Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PERAN KADER JUMANTIK TERHADAP PERILAKU

MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH RW 03 KELURAHAN LENTENG
AGUNG

FITRI AMELIA

1905015078

5C

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Nama : Fitri Amelia


Pengomentar : Tasya Erindah Hidayat

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang
ada di Indonesia dimana penderita terus meningkat dan penyebarannya semakin
luas. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang terdapat pada nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk
Aedes Aegypti merupakan nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia dan
telah menyebabkan hampir 390 juta orang yang terinfeksi setiap tahunnya
(Kemenkes RI, 2017).
Virus dengue yang terdapat pada nyamuk Aedes Aegypti dapat ditemukan di
daerah tropik dan sub tropik. Virus ini banyak ditemukan di wilayah perkotaan dan
pinggiran kota di dunia. Di Indonesia yang memiliki iklim tropis ini sangat mudah
untuk pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan serta bagi tempat berkembangnya
beragam penyakit, terutama penyakit yang dibawa oleh vektor, yakni organisme
penyebar agen patogen dari inang ke inang (Kemenkes RI, 2017).
Penyakit DBD umumnya menyerang anak – anak berumur kurang dari 15
tahun serta bisa menyerang orang dewasa. Penyakit ini ditandai oleh demam 2 – 7
hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit
(trombositopenia), adanya haemoconcentration yang ditandai kebocoran plasma
(peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hypoalbuminemia). Dapat disertai
gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau
nyeri belakang bola mata.
DBD merupakan penyakit endemis yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Total
kejadian DBD di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai 2.947 kasus
dengan kasus meninggal sebanyak dua orang. Kejadian DBD meningkat 32,6
persen dengan 613 kasus pada Januari 2019 dibandingkan dengan Januari 2018
dengan kejadian DBD sekitar 200 kasus. Kasus DBD paling banyak terjadi di
wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat (Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat, 2020).
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit DBD
memerlukan peran serta dari masyarakat dan kader kesehatan. Salah satu upaya
yang dilakukan yaitu membentuk petugas yang dapat memantau adanya jentik-
jentik yang disebut Jumantik (Juru Pemantau Jentik). Kader jumantik diperlukan
untuk melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus-menerus. Jumantik
memiliki peranan yang sangat besar terutama menggerakkan masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk serta memutus mata rantai vektor penyebab DBD.
Jumantik merupakan warga masyarakat setempat yang dilatih sebagai bentuk
gerakan dalam mencegah penyakit DBD (Kemenkes RI, 2016). Dengan adanya
kader jumantik ini dapat menggerakkan serta meningkatkan motivasi masyarakat
untuk ikut serta dalam melakukan pengendalian vektor DBD.
Husnayain and Fuad (2019) menyatakan peran jumantik penting dalam
sistem kewaspadaan dini DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan
vektor penularnya. Keberhasilan kegiatan pemantauan dalam kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dapat diukur melalui angka bebas jentik
(ABJ). Apabila angka bebas jentik lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Sukayuni et al., 2021). Namun, jika
angka bebas jentik tinggi bisa disebabkan oleh kader jumantik yang kinerjanya
kurang baik. Dalam melaksanakan perannya, keaktifan jumantik dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, masa kerja, serta motivasi kerja yang dapat mempengaruhi
kinerja jumantik itu sendiri. Keaktifan peran jumantik dalam pemantauan,
pengawasan dan edukasi yang dilakukan secara periodik merupakan kunci
utama dalam meningkatkan keberhasilan pengendalian DBD dan mencegah
terjadinya peningkatan kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Kelurahan Lenteng Agung merupakan daerah yang termasuk ke dalam
Kecamatan Jagakarasa, Jakarta Selatan. Berdasarkan data yang berasal dari
surveilans-dinkesdki.net, selama periode bulan Januari – September 2021 sebanyak
37 masyarakat di Kelurahan Lenteng Agung menjadi penderita DBD. Untuk
menekan angka penderita DBD tersebut, wilayah Kelurahan Lenteng Agung
melakukan banyak kegiatan untuk mencegah terjadinya DBD salah satunya yaitu
dengan memberdayakan kader jumantik. Kader jumantik bertugas membantu
petugas puskesmas dan melakukan pendataan atau pemeriksaan jentik nyamuk dan
penyuluhan dari rumah ke rumah penduduk.
Berdasarkan latar belakang dan pernyataan yang telah dipaparkan di atas
makan penelitian ini diberi judul “Pengaruh Peran Kader Jumantik terhadap
Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Wilayah RW 03 Kelurahan Lenteng Agung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan masalah sebagai berikut
“Bagaimanakah pengaruh peran kader jumantik terhadap perilaku masyarakat
dalam upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah
RW 03 Kelurahan Lenteng Agung”.
1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Peneliti
 Sebagai wadah untuk mengimplementasikan ilmu yang sudah peneliti
dapatkan selama pendidikan.
 Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti terkait pengaruh peran kader
jumantik terhadap perilaku masyarakat sebagai upaya pencegahan penyakit
demam berdarah dengue.
b. Bagi Institusi
 Menambah daftar bacaan untuk perpustakaan milik institusi.
 Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
c. Bagi Masyarakat
 Menambah pengetahuan kader jumantik terkait upaya pencegahan demam
berdarah dengue.
 Menjadi bahan bacaan untuk masyarakat luas terkait pengaruh peran kader
jumantik terhadap perilaku masyarakat sebagai upaya pencegahan penyakit
demam berdarah dengue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue


