Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan bagian individu yang unik dan mempunyai

kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya, kebutuhan tersebut

dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti nutirisi dan cairan, aktifitas dan

eliminasi, istirahat tidur dan lain-lain, anak juga individu yang

membutuhkan kebutuhan psikologis sosial dan spiritual. Anak merupakan

individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang

dimulai dari bayi hingga remaja (Jing & Ming 2019)

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang

sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes. Infeksi

virus dengue menyebabkan kematian dan kesakitan yang tinggi di seluruh

dunia (Maria Sumaryati, 2019)

Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat sangat penting

dalam aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Promotif yaitu

dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD

dan penanggulangannya. Preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD

dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari. DBD dapat dicegah

dengan melakukan 3M yaitu Mengubur (mengubur barang-barang yang

sudah tidak dipakai lagi contohnya sampah kaleng atau plastik), Menguras

(menguras bak mandi atau tempat penyimpanan air, Menutup (menutup)

tempat penampuga air yang ada di rumah. (Widagdo 2018).

1
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun

2018, memperkirakan populasi didunia yang berisiko terhadap penyakit

demam berdarah dengue (DBD) mencapai 2,5 - 3 miliar terutama yang

tinggal didaerah Tropis dan subtropis seperti benua Amerika. Saat ini

diperkirakan juga ada 50 juta kasus infeksi dengue yang terjadi di seluruh

dunia setiap tahun.

Pada tahun 2020 Kejadian demam pada anak di Amerika Selatan

dan Eropa sebanyak 3-4%, sedangkan Asia, Jepang terdapat 20% kejadian

demam dari 350-810 / 1000 anakdengan rata-rata ± 600.000-1.5 jutakasus

setiap tahunya, rata -rata 80-90% diderita oleh anak - anak usia 2- 19

tahun, di India terdapat 5-10% kasus, dan di Guam terdapat 14%angka

kejadian demam berbarah.

Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2019) mencatat terdapat

110.921 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, secara

keseluruhan kasus terbanyak ditemukan di Pulau Jawa dan Bali dengan

total 61.071 kasus dan kemudian pulau Sumatera sebanyak 21.896 kasus.

Angka kasus ini meningkat cukup drastis dari Tahun 2018 dengan jumlah

kasus berada pada angka 65.602 kasus. Sementara itu kasus DBD

terbanyak berdasarkan umur diberbagai daerah didominasi oleh usia 5-14

tahun atau 43,25 persen dari keseluruhan kasus, selanjutnya usia 15-44

tahun sebanyak 36,46 persen di atas 44 tahun 9,68 persen, usia 1-4 tahun

8,54 kasus dan terendah pada usia dibawah 1 tahun dengan persentase

2,07.

2
Kejadian DBD di Indonesia pada umumnya terjadi pada awal

musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada

musim hujan vektor penyakit demam berdarah populasinya meningkat

dengan bertambah banyak sarang-sarang nyamuk diluar rumah sebagai

akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, Tersediannya air didalam

media akan menyebabkan telur nyamuk menetas dan setelah 10-12 hari

akan berubah menjadi nyamuk. Bila manusia digigit oleh nyamuk dengan

virus dengue maka dalam waktu 4-7 hari kemudian akan timbul gejala

DBD. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sulawesi Selatan pada

Tahun 2019 sebesar 3.747 penderita dengan jumlah terbesar ada di

Kabupaten Pangkep 517 orang.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Makassar, angka

Kesakitan (Incident Rate) Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada tahun

2018 sebanyak 756 kasus dan satu diantaranya meniggal dunia. Tahun

2019 jumlah kasus sebesar 868 dan tidak ada yang meniggal dunia. Tahun

2020 jumlah kasus sebesar 675 dan tidak ada yang meninggal dunai.

Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan dari tahun 2018 ke 2019 dan

pada tahun 2019 ke 2020 terjadi penurunan.

Berdasarkan data rekam medik yang didapat dari Rumah Sakit

TK II Pelamonia Makassar menunjukkan jumlah kasus Demam Berdarah

Dengue (DBD) dari 2019 yaitu sebanyak 167 kasus, pada periode 2020

meingkat menjadi 195 kasus, dan pada Tahun 2021 terdapat kasus

sebanyak 123 kasus. Terjadi peningkatan pada Tahun 2019 ke 2020, dan

pada tahun 2020-2021 terjadi menuru. Hal tersebut menunjukan bahwa

3
angka kejadian pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami

perubahan. (Rekam Medik RS TK II Pelamonia Makassar).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Studi Kasus Pada An

”F” dengan Diagnosa Medis Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

masalah Hypetermi di Ruang Perawatan Dahlia Rumah Sakit TK II

Pelamonia Makassar”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah

peneliti sebagai berikut bagi mana asuhan keperawatan anak dengan DBD”

bagi mana gambaran asuhan keperawatan An “F” dengan hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

B. Tujuan Studi Kasus

Setelah meleksanakan Asuahan Keperawatan di harapkan penulis

dapat meningkatkan pengatahuan dan kemempuan dalam memberikan asuhan

keperawatan yang bermutu pada klien yang mengalami Demam Berdarah

(DBD).

4
C. Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Studi kasus ini dapat dijadikan sebagai pedoman masyarakat untuk

mengetahui gejala, pencegahan dan penanganan penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) pada anak.

2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

penelitian dalam keperawatan untuk membentuk praktek keperawatan

profesional terutama dalam penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue

(DBD) pada anak dan upaya pencegahan dan sebagai bahan acuan bagi

penulis selanjutnya dalam mengembangkan penulisan lanjutan.

