Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dangue merupakan salah satu jenis penyakit

menular akut yang masih menjadi masalah kesehatan baik individu,

keluarga maupun masyarakat, penyebaran demam berdarah dangue

melalui infeksi arbovirus akut yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan

nyamuk aedes aegypti (betina), penyakit ini sering menyerang anak,

remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.

Penyakit demam berdarah dangue penyebarannya sangat cepat dan sering

menimbulkan kejadiannya luar biasa (KLB) dimasyarakat, sehingga

menimbulkan angka kesakitan dan kematian (Rini, dkk 2014 didalam

Jurnal Media Kesehatan Konsistensi Kinerja Kader Jumantik Terhadap

Prevalensi DBD Dikabupaten Rejang Lebong).

Sebelum tahun 1970 hanya 9 negara yang mengalami wabah

demam berdarah dangue dan sekarang menjadi penyakit endemik di lebih

dari 100 negara, diantaranya Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia

Tenggara dan Pasifik Barat, angka tertinggi terdapat di Amerika, Asia

Tenggara dan Pasifik Barat. Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan

Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3

juta kasus ditahun 2010. Pada tahun 2013 terdapat 2,35 juta kasus telah

dilaporkan dari Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan demam

berdarah dangue berat (WHO, 2014).

1
2

World health organization (WHO) memperkirakan insidens

demam berdarah dangue telah meningkat. Insidens demam berdarah

dangue terjadi baik di daerah tropik maupun subtropik, dimana

menyerang lebih dari 100 juta penduduk tiap tahunnya, 500.000 kasus

DBD dengan 30.000 kematian terjadi terutama anak-anak (Agustina Riza,

Mulyadi, 2014 didalam Jurnal Kesehatan Bina Husada, Vol.10, No.2.).

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran angka

prevalensi kasus demam berdarah dangue diseluruh wilayah tanah air,

pada tahun 2014 sejumlah kasus demam berdarah dangue yang dilaporkan

sebanyak 100.347 kasus dari jumlah penduduk 252.124.458 jiwa, dengan

jumlah kasus meninggal 907 orang. Provinsi yang mengalami kasus DBD

dengan angka kematian tertinggi pada tahun 2014 yaitu Bali sebesar

204,22, Kalimantan timur sebesar 135,46. Pada tahun 2014 Provinsi

Bengkulu ditemui sebanyak 925 kasus, dan meninggal 19 orang terdiri

dari laki-laki sebanyak 12 dan perempuan 7 orang. Kasus terbanyak terjadi

di kota Bengkulu 369 kasus, meninggal 5 orang. Incidince Rate DBD di

Provinsi Bengkulu Tahun 2015 sebesar 49,3 per 100.000 penduduk

(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

pada tahun 2011 di empat kabupaten angka prevalensi DBD ada 157 kasus

terdiri dari kabupaten Rejang Lebong 66 kasus DBD, Bengkulu selatan

ada 51 kasus DBD, Bengkulu Tengah 24 kasus DBD, Kepahiang ada 16

kasus DBD (Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2012).


3

Berdasarkan rekam medik pada tahun 2015 diruang perawatan

anak RSUD Curup angka kejadian demam berdarah dangue pada Anak

masuk kedalam rangking 10 besar penyakit kelompok umur 0-14 tahun

urutan ke-2 sebanyak 425 kasus pada laki-laki terdapat 198 kasus dan

wanita 227 kasus. Pada tahun 2016 terdapat 307 kasus DBD, pada tahun

2017 terdapat 27 kasus DBD dari bulan Maret-september 2017 (Laporan

Tahunan Rekam Medik Tahun 2015-2017 RSUD Curup Rejang Lebong)

Pemberantasaan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah dangue

dilakukan dengan cara 3M Plus, yaitu dengan menguras dan menyikat

tempat-tempat penampungan air (M1), menutup rapat-rapat penampungan

air (M2) dan mendaur ulang barang-barang yang dapat menampung air

hujan (M3). Selain ditambah (plus) dengan cara yang lainnya seperti air

vas bunga, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.

Menaburkan bubuk larvasida, misalnya ditempat-tempat yang sulit dikuras

atau didaerah yang sulit air. Memelihara ikan pemakan jentik

dikolam/bak-bak penampungan air. Menghindari kebiasaan menggantung

pakaian dalam kamar. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang

memadai, menggunkan kelambu, menggunakan obat yang dapat mencegah

gigitan nyamuk (Zulkoni, 2010).

