Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan yang sangat
serius di Indonesia. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit
ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat
(Kemenkes,2017).
Aedes Aegypti merupakan vektor utama dengue di Indonesia. Vektor ini
banyak terdapat di tempat-tempat yang biasanya berisi air jernih dan tawar,
misalnya bak mandi, drum penampungan air, kaleng bekas, dan lain sebagainya.
Perkembangan vektor tersebut berhubungan erat dengan kebiasan masyarakat
menampung air untuk kebutuhan sehari-hari, kebersihan lingkungan yang kurang
baik dan penyediaan air bersih yang langka (Ayu Sri, 2015)

Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,


kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan
sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Kemenkes,2015).

Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor


risiko, yaitu: 1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat
perindukan nyamuk Aedes; 2) Pemahaman masyarakat yang masih terbatas
mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus; 3)
Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang
terjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4)
Meningkatnya mobilitas penduduk (Kemenkes,2016).

Di indonesia pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan


sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang dengan insiden rate =
45,85 per 100.000penduduk dan CFR= 0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus
pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 90.245 kasus dengan IR
37,27 (Rohim Abdul, 2017).

1
Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain
rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi
nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya
terjadi pada musim penghujan (Kemenkes,2015).

Musim penghujan yang terjadi di negara-negara tropis menyebabkan


munculnya beberapa organisme penyebab penyakit, seperti virus, bakteri, jamur,
dan parasit. Udara lembab yang datang bersama hujan menyebabkan organisme
tersebut tumbuh semakin subur dan menyebar dengan sangat cepat. Akibatnya,
muncul sejumlah penyakit berbahaya yang khas untuk negara-negara tropis, salah
satunya penyakit Demam Berdarah Dengue (Conny Helly,2016).

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut : hubungan perilaku dan tindakan
masyarakat dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja
puskesmas pasar merah 2018.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku dan tindakan masyarakat
dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja
puskesmas pasar merah 2018.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat terhadap
penyakit DBD.
2. Untuk mengetahui bagaimana tindakan masyarakat terhadap
penyakit DBD.
3. Untuk mengetahui hubungan perilaku dan tindakan masyarakat
terhadap penyakit DBD.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Responden

2
Untuk meningkatkan perilaku dan tindakan masyarakat diwilayah
kerja puskesmas pasar merah terhadap penyakit DBD.

1.5.2 Bagi Peneliti


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
peneliti mengenai bagaimana cara melakukan penelitian dan juga
dapat menambah pengalaman dalam melakukan penelitian
kesehatan serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.

1.5.3 Bagi Institusi


Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang
hubungan perilaku dan tindakan masyarakat dengan penyakit
demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja puskesmas pasar
merah 2018.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoadmodjo, 2003)

1. Perilaku tertutup (covert behavior)


Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert).

3
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2. Demam Berdarah Dengue


2.2.1. Defenisi demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegepty dan aedes albopictus dengan manifestasi yang bervariasi, mulai
dari demam akut hingga sindrom renjatan yang dapat menyebabkan mortalitas.
Indonesia termasuk negara endemis dengue; morbiditas dan mortalitas
dipengaruhi oleh usia, kepadatan vektor, tingkat penyebab virus, dan kondisi iklim
(Kapita selecta,2014).

2.2.2. Epidemiologi demam berdarah dengue


Epidemi penyakit demam dengue (dengue fevel/DF) pertama kali
dilaporkan diBatavia oleh David Bylon pada tahun 1779. Penyakit ini disebut
penyakit demam 5 hari. Wabah demam dengue terjadi pada tahun 1871- 1873 di
Zanzibar kemudian di Pantai Arab dan terus menyebar ke Samudra Hindia
(Kemenkes, 2011).