3. Penulis

Menambah wawasan serta memperoleh pengalaman dalam

mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan anak dengan masalah kesehatan Demam

Berdarah Dengue (DBD).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Anak.

Pengertian Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam

Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal

tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18

tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti

segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah

dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18

tahun.

(Widagdo, 2020)

B. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

arbovirus (arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk

aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti). (Sari, 2019).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang

sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.

Infeksi virus dengue menyebabkan kematian dan kesakitan yang tinggi

di seluruh dunia (Maria Sumaryati, 2019).

6
2. Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Demam Berdarah Dengue

(DBD) ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang

terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam Berdarah Dengue

(DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B

Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai genus

Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu :

DEN-1, DEN- 2, DEN- 3, DEN-4 yang semuaya dapat menyebabkan

demam dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3

merupakan serotype terbanyak. (Nurdiyansya, 2020)

Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk

Aedes aegypti) :

a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

b. Hidup di dalam dan di sekitar rumah

c. Menggigit/menghisap darah pada siang hari

d. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

e. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar

rumah bukan di got/comberan

f. Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum

burung, dan lain-lain.

7
Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti

Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak

tahun 2017 di beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotipe di

temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan

serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan

manifestasi klinik yang berat

3. Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi

a. Anatomi Sistem Hematologi

Gambar . 2.2 Anatomi Sistem Hematologi

(Munandar, 2018) bahwa darah tersusun oleh dua komponen

yakni plasma dan sel – sel darah. Plasma sebagian besar berupa air

8
(kurang lebih 90%), bahan padat dengan kadar protein 7 % berperan

dalam mempertahankan tekanan osmotik koloid. Hal ini karena, albumin

sebagai fraksi protein yang terkandung dalam plasma merupakan

penyangga dalam darah. Protein juga sebagai antibodi karena ada fraksi

gamma globulin dan bersama faktor koagulasi dalam proses koagulasi

darah. Dalam plasma terdiri atas beberapa fraksi protein pembentuk

plasma diantaranya albumin, globulin, dan fibrinogen.

Selain plasma darah komponen darah yang lain adalah sel-sel

darah

yakni:

1) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit berperan sebagai transportasi gas pernapasan

khusunya oksigen melalui ikatan dengan haemoglobin yang ada

dalam sel darah merah. Juga sebagai buffer yang dilakukan oleh

haemoglobin dan juga enzym carbonik anhidrase. Pada awal

pembentukan sel darah merah pertama kali dibentuk oleh yolk sac

pada masa embrio, kemudian pada trimester kedua pembentukan

sel darah merah oleh hati kemudian dibantu oleh limfa dan pada

akhir kehamilan dan setelah lahir peranan pembentukan eritrosit

dibantu oleh sumsum tulang. Sebagai peran dalam transfortasi,

Hemoglobin melakukan ikatan dengan oksigen atau

karbondioksida, dan terbentuknya hemoglobin sendiri adalah

sangat tergantung dari zat besi selain untuk pembentukan

mioglobin dan enzym – enzymnya seperti cytocrom, catalase,

9
peroxydase. Rata – rata orang dewasa memiliki jumlah sel darah

merah 5.000.000 / mm³.

2) Leukosit ( sel darah putih)

Leukosit terdiri atas leucosyte (eosinophyle, neutrophyle,

basophyle), monocyte, lymphocyte, plasma cell, yang memiliki

sifat bergerak dalam pertahanan tubuh yang bersifat diapedesis

dapat melewati membran kapiler. Batas normal sel darah putih

adalah 4000 sampai 10.000 / mm³. Fungsi dan peran utama dari

leukosit adalah pertahanan tubuh melawan infeksi.

3) Reticulo endothelial sistem (RES)

Kelompok sel darah yang memiliki sifat pertahanan tubuh

dengan bersifat tidak bergerak dan mengeluarkan hasil untuk

kekebalan yang termasuk kelompok ini adalah jaringan macrofag

dan sel limfosit.

4) Trombosit

Trombosit merupakan partikel kecil, yang terdapat dalam

sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami disintegrasi cepat

dan mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 sampai

450.000 per mm³ tergantung pada jumlah yang dihasilkan,

bagaimana digunakan, dan kecepatan kerusakan. Dibentuk oleh

fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut megakariosit.

Produksi trombosit diatur oleh trombopoetin. Trombosit berperan

penting dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi cedera

vaskuler, trombosit mengumpul pada tempat cedera tersebut.

10
Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah

lainnya menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan

membentuk tambalan atau sumbatan, yang sementara

menghentikan perdarahan. Substansi lain dilepaskan dari trombosit

untuk mengaktivasi faktor pembekuan dalam plasma darah.

(Munandar, 2018)

b. Fisiologi Darah

Menurut Hidayat,2017 yang dikutip oleh (Munandar,

2018), Darah merupakan cairan ekstraseluler yang terletak dalam

saluran yakni pembuluh darah, yang terdiri atas plasma darah dan sel –

sel darah. Darah memiliki fungsi yaitu:

1) Sebagai transportasi gas pernapasan, dimana sebagian besar

oksigen diangkut oleh eritrosit dari alveoli ke organ atau jaringan

tubuh, dan karbondioksida diangkut dari jaringan oleh plasma

darah menuju alveoli paru.

2) Sebagai transfortasi makanan, mineral, vitamin, elektrolit, dan air

dari gastrointestinal menuju hati melalui proses metabolisme, baru

kemudian ke organ atau jaringan tubuh lain.