Demam berdarah dangue merupakan masalah kesehatan yang

melibatkan peran seorang perawat dan tenaga-tenaga medis lainnya.

Perawat merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan

dibidang kesehatan, oleh karena itu perawat sekaligus merupakan bagian


4

integral dari sistem kesehatan nasional. Perawat dalam memberikan

pelayanan asuhan keperawatan dituntut untuk meningkatkan mutu

pelayanannya (Cahyani Retno, 2015).

Pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif, dalam tata

laksana penyakit DBD adanya perubahan fisiologi berupa perembesan

plasma yang mengakibatkan peningkatan hematokrit dan perdarahan,

mengakibatkan syok, anoreksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap

adanya perembesan plasma dan penggantian cairan yang adekuat akan

mencegah syok. Pemilihan cairan dan jumlah yang akan diberikan

merupakan kunci keberhasilan pengobatan, selain itu perawatan yang

digunakan dalam penyakit demam berdarah dangue dengan pengawasan

tanda-tanda vital secara kontinue tiap hari dengan pemeriksaan Hb, Ht,

Trombocyt tiap 4 jam sekali, mengkonsumsi air sekitar 1,2-2 liter/hari,

memberi cairan melalui infus, antipiretik jika terdapat demam dan

atikonvulsan jika terdapat kejang pada anak (Suriadi, 2010).

Setiap perawatan pada DBD berbeda sesuai tingkat derajat

penyakit demam berdarah dangue, oleh sebab itu perawat merupakan

bagian integral dari sistem kesehatan nasional. Perawat dalam memberikan

pelayanan asuhan keperawatan dituntut untuk meningkatkan mutu

pelayanannya serta mengetahui tentang penyakit demam berdarah dangue

(Suriadi, 2010).
5

Berdasarkan data diatas maka penulis sangat tertarik untuk

mengambil kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) untuk mengetahui

“Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan yang benar-benar tepat

untuk anak dengan demam berdarah dangue untuk mengurangi resiko

kematian serta meningkatkan kualitas hidup pada anak dengan demam

berdarah dangue”.
6

1.2 Rumusan Masalah

Menurut WHO (world healt organization) penderita demam

berdarah dangue dilaporkan oleh WHO diseluruh dunia dengan jumlah

kematian sekitar 22.000 jiwa, terutama anak-anak. Sekitar 2,5-3 milyar

manusia yang hidup di 112 negara tropis dan subtropis berada dalam

keadaan terancam infeksi dangue. Berdasarkan rekam medik pada tahun

2015 diruang perawatan anak RSUD Curup angka kejadian demam

berdarah dangue pada Anak masuk kedalam rangking 10 besar penyakit

kelompok umur 0-14 tahun urutan ke-2 sebanyak 425 kasus pada laki-laki

terdapat 198 kasus dan wanita 227 kasus. Pada tahun 2016 terdapat 307

kasus DBD, pada tahun 2017 terdapat 27 kasus DBD dari bulan Maret-

september 2017. Angka kejadian pada demam berdarah dangue pada anak

di RSUD curup tergolong tinggi. maka penulis merumuskan masalah

“Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan yang benar-benar tepat

untuk anak dengan demam berdarah dangue untuk mengurangi resiko

kematian serta meningkatkan kualitas hidup pada anak dengan demam

berdarah dangue di Ruang Mawar RSUD curup Kabupaten Rejang

Lebong tahun 2018”.


7

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan penjelasan penerapan Asuhan Keperawatan Pada

Anak Dengan DBD Di Ruang Mawar RSUD Curup Kabupaten Rejang

Lebong Tahun 2018 dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan penjelasan tentang proses pengkajian dan analisa

data pada anak dengan Demam Berdarah Dengue

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan Demam

Berdarah Dengue

c. Merumuskan perencanaan terhadap klien pada anak dengan

Demam Berdarah Dengue

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada anak pada

dengan Demam Berdarah Dengue

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah

dilakukan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan Demam

Berdarah Dengue

f. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dengan kasus

Demam Berdarah Dengue dilapangan.