2.2.3. Etiologi demam berdarah dengue


Virus Dengue, merupakan anggota dari genus flavivirus dalam family
flaviviridae, dan terdiri dari empat serotipe : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Seluruh serotipe beredar di indonesia, dengan serotipe DEN-3 yang paling
dominan dan ditemukan pada kasus dengue dengan masa inkubasi sekitar 4-10
hari (kapita selecta,2014).
Menurut Depkes RI 2012 menjelaskan bahwa dari 4 serotype tersebut
yang terbanyak kasusnya disebaban oleh serotype DEN-3 dan DEN-2. Infeksi
oleh salah satu jenis serotype akan memberikan imunitas seumur hidup terhadap
serotype yang lain.
Dalam kehidupan di air, perkembangan nyamuk aedes dari telur sampai
mencapai nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7-14 hari yaitu 2-3 hari untuk
4
perkembangan telur menjadi jentik, 4-9 hari dari jentik menjdi pupa 1-2 hari
menjadi nyamuk dewasa (Hidayah,2009).

Nyamuk Aedes aegypti aktif mengigit pada waktu pagi hari (pukul
08.0012.00) dan sore hari (pukul 15.00-17.00). Nyamuk Aedes aegypti ini hidup
dan berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak
langsung berhubungan dengan tanah seperti: vas bunga, toren air, bak mandi,
tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dll (Depkes RI 2012)
Kepadatan nyamuk akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana terdapat
benyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat perkembangbiakaan
nyamuk Aedes aegypti. Vektor lain penyebab demam berdarah juga dapat
ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus, namun nyamuk ini kurang berperan
dalam menyebarkan penyakit demam berdarah, jika dibanding-kan dengan
nyamuk Aedes aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes albopictus hidup dan
berkembangbiak dikebun atau semak-semak, sehingga lebih jarang kontak
dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada
didalam dan sekitar rumah (Zulaikhah, 2014)

2.2.4. Patofisiologi demam berdarah dengue


Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk
aedes aegepty atau aedes albopictus. Virus akan berada didalam darah sejak fase
aku/fase demam hingga klinis demam menghilang. Secara klinis, perjalanan
peyakit dengue dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase
penyembuhan (kapita selecta,2014).
Fase demam berlangsung pada hari ke 1 hingga 3, fase kritis terjadi pada
hari ke 3 hingga 7, dan fase penyembuhan terjadi setelah hari 6-7. Perjalanan
penyakit tersebut menentukan perubahan tanda dan gejala klinis pada pasien
dengan infeksi demam berdarah dengue.
Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, yang terjadi mendadak
tinggi selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala lainnya seperti lesu, tidak
nafsu makan, dan muntah. Selain itu, pada anak lebih sering terjadi gejala facial
flush, radang faring, serta pilek.
Pada DBD, terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan
kebocoran plasma ke jaringan. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan syok
hipovolemia. Peningkatan permeabilitas vaskular akan terjadi pada fase kritis dan

5
berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa cairan
diberikan maksimal 48 jam.

Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kompleks


dari sistem imun : monosit dan sel T, serta produksi mediator inflamasi dan sitokin
lainnya. Manifestasi perdarahan yang paling dijumpai pada anak ialah perdarahan
kulit (petekie) dan mimisan (epistaksis). Tanda perdarahan lainnya yang patut
diwaspadai antara lain melena, hematemesis dan hematuria. Kebocoran palsma
secara masif akan menyebabkan pasien mengalami syok hipovolemik.

2.2.5. Gejala klinis demam berdarah dengue


Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari sindrom
virus nonspesifik sampai perdarahan yang dapat berakibat fatal sehingga
mengakibatakan terjadinya kegagalan sirkulasi (Mardiana, dalam Zulaikhah,
2014).
Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah pada
kulit. Selain itu suhu badan lebih dari 38 °C, badan terasa lemah, lesugelisah,
ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula
disertai pendarahan seperti mimisan dan buang air besar bercampur darah serta
turunya jumlah trombosit hingga 100.00/mm3. (Depkes RI, 2012).

