KEDOKTERAN KELUARGA
PUSKESMAS SIKUMANA
Oleh
1
BAB I
PENDAHULUAN
tingkat global. Namun, sampai saat ini DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat
tahun terakhir dari tahun 20032008 angka kematian (Case Fatality Rate) di
Indonesia meningkat. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya
disebabkan karena menderita penyakit. Penyakit itu sendiri terdiri dari penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Contoh beberapa dari penyakit menular antara
Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan
orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah
sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.3
Penyakit DBD pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953
dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Penyakit ini disebabkan oleh virus
Dengue dari genus Flavivirus (manusia dan monyet sebagai reservoir), famili
2
nyamuk Aedes sp yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam
Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS)
Zoonosis Kemenkes menyebutkan hingga akhir Januari 2016, kejadian luar biasa
penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi yang
terserang KLB DBD. Dari data tersebut Provinsi NTT termasuk dalam urutan ke-9,
yaitu di Kabupaten Sikka. Sepanjang bulan Januari dan Februari 2016 kasus DBD
yang terjadi di wilayah tersebut tercatat sebanyak 492 orang menderita DBD dengan
jumlah kematian 25 orang pada bulan Januari. Sedangkan pada bulan Februari
tercatat 116 orang dengan jumlah kematian 9 orang. Hasil data tersebut
bulan Januari Februari 2016 sebanyak 8.487 orang dengan jumlah kematian 108
orang. Golongan terbanyak pada usia 5 14 tahun (43,44%) dan usia 15 44 tahun
(33,25%).4
Pada tahun 2013 ditemukan kasus DBD sebanyak 2.986 kasus atau sebesar
0,6 per 1000 penduduk, pada tahun 2014 jumlah penderita DBD sebesar 487 kasus,
sedangkan pada tahun 2015 menjadi sebesar 665 kasus (13 per 100.000 penduduk)
terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015. Jika dibandingkan dengan target pada
Renstra yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah sebesar 8 per 100.000 penduduk
3
1.3 Tujuan
a. Mengetahui profil keluarga penderita Demam Berdarah Dengue
b. Mengidentifikasi status kesehatan keluarga pasien
c. Memberikan alternatif pemecahan masalah bagi pasien dan keluarga
d. Melibatkan keluarga dalam upaya pencapaian kesembuhan pasien
1.4 Manfaat
a. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan informasi mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue,
risiko yang terdapat pada pasien serta dapat memahami proses penanganan terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berpotensi KLB/wabah disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor
nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini menyerang sebagian besar anak usia < 15 tahun,
namun dapat juga menyerang orang dewasa.5 Penyakit ini ditemukan pertama kali
pada tahun 1950an di Filipina dan Thailand, dan saat ini dapat ditemukan di sebagian
4
Penyakit DBD ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda
2.2 Epidemiologi
Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)
mencatat bahwa negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara. DBD sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1968, penyakit ini
pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya, Jawa Timur di mana sebanyak 58 orang
Sejak saat itu, DBD menyebar hingga ke seluruh Indonesia. Selama tahun 1996-2005
tercatat 334.685 kasus DBD dengan jumlah penderita yang meninggal 3.092 orang.
Tahun 2006, Indonesia berkontribusi menyumbang nilai kasus DBD tertinggi di Asia
distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya. Faktor perilaku dan partisipasi
(PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas
5
Gambar 2.1 Penderita DBD menurut Kab/Kota di Provinsi NTT Tahun 2015
Dari gambar 2.1 tersebut di atas dapat kita lihat bahwa penderita kasus DBD
ini hanya ada pada beberapa Kabupaten saja seperti Kota Kupang, Kabupaten
Kupang, TTS, TTU, Belu, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur,
Manggarai Barat dengan kasus yang paling banyak di Kabupaten Manggarai barat,
Gambar 2.2 Angka Incidence Rate DBD Tahun 2011-2015 di Kota Kupang
Dari gambar di atas terlihat bahwa angka kesakitan DBD tahun 2011-2015,
mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2011 sebesar 75 kasus per 100.000
6
penduduk, menurun pada tahun 2014 menjadi 26,6 per 100.000 penduduk, dan
kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 61,1 per 100.000 penduduk.8
Diagram 2.1 Jumlah kasus DBD tahun 2014 2016 di Puskesmas Sikumana
2016, jumlah kasus DBD di Puskesmas Sikumana mengalami kenaikan yaitu pada
tahun 2014 berjumlah 18 kasus, tahun 2015 berjumlah 28 kasus dan pada tahun 2016
berjumlah 31 kasus. Dilihat dari wilayah kerja Puskesmas Sikumana, pustu dengan
dua jumlah kasus terbanyak pada tahun 2016 adalah Pustu Sikumana 12 kasus dan
Pustu Oepura 11 kasus. Sedangkan Pustu Bello 1 kasus, Pustu Naikolan 4 kasus,
7
Pustu Kolhua 3 kasus dan Pustu Fatukoa tidak ada kasus DBD. Pada bulan Januari
Puskesmas Sikumana tahun 2016 adalah 5 15 tahun untuk laki laki dan 1 4
2.3 Etiologi
Flaviviridae, genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single
standard RNA. Virion-nya terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris
Dengue berukuran panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen protein
(M) dan suatu protein envelope (E) serta gen protein non struktural (NS).
Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN4.
Ke empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil
8
kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh
Meskipun keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang sama
namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2 7 hari
Pembesaran hati
9
Syok yang ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan
tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin,
kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
2.5.1 Laboratorium
Trombositopenia ( 100.000/l)
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
10
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat
II lain
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
Derajat tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
III sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak
gelisah.
Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu, untuk
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
11
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
12
Gambar 2.5 Alur triage yang dianjurkan
13
2.7 Pencegahan
Saat ini, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan,
seperti:
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
14
5. Menanam tanaman pengusir nyamuk.
melalui kegiatan pemberantasan nyamuk dan jentik secara berkala dan PSN 3M Plus,
karena saat ini telah memasuki musim penghujan, bahkan pola curah hujan yang tak
menentu.
Salah satu kegiatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena
penyakit DBD adalah dengan melakukan PSN DBD secara berkesinambungan pada
dilakukan PSN DBD secara massal. Mulai tahun 2010 hingga sekarang, salah satu
program yang dicanangkan Pemerintah Kota Kupang adalah kegiatan Jumat Bersih
yang telah menurunkan kasus DBD di Kota Kupang yang dibuktikan dengan adanya
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dan langsung ke rumah kasus dan
sekitarnya dalam rangka upaya memutuskan rantai penularan penyakit DBD. Melalui
kegiatan ini petugas kesehatan akan secara cepat mengetahui siapa yang tertular,
15
dimana tempat/lokasi terbanyak penderita, kapan kejadiannya dan akhirnya
penularan lebih luas di masyarakat. Hasil kegiatan PE ini lebih lanjut telah dijelaskan
c. Abatesasi
menaburkan abate pada tempat-tempat penampungan air. Abatesasi pada tahun 2014
kurangnya logistik larvasida maka kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan sesuai
d. Fogging Focus
disamping dilakukan fogging massal juga dilakukan fogging focus di lokasi tempat
tinggal penderita dan sekitar tempat tinggal penderita dengan radius 200 meter, yang
bertujuan untuk memutus rantai penularan dengan membunuh nyamuk dewasa yang
wilayah Kota Kupang, berdasarkan pemetaan kasus DBD yang terjadi diwilayah
tersebut.
