PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD sampai saat ini merupakan salah satu masalah
semakin luas penyebarannya. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi
yang di sebabkan oleh virus dengue dan termasuk termasuk golongan Arbovirus
(arthropod-borne virus) yang di tularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegepty dan
Aedes Albopictus serta penyebarannya sangat cepat. Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit akut yang di sebabkan oleh virus dengue yang merupakan virus dari
keluarga flavivirus dan famili flaviviridae. Demam berdarah juga merupakan salah
satu penyakit mematikan di dunia dan hingga saat ini belum di temukan vaksin
epidema penyakit demam berdarah pertama kali akan di laporkan pada tahun 1779 di
Asia Tenggara. Lebih jauh lagi, bukti sejarah menyatakan bahwa keberadaan penyakit
demem berdarah telah di kenal sejak tahun 1992 di negara China kuno. Menurut data
WHO setiap tahun terjadi 50-100 juta kasus demam berdarah di seluruh dunia.
(Swasanti, 2016).
yang berisiko terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue mencapai 2,5 miliar
terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga
di perkirakan ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun.
1
Data WHO menunjukan bahwa negara-negara di kawasan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) setiap tahunnya.
Di antara sekitar 2,5 miliar orang berisiko di seluruh dunia, sekitar 1,3 miliar atau
52% populasi berada di kawasan Asia Tenggara. Di perkirakan sekitar 2,9 juta kasus
DBD dengan 5.906 kematian terjadi di Asia Tenggara setiap tahunnya. Di indonesia,
selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran
jumlah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang endemis Demam Berdarah Dengue, dari 2
provinsi dan 2 kota menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun
2009. Pada tahun 2009, provinsi dengan Angka Kematian (AK) tertinggi adalah
yang paling rendah adalah Sulawesi Barat (0%), DKI Jakarta (0,11%) dan Bali
(0,15%). AK nasional telah berhasil mencapai target di bawah 1%, namun sebagian
besar provinsi (61,3%) mempunyai AK yang masih tinggi di atas 1%. Menurut data
yang di himpun oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013,
Dari jumlah tersebut tercatat ada 871 penderita yang meninggal dunia. Pada tahun
data yang di kumpulkan hingga pertengahan desember 2014, telah terjadi 71.668
kasus dengan 641 orang di antaranya meninggal dunia. Data di atas menempatkan
Indonesia sebagai negara nomor 1 di Asia Tenggara terkait kasus Demam Berdarah
Dengue. Sedangkan di dunia, Indonesia adalah nomor 2 setelah Brazil. (Ariani, 2016)
2
Di Provinsi Gorontalo jumlah kasus Demam Berdarah Dengue yang di
laporkan pada tahun 2014 berjumlah 289 kasus dengan angka Insiden Rate (IR) per
100.000 penduduk 26,5 (Angka Nasional 51 per 100.000 penduduk). Angka ini
meningkat dibandingkan dari jumlah kasus ditahun 2013 yakni sebanyak 243 kasus.
Hal ini berarti bahwa angka kesakitan Demam Berdarah Dengue di Provinsi
Gorontalo masih cukup tinggi. Selain itu juga penyakit DBD di Provinsi Gorontalo
untuk tahun 2014 menduduki peringkat 1, sebagai penyakit yang sering menyebabkan
KLB diwilayah Provinsi Gorontalo pada tahun 2014. Meskipun Insiden Rate DBD
masih jauh dari angka nasional, tetapi berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB)
selama tahun 2014 DBD merupakan salah satu penyakit menular yang paling sering
Kesehatan, 2014).
nyamuk Aedes aegypti berkembang biak dalam air tergenang dan terbuka, misalnya
tempat yang cocok untuk berkembang biak adalah tong, drum, pot, ember, vas bunga,
batang atau daun tanaman, tangki, botol buangan, kaleng, ban bekas dan juga tempat
curah hujan yang tergenang yang tidak dialirkan akan menjadi tempat
ini berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau kontainer yang tidak
3
Rendahnya pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue sejalan dengan
Pengetahuan masyarakat tentang Demem Berdarah Dengue menjadi hal yang sangat
penting di ketahui oleh masyarakat sehingga dapat melakukan deteksi dini dan
berdrah dengue.