2.1.1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang disebabkan
karena gigitan nyamuk Aedes Aegypty dan Ae.albopictus yang membawa
virus dengue. Nyamuk Aedes Aegypty memiliki warna hitam kecoklatan
yang ditandai dengan corak putih dibagian (dipisah karena menunjukkan
kata tempat : di bagian) kepala, abdomen, kaki dan torak dengan bentuk
bulan sakit. Sedangkan perbedaan pada nyamuk Ae.albopictus yaitu bagian
toraknya berbentuk garis lurus berwarna putih. DBD merupakan penyakit
menular dengan gejala demam 2-7 hari, penurunan jumlah trombosit <
100.000/mm3, kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan
hematokrit > 20% nilai normal. DBD memiliki gejala yang sama dengan
demam dengue seperti sakit/myeri (typo) pada ulu hati terus menerus,
pendarahan pada mulut, gusi, dan hidung (Kementerian Kesehatan RI,
2013). (ada referensi yang lebih terbaru ga? Saran aku, kalau bisa cari yang
terbaru atau lima tahun ke belakang)
Virus dengue memiliki memiliki variasi serotipe berbeda yaitu DEN-1
sampai DEN-4. Serotipe tersebut mempengaruhi tingginya endemisitas
DBD disuatu (dipisah karena menunjukkan kata tempat : di suatu) (daerah
dan menyebabkan kemungkinan masyarakat terinfeksi virus dengue lebih
dari satu kali. Virus dengue bereplikasi di dalam tubuh nyamuk selama 4-10
hari (masa inkubasi ekstrinsik). Virus akan masuk ke dalam kelenjar ludah
nyamuk setelah itu saat nyamuk mulai menghisap darah manusia maka
virus tersebut akan otomatis masuk ke dalam tubuh manusia dan bereplikasi
selama 5-7 hari yang nantinya akan menimbulkan gejala klinis (masa
inkubasi intrinsik). ( Referensi kutipan?)
2.1.2. Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue dapat ditandai dengan :
1. Demam 2-7 hari disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
sakit dibelakang (dipisah karena menunjukkan kata tempat : di belakang)
bola mata.
2. Manifestasi perdarahan seperti uji tomiket positif, bintik perdarahan,
mimisan, gusi berdarah, muntah darah, serta BAB berdarah.
3. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/mm3.
4. Tanda-tanda kebocoran plasma berupa peningkatan hematokrit > 20%
dari nilai baseline, efusi pleura, ascites, dan hipo albuminemia.
5. Gejala lain seperti sakit tenggorokan dan nafsu makan berkurang.
(Referensinya ada?)
2.1.3. Faktor Penyebab Demam Berdarah Dengue
Faktor penyebab kejadian DBD meliputi virus dengue sebagai agent,
manusia dan nyamuk sebagai host, dan lingkungan juga berperan dalam
kejadian DBD. Faktor satu sama lain saling memengaruhi dan
dipengaruhi. Infeksi virus dengue yang tersebar melalui vektor
dipengaruhi oleh faktor iklim seperti hujan, suhu, dan kelembapan.
Kelembapan udara akan memengaruhi daya tahan hidup nyamuk dimana
semakin lembap udara semakin besar pula daya tahan hidup nyamuk
tersebut. Kegiatan reproduksi dan kelangsungan hidup nyamuk
bergantung pada suhu dan kelembapan. Nyamuk Aedes aegypty
meletakkan telurnya pada suhu 25-30℃. (Referensinya ada?)
Faktor lain yang menyebabkan terjadimya DBD ialah pertumbuhan
populasi dengan pemukiman yang dibawah (dipisah karena menunjukkan
kata tempat : di bawah) standar kelayakan. Populasi penduduk yang
meningkat akan berdampak pada rumah penduduk yang saling berdekatan,
hal tersebut akan menyebabkan peningkatan risiko penyebaran nyamuk dan
meningkatkan risiko penularan DBD. Selain itu sistem pengolaan air yang
tidak layak dapat menjadi tempat nyamuk untuk bersarang (Kementerian
Kesehatan RI, 2019).