e. Penyuluhan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh program sendiri dan juga dilakukan dengan
melibatkan lintas program melalui program promosi dan kesehatan yang melakukan
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Usia : 51 tahun
Status dalam keluarga : Ayah kandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar
Agama : Kristen Protestan
b. Nama : Ny. SD
Usia : 45 tahun
Status dalam keluarga : Ibu kandung
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Kristen Protestan
c. Nama : JD
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Status dalam keluarga : Anak pertama (kakak kandung)
Pekerjaan : Bantu bantu proyek
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Kristen Protestan
d. Nama : ND
Tempat/tanggal lahir : Kupang, 17 Agustus 1998
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status dalam keluarga : Anak kedua (kakak kandung)
Pekerjaan : pelayan di took Glory Sikumana
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Kristen Protestan
e. Nama : JD
Tempat/tanggal lahir : Kupang, 27 Juli 2002
Usia : 14 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Status dalam keluarga : anak ketiga (kakak kandung)
Pekerjaan : pelajar kelas 2 SMP
17
Agama : Kristen Protestan
f. Nama : FD
Tempat/tanggal lahir : Kupang, 10 Desember 2003
Usia : 13 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Status dalam keluarga : anak keempat (kakak kandung)
Pekerjaan : pelajar kelas 6 SD
Agama : Kristen Protestan
g. Nama : YD
Tempat/tanggal lahir : Kupang, 16 Juli 2006
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status dalam keluarga : Anak kedua (kakak kandung)
Pekerjaan : pelajar kelas
Agama : Kristen Protestan
3.2 Profil Pasien dan Status Kesehatan Pasien
A. Identitas
Nama : An. ND
Usia : 7 tahun
Status dalam keluarga : Anak kandung ke 6
Agama : Kristen Protestan
Penyakit yang diderita : DBD
Alamat : Jln. Oeekam RT 10 RW 4 Sikumana
B. Anamnesis
Alloanamnesis (diberikan oleh ibu kandung) pasien pada hari Senin, 09 Januari
Keluhan Utama : Panas tinggi dan timbul bintik bintik merah ditangan dan
kaki
Pasien diantar ibunya ke Puskesmas Sikumana karena panas tinggi sejak 4 hari
sebelum ke Puskesmas. Panas bersifat hilang timbul, berkeringat dan tidak disertai
menggigil. Pasien sempat diberi pengobatan Paracetamol 2x1/2 tablet oleh ibunya,
namun panas muncul kembali beberapa jam setelah minum obat. Pasien juga
mengalami muntah 2x di rumah tidak bercampur darah, nyeri ulu hati dan perut
kembung. Buang air besar dan buang air kecil baik. Ibu pasien juga mengatakan
18
bahwa muncul bintik bintik merah di tangan dan kaki pasien saat bangun tadi pagi.
Riwayat keluar darah dari hidung (-), gusi berdarah (-), BAB campur darah (-). Batuk
Batuk pilek
Tidak ada anggota keluarga yang menderita hal yang sama. Hipertensi (-), Diabetes
Tidak ada tetangga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
Riwayat persalinan :
Pasien merupakan anak keenam, Ibu tidak pernah ANC selama kehamilan.
Riwayat Imunisasi :
Riwayat Makanan :
Pasien mendapatkan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan dan mendapat makanan
pendamping ASI mulai umur 6 bulan, yaitu biskuit dan bubur sun.
Ibu pasien tidak mengingat tentang tahap pertumbuhan dan perkembangan pasien.
C. Pemeriksaan Fisik
umum
Kesadaran : Compos mentis
19
Tanda- : Suhu: 38,9o C
Nadi: 110x/menit
tanda vital Pernapasan: 22x/menit
Kulit : Kulit sawo matang, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), skar
(-/-)
muda, lidah kesan normal, tidak ada celah pada bibir dan
aurikuler (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), massa (-), kaku kuduk (-) Simetris,
massa (-), retraksi dinding dada (-) Jantung
Dada :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 parasternal sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1-S2 tunggal, reguler,murmur (-), gallop
(-)
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak terdapat
retraksi, mammae dua buah, letaknya simetris.
Palpasi : Massa (-/-), nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
20
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Inspeksi : Perut tampak datar, distensi (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Palpasi : Massa (-) hepar 2 jari bawah arcus costa,
splenomegali (-), supel, nyeri tekan (-)
Abdomen : Perkusi : Timpani
Turgor kulit : Baik
Petechie + +
- +
Ekstremitas :
Deformitas (-), tonus otot flaccid, akral hangat, CRT <3
detik
D. Pemeriksaan penunjang
Hb : 9,8 g/dl
PLT : 98 x 103/mm3
DDR : negatif
E. Diagnosa dan terapi:
1. Diagnosa Klinis : Demam Berdarah Dengue derajat II
21
2. Penatalaksanaan : keluarga pasien diedukasi dan dirujuk
22
Pasien merupakan anak keenam dari enam bersaudara. Ayah pasien adalah anak
ke 2 dari 5 bersaudara. Nenek dan kakek kandung (ayah) pasien telah meninggal
dunia. Ibu pasien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara. Kakak-kakak dari ibu
pasien semua sehat. Ibu dari ibu pasien telah meninggal sedangkan ayah dari ibu
Hubungan psikologis antara pasien dan ibunya baik, dengan ayah pasien juga
baik walaupun berada jauh dari anaknya karena sering berkomunikasi lewat telepon.
Kedua orang tua pasien sangat perhatian dan sayang kepada pasien. Hubungan
antara ibu pasien dan keluarga yang tinggal serumah juga baik.
23
1. Masalah dalam fungsi biologis
Pasien tidak memiliki faktor risiko penyakit turunan dalam keluarga.
