Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas SMF Ilmu Kesehatan Anak
Disusun oleh:
Elin Marlina Mulyani
12100119045
Preseptor:
Tessa Setiatuniasih, dr., SpA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Clinical Science Session (CSS)
mengenai Pendekatan Diagnosis Demam dan Ruam pada Anak yang penulis
susun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Anak , Fakultas Kedokteran,
Universitas Islam Bandung. Dengan di susunnya referat ini penulis berharap akan
membawa manfaat baik bagi penulis sebagai penyusun maupun bagi pembaca
yang membaca referat yang penulis susun.
Dengan tersusunya Clinical Science Session (CSS) ini, penulis tak lupa
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu
dalam penyusunan Clinical Science Session (CSS) ini hingga selesai. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat sebagai preseptor Tessa
Setiatuniasih, dr., SpA. Tidak lupa terhadap teman – teman kelompok 12 atas
kerjasamanya. Penulis sadar bahwa dalam referat ini masih banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu penulis meminta maaf atas kekurangannya. Saran dan
kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka untuk
pembelajaran di masa yang akan datang agar lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.2 Etiologi......................................................................................................2
2.3 Klasifikasi..................................................................................................2
2.4.1 Anamnesis..........................................................................................4
2.6.5 Meningococcemia............................................................................25
ii
2.7.2 Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD)...............................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Demam dan ruam merupakan tanda yang paling sering ditemui pada anak.¹
difus pada kulit yang berhubungan dengan penyakit sistemik yang biasanya
disebabkan oleh infeksi.² Kulit merupakan salah satu kunci awal untuk mengenali
menimbulkan berbagai macam lesi yang timbul di kulit. Lesi yang muncul ini bisa
satu penyakit eksantema dengan penyakit yang lain.² Elemen penting untuk
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam protokol Kaiser Pemanente Appointement and Advice Call Center tahun
2000 demam untuk anak, didefinisikan apabila temperatur rektal di atas 38⁰C,
temperature aksila di atas 37,5⁰C, pada pemeriksaan oral diatas 37,6 ⁰C dan di
atas 38,2⁰C pada pengukuran membran timpani. Sedangkan demam tinggi adalah
bila suhu tubuh di atas 39,5⁰C dan dikatakan hiperpireksia apabila suhu mencapai
> 41,1°C.³
Terdapat variasi diurnal pada tubuh, yaitu suhu terendah di pagi hari pukul 02.00-
06.00 sebelum bangun tidur dan suhu tertinggi di sore hari pada pukul 17.00-
19.00, perbedaan kedua waktu pengukuran dapat mencapai 1°C (1,8⁰F).³
2.2 Etiologi
Adanya demam dan ruam yang muncul bersamaan pada umumnya dapat
membatasi spektrum saat mendiagnosis penyakit ditegakkan. Spektrum tersebut
mencakup infeksi lokal atau sistemik (dengan serangkaian mikroba penyebab),
kelainan yang diperantarai toksin (termasuk yang diduga berhubungan dengan
superantigen bakteri), dan vaskulitides (termasuk hipersensitifitas).¹
2.3 Klasifikasi
2
3
2. Kelompok Papulovesikular
3. Kelompok Ptekie/Purpura
4. Kelompok Eritoderma⁵
Sum
ber : Buku Ajar lnfeksi & Pediatri Tropis
Berdasarkan lokasi :
1. Local.
4
2. Sistemik.⁶
Berdasarkan sebaran:
1. Simetri.
2. Asimetri.⁶
Berdasarkan Onset:
1. Akut.
2. Kronik.⁶
1. Infeksi.
2. Non-infeksi.⁶
2.4.1 Anamnesis.³,⁷
a. Data demografis:
Usia: neonatus, bayi, anak lebih besar.
Jenis kelamin .
Musim: musim dingin atau kemarau atau tidak khas.
Area geografis tertentu: berkaitan dengan endemisitas penyakit.
b. Exposures atau pajanan:
5
Sumber: Sanders CV. Approach to the diagnosis of the patient with fever and rash.