2.2 Kader Jumantik


2.2.1. Definisi Jumantik
Juru Pemantau Jentik (jumantik) adalah sekumpulan masyarakat yang
diberikan pelatihan untuk memeriksa jentik secara berkala dan
menggerakan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk. Kader
jumantik dibuat oleh Lembaga Pemberdayaan Masayarakat tingkat
kelurahan. Kader jumantik dilatih untuk melakukan edukasi dan memantau
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di setiap RW. (Referensi ada?)
2.2.2. Peran dan Tugas Jumantik
Peran kader jumantik yaitu menjalankan program Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN). PSN merupakan sebuah kegiatan yang berasal dari
pengembangan tujuh program pokok pengendalian DBD oleh Kementrian
Kesehatan di pemukiman penduduk program PSN ini dibentuk untuk
menurunkan angka kasus DBD. Tugas dari jumantik salah satunya ialah
untuk memastikan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypty .Nyamuk
tersebut berkembangbiak di tempat seperti penampungan air atau genangan
air yang jernih yang bukan beralaskan tanah seperti bak mandi, tempat
penampungan air kulkas, penampungan dispenser, dan vas bunga. Oleh
karerna itu kader jumantik harus memastikan tempat-tempat tersebut tidak
menjadi tempat nyamuk Aedes aegypty untuk berkembangbiak. (Referensi
ada?)
Kader jumantik juga memiliki tugas untuk mengedukasi dan
membantu dalam melakukan 3M plus dilingkungan rumah. 3M plus terdiri
dari :
1. Menguras, yaitu membersihkan tempat penampungan air seperti bak
mandi, ember, tempat penampungan air kulkas, serta penampungan air
minum.
2. Menutup, yaitu menutup dengan rapat tempat penampungan air seperti
toren air, drum, dan lainnya.
3. Mendaur ulang barang bekas yang bisa dipakai untuk dijadikan tempat
perkembangbiakkan nyamuk penyebab DBD.
(Referensi ada? Atau nyambung di paragraf selanjutnya?)
Poin plus diantaranya yaitu, mengganti air dalam pot bunga,
memelihara ikan pemakan jentik, menaburkan bubuk larvasida pada tempat
penampungan air yang sulit untuk dibersihkan, menanam tanaman untuk
mengusir nyamuk, mengatur ventilasi dan cahaya dalam rumah serta
menggunakan obat anti nyamuk (Kemenkes RI, 2016).