2. Masalah organisasi dalam keluarga
Pasien merupakan anak keenam dan tinggal bersama dengan ibu kandung dan
ibunya, hubungan ayah dan anaknya baik dilihat dari komunikasi yang terjadi hampir
setiap hari dan perhatian ayahnya dari jauh dengan selalu mengirimkan uang untuk
membiayai keluarganya.
3. Masalah Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan sehari-hari dipenuhi penghasilan ayah pasien sebagai wiraswasta
di Malaysia. Selain ayah, kedua kakak dari pasien juga membantu untuk memenuhi
lingkungan sekolah pasien bersih namun terdapat genangan genangan air, pot
bunga yang tergenang air dan bak penampung air yang terbuka sehingga
Penerapan pola hidup bersih dan sehat pada keluarga kurang diterapkan, didukung
oleh keadaan lingkungan yang kurang bersih dan pengetahuan yang kurang.
5. Masalah Psikologis
orang lain baik dan pasien lebih sering bersama ibunya. Beban keluarga dan segala
urusan rumah tangga diatur oleh ibu pasien karena suami sedang berada di Malaysia
genangan air. Perumahan yang kurang layak, rumah yang diapit oleh pepohonan,
24
genangan air dan rumah tetangga di bagian kanan dan belakang rumah pasien. Di
belakang rumah pasien terdapat kandang babi dan WC. Hubungan keluarga pasien
Pasien dan keluarga tinggal di rumah permanen (berdinding tembok) dengan ukuran
6x8 meter. Rumah tersebut, terdiri dari 3 kamar, 1 kamar untuk pasien berbaring dan
dengan rumah lama yang saat ini dijadikan dapur. Terdapat 1 dapur, 1 tempat cuci
piring di bagian belakang dapur. Tepat di belakang dapur terdapat kamar mandi dan
25
kandang hewan. Tempat pemeliharaan hewan yang kotor, terbuka dan jaraknya dekat
Gambar 3.4 kamar mandi dan kandang hewan di samping kiri dapur
Semua kamar tidur terdiri dari tempat tidur kayu, kasur kapuk dan tidak ada
kelambu. 1 lemari pakaian di kamar baring pasien yang juga adalah tempat
Pasien tidur tidak menggunakan kelambu sehingga bisa terjadi penularan penyakit
26
dengan vektor nyamuk saat tidur. Selain itu juga peletakan barang barang yang
tidak pada tempatnya dan ditumpuk begitu saja dalam kamar pasien bisa menjadi
Gambar 3.5 tempat tidur pasien dengan kasur terbuat dari kapuk dan tidak terpasang
kelambu
Rumah warga yang berjarak kurang dari 5 meter dari rumah pasien yang hanya
kamar mandi tetangga yang terbuka dan terletak di samping rumah pasien dengan
27
Gambar 3.7 penampungan air kamar mandi tetangga
c) Ventilasi jendela, ada ventilasi namun tidak ada kawat kasa sehingga memudahkan
Gambar 3.8 ventilasi rumah dan kamar pasien tidak memakai kawat kasa
d) Sarana MCK
Keluarga ini memiliki 1 kamar mandi sekaligus WC. Di dalamnya terdapat kloset
jongkok dan sebuah bak kecil berbentuk segiempat dengan daya tampung sekitar 20
ember oker. Untuk mandi dan mencuci, pasien dan keluarganya mengambil air dari
sumur.
28
Keadaan WC umum keluarga yang kurang layak dan tempat penampungan air atau
bak mandi yang jarang dikuras dan tidak ditaburkan abate dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk.
Gambar 3.9 Bak penampungan di kamar mandi pasien yang tidak dikuras dan tidak
e) Pembuangan limbah
Limbah cair dibuang di samping diselokan dekat rumah sedangkan sampah kering
yang terdiri dari sampah organik dan nonorganic dibuang di samping rumah begitu
saja. Kaleng kaleng bekas dan gelas aqua menjadi tempat penampungan air.
29
Gambar 3.10 tempat pembuangan sampah di samping rumah pasien
f) Sumber air minum : sumur. Sumur terdiri dari dua buah, yaitu milik pasien sendiri
dan tetangga. Kedua sumur ini dalamnya kurang lebih masing masing 20 meter dan
10 meter yang terletak di belakang rumah tetangga dan di depan rumah pasien.
Keadaan sumur yang gelap dan terbuka ini terlihat nyamuk beterbangan dalam
lubang sumur.