DBD merupakan penyakit yang menyebar dengan cepat di Yamen dalam sepuluh
tahun terakhir. Skala terbesar wabah demam berdarah terdapat di Alhodeidah yang
merupakan sirkulasi vektor tertinggi (Aedes Aegepti), infrastruktur yang buruk, dan
memiliki curah hujan yang tinggi dari pada kota lain di Yamen, vektor tidak efektif,
pengawasan penyakit menular dan tingkat pendidikan yang rendah merupakan alasan
utama terjadinya peningkatan kejadian DBD yang cepat di Yamen. Hal ini tidak
daerah yang memiliki curah hujan cukup tinggi. Kabumen merupakan kabupaten
termiskin di kedua Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah angka kemiskinan mencapai
21,32%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan (Dinkes) kabumen
tahun 2015 menunjukan pencapaian indikator rumah sehat juga masih tergolong
rendah. Hal ini di sebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat, kurang optimalnya
4
monitoring dari petugas. Kecenderungan perilaku negatif terhadap pencegahan DBD
menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.
Hal ini sesuai dengan Teori Keperawatan Lawrence Green yang menyebutkan
pada sikap dan tindakan pencegahan dari masyarakat. Dalam hal ini tindakan yang di
maksud adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PNS) yang belum dilakukan secara
lakukan pada tahap sebelum terjadinya penyakit (tahap prepatogenesis) dan pada
lakukan adalah pencegahan primer untuk upaya meningkatkan kesehatan. Dalam hal
sarang nyamuk (PNS). Pengobatan menggunakan vaksin untuk penyakit DBD pada
saat ini memang belum ada, maka upaya pemberantasan penyakit DBD dititik
beratkan pada PNS. Walaupun kegiatan fogging dilakukan tetapi bila jentik nyamuk
masih dibiarkan dan berkembangbiak, maka nyamuk baru tersebut dapat menularkan
penyakit DBD.
perilaku masyarakat dengan kejadian DBD yang menyebabkan angka kejadian DBD
perilaku dan kebiasaan sehari-hari akan menyebabkan angka kematian DBD semakin
5
meningkat dan kasus kesakitan yang berulang di masyarakat. Dengan demikian
DBD
3. Provinsi gorontalo pada tahun 2014 merupakan salah satu provinsi yang
pencegahan DBD
6
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasana dan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk mencari sebab masalah
kesehatan atau kegagalan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan. Sehingga dapat
7
dijadikan acuan untuk mencari solusi atau alternatif penyelesaiaan masalah serta
(DBD).
sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi untuk
8
BAB II
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
a. Faktor internal : Faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,
kondisi fisik.
b. Faktor eksternal : Faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
c. Faktor pendekatan belajar : Faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode
dalam pembelajaran.
1. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
2. Memahami (Comprehension)
9
3. Aplikasi
4. Analisis
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
5. Sintesa
6. Evaluasi
Pengetahuan baik dan kurang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber
informasi baik dari lingkungan kelurga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan,
maupun media cetak dan elektronik. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan
baik ternyata memang banyak yang melakukan praktik PNS DBD dengan baik bila di
umumnya responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik merasa takut akan
mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih tanggap dan rajin dalam melaksanakan
10
2.1.2. Perilaku masyarakat
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentengan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di
simpulkan bahwa yang di maksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang di amati langsung, maupun yang tidak di amati oleh
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori
Di lihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di
terselubung atau tertutup (convert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas
11
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,
yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat oleh orang lain.
faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
sistem nilai yang di anut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya.
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Fakor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas
posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan
sebagainya.