2.3 Perilaku Masyarakat


Menurut Chaplin perilaku merupakan kumpulan reaksi, perbuatan, aktivitas,
gabungan gerakan, tanggapan ataupun jawaban yang dilakukan seseorang, seperti
proses beripikir, bekerja, hubungan seks, dan sebagainya. Menurut Skinner,
perilaku adalah respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) .
Perilaku terjadi karena adanya rangsangan terhadap organisme dan kemudian
organisme tersebut merespon (Mrl et al., 2019). Perilaku terbagi menjadi dua, yaitu
 Perilaku Tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan secara tertutup. Respon
ini masuh terbatas terhadap pengetahuan atau kesadaran, perhatian, persepsi,
sikap, serta belum diamati dengan jelas oleh orang lain.
 Perilaku Terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan secara terbuka.respon
tersebut dalam bentuk tindakan yang dapat dilihat dan diamati oleh orang lain.

Lawrance Green mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua


faktor yaitu faktor perilau dan faktor diluar perilaku. Sedangkan perilaku
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor pengetahuan dan sikap ( faktor predisposisi
), faktor yang mencakup lingkungan fisik seperti tersedianya fasilitas atau sarana
keselamatan ( faktor pemungkin ), serta faktor yang meliputi pengawasan (faktor
penguat ). (Referensi ada?)
2.4 Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
2.4.1. Definisi Pencegahan
Pencegahan menurut KBBI ialah proses, cara, perbuatan mencegah;
penegahan; dan penolakan. Pencegahan penyakit adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk menghindari atau mengurangi risiko buruk akibat
dari suatu penyakit yang dilakukan dengan secara terpadu dan
berkelanjutan yang memiliki sifat preventif (RI, 2015). Upaya pencegahan
penyakit perlu dilakukan untuk memberikan perlindungan yang spesifik,
memutus rantai penularan, serta mengendalikan faktor risiko dari suatu
penyakit (RI, 2014) (Referensi terbaru ada?)
2.4.2. Cara Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Upaya pencegahan demam berdarah dengue dapat dilakukan dengan
cara membasmi nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan agent pembawa
virus dengue. Upaya yang dapat dilakukan ialah dengan menggunakan krim
pencegah gigitan nyamuk, menggunakan obat nyamuk, melakukan
pemasangan kawat kasa di ventilasi udara, tidak menggantung pakaian di
dalam ruang terbuka di rumah, serta memasang kelambu di tempat tidur
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Selain itu, upaya lain dapat dilakukan
dengan cara mengendalikan jumlah nyamuk. Pengendalian tersebut
digolongkan dalam 3 cara yaitu :
1. Pengendalian secara lingkungan
Pengendalian ini untuk ditujukan untuk membatasi perkembang
biakan nyamuk dengan harapan nyamuk tersebut dapat musnah.
Pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan cara menerapkan 3 M
(Menguras, Menutup, dan Mengubur). Untuk kegiatan menguras tempat
penampungan air dilakukan minimal seminggu sekali, selain dikuras
tempat penampungan air tersebut harus ditutup agar tidak dijadikan
tempat untuk bertelur dan berkembang biak oleh nyamuk, serta cara lain
yang dapat dilakukan ialah dengan mengubur atau menyingkirkan barang
tidak terpakai yang dapat digunakan untuk menampung air. (Referensi
ada?)
2. Pengendalian secara biologis
Kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan ialah dengan memelihara
ikan cupang untuk dimasukkan ke dalam kolam. Ikan tersebut ditujukan
untuk memakan jentik-jentik nyamuk yang ada di dalam tempat
penampungan air tersebut. Selain memelihara ikan cupang hal yang
dapat dilakukan ialah dengan memberikan bakteri Bacillus thuringiensis
(BtH-14) pada tempat penampungan air. (Referensi ada?)
3. Pengendalian secara kimiawi
Kegiatan pengendalian ini dilakukan dengan cara menaburkan bubuk
abate ke tempat penampungan air. Bubuk abate digunakan untuk
memberantas dan mengendalikan jumlah jentik-jentik nyamuk pada
penampungan air. Pengandalian secara kimiwai lain yang dapat
dilakukan ialah melakukan fogging atau pengasapan menggunakan
malathion dan fenthion untuk menurunkan penularan demam berdarah
dengue sampai batas tertentu. (Referensi ada?)
BAB III
KERANGKA TEORI