2.2.6. Klasifikasi derajat infeksi DBD


Derajat keparahan demam berdarah dengue yaitu (compendium,2015) :
a. Derajat I: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah hasil uji tourniquet yang positif.
b. Derajat II: sebagai tambahan dari manifestasi derajat 1, terdapat
perdarahan spontan. Biasanya dalam bentuk perdarahan kulit atau
perdarahan lainnya.
c. Derajat III: Kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang lemah dan
cepat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipertensi,
gelisah dan kulit teraba dingin.
d. Derajat IV: Syok berat dengan nadi dan tekanan darah yang tidak
terdeteksi
2.2.7. Cara Penularan

6
Virus dengue ditransmisikan dari manusia ke manusia oleh gigitan
nyamuk. Manusia adalah hospes definitif dari virus tersebut. Ditemukan juga
bahwa di daerah hutan Malaysia dan Afrika, monyet menjadi hospes utama dari
virus ini.Aedes aegepty adalah vektor nyamuk yang paling efisien dalam
menyebarkan virus dengue karena kebiasaan hidupnya. Nyamuk betina mencari
menggigit manusia di siang hari. Setelah menggigit manusia yang terjangkit virus
dengue, Aedes aegepty dapat menularkan dengue secara segera setelah menggigit
manusia yang sudah terinfeksi atau setelah menunggu waktu inkubasi (8-10 hari)
sehingga virus telah bertambah banyak di kelenjar ludah nyamuk. Sekali
terinfeksi, selama daur hidup nyamuk (30-45 hari) dapat tetap menginfeksi
manusia
Nyamuk Aedes lain yang memiliki kemampuan menularkan dengue adalah
Aedes albopitecus, Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris.2,3 Masing-masing
spesies punya distribusi geografik yang berbeda dan spesies-spesies tersebut
kurang efisien dalam menyebarkan dengue dibanding dengan Aedes aegepty.

Menurut WHO ada tiga siklus penyebaran virus Dengue

a. Siklus Enzootik : siklus penularan yang terjadi antara monyet-Aedes-


monyet yang dilaporkan terjadi di Asia Selatan dan Afrika. Virus tidak
bersifat patogenik bagi monyet . Ke empat serotip dari dengue (DENV1-4)
mampu menulari monyet.
b. Siklus Epizotik : virus dengue menyilang ke primata dari kondisi epidemik
manusia. Perpindahan tersebut dijembatani oleh vektor.
c. Siklus Epidemik : siklus epidemik terjadi antara manusia-Aedes
aegeptymanusia. Kontinuitas siklus ini bergantung pada tinggi titer virus pada
manusia yang memberikan kemampuan meneruskan transmisi
kenyamuk. (Sidiek,2012 dalam Azhari Ayu, 2015)

Jenis–jenis tempat perkembang biakan nyamuk Ae.aegypti dapat


dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari- hari seperti drum,
tangki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti temapt
minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban,
kaleng, botol,plastik dan lain-lain).

7
c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelapah daun,
tempurung kelapa, dan lain-lain. Nyamuk Ae.aegypti disebut black-white
karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan diatas
dasar hitam, nyamuk ini sering disebut nyamuk rumah. Masa pertumbuhan
dan perkembangan nyamuk Ae.Aegypti mengalami metamorfosa sempurna
melalui 4 tahap yitu telur, larva, pupa, dan dewasa.

Setiap bertelur nyamuk betina dapat mengelurakan telur sebanyak 100


butir. Telur berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5–0,8
mm, permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampunh, diletakkan satu per
satu pada benda- benda yang terapung pada dinding bagian dalam tempat
penampungan air yang berbatasan lansung dengan permukaan air.