3) Transfortasi metabolik atau hasil sisa yakni zat yang tidak

digunakan dikirim ke ginjal untuk selanjutnya dikeluarkan melalui

urine.

4) Sebagai transfortasi hasil suatu jaringan / organ seperti hormon

yang dihasilkan oleh kelenjar akan diangkut oleh darah. Demikian

11
juga hasil metabolisme di hati diangkut oleh plasma menuju ke

organ yang membutuhkan.

5) Sebagai pembentukan antibodi yang dilakukan oleh plasma sel dan

limfosit, leukosit yang berperan dalam fagositosis.

6) Berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam dan basa,

juga sebagai transfortasi bahan – bahan yang diberikan melalui

cairan yang lewat aliran.

4. Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Virus Dengue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan menginfeksi pertama kali

memberi gejalah DBD. Pasien akan mengalami gejalah viremia seperti

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia

ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada RES

seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan linfa. Reaksi yang

berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe

virus yang berlebihan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary

heterologous infection atau the sequental infection of hypothesis. Re-

infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibodi, sehingga

menimbulkan konsentrasi kompleksi antigen antibodi (kompleks virus

antibodi) yang tinggi. (Fauziah, 2020)

Terdapat kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah

mengakibatkan hal sebagai berikut:

a. Kompleks virus antibodi akan mengaktivitasi sistem komplemen, yang

berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebakan

12
meninggi komnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan

yang sangat berperan terjadinya renjatan.

b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami

metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis

akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendtelial dengan akibat

trombositopenia hebat dan pendarahan. Pada keadaan agregasi,

trombosit akan melepaskan vasoaktif (hitsmin dan serotonin) yang

bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit

faktor III yang merangsang koagulasi intravaskular.

c. Terjadinya aktivasi faktor hageman (faktor XII) dengan akibat kahir

terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses

aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam

pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi

fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivitas akan

merangsang sistim kinin yang berperan dalam proses meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah. (Andra. S dan Yessie. M,

keperawatan medikal bedah, Hal. 198-199, 2013) dikutip oleh

(Munandar, 2018).

5. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Klasifikasi derajad DBD menurut WHO:

a. Derajat 1

Demam disertai gejalah tidak khas dan satu-satunya menifestasi

perarahan adalah uji tourniquet positif.

13
b. Derajat 2

Derajat 2 disertai pendarahan spontan dikulit dan/atau perdarahan lain.

c. Derajat 3

Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,

tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit

dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.

d. Derajat 4

Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

6. Manifestasi Klinis

Kasus DBD ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu demam tinggi

dan mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan kadang disertai

dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah- muntah, nyeri

perut kanan atas, atau seluruh bagian perut, dan perdarahan, terutama

perdarahan kulit walaupun hanya berupa uji tourniquet positif. Selain itu,

perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa perdarahan

spontan mulai dari ptekie (muncul pada hari pertama demam dan

berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai

epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal

masif lebih jarang dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok

yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi.

Perdarahan lain seperti

7. Pemeriksaan diagnostik

14
Test diagnostik yang lazim dilakukan yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium: Hb, Leuko, Hitung Jenis,Ht, Trombo,LED

b. Foto thoraks

c. Uji turniket Positif

(Hidayat, 2018)

8. Penatalaksanaan

penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah bersifat simptomatis

dan suportif:

a. Terapi umum: Istirahat, kompres dingin, diet lunak

b. Medikamentosa: Simptomatis, parasetamol (asetosal dihindari)

c. Terapi komplikasi

1) Syok segera atasi

2) Minum banyak

3) Infus Ringer Laktat; NaCl 0,9%, larutan koloid golongan

karbohdrat (Dekstran)

4) Albumin

5) Bila ada perdarahan segera transfuse darah segar

(Bahriansyah, 2019)

C. Konsep Dasar Hipetermi

1. Definisi Hipetermi

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan

dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun

mengurangi produksi panas. Hipertermia terjadi karena adanya

15
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi

produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.

Hipertermia tidak berbahaya jika dibawah 39,0 ˚C. Selain adanya tanda

klinis, penentuan hipertermia juga didasarkan pada pembacaan suhu pada

waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal

individu tersebut, (Gina, 2018).

2. Macam-macam suhu tubuh

a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C

c. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core

temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial,

toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya

dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu

permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,

jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi

sebesar 20°C sampai 40°C.

3. Batasan Karateristik

a. Apnea

b. Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu, pada dewasa nafsu makan

berkurang

c. Gelisah

d. Hipotensi

16
e. Kejang

f. Koma

g. Kulit kemerahan

h. Kulit terasa hangat

i. Latergi

j. Postur abnormal

k. Stupor

l. Takikardi

m. Takipnea

n. Vasodilatasi

4. Faktor yang berhubungan

a. Aktivitas berlebihan

b. Dehidrasi

c. Iskemia

d. Pakaian yang tidak sesuai

e. Peningkatan laju metabolisme

f. Penurunan perspirasi

g. Penyakit

h. Sepsis

i. Suhu lingkungan tinggi

j. Trauma.

5. Manifestasi Klinis

a. Gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8℃ - 40℃)

b. Kulit kemerahan

17
c. Hangat pada sentuhan

d. Peningkatan frekuensi pernapasan

e. Menggigil.

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anak dengan Demam Berdarah

Dengue (DBD)

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan

objektif, dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik.

Informasi subjektif, misalnya dengan wawancara pasien/ keluarga.

