program 3M program 3M Plus Kurang (>56%)
Plus

4.7 Teknik Pengumpulan Data


4.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan pada
subyek dan proses pengumpulan karakterisitik subyek yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013)
4.7.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrument merupakan alat – alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
diperlukan suatu alat salah satunya dengan menggunakan lembar
kuesioner. Kuesioner diperlukan untuk mengetahui pengetahuan
keluarga tentang pelaksanaan 3M untuk pencegahan Demam Berdarah
4.8 Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian
yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2013).
Data yang telah terkumpul kemudian peneliti menunjukkan analisa
data dengan teknik deskriptif dengan prosentase. Bila jawaban benar diberi
nilai 1 dan bila jawaban salah diberi nilai 0. Kemudian hasilnya dimasukkan
kedalam rumus prosentase.
SP
P= X 100 %
SM

Ket :
P : Prosentase
SP : Skor Perolehan
SM : Skor Maksimum

Data yang telah di tabulasi kemudian diinterpretasikan dengan


ketentuan sebagai berikut :

100% : Seluruh responden

76% - 99% : Hampir seluruh responden

51% - 75% : Sebagian besar responden

50% : Setengah dari responden

26% - 49% : Hampir setengah dari responden

1% - 25% : Sebagian kecil dari responden

0% : Tidak satupun dari responden

(Arikunto, 2006)

4.9 Masalah Etika


Etika penelitian berfungsi untuk melindungi hak – hak responden,
sehingga masalah etik yang ditekankan pada penelitian ini adalah :
4.9.1 Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat,
2007).
4.9.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden. Reponden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan digunakan (Hidayat, 2007).
4.9.3 Confidentialy
Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah
lainnya semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Candra, A. 2010. Dengue Hemorhagic Fever: Pathogenesis, and Its


Transmission Risk Factors vol.2, pp. 110 – 119

RI, Depkes. 2005. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di


Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral PP dan PL.

RI, Depkes. 2005. Penemuan dan Tatalaksana Penderita Demam Berdarah


Dengue. Jakarta : Depkes RI

RI, Depkes. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue


(PSN DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik. Jakarta : Depkes RI.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Wulandari, Dewi Ariani. 2016 . Analisa Menguras Menutup Dan Mengubur (3M
Plus) Pada Kepala Keluarga Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Dusun Branjangan Tijayan Manisrenggo Klate, J. Kesehatan
Masyarakat, Vol.9,No.

RI, Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta :


Kemenkes RI.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anggraini, D.S. 2010. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor : Cita Insan
Madani.

Hastuti, Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue Penyakit Cara Pencegahanny.


Yogyakarta : Kanisius
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan pendekatan praktis.


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Kepada
Yth.CalonResponden
Di Tempat

DenganHormat,
Saya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Kediri
Program Studi Diploma III Keperawatan. Saya bermaksud melaksanakan
penelitian untuk dijadikan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
akhir Diploma III Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan
Keluarga Tentang Pelaksanaan 3M Untuk Mencegah Demam Berdarah di
Wilayah UPTD Puskesmas Sukorame Kecamatan Sukorame Kabupaten
Lamongan.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk
menjadi responden. Kesediaan bapak/ibu menjadi responden bersifat sukarela.
Saya akan menjamin kerahasiaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan data
yang diberikan terhadap saya. Apabila selama pelaksanaan bapak/ibu merasa tidak
nyaman, bapak/ibu mempunyai hak untuk mengundurkan diri. Demikian atas
kesediaan bapak/ibu, saya mengucapkan terimakasih.

Pare, …… Juli 2018


Responden Peneliti

....................................... Retno Putri Anggraini


201603076
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth.Calon Responden
Di Tempat

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program Diploma III


Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri, saya akan melakukan penelitian
tentang “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pelaksanaan 3M Untuk
Mencegah Demam Berdarah di Wilayah UPTD Puskesmas Sukorame Kecamatan
Sukorame Kabupaten Lamongan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pelaksanaan 3M Untuk Mencegah
Demam Berdarah di Wilayah UPTD Puskesmas Sukorame Kecamatan Sukorame
Kabupaten Lamongan. Untuk keperluan tersebut saya mohon bapak/ibu untuk
bersedia/tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya
mohon bersedia/tidakbersedia *bapak/ibu untuk mengisi kuesioner yang saya
sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban bapak/ibu dijamin
kerahasiaannya.
Demikian lembar persetujuan ini saya buat. Atas bantuan dan
partisipasinya, saya sampaikan terimakasih.