Jentik kecil berwarna transparan dengan corong pernafasan berwarna


hitam (siphon) yang menetes dari telur dan akan tumbuh menjadi besar
yangpanjangnya 0,5 1 cm. Jentik akan selalu bergerak aktif dalam air dengan
gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas
(mengambil udara), kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Pada
waktu istirahat posisi hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya
berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6–8 hari jentik akan
berubah menjadi kepompong. Kepompong berbentuk koma, geraknya lamban
dan sering berada di permukaan air. Setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk
dewasa.
Nyamuk betina Ae.aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada
binatang (antropophilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika
dibuahi oleh sperma nyamuk jantan sehingga dapat menetes. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk
mengisap darah sampai telur dikeluarkan biaanya bervariasi antara 3 – 4 hari.
Jangka wakti tersebut satu siklus gonotropik. Nyamuk, betina biasanya mencari
mangsa pada siang hari dengan 2 (dua) puncak aktivitas yaitu pukul 09-00 –
10.00 dan pukul 16.00 – 17.00. Nyamuk Ae.aegypti mempunyai kebiasaan
menghisap berulang kali dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi
lambungnya dengan darah.
Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.
Tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat selama menunggu waktu
bertelur adalah tempat gelap, lembab, dan yang bergantung seperti pakaian,

8
kelambu dan handuk. Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat
mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang
nyamuk betina, yaitu rata – rata 40–100 meter. Namun secara pasif misalnya
karena angin atau terbawa kenderaan, nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh.
Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh nyamuk dari penguapan oleh
karena aktivitasnya,maka jarak terbang nyamuk terbatas, sehingga
penyebarannya tidak jauh dari tempat perindukan, tempat mencari mangsa dan
tempat istirahat, terutama di daerah yang padat penduduk (Soeroso dalam Ummi
Zulaikha 2014 dalam Azhari ayu, 2015 )

2.2.8. Penegakan diagnosis demam berdarah dengue


1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik (kapita selecta,2014).
a. Demam : demam tiba-tiba terjadi dan tinggi, bersifat kontinu,
berlangsung selama 2-7 hari.
b. Adanya tanda-tanda perdarahan, termasuk uji turniket positif, petekie,
purpura (pada lokasi pungsi vena), ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi dan hematemesis/melena.
c. Ditemukan hepatomegali, sering ditemukan pada 90-98% kasus anak.
d. Tanda-tanda syok : takikardi, perfusi perifer buruk dengan nadi lemah
dan tekanan nadi (pulse pressure: selisih sistolik dan diastolik) <20
mmHg, atau hipotensi dengan akral dingin, pucat dan tampak lemas.

2. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang


Dapat ditemukan (compendium,2015) :
a. Pemeriksaan darah rutin : lekopeni, trombositopenia (≤100.000/mm³),
hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit ≥20% dari nilai rata-rata).
b. Serologi : IgG-IgM antidengue (+), pemeriksaan protein virus NS-1
dengue.
c. Foto thoraks : penumpulan sudut kostofrenikus pada efusi.
d. USG abdomen : double layer pada dinding kandung empedu, asites.

2.2.9. Penatalaksanaan demam berdarah dengue


Berdasarkan rekomendasi WHO 2011, prinsip umum terapi dengue ialah
sebagai berikut (kapita selecta, 2014) :
1. Pemberian cairan kristaloid isotonik selama periode kritis, kecuali pada
bayi usia <6 bulan yang disarankan menggunakan NaCl 0,45%.
9
2. Penggunaan cairan koloid hiperonkotik, misalnya dekstran 40, Dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan kebocoran plasma yang berat dan
tidak ada perbaikan yang adekuat setelah pemberian kristaloid.
3. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumatan
(maintenance) ditambah 5% umtuk dehidrasi. Jumlah tersebut hanya untuk
menjaga agar volume intravaskular dan sirkulasi tetap adekuat.
4. Durasi pemberian terapi cairan intravena tidak boleh melebihi 24-48 jam
pada kasus syok. Pada kasus tanpa syok durasi terapi tidak lebih dari 60-
72jam.
5. Pada pasien obsitas, perhitungan volume cairan sebaiknya menggunakan
berat badan ideal.
6. Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis. Kebutuhan
cairan intravena pada anak berbeda dengan dewasa.
7. Pemberian transfusi trombosit tidak direkomendasikan pada anak.