8

1.4 Manfaat penulisan

a. Manfaat Penulis

Setelah menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan kami

sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan

mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue pada anak.

b. Manfaat bagi pasien

Sebagai sumber informasi untuk klien dan keluarga dalam

mengetahui tentang penerapan pendidikan kesehatan..

c. Manfaat bagi pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan keperawatan khususnya dalan penerapan asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue.

d. Manfaat Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada

dirumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan pada pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Anatomi Fisiologi

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan

interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya

terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah (Evelyn, 2014). Darah

memiliki volume yang tersusun dari 55% plasma, cairan transparan

berwarna kekuningan, dan 45% terdapat sel darah (Nurachmah, 2011).

Darah merupakan jaringan ikat yang berfungsi membawa

oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan

ke paru untuk dieksresikan, dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan

pada produk sisa sel ke organ eksresi terutama pada ginjal serta

menjadi hormon yang dieskresikan ke bagian kelenjar dan jaringan

target, dapat menyebabkan panas yang dihasilkan oleh jaringan aktif

ke jaringan yang kurang aktif seperti substansi protektif misalnya

antibodi tubuh ke area infeksi, menajdi faktor pembekuan yang

mengoagulasi darah, mengurangi perdarahan dari pembuluh darah

yang pecah. Fungsi utama sel darah adalah untuk mentranspor

hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan.
10

Terdapat 3 macam sel-sel darah yaitu :

a) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit adalah sel darah yang dihasilkan disumsum merah

tulang yang berada diujung tulang panjang, tulang pipih dan

iregular. Fungsi utama mengangkut, terutama oksigen dan juga

sebagai karbon dioksida.

b) Leukosit (sel darah putih)

Leukosit adalah sel darah yang paling besar dan menyusun

sekitar 1% volume darah. Sel ini mempunyai fungsi sebagai

pertahanan tubuh terhadap mikroba dan bakteri asing lainnya.

c) Trombosit (sel darah pembekuan)

Trombosit mengandung berbagai zat yang meningkatkan

pembekuan darah yang menyebabkan hemostasis (penghentian

darah), jumlahnya dapat bervariasi antara

200.000-350.000/mm3) (Nurachmah, 2011).

2.1.2 Definisi Demam Berdarah Dengue


11

Demam dengue/DF dan Demam Berdarah Dengue/DBD

(dangue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dangue dengan manifestasi klinis demam, nyeri

otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai

dengan hemokonstransi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan

cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dangue (dangue shock

syndrome) ada demam berdarah dangue yang ditandai oleh

renjatan/syok (Nurarif, 2015 & Suriadi, 2010).

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh arbovirus

(arthrpodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

(Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti). DHF (Dangue Haemorgic

fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dangue sejenis

virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina), penyakit ini sering

menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam,

nyeri otot dan sendi. (Padila, 2013).

Menurut Rani (2014) demam berdarah dangue merupakan

salah satu jenis penyakit menular akut yang masih menjadi masalah

kesehatan baik individu, keluarga maupun masyarakat. Hal ini

disebabkan penyakit demam berdarah dangue penyebarannya sangat

cepat dan sering menimbulkan kejadiannya luar biasa (KLB)

dimasyarakat, sehingga menimbulkan angka kesakitan dan kematian.


12

Demam berdarah dangue adalah penyakit febris virus akut, yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dari nyamuk yang

menularkan virus dangue ketubuh manusia melalui air liurnya yang

masuk kealiran darah sehingga menimbulkan penyakit demam

berdarah dangue.

Jadi, demam berdarah dangue adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dangue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dengan manifestasi klinis

demam selama 5-7 hari disertai gejala pendarahan.

Gambar 2.1 Siklus Terjadinya Pertumbuhan Nyamuk


13

Gambar 2.2 Siklus Demam Berdarah

Sumber:

http://icctfkemenkes.blogspot.co.id/2013/10/sekilas-demam-

berdarah-dengue-dbd.html

2.1.3 Etiologi Demam Berdarah Dengue


14

Virus dangue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Keempatnya ditemukan diindonesia dengan den-3 serotype terbanyak.

Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuknya

serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan

perlindungan yang memandai terhadap serotipe lain tersebut.

Seseorang yang tinggal didaerah edemis dangue dapat terinfeksi oleh

3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dangue

dapat ditemukan di berbagai di daerah di indonesia (Nurarif, 2015).