11
Sumber: Pomeranz AJ, Busey SL, Sabnis S, Behrman RE, Kliegman RM. Pediatric
decision-making strategies to accompany Nelson textbook of paediatrics.⁸
12
Sumber: Pomeranz AJ, Busey SL, Sabnis S, Behrman RE, Kliegman RM. Pediatric
decision-making strategies to accompany Nelson textbook of pediatrics
13
Gambar 2.2 Koplik Spots (papula berwarna abu putih) pada mukosa buccal.¹⁴
18
d. Diagnosis:
Manifestasi klinis, yaitu pada pemeriksaan fisik terdapat tanda
patognomonik bercak Koplik.²,¹⁴ ,¹⁵
Pemeriksaan sitologik ditemukan adanya sel raksasa pada lapisan
mukosa hidung dan pipi.¹⁵
Pemeriksaan serologis: ditemukan IgM spesifik, IgM antibodi muncul
1-2 hari setelah timbulnya ruam dan tetap dapat dideteksi sekitar 1
bulan. Konfirmasi dapat dilakukan dengan menunjukan peningkatan
IgG 4 kali lipat antibodi dalam spesimen akut dan sembuh
dikumpulkan dengan jarak 2-4 minggu.²
e. Komplikasi: Otitis media, mastoiditis, pneumonia, ensefalomielitis,
subacute sclerosing panenchephalitis (SSPE).²
f. Terapi:
Diberikan cairan dan kalori yang cukup,
Simtomatik (antipretik, antitusif, ekspektoran, antikonvulsan),
19
Gambar 2.5 Rush pada Rubella (macula merah muda yang menyatu).¹⁴
e. Diagnosis:
Manifestasi klinis yaitu prodromal ringan, ruam menghilang dalam 3
hari, , limfadenopati retroaurikular dan suboksipital. Demam jarang
sekali diatas 38,5⁰C.³,¹⁴
Pada infeksi yang tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi
eritema difus pada muka dan badan serta artralgia pada tangan
penderita dewasa merupakan petunjuk diagnosis rubella.³,¹⁴
Hematologic: Peningkatan sel plasma 5-20% (khas), Kadang-kadang
terdapat leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera diikuti
limfositosis relatif. Sering terjadi penurunan ringan jurnlah trombosit.
Isolasi virus, virus ditemukan pada faring 7 hari sebelum dan 14 hari
sesudah timbulnya ruam.³ ,¹⁶
Serologis : adanya peningkatan titer antibodi 4 kali pada
haemaglutination inhibition test (HAIR) atau ditemukannya antibodi
22
2.6.5 Meningococcemia.
a. Etiologi : Neisseria meningitidis (kuman Gram negative).²
b. Masa inkubasi : 2-10 hari.²
c. Manifestasi klinis:
Infeksi nasofaring ringan
Bakteriemia tanpa sepsis
Meningokoksemia fulminan dengan atau tanpa meningitis.²
Meningokoksemia akut:
- Gejala awal nonspesifik termasuk demam, lekas marah, lesu,
gejala pernafasan, penolakan untuk minum, dan muntah.
Jarang : diare, sakit tenggorokan, dan menggigil.³,¹⁴
Meningokoksemia kronik:
- Masa prodromal berupa nyeri tenggorokan, 2-8 jam kemudian
diikuti dengan demam tinggi, nausea dan diare.
- Ruam berupa petekie pada kulit, jarang dimembran mukosa.
Berwarna merah, papula/ makula terdapat pada ekstremitas
dan badan.³,¹⁴
Meningokoksemia fulminant : penyakit ini berkembang pesat selama
beberapa jam dari demam dengan tanda nonspesifik hingga syok septik
yang ditandai dengan petechiae dan purpura yang menonjol (purpura
fulminans) dengan perfusi perifer yang buruk, takikardia (untuk
mengkompensasi volume darah yang berkurang akibat kebocoran kapiler),
peningkatan frekuensi pernapasan (untuk mengkompensasi edema paru),
hipotensi (tanda akhir syok pada anak kecil), kebingungan, dan koma
27
Gambar 2.9 Lesi makulopapular non hemorrhagic yang akan menjadi petekie.¹⁴
d. Diagnosis: Pewarnaan Gram dan kultur dari darah, lesi kulit dan cairan
serebrospinal.
e. Diagnosis banding: Bakteriemia akut, endokarditis, demam rematik,
purpura Henoch Schonlein, campak atipik dan rocky mountain spotted
fever.