Pare, Juli 2017


Responden Peneliti

....................................... Retno Putri Anggraini


201603076

Saksi

………………….….
*coret yang tidak perlu
DATA UMUM

Kuesioner tentang pengetahuan keluarga tentang pelaksanaan 3M untuk


pencegahan Demam Berdarah.

Nomor Responden : ……………….…………… *(diisi oleh peneliti)

Nama Inisial :…………………….……….

Umur :…….……………………….

Jenis Kelamin : Perempuan / Laki-laki *(coret salah satu)

Jumlah Keluarga :….…………………………

Pendidikan Terakhir : ……………….…………..

 Tidak tamat
 SD
 SMP
 SMA/SMK
 Akademi /PT *(centang salah satu)

Pekerjaan :…………………………..

Penghasilan :…………………………...

 < Rp. 1.000.000


 ≥ Rp. 1.000.000 *(centang salah satu)

1. Bagaimana penyebaran penyakit demam berdarah?


a. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya menderita penyakit demam
berdarah
b. Melalui debu/angin
c. Bersentuhan dengan penderita
d. Tidak tahu
2. Bagaimana cara mencegah penyebaran penyakit demam berdarah?
a. Mengisolasi penderita DBD
b. Memberantas nyamuk Aedes aegypti
c. Menghindari bersentuhan dengan penderita DBD
d. Tidak tahu
3. Tempat apa saja yang berpotensi / dapat menjadi tempat bersarang nyamuk
Aedes aegypti?
a. Tempat penampungan air yang tidak tertutup
b. Tanah
c. Di dahan tanaman
d. Sungai
4. Yang dimaksud pemberantasan sarang nyamuk adalah…
a. Memutus jentik kehidupan nyamuk
b. Menyemprot nyamuk
c. Memelihara barang – barang yang menjadi sarang nyamuk
d. Tidak tahu
5. Berikut ini yang bukan cara memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah….
a. Program 3M Plus
b. Menggunakan bubuk abate
c. Pengasapan atau fogging
d. Mengganti seprai 1 minggu sekali
6. Yang dimaksud 3M Plus adalah….
a. Menguras, menutup, mengubur dan mengganti air vas bunga
b. Menggali, membuang dan mengubur
c. Menberantas, mencegah, menangani
d. Tidak tahu
7. Tempat apa saja yang perlu dikuras/diganti agar tidak menjadi sarang
nyamuk ?
a. Bak mandi, air vas bunga, kolam
b. Sungai
c. Sumur
d. Air galon
8. Tempat apa saja yang perlu ditutup agar tidak menjadi sarang nyamuk?
a. Lemari
b. Gentong air/tempayan
c. Galon
d. Bak mandi
9. Barang apa saja yang perlu dikubur agar tidak menjadi sarang nyamuk?
a. Pakaian bekas
b. Daun – daun kering
c. Barang bekas yang dapat menampung air hujan
d. Tidak tahu
10. Tidakan tambahan atau Plus dari 3M, kecuali….
a. Menggunakan kelambu saat tidur
b. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
c. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
d. Membuka jendela kamar
11. Berapa kali 3M Plus harus dilaksanakan?
a. 3 minggu sekali
b. 2 minggu sekali
c. 1 minggu sekali
d. Setiap hari
12. Bagaimana anda tahu program 3M Plus…
a. Tetangga
b. Pemerintah
c. Tenaga kesehatan (Dokter, mantri, bidan)
d. Puskesmas

13. Apakah program 3M Plus efektif untuk mencegah DBD


a. Efektif
b. Sangat efektif
c. Tidak sama sekali
d. Tidak tahu
14. Siapa saja yang berperan penting dalam progam 3M Plus?
a. Keluarga / masyarakat sendiri
b. Pemerintah
c. Orang yang mau saja
d. Petugas Puskesmas
15. Apa manfaat melaksanakan program 3M Plus?
a. Agar menjadi warga yang patuh
b. Untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dan mencegah penyebaran
penyakit DBD
c. Agar lingkungan bersih
d. Tidak tahu

Anda mungkin juga menyukai