Sedangkan informasi objektif, misalnya dengan pengukuran tanda-tanda

vital dan pemeriksaan fisik. (Putri, 2019)

a. Identitas Pasien

Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak-anak dengan

usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil

dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi

antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-

18
kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual,

muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan

persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta

adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena

atau hematesis.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DBD, anak bisa

mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.

e. Riawayat Penyakit Keluarga

Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien.

f. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya komplikasi dapat dihindari.

g. Riwayat Gizi dan Status Gizi

Anak menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor

predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan

mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut

dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka

anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya

menjadi kurang.

h. Kondisi Lingkungan

19
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di

kamar).

i. Pola Kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami

diare/konstipasi. Sementara DBD pada Grade III-IV bisa terjadi

melena.

3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DBD grade IV sering

terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan

kuantitas tidur maupun istirahat kurang.

5) Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat

sarang nyamuk aedes aegypti.

6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

j. Pemeriksaan Fisik

20
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi

dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:

1) .Grade I: kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-

tanda vital dan nadi lemah.

Grade II: kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi

lemah, kecil, dan tidak teratur.

Grade III: Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi

lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.

Grade IV: Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit.

2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII),

nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik

menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas

37,5℃).

3) Kepala: kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa

nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.

4) Mata Konjungtiva anemis

5) Hidung: Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada

gradeII, III, IV.

6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak

ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

7) Mulut

21
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan

hyperemia pharing.

8) Leher: Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami

pembesaran

9) Dada/thorak

Inspeksi: Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Palpasi: Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Perkusi: Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun

pada paru

Auskultasi: Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada

grade III, dan IV.

10) Abdomen

Inspeksi: Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Palpasi : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Perkusi: Terdengar redup

Auskultasi: Adanya penurunan bising usus

11) Sistem Integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan

uji tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,

dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih

dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24

tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang

pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan

22
timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah , Soedarmo,2008

yang dikutip oleh (Putri, 2019).

12) Genetalia biasanya tidak ada masalah

13) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku

sianosis/tidak.

14) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DBD akan dijumpai:

a. Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

b. Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

c. Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

d. Ig. D. dengue positif.

e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia.

f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.

g. Asid

h. osis metabolik: pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.

i. SGOT / SGPT mungkin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai

dengan suhu tubuh diatas nilai normal

23
2) Defisit Nutrisi Berhubugan Dengan ketidak mampuan menelan

makanan

3) Intoleran aktifitas Berhubugan Dengan Kelemahan

4) Nyeri akut berhubugan dengan cidera biologis (penekanan intra

abdomen)

5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler.

6) Resiko syok (hipovplemik)

7) Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan

dengan intake nutrisi yang tidak adekut akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

3. Intervensi (Rencana Keperawatan)

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan

Hipetermia berhubungan dengan proses infeksi virus Dengue tujuan yang

ingin dicapai yaitu suhu tubuh tetap berada pada rentang normal, nadi dan

RR dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak

pusing, dengan kriteria hasil:

1) Menggigil menurun

2) Kulit merah menurun

3) Suhu tubuh membaik

4) Tekanan darah membaik

Intervensi yang disusun untuk masalah peningkatan suhu tubuh

24
(hipetermi) yaitu:

1) Memonitor suhu sesering mungkin

2) Memonitor tekanan darah, nadi dan respirasi

3) Tinkatkan intake cairan

4) Berikan kompres pada aksila dan daerah lipatan paha

5) Tingkatkan sirkulasi udara

6) Berikan antipretik

7) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena

4. Implementasi

Implementasi adalah realisai rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetepkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi

pengimpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Nikmatur.R

dan Saiful. W, proses keperawatan : teori dan aplikasi, Hal.99, 2013)

dikutip oleh (Munandar, 2018).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur.R dan Saiful. W, proses

keperawatan : teori dan aplikasi, Hal.105, 2017) dikutip oleh (Munandar,

2018).

25
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Desain studi kasus ini adalah deskriptif studi kasus deskriptif

merupakan studi kasus yng mendeskripsikan suatu kasus yng mengharuskan

peneliti untuk memulai penelitian. Dengan teori diskriptif yitu memaparkan

dengan jelas hasil penelitian tersebut. Berdasarkan masalah kesehatan pasien

(hidayat.2021). metode dalam penyusunan studi kasus ini adalah Deskriptif,

yaitu suatu metode yang dilalukukan dengan tujuan untuk memaparkan atau

menggambarkan keadaan sebenarnya. Dimana dalam studin kasus ini akaan

menjelaskan tentang kasus yang di alami klien Demem Berdarah (DBD)

Berhubungan dengan proses infeksi virus Dengue menggunakan pendekatan

proses keperawatan serta menjabarkan tindakan penetalaksaan yang meliputi

pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi

26
B. Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus ini adalah An “F” dengan diagnosa medis Demam

Berdarah dengan Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Inveksi Virus

Dengue.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari pembahasan yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus

studi adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) Hipetermi Berhubugan Dengan

Proses Infeksi Virus Dengue.

D. Definisi Operasional

1. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang sebabkan

oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes. Infeksi virus dengue

menyebabkan kematian dan kesakitan yang tinggi di seluruh dunia (Maria

Sumaryati, 2019).

2. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan pada anak dengan (DBD) merupakan suatu proses

atau tahap tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan

langsung kepada pasien anak dengan (DBD) dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang

ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus menerus serta berkesinambungan

dalam pemecahan masalah kesehatan pasien anak dengan DBD.

3. Hipetermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal yang

tidak teratur dan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan

pembatasan panas.

27
E. Tempat dan Waktu

1. Tempat/Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan Dahlia Rumah Sakit TK II

Pelamonia Makassar.

2. Waktu

Penelitian pada tanggal 21– 23 Maret 2022

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk

mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat

ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Alat ukur

pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner/angket,

observasi, wawancara, atau gabungan ketiganya. (Hidayat, 2017).

Metode pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara yang berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang-dahulu-keluarga, pola aktivitas sehari-hari pasien,

sumber data yang diambil berasal dari pasien, keluarga dan perawat.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Dalam studi kasus ini juga diperlukan tahap observasi dan pemeriksaan

fisik dimana peneliti mendapatkan data pada sistem tubuh pasien dengan

pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) dan mengobservasi

TTV (tanda-tanda vital) terutama peningkatan dan penurunan suhu.

28
3. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan ini menunjang diagnosa tentang penyakit pasien dan melihat

perkembangan terhadap keadaan tubuh pasien selama dilakukan perawatan

di rumah sakit dan rumah pasien. Pemeriksaan diagnostik dalam penelitian

ini adalah gambaran radiologis, pemeriksaan lab, dan lain-lain.

4. Dokumentasi asuhan keperawatan

a. Pengkajian keperawatan

b. Diagnosa keperawatan

c. Intervensi keperawatan

d. Implementasi keperawatan

e. Evaluasi

G. Penyajian Data

Analisis data dan penyajian data pada studi kasus ini disajikan secara tekstual

dengan fakta-fakta dijadikan di dalam teks dan bersifat naratif.

H. Etika Studi Kasus

Etika adalah ilmu/pengetahuan tentang apa yang dilakukan (pola

perilaku) orang, atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang. Sedangkan

penelitian adalah upaya mencari kebenaran terhadap semua fenomena

kehidupan manusia, baik yang menyangkut fenomena alam maupun sosial,

budaya, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan sebagainya. jadi, etika

penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan

penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek

penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian

29
tersebut. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti atau perlakuan

peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti

bagi masyarakat (Soekdjo,2012) dikutip oleh (Munandar, 2018). Etika yang

mendasari penyusunan studi kasus terdiri dari:

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus

mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak

menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa

data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta

bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden

dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa

nama (anonymity).

3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada responden

dijamin oleh peneliti. Nursalam,2019, dikutip oleh (Munandar, 2018).

4. Benefiacienci

Peneliti melindungi subje agar terhindar dari bahaya ketidaknyamanan

fisik.

5. Full disclosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membjuat keputusan secara

rela tentang partisipasinya dalam ini dan keputusan tersebut tidak dapat

dibuat tampa pemberikan penjelasan selengkap-lengkapnya.

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil. Asuhan

keperawata pada pasien An. F tetang gambaran studi kasus dengan

pasien tentang Demam Berdarah (DBD) dengan masalah

Hipertermi berhubungan infeksi virus denguen

1. Pengkajian Pengumpulan data di mulai pada tanggal 21 – 23

Maret 2022 di ruagan perawata dahlia Rumah Sakit Tk II

Pelamia mengguakan tahap pengkajian melalau wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien. Sehingga

di dapatkan pasien An ”F” umur 11 tahun, berjenis kelamin

perempuan, beragama islam, pekerjaan pelajar, belum menika

dan bertempat tinggal Talasalapang 11 peros kompleks garden.

Keluhan utama atau klien masuk Rumah Sakit Yaitu

Demam, klien mengatakan demam sejak empat hari dan klien

mengatakan mual muntah, klien mengatakan BAB encer, klien

mengetakan pusing.

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, tekanan darah

110/70 mmHg, Nadi 96 x /m, Ssuhu:38C, Perafasan:24 x/m

selain data tersebut di dapatkan juga bahwa keadaan umum klien

tampak lemah, klien tampak pucat, bibir tampak kering.

Tekanan darah An “F”110/70 mmHg, systol menunjukan

110 dan diastol 70 mmHg sehingga titik tingginya tekana derada

31
pada 85 mmHg. Remplit test yang dilakukan pada An. F

menunjukkan adanya bintik-bintik merah pada lengan di bawah

manset yang menujukan bahwa An ”F” positif menderita

Demam Berdarah (DBD)

Berdasarkan pengkajian di dapatkan masalah

keperawatan pada An. F yaitu peningkatan suhu tubuh 38

(Hipertermi), perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Diagnosa keperawatan Dari hasil pengkajian didapatka data

kemudian di identifikasi diolah, dianalisis dan dirumuskan

dalam diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatn

yang penulis temukan pada klien An.F adalah peningkatan suhu

tubu ( Hipertermi) berhubugan B/D infeksi virus di tandai

dengan klien mengatakan demam sejak 4 hari, klien tampak

lemas, klien tampak pucat, bibir tampak kering dan pemeriksaan

TTV menunjukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi: 96 x/m,

suhu 38 C dan pernafasan:24 x/m. perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh B/D mual muntah yang di tandai dengan klien

mengatakan mual muntah, klien tampak lemas, tampak pucat,

bibir tampak kering,

3. Intervensi Keperawatan

Pada pemenuhan keseimbangan suhu tubu: Hipertermi

berhubungan dengan infeksi virus dengue, maka intervensi

keperawatan yang di tetapkan berdasarkan diagnosa

keperawatan adalah:

32
a. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali

terutama suhu tubuh

Rasional: hal ini di lakukan untuk mengetehui

perkembangan kesehatan pasien dan memudahkan dalam

pemberian terapi

b. Berikan kompres hangat pada pasien

Rasional: kompres hangat berfungsi untuk mendilatasi

pembuluh darah hingga mempercepat perpindahan panas

dari tubuh ke kulit, merangsang vasolidasi sehingga

mempercepat proses evaporasi dan konduksi yang pada

akhirnya dapapt menurunkan suhu tubuh.

c. Anjurkan pasien banyak minum air putih

Rasional: banyak mengkomsumsi air putih dapat membantu

proses peningkatan suhu tubuh, meningkatkan penguapan

sehingga perlu diimbangi dengan asuahn cairan yang

banyak

d. Berikan cairan intravena

Rasional: pemberian cairan intravena sangat penting bagi

pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh dan

membantu menjaga keseimbangan cairan

e. Berikan obat antipiretik untuk menurunkan demam dan

antibiotik untuk menghanbat atau mencegah terjadinya

pertumbuhan dan proses infeksi.

33
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana

keperawatan yaitu:

a. Hari pertama 21 Maret 2022

1. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali

Terutama suhuuuu tubuh

Hasil: setelah di lakukan tindakan keperawatan didapatkan

hasil tekanan darah 110/70mmHg, Nadi: 80 kali permenit,

suhu: 38C, pernafasan 20 kali permenit

2. Memberikan kompres hangat pada pasien

Hasil: kompres hangat di letakkan pada area dahi pasien

3. Menganjurkan pasien banyak minum air putih

Hasil: pasien mengikuti anjuran perawat

4. Memberikan cairan intravena pada pasien

Hasil: pasien di berikan terapi cairan infus RL 20 tetes

permenit

5. Memberikan obat antipiretik dan antibiotik sesuai dengan

intruksi dokter.

Hasil: pasien di berikan obat paracetamol tablet 500 mg

3x1

34
Dan cefotaxime 500mg/8 jam/ IV

b. Hari kedua 22 Maret 2022

1) Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali

terutama suhu tubuh

Hasil: setelah di lakukan tindakan keperawatan didapatkan

hasil tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi: 90 kali permenit,

suhu: 37C, pernafasan 22 kali permenit

2) Memberikan kompres hangat pada pasien

Hasil: kompres hangat diletakan pada area dahi pasien

3) Menganjurkan pasien banyak minum air putih

Hasil: pasien mengikuti anjuran perawat

4) Memberikan obat antipiretik dan antibiotic sesuai dengan

intruksi dokter

Hasil: pasien di berikan obat paracetamol tablet 500 mg

3x1 dan cefotaxime 500mg/8jam/IV

c. Hari ketiga 23 Maret 2022

1) Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali

Terutama suhu tubuh

Hasil: setelah di lakukan tindakan keperawatan di

dapatkan

35
Hasil tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi: 88 kali

permenit, suhu 37,2 C, Pernafasan 20 kali permenit

2) Memberikan kompres hangat pada pasien

Hasil: kompres hangat di letekan pada areah dahi pasien

3) Mengajarkan pasien banyak minum air putih

Hasil: pasien mengikuti anjuran perawat

4) Memberikan obat antipiretik dan antibiotik sesuai dengan

intruksi dokter

Hasil: pasien diberikan obat paracetamol tamblet 500 mg

3x1dan cefotaxime 500mg/ 8jam / IV

5. Evaluasi

Setelah penelitian melakukan tindakan keperawatan selama

tiga hari, maka penelitian melekukan evalusi. Evalusi keperawatan

adalah fase akhir dalam proses keperawatan. eveluasi yang diharapkan

dari masalah penemuhan keseimbangan suhu tubuh: hipertermi adalah

peningkatan suhu tubuh dari batas normal.

Pada tanggal 21 Maret 2022 jam 11:00 WITA, Data subjektifnya yaitu

pasien mengetakan demam sejak 4 hari, klien mengatakan Bab encer,

klien mengatakan pusing data Objektifnya yaitu pasien tampak lemah,

klien tampak pucat, bibir tampak kering, Tanda – tanda vital tekanan

darah: 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 38C, pernafasan 20x/

menit

Pada maalah hipertermi belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan.

Adapun intervensi yang dilanjutkan yaitu: observasi tanda tanda vital

36
setiap 2 jam atau 3 jm sekali terutama suhu tubuh, diberikan komples

hangat pada pasien, anjurkan pasien banyak minum air putih, berikan

obat antipiretik dan antibiotik.

pada tanggal 22 Maret 2022 jam 11:10 WITA, data

subjektifnya yaitu pasien mengatakan turun naik. Data objektifnya

yaitu pasien tampak lemas, bibir kering, dan klien tampak pucat,

tanda- tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali terutama suhu tumbuh,

berikan komples hangat pada pasien banyak air putih, berikan

antipiretik dan antibiotik.

Pada tanggal 23 Maret 2022 jam 10:00 data subektifnya

yaitu pasien mengatakan sudah tidak demam 0bjektif yaitu pasien

tampak ceria, mukosa bibir lembab, pasien tampak tidak pucat laagi,

tanda-tanda vital vital didapatka hasil tekaan darah 115/70 mmHg,

nadi 70x/menit, suhu 37 C, pernafasan 20 kali. Masalah pemenuhan

keseimbangan suhu tubuh hipertermi teratasi sehingga intervensi dapat

dihentikan.

B. Pembahasan

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang antara teori dan

hasil studi kasus pada masalah hipertermi berbungan dengan infeksi

virus denguen pada An “F” dengan diagnosa demam berdarah (DBD)

di rungan Dahlia rumah sakit Tk II Pelamonia Makassar.