12
sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (togo), sikap dan perilaku para petugas
peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini di lakukan untuk
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (cognitive domain), ranah
kenyataannya memang demikian. Tiap individu memiliki cara yang berbeda dalam
individu atau mungkin di bantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian
semacam ini menstimulasi di mulainya proses sosial psikologis. Proses seperti ini
gangguan yang di alaminya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang
13
a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan
atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu dan orang lain
tersebut di kaitkan dengan ancaman adanya kematian. Hal inilah yang akan
kecemasan atau gangguan tersebut. Dalam hal ini, baik orang awam maupun
a. Definisi
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh
14
yang di tularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopictus serta
perdarahan lain.
3) Derajat III : Di temukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
4) Derajat IV : Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di
Penyakit ini di sebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat beruntai
tunggal dari famili flaviviridae yang di tularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegepty
dan Aedes Albopictus. Masa inkubasi penyakit ini berakhir 4-5 hari setelah timbulnya
suatu tempat.
15
a) Tempat penampung air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti drum,
lain-lain.
e. Gambaran Klinis
2. Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas
dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-
dalam kulit).
4. Tanda-tanda perdarahan :
16
a. Perdarahan ini di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji
sebagai presumtif test (duga keras). Oleh karena itu Tourniquet positif
positif jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci (2,5 X 2,5
cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).
5. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
bervariasi dari hanya sekedar dapat di raba 2-4 cm di bawah lengkungan iga kanan.
Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba, dapat meramalkan
7. Syok.
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turu. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada
17
denyut nadi dan tekanan darah, akral (ujung) ekstremitas teraba dingin, disertai
sebagai akibat dari pembesaran plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara.
Syok ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan
nadi (≤ 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit
lembab, capillary refill time memanjang (≥ 2 detik) dan pasien tampak gelisah.
8. Jumlah Leukosit.
Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel limfosit.
Selanjutnya, pada akhir fase demam, jumlah leukosit dan neutrofil bersama-sama
menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relatif meningkat. Peningkatan jumlah
sel limfosit atipikal atau Limfosit Plasma Biru (Lpb) ≥ 4% di daerah tepi dapat di
jumpai pada hari sakit ketiga sampai hari ketujuh. Perlu dikatahui peningkatan jumlah
9. Trombositopenia
a. Jumlah trombosit 100.000/1 biasanya ditemukan diantara hari ke-3 hingga ke-7
(peningkatan hemotokrit).
18
d. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit.
pada Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan indikator yang peka akan
secara berkala.
yaitu fibrinogen, protombin, faktor VII, faktor XII dan antitrombin III.
beberapa kasus.
h. Hipoproteinemia.
i. Hiponatremia.
19
j. Serum aspartat aminostransferase (SGOT dan SGPT) sedikit meningkat.
k. Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen terdapat pada
syok berkepanjangan.
Pada foto toraks (DBD derajat III atau IV dan sebagian besar derajat II)
a. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
b. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau
d. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
f. Patofisiologi
berdarah. Cara penyebarannya melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah
terinfeksi virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah si
nyamuk. Virus dengue berada ada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari
sebelum demam. Bila penderita Demam Berdarah Dengue di gigit nyamuk penular,
20
maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk.
Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh
darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa
inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu, nyamuk Aedes Aegepty yang telah menghisap virus dengue menjadi
penualar sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali menusuk
(menggigit), menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya agar
darah yang di hisap tidak membeku. Bersamaa air liur tersebut virus dengue di
darah dari orang yang sehat, virus demam berdarah juga berpindah ke orang tersebut
dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah. Nyamuk demam
berdarah ini memiliki siklus hidup yang berbeda dari nyamuk dari nyamuk biasa.
Nyamuk ini aktif dari dari pagi sampai jam 3 sore untuk menghisap darah yang juga
berarti dapat menyebarkan virus demam berdarah. Sedangkan pada malam hari,
nyamuk ini tidur. Maka berhati-hatilah terhadap gigitan nyamuk pada siang hari dan
cegah nyamuk ini menggigit anak yang sedang tidur siang. (Hermayudi, 2017).
g Pemeriksaan Penunjang.