Rumah pasien berada dalam kompleks perumahan menengah ke bawah, jarak antara
rumah pasien dengan tetangga 2 m di samping kanan rumah dan 7 meter dari depan
rumah pasien. Di lingkungan rumah pasien terdapat genangan air jika hujan dan
30
merupakan tampungan air dari selokan rumah tetangga. Selain itu, terdapat
pepohonan padat di samping kiri rumah pasien sehingga dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk.
Gamabr 3.13 selokan rumah tetangga, genangan air dan penampungan limbah cair
tetangga
31
Gambar 3.14 genangan air hujan
Lingkungan Sosial
No. Keadaan
Ekonomi
1 Status Kepemilikan Rumah yang ditempati pasien merupakan milik
Rumah pribadi.
2 Fasilitas dan Kepemilikan Barang dan fasilitas dalam rumah merupakan milik
32
perbulan 500.000
Budaya
1 Jaminan Pasien dan keluarganya Pasien memiliki kemudahan dalam
pasien BPJS.
33
BAB IV
berpotensi KLB/wabah disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor
nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini menyerang sebagian besar anak usia < 15 tahun,
namun dapat juga menyerang orang dewasa.5 Penyakit ini ditemukan pertama kali
pada tahun 1950an di Filipina dan Thailand, dan saat ini dapat ditemukan di sebagian
besar negara di Asia. Penyakit DBD ditandai dengan demam mendadak dua sampai
tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai
atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran
menurun atau renjatan (shock).1 Pada pasien ini didapatkan adanya gejala demam
mendadak selama 4 hari, mual muntah 2x, nyeri ulu hati, perut kembung, dan
34
Berdasarkan teori, gejala klinis yang terdapat pada penderita DBD, yaitu:
demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2
hematemesis dan atau melena), pembesaran hati, dan syok yang ditandai nadi cepat
dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi
sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time
memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah. Hasil pemeriksaan fisik bermakna
yang didapatkan pada kasus ini, terdiri dari suhu tubuh 38,90C, uji tourniquet (+),
hepar teraba 2 jari bawah arkus costa dan petechie pada ekstremitas atas dan bawah.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik saja tidak cukup untuk mendiagnosis DBD,
dan didapatkan nilai trombosit 98x103/mm3 (<100.000 /mm3). Sesuai dengan tinjauan
pustaka bahwa jumlah trombosit pada penderita DBD mengalami penurunan, yaitu
<100.000 /mm3.
35
Untuk mendiagnosis BDB, dibutuhkan dua kriteria klinis pertama ditambah
satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk
menegakkan diagnosis DBD. Pada kasus ini didapatkan lebih dari dua kriteria klinis
mempengaruhi mudahnya terkena penyakit. Dari keadaan dalam rumah yang padat,
ditempati oleh dua rumah tangga dan terdiri dari 10 orang, kamar tidur tidak
memakai kelambu, cahaya matahari yang kurang masuk ke dalam rumah, ventilasi
kandang babi di belakang rumah yang jaraknya <5 meter dan terbuka, jarak antara
rumah pasien dan tetangga <5 meter, samping rumah terdapat genangan air dan
sehingga dapat menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya. Ketika
musim hujan tiba, maka kaleng-kaleng itu akan terisi air hujan. Kondisi tersebut akan
DBD. Oleh karena itu, kami melakukan beberapa hal untuk membantu pasien dan
mengarahkan dan memberi contoh bagaimana cara PSN yang benar dengan cara 3M
plus. Tidak membiarkan sampah bertumpukan dan dianjurkan untuk mempunyai bak
sampah yang ditutup rapat, menutup tempat menampung air, menguras bak mandi,
36
2. Abatesasi, kami membawakan pasien dan keluarga abate untuk bak penampungan
37
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah mempelajari dan melakukan kunjungan rumah pada pasien dalam kasus
kasus ini. Keluarga juga dapat memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar pasien
5.2. Saran
rumah.
Memakai kelambu dan obat nyamuk yang dibagikan.
Menggunakan abate sesuai yang diajarkan
Memasang kawat kasa pada ventilasi
Tidak menggantung pakaian sembarangan dalam rumah
Mengatur agar tempat memelihara hewan tidak menjadi tempat perindukan
nyamuk
Menutup genangan air dan tempat penampungan air
2. Bagi Puskesmas
a. Puskesmas meningkatkan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga
38
DAFTAR PUSTAKA
Jentik dan Nyamuk. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September
2014
Maret 2016
39