37
1. Pengkajian

Berdasarkan teori, data yang didapatkan pada pasien

demam berdarah adalah data subjektifnya yaitu pasien mengeluh

demam sejak empat hari, klien mengatakan mual munta, klien

mengatakan bab encer, klien mengatakan pusing. Data subjektifnya

yaitu klien tampak lemas, klien tampak pucat, bibir tampak kering,

tanda -tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 kali

permenit, suhu 38C, pernafasan 20 kali permenit.

Sedangkan berdasarkan kasus, data yang didapatkan

pada pasien demam berdarah adalah data subjektifnya yaitu pasien

mengeluh demam sejak empat hari, klien mengatakan mual munta,

klien mengatakan bab encer, klien mengatakan pusing. Data

subjektifnya yaitu klien tampak lemas, klien tampak pucat, bibir

tampak kering, tanda -tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg,

nadi 88 kali permenit, suhu 38C, pernafasan 20 kali permenit.

Dari kedua data tersebut tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus.

2. Diangnosa keperawatan

Berdasarkan teori diangdosa keperawatan yang

didapatkan yaitu: hipertermi berhungan dengan proses infeksi virus

danguen yang ditandai dengan suhu ditas 37 C tampak lemah,

tampak pucat, bibir tampak kering, tanda-tanda vital tekanan darah

110/70 mmHg 88 kali per menit, suhu 38 C, pernapasan 20 kali

permenit

38
Berdasarkan kasus, diangnosa yang ditegakkan yaitu

penemuhan keseimbangan suhu tubuh: hipertermi berbungan

dengan infeksi virus denguen yang ditandai dengan data subjeftif:

pasien mengatakan demam selama empat hari disertahi mual

munta,

Bab encer dan pusing data objektifnya paisen tampak lemah,

tampak pucat, bibir tampak kering, tanda-tanda vital tekanan darah

110/70 mmHg nadi 88 kali permenit, suhu 38 C, pernapasan20 kali

permenit.

Berdasarkan kedua data diatas tidak terjadi kesenjangan antara

teori dan kasus. Sehingga penulis menetapkan diagnosa

keperawatan yaitu pemenuhan keseimbagan suhu tubuh: hipertermi

berhubungan dengan infeksi virus denguen.

3. Intervensi

Berdasarkan teori, intervensi keperawatan yang

dilakukan yaitu observasi tanda-tanda vital pasien, observasi tanda-

tanda vital pasien, anjurkan pasien untuk banyak minum,anjurkan

pasien untuk banyak istirahat, anjurkan pasien untuk memakai

pakaianyang tipis, beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh,

beri health education ke pasien dan keluaraganya mengenai

pengertian, penangana, dan terapi yang di berikan tentang

penyakitnya, dan kolaborasi/ delegatif dalam pemberian obat sesuai

indikasi, contoh: paracetamol.

39
Berdasarkan kasus, intervensi yang di lakukan yaitu

observasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali terutama

suhu, berikan komptes hangat pada pasien, anjurkan pasien banyak

minum air putih, berikan cairan intervena, serta kolaborasi

pemberian obat antipiretik dan antibioti.

Dari ke dua data di atas, ditemukan kesenjangan anatara teori dan

kasus. Pada teori, intervensi di berikan secara spesifik sedangkan

pada kasus, intervensi diberikan secara umum

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang di lakukana oleh peneliti

berdasarkan dengan intervesi keperawatan yang di tetapkan yaitu

pada tangga 21-23 Maret 2022 yaitu: mengobservasi tanda- tanda

vital setiap 2 atau 3 jam sekali terutama suhu tubuh, memberikan

kompres hangat pada pasien, menganjurkan pasien banyak minum

air putih, memberikan cairan intravena, memberikan obat

antipiretik dan antibiotik

5. Evaluasi

Pada tanggal 21 Maret 2022 11: 00 wita data

subjektifnya yaitu pasien mengeluh demam dan demam dirasakan

naik tutun. Data objektifnya yaitu pasie nampak lemah, bibir

tampak kering, tampak pucat. Tanda-tanda vital: tekana darah

110/70mmHg, Nadi: 88 x/m suhu:38C, pernapasan 20 x/m. pada

masalah pemenuhan keseimbagan suhu tubuh: hipertermi belum

40
teratsi sehingga intervensi dilanjutkan adapun intervesi yang

dilanjutkan yaitu: observasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam

sekali terutama suhu air tubuh, berikan kompres hangat pada

pasien, anjurkan pasien banyak minum air putih, berikan obat

antipiretik dan antibiotik.

Pada tanggal 22 Maret 2022 jam 11:10 wita data

subjektifnya yaitu: pasien mengatakan demamnya menurun. Data

objektifnya yaitu: pasien masih tampak lemah, mukosa bibir

kering, tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/70

mmH, nadi: 80 x/ m, suhu: 37,9C , pernapasan 22 x/m. masalah

pemenuhan keseimbagan suhu tubuh: hipertermi belum teratasi

intervesi dilanjutkan yaitu: adapun intervesi yang dilanjutkan yaitu:

observasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali terutama suhu

tubuh, berikan kompres hangat pada pasien, anjurkan pasien

banyak minum air putih, berikan obat antipiretik dan antibiotik.