21
hematokrit ≥20%. Nilai normal hematokrit yaitu 3 kali nilai hemoglobin. Selain itu,
adanya virus dengue yaitu antibody imunoglobulin M (IgM) dan M antibody capture
transaminase serum, dan pada sediaan apusan darah tepi terdapat fragmentosit yang
h. Penatalaksanaan
yaitu dengan memberikan cairan oral 1-2 liter untuk mengatasi dehidrasi dan rasa
haus akibat demam tinggi. Selain air putih, pasien dapat diberikan teh manis, susu,
sirup, jus buah, dan oralit. Pasien yang mengalami demam tinggi dapat dikompres
dengan air biasa. Selain itu, dapat diberikan antipiretik dari golongan asetaminofen
(parasetamol). Pasien tidak boleh diberikan antipiretik dan golongan salisilat karenaa
pada lingkungan yang beresiko, misalnya lingkungan rumah dan sekolah, dengan cara
22
air tersebut dibersihkan, perlu diberikan bubuk untuk memberantas jenetik nyamuk
1. Muntah, sulit makan per oral, muntah mengancam dapat terjadinya dehidrasi
dan asidosis.
1. Melenyapkan virus dengue dengan cara mengobati penderita tetapi sampai saat
2. Isolasi penderita agar tidak di gigit vektor sehingga tidak menularkan pada
orang lain.
5. Memberantas vektor agar tidak di tularkan kepada orang lain. (Ariani, 2016).
1. Pencegahan primer
orang yang sehat tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Sebelum di
23
temukannya vaksin terhadap virus DBD, pengendalian vektor adalah satu-satunya
upaya yang di andalkan dalam mencegah DBD. Secara garis besar ada cara
a. Fisik
Cara ini yaitu memakai kelambu, menguras bak mandi, menutup tempat
Demam Berdarah Dengue tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan
perilaku masyarakat.
tidak mengganggu kualitas tidur dan tidur lebih nyenyak tanpa di gigit
nyamuk. Terutama jika ibu mempunyai anak balita maka balita akan
2) Menguras bak mandi di lakukan secara teratur dan rutin setiap seminggu
gemari nyamuk. Oleh karena itu, tutup rapat tempat penampung air.
24
4) Mengubur sampah yang dapat menampung air. Sampah yang tidak di
genangan air.
salah satu faktor penting yang bisa menjauhkan rumah anda dari serangan
b. Kimia
pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain di kenal dengan istilah larvasida.
25
1). Menyemprotkan cairan pembasmi nyamuk di bagian dalam rumah.
gunakan produk ini pada bayi yang masih berusia di bawah dua tahun.
Bagi yang memiliki kulit sensitif, pemakaian lotion anti nyamuk tidak di
aegepty. Sebenarnya tidak hanya nyamuk tetapi juga nyamuk lain atau
serangga lain.
c. Biologis
baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrata atau vertebrata. Cara ini
1). Memelihara ikan cupang di tempat penampung air atau kolam. Ikan
26
2). Menanam bunga lavender yang tidak di sukai nyamuk. Tanaman hias
rumah.
d. Radiasi
tertentu sehingga nyamuk jantan menjadi mandul. Nyamuk jantan yang telah di
berkopulasi dengan nyamuk betina, tapi nyamuk betina tidak akan dapat
2. Pencegahan sekunder.
sebagai tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada tingkat
27
c. Penyelidikan epidemologi di lakukan petugas puskesmas untuk pencarian
penderita panas tanpa sebab yang jelas sebanyak 3 orang atau lebih,
fogging fokus dengan radius 200 meter dari rumah penderita, di sertai
penyuluhan.
3. Pencegahan tersier
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan ini
b. Tranfusi darah
1). Endemis.
28
Daerah dengan kejadian tiap tahunnya dalam tahun terakhir.