1. Manajemen DBD Derajat I dan II (kasus non syok)


Cairan diberikan sejumlah kebutuhan rumatan (untuk 1 hari) + defisit 5%
(oral maupun intravena) selama 48 jam. Sebagai contoh, anak dengan berat badan
20 kg, maka defisit 5% = 50 ml/kgBB x 20 kg = 1000 ml. Kebutuhan rumatan
ialah 1500 ml untuk i hari. Dengan demikian, total pemberian cairan ialah M +
5% = 2500 ml, yang diberikan selama 48 jam. Jumlah cairan disesuaikan dengan
kondisi klinis, tanda vital, keluaran urin, dan kadar hematokrit.

Tabel. 2.1 Laju Pemberian Infus pada Anak (WHO,2011)


Laju pada anak Laju pada dewasa
(mL/kgBB/jam) (mL/jam)
Setengah rumatan 1.5 40-50
Rumatan 3 80-100
Rumatan + defisit 5% 5 100-120
Rumatan + defisit 7% 7 120-150
Rumatan + defisit 10% 10 300-500

10
2. Manajemen DBD Derajat III (kasus syok)

Tanda vital tidak stabil

Keluaran urin ↓

Tanda-tanda syok (DBD


grade III)

Perbaikan Tidak ada perbaikan

Kurangi Cek : asidosis,


kecepatan infus perdarahan, kadar
menjadi 7;5;3;1,5 kalsium, kadar glukosa
ml/kgBB/jam darah, koreksi kelainan
yang ada.
Perbaikan lebih
lanjut Peningkatan Penurunan
hematokrit hematokrit
Hentikan terapi
cairan intravena Koloid IV - Resusitasi 10
setelah 24-48 jam. (Dekstran 40) ml/kgBB/jam

- Transfusi
whole blood
10
ml/kgBB/jam
atau PRC 5
ml/kgBB

Perbaikan

Kurangi kecepatan infus menjadi


7;5;3;1,5 ml/kgBB/jam

Terapi dihentikan setelah 24-48 jam.

Gambar 2.2 Manajemen DBD Derajat III (Kasus Syok)

3. Manajemen DBD Derajat IV (kasus syok)

11
a. Pemberian cairan dilakukan lebih agresif : 10 ml/kgBB bolus selama
10-15 menit. Evaluasi tekanan darah; bila ada perbaikan lanjutkan
terapi seperti manajemen kasus grade III.
b. Bila syok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10 ml/kgBB,
serta evaluasi dan atasi abnormalitas hasil laboratorium (asidosis,
gangguan keseimbangan elektrolit, hipoglikemia).
c. Transfusi segera (mempertimbangkan kadar hematokrit sebelum
resusitasi) dapat diberikan.
d. Bila syok belum teratasi, pertimbangkan pemberian inotropik dan
rawat intensif bila jumlah cairan diberikan sudah adekuat.

Kerangka konsep
2.10 Kerangka Konsep
Independent Variabel yaitu :

Perilaku Masyarakat dengan


Variabel perancu yaitu : Hubungan
penyakit demam berdarah
perilaku dan tindakan masyarakat
dengue di Puskesmas Pasar
demam penyakit demam berdarah
12 dengue di Puskesmas Pasar merah
merah

Dependent Variabel yaitu:

Tindakan Masyarakat dengan


penyakit demam berdarah
dengue di Puskesmas Pasar
merah

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan observasi
atau pengukuran variabel pada saat yang sama.