a. Kerangka Teori

Jenis Kelamin
Usia
Faktor
Lingkungan
Sarana
 Suhu
Kesehatan
 Kelembapan
 Kepadatan  Kader
Demam Berdarah
penduduk Jumantik
Dengue
 Pendidikan  Puskesmas
 Pertumbuhan  Klinik
populasi  Dokter
penduduk
 Ekonomi

Nyamuk Aedes
PSN 3 Plus
Aygypty
Faktor Perilaku
 Pengetahuan tentang DBD
Virus dengue  Sikap tentang DBD Angka Bebas
 Perilaku Pencegahan DBD (3M Plus) Jentik Meningkat
1. Menguras tempat penampungan
air
2. Menutup tempat peampungan air
3. Mendaur ulang barang bekas Risiko DBD
untuk tempat perkembangbiakkan Rendah
nyamuk
4. Menaburkan bubuk larvasida
5. Memelihara ikan pemakan jentik
6. Mengatur ventilasi dan cahaya

Sumber : H.L. Blum (1991) dan Skinner dalam (Notoatmodjo, 2010)


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A. B., & Sri, S. (2019). Peran Kader Jumantik Terhadap Perilaku Masyarakat
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kerja Kelurahan Tebet Timur Tahun 2019. Jukmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
3(2), 204–218.

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, K. K. R. (2020). Hingga Juli, Kasus DBD
di Indonesia Capai 71 Ribu. Kementrian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20070900004/hingga-juli-kasus-dbd-di-
indonesia-capai-71-ribu.html

Kemenkes RI. (2016). Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M-Plus Dengan Gerakan 1
Rumah 1 Jumantik. In Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.jumantik.org/download/item/47-download-petunjuk-teknis-1-rumah-1-
jumantik-kemenkes

Kemenkes RI. (2017). Demam Berdarah Dengue Indonesia. Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Demam Berdarah Di Indonesia, 5(7), 9.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Penngendalian Deman Berdarah


Dengue untuk Pengelola Program DBD Puskesmas. In Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (pp. 1–20). http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Edit
Buku DBD.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia


2017. In Journal of Vector Ecology (Vol. 31, Issue 1, pp. 71–78).
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2019). DENGUE UPDATE Menilik Perjalanan Dengue di


Jawa Barat.

Mrl, A., Kes, M., Jaya, I. M. M., Kes, M., Mahendra, N. D., & Kep, S. (2019). BUKU
AJAR PROMOSI KESEHATAN.

RI, P. P. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun


2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular. In Menteri Kesehatan Republik
Indonesia: Vol. Nomor 65 (Issue 879).

RI, P. P. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun


2015 Tentang Upaya Peningkatan Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit. In Ekp
(Vol. 13, Issue 3).

Rini, W. N. E., & Ningsih, V. R. (2020). Upaya Pencegahan DBD Dengan Gerakan
Satu Rumah Satu Jumantik Dalam Mewujudkan Masyarakat Peduli Sehat. Jurnal
Salam Sehat Masyarakat, 2(1), 49–55.
https://online-journal.unja.ac.id/JSSM/article/download/11161/10192

Sukayuni, N. putu eka, Prihandhani, I. S., & Artana, I. W. (2021). Peran Jumantik Pada
Kejadian Demam Berdarah Dengue: Studi Potong Lintang Di Uptd Puskesmas
Kuta Selatan. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 4(1), 1–5.
https://doi.org/10.32584/jikk.v4i1.889

Anda mungkin juga menyukai