Tempat perkembangbiakan nyamuk ialah tempat-tempat

penampungan air didalam atau di sekitar rumah atau tempat-tempat

umum, jenis-jenis perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti

dikelompokan sebagai berikut :

a. Tempat penampungan air bukan keperluan sehari-hari, seperti

drum, tangki, bak mandi, ember.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari,

seperti tempat minum burung, perangkap semut, dan barang-

barang bekas yang dapat menampung air.

c. Tempat penampungan alamiah, seperti lubang pohon, lubang

batu, pelepah daun dan potongan bambu.

Nyamuk Aedes aegypti telah lama diketahui sebagai vektor

terutama dalam penyebaran penyakit DBD, dengan ciri-ciri :


15

a. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih

b. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter

c. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan

d. Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00

dan sore hari pukul 16.00-17.00

e. Nyamuk betina menghisap darah untuk pematangan sel

telur, sedangkan dan nyamuk jantan memakan sari-sari

tumbuhan.

f. Hidup digenangan air bersih bukan di got atau comberan

g. Didalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempat vas

bunga, dan tempat air minum burung

h. Diluar rumah dapat hidup tampungan air yang ada didalam

drum, dan bekas.

(Wijaya, 2013)

2.1.4 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


16

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi derajat penyakit infeksi virus

dengue terbagi menjadi 5 derajat, yaitu :

Tabel 2.3 Klasifikasi DBD

DD/DBD Derajad Tanda dan gejala Pemeriksaan


laboratorium
DD Demam disertai 2 Leukopenia serolgi
atau lebih tanda : trobositopenia, tidak
a. Mialgia ditemukan bukti ada
b. Sakit kepala kebocoran plasma
c. Nyeri
retroorbital
d. Artralgia

DBD I Gejala diatas dan Trombositopenia


ditambah uji bendung (<100.000/ul) bukti
tourniket positif ada kebocoran
plasma

DBD II Gejala diatas dan


ditambah perdarahan
spontan (perdarahan
gusi, hidung,
telingga)
DBD III Gejala diatas dan
ditambah kegagalan
sirkulasi (kulit dingin
dan lembab serta
gelisah)

DBD IV Syok berat disertai


dengan tekanan darah
dan nadi tidak terukur

2.1.5 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue


17

Demam berdarah dangue merupakan salah satu jenis penyakit

menular akut yang menjadi masalah kesehatan baik individu,

keluarga, maupun masyarakat. DBD (Demam berdarah dangue)

adalah penyakit febris virus akut yang ditularkan oleh gigitan nyamuk

yang masuk kemanusia melalui nyamuk aedes aegypti atau arbovirus

dan beredar kedalam aliran darah menyebabkan infeksi virus dangue

(virena) dan mengakibatkan sistem komplemen dalam protein darah

dalam serum darah yang beraksi berjenjang sebagai enzim untuk

membantu sistem kekebalan humoral dapat membentuk dan

melepaskan zat-zat Ca2 dan C5a dengan prostogladin E2

hipothalamus dalam pemusatan umum kontrol autonom dan suhu

dapat menyebabkan hipertermi atau peningkatan suhu tubuh karena

infeksi.

Akibat peningkatan suhu tubuh dapat mengkibatkan

peningkatan reasbsobsi Na+ dan H2O serta mengalami permeabilitas

membran meningkat yang dapat cairan pindah dari darah kejaringan

lain, serta mengalami tiga gejala pada agregasi trombosit melalui

trombositopeni dalam penurunan jumlah trombosit dibawah batas

minimal dapat mengakibatkan resiko pendarahan, pendarahan berasal

dari resiko perfusi jaringan tidak efektik menjadi hipoksia jaringan

menjadikan asidosis metabolik pada gangguan asam basa dapat

mengakibatkan resiko syok hipovolemik. pada kerusakan endotel

pembuluh darah dapat merangsang dan mengaktivasi faktor


18

pembekuan pada darah mengakibatkan DIC (disseminated

intravascular coagulation) atau suatu keadaan dimana bekuan-bekuan

darah kecil tersebar diseluruh aliran darah menyebabkan penyumbatan

pada pembuluh darah kecil dan dapat menyebabkan pendarahan dapat

mengakibatkan resiko perfusi jaringan tidak efektif pada hipoksia

jaringan asidosis metabolik pada gangguan asam basa. Pada resiko

syok hipovolemik mengalami renjatan hipovolemik dan hipotensi

tekanan darah didalam arteri lebih rendah dibandingkan normalnya

dapat mengakibatkan kebocoran plasma dapat mengakibatkan

kekurangan volume cairan dalam plasma darah. Kebocoran plasma

darah dapat terjadi pada darah di bagian ektravaskuler yaitu pada

abdomen menyebabkan ansietas atau kecemasan dan mual muntah

serta dapat mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Pada bagian hepar menaglami hepatomegali

pembesaran ukuran organ hati dam dapat menyebabkan penekanan

intraabdomen dan mual muntah serta mengalami nyeri pada abdomen.