3.2. Tempat dan waktu penelitian


Tempat penelitian adalah di Puskesmas Pasar Merah Medan, kecamatan
medan Timur dilakukan pada bulan Agustus 2018 – September 2018.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
13
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah
3.1.1. Sampel
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian adalah menggunakan
accidental sampling. Dimana jumlah populasi target adalah 70 orang.
3.3.2. Kriteria Inklusi
1. Masyarakat yang datang ke Puskesmas Pasar merah
2. Bersedia mengikuti penelitian
3. Masyarakat yang sudah menikah maupun belum menikah
3.3.3. Kriteria Ekslusi
1. Responden yang belum dewasa
2. Responden yang tidak bisa membaca
3. Responden yang berkebutuhan khusus

3.4 Identifikasi Variabel


Pada penelitian ini variabelnya adalah :
3.4.1. Variabel pengaruh atau variabel bebas (independent variabel)
yaitu: untuk mengetahui perilaku msyarakat dengan penyakit DBD di
Puskesmas Pasar Merah
3.4.1. Variabel terpengaruh atau variabel terikat (dependent variabel)
yaitu: perilaku dan tindakan masyarakat dengan penytakit demam berdarah
di wilayah kerja Puskesmas Pasar merah

3.5. Definisi operasional

No Variabel Difenisi Skala Alat Ukur Hasil Ukur


1 Perilaku Perilaku adalah Ordinal Kuesioner a. Setuju
b. Tidak
hasil tahu, sikap terstruktur
setuju
atau tindakan
seseorang
tentang
penyakit dbd
2 Penyakit Penyebarannya Ordinal Kuesioner a. Ya
b. tidak
DBD penyakitnya terstruktur
disebabkan oleh
gigitan nyamuk

14
3.6. Instrumen penelitian
3.6.1 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner penelitian untuk
mengukur Perilaku masyarakat dengan penyebaran penyakit dbd di
wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah.

3.6.2 Analisis uji coba Instrumen


Uji coba Instrumen dipergunakan untuk mengetahui apakah
instrumen penelitian yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai alat ukur
yang baik atau belum. Tujuan uji coba instrumen adalah mengetahui
seberapa jauh alat pengukur yang telah disusun memiliki validitas dan
reabilitas yang sudah dikatagorikan baik dan memenuhi persyatratan,
kemudian dipersiapkan kemudian dibagikan kepada kelompok responden
uji coba.

3.6.3. Uji validitas


Arikunto (1998) mengemukakan : uji validitas digunakan untuk
mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen
dikatan valid apabila dapat mengukur yang semestinya diukur atau
mampu, mengukur apa yang dicari secara tepat. Valid tidaknya suatu
instrumen dapat dilihat dari mulai koefisien korelasi antara skor item
dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item yang tidak berkorelasi
Secara signifikan dinyatakan gugur. Untuk mencari validitas alat ukur
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh pearson dan dikenal
sebagai rumus korelasi product momen.

3.7 Teknik Pengumpulan data


Data yang digunakan adalah data primer. Pengumpulan data primer
dilakukan metode kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah pertanyaan yang sudah
mengarah ke jawaban yang alternatifnya sudah ditetapkan (Notoadmodjo
S,2005). Jenis data primer meliputi Perilaku Masyarakat dengan Dbd.

15
Kuesioner diberikan kepada responden berada di wilayah ke Puskesmas
Pasar Merah.

3.8. Teknik Analisis Data


3.8.1. Editing
Adalah data yang bertujuan untuk menilliti kembali apakah isian
pada lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai
upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut.

3.8.2. Coding
Adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kreteria
tertentu, Klasifikasin pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang
biasanya berupa angka .