Pada tangga 23 Maret 2022 jam 11:20 data subjektifnya

yaitu pasien mengatakan sudah tidak demam lagi. Data objektifnya

yaitu: pasien nampak ceria, mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital

didapatkan hasil tekana darah 105/ 70 mmHg, Nadi: 80 x/m, suhu:

37C, pernapasan 20 x/m, masalah pemenuhan keseimbagan suhu

tubuh: hipertermi telah teratsi sehingga intervensi dapat dihentikan.

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada An “F” yait pasien

mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu dan demam naik turun,

dalam pengkajian pemeriksaan fisik pasien nampak lemah, mukosa

bibir kering, torgor kulit kering, akral teraba hangat, test rumple

leed (+), tanda -tanda vital tekanan darah 105/70 mmHg, nadi 80

kali permenit, suhu 38C, pernafasan 20 kali permenit.

2. diangnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu pemenuhan

kesimbangan suhu tubuh: hipertermi berhubungan dengan infeksi

virus denguen.

42
3. intervensi keperawatan pada Tn F yang diterapkan oleh peneliti:

observasi tanda-tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali terutama suhu

tubuh, berikan kompres hangatpada pasien, anjurkan pasien banyak

minum air putih, berikan cairan intravena, serta brikan obat

antipiretik dan antibiotik.

4. Implementasi keperawatan yang telah dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 22 Maret 21-23 Maret 2022 yaitu mengobservasi tanda-

tanda vital setiap 2 atau 3 jam sekali terutama suhu tubuh,

memberikan kompres hangat pada pasien, menganjurkan pasien

banyak minum air putih, memberikan cairan intravena, dan

memberikan obat antipretik dan antibiotik.

5. evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peneliti pada

An F selama tiga hari mulai tangal 21-23 Ferbuari 2022

didapatkan hasil pasien mengatakan sudah tidak demam lagi,

pasien nampak ceria, mukosa bibir lembab, turgor kulit normal,

akral teraba dingin, tanda-tanda vital didapatka hasil tekanan darah

105/80 mmHg, nadi 88 kali permenit, suhu 37C, perapasan 20 kali

permenit, masalah pemenuhan keseimbangan suhu tubuh:

hipertermi telah teratasi sehigga intervensi dapat dihentikan.

B. SARAN

1. Masyarakat

Diharapkan sebagai gambaran untuk masyarakat agar mampu

merawat pasien demam berdrah (DBD) dalam pemenuhan

43
keseimbangan suhu tubuh hipertermi berhubungan dengan infeksi

virus denguen

2. Bagi pengembagan ilmu dan teknologi ilmu keperawatan

Di harapkan sebagai bahan wancana untuk meningkatan

pelayanan bagi pasien dengan pemenuhan keseimbagan suhu tubuh:

hipertermi berhubugan dengan infeksi virus dengue

3. Peneliti

Diharapakan peneliti selanjutnya dapat mengunakan atau

memeanfaatkan waktu seefektif mingkin, sehingga dapat

memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara optimal.

Daftar Pustaka

Anggraini, (2017). Perkembangan Aedes aegypti Pada Berbagai Kondisi Ph Air


Dan Salinitas Air. HIGEIA (Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Masyarakat), 1 (3), 1-10.

Bahriansyah, (2019). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan


Penyakit DBD Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan di Dusun
Pesisir Desa Junganyar Bangkalan

Fauziah, H. (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. H Dan An. N Dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang. Karya Tulis Ilmiah.

{Formatting Citation}. Asuhan Keperawatan Pada An. H Dan An. N Dengan


Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang

Gina, J. (2018). Perbandingan Antara Kompres Air Hangat Dan Kompres Plester
Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Penyakit Dbd Di
Rumah Sakit. Healthy Journal ©2018, Prodi Ilmu Keperawatan, Fikes-
Unibba, Bandung 22, Vi(1), 22–33.

Hidayat, (2018). Pengaruh Kadar Hematokrit Terhadap Derajat Klinis Demam


Berdarah Dengue Pada Pasien Anak Di Ruang Rawat Inap Di Rumah

44
Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh.  Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Biomedis, 2 (4).

(Jing & Ming 2019).  Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak
Demem Berdarah Dengue (Dbd) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.

Kemenkes RI. (2018). Profil_Kesehatan_2018_1. Pdf.

Maria Sumaryati, D. (2019). Artikel Penelitian Studi Kasus Pada Pasien Demam
Berdarah Dengue. 10, 51–56.

Munandar. (2018).  Asuhan Keperawatan Pasien Yang Mengalami Demam


Berdarah Dengue (Dbd). (Studi Literatur) (Disertasi Doktor,
Universitas Nusantara Pgri Kediri).

(Nurdiyansya Karya, 2020). Tulis Ilmiah Pada Tn. R Dengan Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Di Ruang Lamen Kelas I Rumah Sakit Umum Daerah
Bahteramas Kendari.

Putri, G. (2019). Program studi d iii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
perintis padang tahun 2019 1.

Sari, D. (2019). On The Level Of Pain In Children Infusion Setup When In The
Naskah Publikasi (Manuscript) Diajukan Oleh Kami dengan ini
mengajukan surat persetujuan untuk publikasi penelitian dengan judul:
Bersamaan dengan surat persetujuan ini kami lampirkan naskah p.

Rahayu, Y., & Budi, I. S. (2017). Analisis Partisipasi Kader Jumantik Dalam
Upaya Penanggulangan Demam Berdarah D Engue (Dbd) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Indralaya

Widagdo. (2020). Pengaruh Terapi Murottal Surat Al-Mulk terhadap


Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Autis di SLBN 01 Bantul
Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah, 9–32. .

45
46

Anda mungkin juga menyukai