Pada bagian paru-paru terjadi efusi pleura kondisi penumpukan cairan

antara dua lapisan pleura menyebabkan ketidakefektifan pola nafas

(Nurarif, 2015).
19

2.1.6 WOC
20
21

2.1.7 Manifestasi klinis Demam Berdarah Dengue

Pada infeksi pertama oleh virus dangue, sebagaian besar

penderita tidak menunjukan gejala (asimtomatik), atau hanya

menimbulkan demam yang tidak khas. Dapat juga terjadi

kumpulan gejala demam dangue (DD) yang klasik antara lain

berupa demam tinggi yang terjadi mendadak, sakit kepala, nyeri

dibelakang bola mata (retro-orbital), rasa sakit pada otot dan

tulang, lemah badan, muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit

makulopapuler. Beratnya nyeri otot dan tulang yang dialami

penderita menyebabkan demam dangue dikenal sebagai demam

patah tulang (breakbone fever). Sebagian kecil penderita yang

sebelumnya telah pernah terinfeksi salah satu serotipe virus

dangue, jika mengalami infeksi yang kedua oleh serotipe

lainnya dapat mengalami perdarahan dan kerusakan endotel atau

vaskulopati. Sindrom ini disebut sebagai demam berdarah

dangue (DBD) atau dangue vaskulopati. Perembesan vaskuler

ini dapat menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi dan efusi

cairan yang dapat menimbulkan kolaps sirkulasi. Keadaan ini

dapat memicu terjadinya sindrom syok dangue (dangue shock

syndrome: DSS), penyebab kematian yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perdarahan itu sendiri.

Karena gejala klinis demam dangue tidak spesifik,

diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan


22

terjadinya infeksi dangue. Diagnosis serologi dilakukan berdasar

pada meningkatnya titer antibodi IgG atau IgM. Hasil

pemeriksaan dipengaruhi apakah infeksi dangue terjadi secara

primer atau sekunder ( Soedarto, 2012).

Menurut Padila tahun 2013 tanda gejala orang yang

mengalami demam berdarah dangue adalah :

a. Meningkatnya suhu tubuh

b. Demam tinggi selama 5-7 hari

c. Nyeri pada otot seluruh tubuh

d. Suara sesak

e. Batuk

f. Epistaksis

g. Disuria

h. Nafsu makan menurun

i. Muntah

j. Ptekie

k. Ekimosis

l. Perdarahan gusi

m. Muntah darah

n. Hematuria

o. Melena
23

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Soedarto, 2012) pada pemeriksaan

laboratorium DBD ditemukan :

a. Trombositopeni (kurang dari 100.000 per mm3) antara ke-3

dan ke-8 dari penyakit, sering terjadi sebelum atau bersama

waktunya dengan perubahan hematokrit.

b. Hemokonsentrasi dengan hematokrit yang meningkat lebih dari

20% menunjukkan adannya perembesan plasma karena

meningkatnya permeablitis vaskuler

c. Leukopeni dengan limfositosis relatif terjadi pada akhir fase

demam sebelum terjadinya kemunduran kondisi penderita atau

sebelum terjadinya syok

d. Albuminuri kadang-kadang ditemukan

e. Tinja berdarah sering ditemukan

f. Partial thromboplastin time dan prothrombin time memanjang

pada 1/3-1/2 penderita DBD

g. Thromin time memanjang pada penyakit DBD yang berat

h. Fungsi trombosit tidak sempurna

i. Komplemen C3 serum berkurang

j. Hipoproteinemi

k. Hiponatremi

l. Aminotransferase aspartat serum meningkat


24

m. Asidosis metabolik sering dijumpai pada syok yang

berkepanjangan

n. Nitrogen urea darah (BUN) meningkat pada stadium terminal

syok

o. Efusi pleura pada pemeriksaan sinar –X dada. Luasnya efusi

pleura menunjukkan beratnya penyakit. Efusi pleura bilateral

sering ditemukan pada syok.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien demam

berdarah dangue menurut Wijaya, (2013) :

a. Darah

1) Leukositopenia/lekositosis (N: 5000-10.000 ul)