3.8.3. Scoring
Adalah penentuan skor, dalam penelitian ini menggunakan sekala
ordinal.

3.8.4. Tabulating
Adalah penyususnan data dalam bentuk distribusi frekuensi (Nazir,
2005).

3.9. Analisis data


Instrumen Penelitian yang diambil secara random yang terdiri dari 17
pertanyaan
a. Perilaku 8 Pertanyaan
b. Tindakan 9 Pertanyaan

Perilaku baik : 76%


Perilaku buruk: < 56%
Nilai untuk pertanyaan tindakan
a. Untuk jawaban baik : 2
b. Untuk pertanyaan buruk : 1

Nilai untuk pertanyaan Perilaku


a. Untuk jawaban baik : 2
b. Untuk pertanyaan buruk : 1

Kemudian dilakukan analisis bivariat Uji Rank Spearman tingkat


signifikan 0,05 dengan menggunakan SPSS versi 23 untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel independen terhadap variabel dependen.

16
Untuk indeks korelasi dapat diketahui yaitu:
Arah positif (+) dan arah negatif(-). Tanda positif menunjukkan adanya
korelasi sejajar searah, sedangkan tanda negatif menunjukkan berlawanan arah.
1. Kolerasi (+) makin tinggi nilai X makin tinggi nilai Y atau kenaikan X
diikuti kenaikan Y
2. Kolerasi (-) makin tinggi nilai X makin rendah nilai Y atau kenaikan
diikuti penurunan Y
Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks. Berapapun
kecilnya indeks korelasi jika p< 0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak. Artinya
ada hubungan antara Perilaku masyarakat dengan Penyakit DBD di Puskesmas
Pasar merah. Tinggi rendahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar kecilnya
angka dalam indeks Coefficient corelation . makin besar angka dalam korelasi,
makin tinggilah korelasi kedua variabel (Sastroasmoro, 2014)

3.10 Etika penelitian


Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan kepada
Puskesmas Kota Rantauprapat untuk mendapatkan persetujuan. Setelah itu
melakukan penelitian pada responden dengan melakukan masalah etika yaitu :

3.10.1. Informed Consent (lembar persetujuan )


Informed Consend diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek
penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika bersedia
responden menandatangani lembar persetujuan.

3.10.2. Anonimity (tanpa nama)


Responden tidak perlu mencantumkan namnaya pada lembar
pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden untuk menjamin
kerahasiahan identitas.

3.10.3. Confidentiality (Kerahasiaan)


Informasi yang diperoleh dari respondent akan dijamin kerahasiahan oleh
peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya ditampilkan pada forum
akademis.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Dekskriftif Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pasar merah Medan, Kecamatan
Medan timur, Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara , yang berada di Jln, Jati II
4.1.2 Analisa Univariat
Tujuan analisa univariat adalah untuk menerangkan distribusi frekuensi
perilaku dan tindakan tantang penyakit demam berdarah di Puskesmas Pasar
merah
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari kuisioner untuk mengetahui
perilaku dan tindakan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pasar merah,
didapati sebanyak 40 responden yang bersedia mengisi kuisioner. Kemudian
diolah dan dianalisa oleh penulis berdasarkan kuisioner yaitu sebagai berikut:

4.1 Tabel Distribusi Jenis Kelamin di Puskesmas Pasar Merah Tahun 2018

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki laki 18 45.0 45.0 45.0

perempuan 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

18
Dari table 4.1 didapatkan jenis kelamin perempuan sebanyak 22
orang (55.0%), dan laki-laki sebanyak 18 orang (45.0%).

tPerilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 17 42.5 42.5 42.5

Baik 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Tindakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 16 40.0 40.0 40.0

Baik 24 60.0 60.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Correlations

Perilaku Tindakan

Perilaku Pearson Correlation 1 .021

Sig. (2-tailed) .899

N 40 40

19
Tindakan Pearson Correlation .021 1

Sig. (2-tailed) .899

N 40 40

Dari tabel 4.4 Dilakukan analisis dengan mengunakan Uji korelasi


spearmen, didapatkan nilai P-value sebesar 0,21 maka secara statistik perilau dan
tindakan tidak berhubungan

4.2 Pembahasan
4.2.1 Jenis Jelamin
Dari hasil penelitian di atas yang dilakukan di Puskesmas pasar Merah
Kecamatan Medan Timur didapati jenis kelamin terbanyak adalah perempuan
sebanyak 22 orang (55.0%), sedangkan pada laki-laki sebanyak 18 orang
(45.0%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Ayu,2015) dengan didapati
jenis kelamin perempuan sebanyak 162 responden (100%).