2). Sporadis.
3). Potensial
4). Bebas.
(DBD) dan berada lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
k. Penegakan Diagnostik
(DBD) yang menjadi lebih berat, menjadi kasus Dengue Shock Shyndrome (DSS).
29
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti Tornique (+), petekie, ekimosis,
atau melena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok di tandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan nadi turun, tekanan darah
turun, kulit dingin dan lembab terutama di ujung jari dan ujung hidung, sianosis
l. Komplikasi
Meski hanya terjadi pada segelintir kasus, demam Dengue bisa berkembang
menjadi komplikasi yang lebih serius, yaitu Dengue hemorrhagic fever atau Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue shock syndrome yang dapat menyebabkan
kematian akibat pendarahan hebat. Kedua komplikasi tersebut tinggi di alami oleh
orang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak mampu melawan infeksi Dengue yang
dia derita, atau oleh orang yang sebelumnya pernah terkena demam Dengue lalu
30
pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang ibu
wawasan yang luas serta mudah dalam menerima informasi dari luar seperti dari
televisi, koran, dan majalah. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
akan lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang
masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Tindakan preventif
sebagai upaya pencegahan sejak dini untuk menanggulangi kasus DBD. (Ariani,
2016).
Penelitian
1 Jasrida Pengaruh Desain dalam Faktor perilaku
31
Dengue (95% CI : 3,09-
kondisi lingkungan
yang dominan
berhubungan dengan
kejadian DBD
adalah variabel
keberadaan jentik di
tempat penanmpung
95%=2,66-15,12).
2 Stefy, Hubungan Desain dalam Hasil analisis
32
Puskesmas kerja Puskesmas
Tamalanrea Tamalanrea
Makassar Makassar
3 Sang Gede Pengetahuan, Desain dalam Hasil uji bivariat
95% 1,365-5,424)
1,240-7,692). Pada
analisis multivariat
di dapat variabel
33
yang paling dominan
berperan
meningkatkan faktor
sikap OR=4,2
(CI95% 2,159-8,497)
OR=16 (CI95%
3,398-75,345).
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Relefan
Tingkat
pengetahuan
34
Kejadian demam berdarah
dengue (DBD)
perilaku
masyarakat
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
2.5 HIPOTESIS
BAB III
METODE PENELITIAN
35
Penelitian ini di rencanakan pada bulan april 2019 sampai dengan bulan mei
yaitu suatu penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan
itu terjadi.
masyarakat.
Dengue (DBD).
dimiliki pertanyaan
36
seseorang untuk positif.
mengetahui Ordinal
Independen :
Perilaku tentang penyakit 1. Baik :
jumlah Skoring :
Perilaku adalah Ya = 1
pertanyaan Tidak = 0
tindakan atau
yaitu 10
perbuatan yang di
pertanyaan
lakukan
positif
responden yang
dapat di amati
bahkan di
pelajari, dalam
yang dapat
menyebabkan
tempat
perkembangbiaka
n nyamuk aedes
aegepty.
2 Dependen : Semua responden Dokumenta Menderita Ordinal
37
kejadian yang saat ini si (Rekam DBD = 1
Dengue (DBD).
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
penelitian ini adalah Total Sampling. Dimana pada tehnik ini cara pengembalian
sampel ini dilakukan dengan mengambil sampel secara seluruhnya dari populasi yang
ada.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menderita dan
38
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Kuesioner
1. Primer
2. Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, Wilayah
Dalam analisah data akan di lakukan/di olah secara statistik untuk data
dengan menggunakan analisah univariat. Pada analisah univariat setiap variabel dari
hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.
H0 : Tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan
39
H1 : Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan
maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Etika yang perlu ditulis dalam
Concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
tersebut.
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Dinas Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Kabumen 2015. Kabumen :
Dinkes.
2086-2628.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
: Pustakabarupres.
42
Purnama, G, S. 2013. Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Pemberantasan Sarang
Yogyakarta : Katahati
43