2) Trombositopenia (N : 150.000-400.000 ul)

3) Hematokrit meningkat (N : laki-laki 40-54%,

perempuan 36-46%)

4) Hb menurun (N : laki-laki 14-16 gr/dl, perempuan

12-16gr/dl)

5) Hiponatremia 135-147 meq/l

6) Hipokloremia (N : 100-106 meq/l)

7) SGPT/SGOT, ureum dan Ph darah meningkat

N : SGPT/SGOT < 12U/l

N : Ureum 20-40 mg/dl

N : Ph 7,38-7,44
25

b. Urin

albuminuria ringan (N : 4-5,2 g/dl)

c. Uji serologis

1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI Test)

2) Uji komplemen fikasi (CF Test)

3) Uji neutralisasi (Nt Test)

4) IgM ELISA (Mac ELISA)

5) IgG ELISA
26

2.1.9 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue

Penatalaksanaan menurut Padila (2013) :

a. Medik

1) Demam berdarah dangue tanpa renjatan

a) Beri minum banyak (2,5 liter/hari)

b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat

juga dilakukan kompres

c) Jika kejang maka diberi luminal (antionvulsan)

untuk anak <1 tahun dosis 50mg lm anak

>1tahun 75mg lm. Jika 15 menit kejang belum

teratasi, diberi lagi luminal dengan dosis 3mg/kb

BB (anak <1tahun dan pada anak >1 tahun

diberikan 5mg/kg BB)

d) Berikan Infus jika terus muntah dan hematokrit

meningkat

2) Demam berdarah dangue dengan renjatan

a) Pasang infus RL

b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan

plasma ekspander (20-30 ml/Kg BB)

c) Transfusi jika HB dan Ht turun


27

b. Keperawatan

1) Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue tiap

jam :

a) Pemeriksaan HB, Ht, trombosit tiap 4 jam

b) Observasi intake output

c) Pada pasin DHF derajat I : pasien diistirahatkan,

observasi tanda vital 3 jam, periksa Hb, Ht,

trombosit tiap 4 jam beri minum 2,5 liter/hari,

beri kompres.

d) Pada pasien DBD derajat II : pengawasan tanda

vital, periksa Hb, Ht, trombosit, perhatikan gejala

seperti nadi lemah, kecil, dan cepat, tekanan

darah menurun, auria dan sakit perut, beri infus.

e) Pada pasien DBD derajat III : infus guyur, posisi

semi fowler, beri O2 pengawasan tanda-tanda

vital tiap 15 menit, pasang kateter, observasi

produktif urin tiap jam, periksa Hb, Ht,

trombosit.

2) Resiko perdarahan

a) Observasi perdarahan : ptekie, epistaksis,

hematomesis, dan melena

b) Catat banyak, warna, dari perdarahan


28

c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan

tractus gastrointestinal.

3) Peningkatan suhu tubuh

a) Observasi/ukur suhu tubuh secara periodik

b) Beri minum banyak

c) Berikan kompres
29

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Demam Berdarah Dengue

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian menurut Susilaningrum (2013)

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak-anak

dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjan

orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang

kerumah sakit adalah dengan suhu badan anak panas tinggi

lebih dari (37,5oc) dan demam terjadi selama 5-7 hari disertai

gejala perdarahan.

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai mengigil,

saat demam kesadaran kompos mentis. Panas menurun terjadi

antara hari ke-3 dan hari ke-7, sementara anak semakin lemah.

Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri tekan, mual,

muntah anoreksia, diare/ konstipasi, sakit kepala, nyeri otot

dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa

pegal serta manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,

IV), melena atau hematemesis.


30

d. Riwayat penyakit yang pernah di derita

Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada Dengue

Haemorrhagic Fever, anak bisa mengalami serangan ulangan

Dengue Haemorrhagic Fever dengan tipe virus yang lain

e. Riwayat imunisasi

Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan

timbul komplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua

anak dengan status gizi, maupun buruk dapat beresiko apabila

terdapat faktor predisposisinya. Pada anak yang menderita

DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu

makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak

disertai dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat anak dapat

mengalami penurunan berat badan, sehingga status gizinya

menjadi kurang.

g. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya,

lingkungan yang kurang kebersihan nya (air yang

menggenang), dan gantungan baju di kamar.