4.2.2 Perilaku
Dari hasil penelitian di atas yang dilakukan di Puskesmas pasar Merah
Kecamatan Medan Timur didapati perilaku masyarakat yang baik sebanyak 23
orang (57,5%), sedangkan perilaku masyrakat yang kurang 17 orang (42,5%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (heriati, 2014) didapatkan bahwa perilaku
kelompok yang baik tentang DBD lebih tinggi yaitu 82%.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Setiawati (2008) bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah informasi.
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari
beberapa sumber antara lain televisi, radio, koran, kader, bidan, Puskesmas,
majalah. Masyarakat di wilayah puskesmas pasar merah diharapkan agar lebih
menjaga lingkungan sekitarnya, sebagaimana diungkapkan George & John
(2004) bahwa dengan pendidikan kesehatan bertujuan menanamkan
pengetahuan, dengan harapan agar pengetahuan tersebut dapat membentuk
sikap yang pada gilirannya akan membentuk perilaku.

4.2.2 Tindakan
Dari hasil penelitian di atas yang dilakukan di Puskesmas pasar Merah
Kecamatan Medan Timur didapati tindakan masyarakat yang baik sebanyak 24
orang (60.0%), sedangkan tindakan masyrakat yang kurang 16 orang (40,0%).

20
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (heriati, 2014) didapatkan bahwa perilaku
kelompok yang baik tentang DBD lebih tinggi yaitu 82%.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mencari hubungan
antarperilaku dan tindakan masyarakat di puskesmas Pasar Mearah Medan
timur, Maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan perempuan sebanyak 22 orang
(55.0%), dan laki-laki sebanyak 18 orang (45.0%).

2. Berdasarkan perilaku baik sebnayak 23 orang (457,5%) dan perilaku


kurang sebanyak 17(42,5%)

3. Berdasarkan tindakan baik sebnayak 24 orang (60,0%) dan tindakan


kurang sebanyak 16(40,0%)

4. Berdasarkan analisis dengan mengunakan Uji korelasi spearmen,


didapatkan nilai P-value sebesar 0,21 maka secara statistik terdapat tidak
hubungan antara perilaku dan tindakan masyarakat terhadap penyakit dbd

5. Saran
1 Bagi peneliti selanjutnya

21
Kepada peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan penelitian ini
lebih mendalam mengenai perilaku dan tindakan masyarakat Bagi
puskesmas
Diharapkan dapat memberikan informasi dan penyuluhan tentang
penyakit demam berdarah cara pencegahannya

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1992.a). Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular


Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Dirjen PPM dan PLP.

Depkes RI. (1992.b). Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam


`BerdarahDengue. Jakarta : Dirjen PPM dan PLP.

Depkes RI. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012.P. 65-66.


Arikunto, S. Mangemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. P.191,
269.

Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (2003). Laporan Tahunan Tahun 2003.


Surabaya.

IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Primer. Edisi Revisi. Jakarta: IDI. 2014.P. 70-72.

KemenkesRI. Wilayah KLB DBD ada di 11 provinsi. 2016. 00:00:00.


Dibaca 44.663 kali. Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2000). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu


Perilaku Kesehatan. Yogyakarta. Andi Offset.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2004) Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

22
Siswanto. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta:
Bursa Ilmu. 2014.

Mariani, D. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan mengenai DBD


pada Keluarga di Keluharan Padang Bulan Tahun 2014. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2014.

23

Anda mungkin juga menyukai