f. Terapi:
Inisial terapi dengan antibiotik ampisilin dan kloramfenikol atau
sefalosporin generasi ketiga. Setelah hasil kultur positif maka
diberikan penisilin G 250.000 – 300.000 U/kg/hari dibagi dalam 6
kali pemberian selama 7-10 hari. Jika alergi terhadap penisilin,
diberikan kloram fenikol 100 mg/kg/hari (maksimal 4 gram/hari).²,³
Suportif, dan mencegah komplikasi.²
Gambar 2.13 Reticulate erythema on the upper arm of a patient with erythema
infectiosum.¹⁴
- pada stadium ini eksantema berlangsung selama 1-6 minggu dan
ditandai dengan eksantema yang hilang timbul, dan bisa kambuh
dengan paparan sinar matahari, panas, olahraga, dan stress. ²,¹⁴
e. Diagnosis: Berdasarkan manifestasi klinis dan uji serologis.²
f. Diagnosis banding: Scarlet fever, rubela, roseola, infeksi enterovirus, SLE,
ARJ, demam rematik dan erupsi obat.²
g. Komplikasi: Artritis akut pada dewasa, krisis aplastik pada penderita
anemia hemolitik herediter, trombositopeni dan hidrops fetalis/IUFD bila
terinfeksi selama hamil.²
h. Terapi: Simptomatis.²
d. Masa penularan : 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi
timbul krusta/keropeng, biasanya 7-8 hari.¹⁴
e. Manifestasi klinis:
Masa prodromal 2-3 hari ditandai dengan demam 37,8-38,9 ° C
(100-102 ° F) tetapi bisa mencapai 41,1 ° C (106 ° F), malaise,
batuk, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, koriza dan nyeri
tenggorokan serta gatal.²
Eksantema berawal dari lesi makulopapular yang sangat gatal yang
kemudian menjadi vesikel berbentuk teardrop dan berdinding tipis
kemudian menjadi pustul dan krusta.¹⁴
Cairan vesikel pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi
keruh akibat serbukan sel radang dan menjadi pustula. Lesi
kemudian mengering yang dimulai dari bagian tengah dan akhirnya
terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu
bergantung kepada dalarnnya kelainan kulit. Bekasnya akan
membentuk cekungan dangkal berwama merah muda dan kemudian
berangsur-angsur hilang.³,¹⁴
Perubahan ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam mulai di muka
dan kulit kepala, dengan cepat menyebar ke badan dan ekstremitas.
Penyebaran bersifat sentridungal. Penyembuhan total terjadi selama
16 hari.³,¹⁴
f. Diagnosis
Diketahui terdapat kontak 2-3 minggu sebelumnya.³
Manifestasi klinis: manfes (Muncul setelah masa prodromal yang
singkat dan ringan, Lesi berkelompok terutama di bagian sentral,
Perubahan lesi yang cepat dari makula, vesikula, pustula sampai
krusta, Terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan
pada daerah yang sama, Terdapat lesi mukosa mulut.² ,³ ,¹⁴
Laboratorium : leukopenia khas selama 72 jam pertama setelah onset
ruam; limfositosis. Tes fungsi hati juga biasanya sedikit
meningkat.³,¹⁴
Isolasi virus (3-5 hari) dari cairan vesikel, PCR, ELISA, thenik
irnunofluoresensi Fluorosecent Antibody to Membrane Antigen
(FAMA), yang merupakan baku emasnya.³
Tes serologis, peningkatan titer IgG.¹⁴
g. Komplikasi: Infeksi sekunder oleh bakteri, ensefalitis, sindrom Reye dan
pneumonia²
h. Terapi:
Simtomatik,
Pada lesi kulit lokal dapat diberikan lotio calamine
35
mukosa bukal dan lidah serta dapat menyebar sampai palatum uvula
dan pilar anterior tonsil. Eksantema tampak sebagai vesiko pustul
berwarna putih keabu-abuan, berukuran 3-7 mm terdapat pada
lengan dan kaki termasuk telapak tangan dan telapak kaki, pada
permukaan dorsal atau lateral, pada anak sering juga terdapat di
bokong. Lesi dapat berulang beberapa minggu setelah infeksi, jarang
menjadibula dan biasanya asimptomatik, dapat terjadi rasa gatal atau
nyeri pada lesi. Lesi menghilang tanpa bekas.²
Gambar 2.20 Vesiculobullous rash on the right buttock and posterior thigh.¹⁴
37
e. Diagnosis: Manifestasi klinis dan isolasi virus dengan preparat Tzank.² ,¹⁶
f. Diagnosis banding: Varisela, herpes.²
g. Terapi: Simptomatis.²
DAFTAR PUSTAKA
38
39
14. Kliegman RM, St Geme JW. Nelson Textbook of Pediatrics. 21st ed.
Canada: Elsevier; 2020.
15. Djatnika S. Pendekatan Diagnosis Demam dan Ruam pada Anak. Div
Infeksi dan Penyakit Trop Departemen/SMF Ilmu Kesehat Anak Fak
Kedokt Univ Padjadjaran. 2015
16. Garna H. Demam dan Ruam (Exanthems Rash) pada Anak. Bandung:
P2U-LPPM; 2018. 1–58 p.