31

h. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme, yaitu frekuensi, jenis, pantangan,

nafsu makan berkurang / menurun.

2) Eliminasi alvi (buang air besar) kadang-kadang anak

mengalami diare / konstipasi. DBD pada grade III-IV bisa

terjadi melena.

3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DBD grade IV

sering terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur

karena sakit / nyeri otot dan persendian, sehingga kuantitas

dan kualitas tidur, serta istirahat kurang.

5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri

dan lingkungan cenderung kurang terutama tempat

sarangnya nyamuk Aedes aegypti.

6) Tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk

menjaga kesehatan.

i. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Inspeksi :

Muka tampak kemerahan pada muka karena demam

(Flushy), mata anemis, hidung kadang mengalami

perdarahan / epistaksis (Grade II,III,IV). Pada mulut


32

didapatkan mukosa mulut kering, perdarahan gusi, kotor,

dan nyeri telan. Tenggorokkan mengalami hyperemia

faring, terjadi perdarahan telinga (grade II,III,IV)

Palpasi : kepala terasa nyeri

2) Dada

Inspeksi :

Bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada foto thoraks

Palpasi :

Terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah

kanan (efusi pleura)

Auskultasi :

Rales +, Ronchi +, biasanya pada grade III,IV.

3) Pada abdomen

Palpasi :

Terdapat nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan

asites.

4) Sistem pernafasan

Inspeksi :

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal,

epistaksis, pergerakan dada simetris.

Perkusi : perkusi senor

Auskultasi : Terdengar ronchi, krakles


33

5) Sistem persyarafan

Inspeksi :

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan

kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS

6) Sistem kardiovaskuler

Inspeksi :

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet

positif, trombositopenia, pada grade III dapat terjadi

kegagalan sirkulasi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-

jari.

Palpasi :

Nadi cepat, lemah, hipotensi, pada grade IV nadi tidak

teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

7) Sistem pencernaan

Inspeksi :

Selaput mukosa kering, penurunan nafsu makan, mual,

muntah, dapat hematemesis, melena.

Palpasi :

Kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran

limpa. Pembesaran hati, abdomen teregang, nyeri saat

menelan.
34

8) Sistem perkemihan

Inspeksi :

Produksi urine menurun, kadang-kadang dari 30cc / jam,

akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna

merah.

9) Sistem integumen

Inspeksi :

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I

terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi ptekie, pada

grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kullit.

10) Ekstremitas

Inspeksi :

Akral dingin pada ekstremitas atas dan bawah.

Palpasi : Nyeri otot dan sendi serta tulang.

Berdasarkan tingkatan (grade) DBD, keadaan fisik anak sebagai

berikut:

1) Grade I:

kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah; tanda-

tanda vital nadi lemah.

2) Grade II:

kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; adanya

perdarahan spontan ptekie; perdarahan gusi dan telinga;

nadi lemah, kecil, tidak teratur.


35

3) Grade III:

kesadaran apatis; somnolen; keadaan umum lemah, nadi

lemah, kecil, tidak teratur, tensi menurun.

4) Grade IV:

kesadaran koma; nadi tidak teraba; tensi tidak teratur;

pernafasan tidak teratur; ekstremitas dingin; berkeringat;

dan kulit nampak biru.

j. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DBD akan dijumpai sebagai

berikut:

1) Hb dan PCV meningkat (≥20%).

2) Trambositopenia (≥ 100.000 / ml).

3) IgD dongue positif.

4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan

hipoproteinemia, hipokliremia, hiponatremia.

5) Urium dan pH darah mungkin meningkat.

6) Asidosis metabolik; pCO2 < 35 - 40 mmHg. HCO3 rendah.

7) SGOT / SGPT mungkin meningkat.


36

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien demam berdarah dangue yang

mungkin muncul menurut NANDA didalam Nurarif (2015) adalah :

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dangue

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

suhu tubuh

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual muntah, penurunan berat badan

dengan asupan makanan yang tidak adekuat

4. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (penekanan

intra abdomen)

5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopeni).

6. Resiko syok (hypovolemik) berhubungan dengan perdarahan

yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler

7. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas

terganggu akibat spasme otot-otot pernapasan, nyeri,

hipoventilasi.

Anda mungkin juga menyukai