Anda di halaman 1dari 3

PREVALENSI DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DENGAN

PTERYGIUM
Leyla Eryigit Erogul, Ozgur Erogul

Abstrak :
Tujuan : Studi ini dirancang untuk meneliti hubungan antara Diabetes Mellitus dan
Pterigium pada pasien yang telah dilakukan eksisi Pterigium
Metode : Data pasien yang menjalani operasi pterigium di RS Negara Bagian Afyonkarahisar
antara 2012 dan 2016 dipelajari secara retrospektif. Pasien dengan penyakit sistemik selain
DM dieksklusikan dan pada akhirnya terdapat 174 sampel dalam penelitian ini. Usia, gender,
gula darah, hemoglobin dan umur diabetes dicatat.
Hasil : Usia rata rata pasien adalah 55.4 tahun, bagi penderita DM 59.6 tahun bagi yang
tanpa DM 54 tahun. Dari total pasien, 104 ( 59.8% ) perempuan dan 70 (40.2%) adalah laki-
laki. DM terdapat pada 24.1% pasien yang mana 64.3% adalah perempuan dan 35.7% adalah
laki-laki. Pada pasien nondiabetes, 58.3% adalah perempuan dan 41.7% adalah laki-laki.
Meskipun keberadaan Pterigium bersamaan dengan DM lebih sering pada wanita, hasilnya
secara statistik tidak signifikan.
Kesimpulan : perkembangan pterigium dapat diakibatkan berbagai faktor seperti penyakit
kronik DM sebagai contoh
Kata kunci : konjungtiva, diabetes mellitus, stress oksidatif, pterigium

Pterigium adalah lesi jinak yang ditandai dengan proliferasi fibrovascular kapsul dan
konjungtiva Tenon. Usia tua, jenis kelamin laki-laki bekerja di tempat terbuka, padat
penduduk, tingkat pendidikan rendah berisiko tinggi untuk pterigium. Meskipun patogenesis
pterigium masih tidak jelas, pterigium dikaitkan dengan Ultraviolet B (UVB). Stress oksidatif
terkait UVB berperan penting dalam patogenesis pterigium. DM tipe 2 ditandai dengan kadar
glukosa darah yang tinggi dan resistensi insulin. Perubahan metabolik pada DM mengubah
respons inflamasi tubuh yang mengakibatkan peningkatan produksi radikal oksidatif dan
fungsi neutrofil yang lemah. Beberapa tipe kanker lebih sering terjadi pada pasien pasien
DM.
Pada studi ini, kita menghipotesiskan bahwa stress oksidatif adalah kesamaan antara
pterigium dan diabetes mellitus. Kita meneliti hubungan antara diabetes dan pterigium
berdasarkan prevalensi diabetes pada pasien yang telah menjalani operasi eksisi pterigium
Metode
Rekam medis pasien yang telah menjalani eksisi pterigium antara 2012 hingga 2016 in RS ini
dipelajari secara retrospektif. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan Deklarasi Helsinki dan
disetujui oleh komite etik Universitas. Rekam medis pasien dipelajari seluruhnya untuk
mencari visus dan temuan pemeriksaan segmen anterior posterior. Pasien dengan penyakit
sistemik selain dari diabetes mellitis dieksklusikan dan pada akhirnya 174 pasien terpilih.
Usia, gender, kadar gula darah, HbA1c dan usia DM dicatat seutuhnya.
Data kemudian dianalisa menggunakan SPSS 18 dan ditunjukan melalui standar deviasi dan
rata-rata. Uji T-test dilakukan guna membandingkan sampel independen, sementara chi-
square dipergunakan untuk membandingkan ratio. Nilai P<0.05 secara statistik bermakna.
Hasil
Usia rata-rata pasien adalah 55.35 tahun +/- 13 tahun; 59.6 +/- 9.8 tahun bagi pasien diabetik
dan 54.1 +/- 4.4 tahun bagi pasien nondiabetik. Usia rata-rata pasien diabetes laki-laki adalah
55.53 +/- 6 tahun dan rata-rata pasien perempuan non diabetes adalah 49.3 +/- 5 tahun serta
pasien perempuan diabetes adalah 58.8 +/- 10 tahun ( p=0.036). Pasien-pasien yang
menjalani eksisi pterigium, 104 (59.8%) perempuan dan 70 (40.2%) laki-laki. DM terdapat
pada 24.1% pasien yang mana 64.3% adalah perempuan dan 35.7% laki-laki, pada pasien non
diabetik, 58.3% perempuan dan 41.7% laki-laki. Pterigium lebih sering ditemukan pada
wanita (P=0.017) akan tetapi tidak ada hubungan bermakna antara diabetes dan pterigium
(p=0.065). Konsentrasi gula darah rata-rata pada pasien nondiabetik adalah 90 mg/dL dimana
kadar glukosa darah dan HbA1c pada pasien diabetik adalah 210 mg/dL serta 7.4%.
Sementara itu visus terkoreksi pada ,ata dengan pterigium dihitung oleh Snellen Chart
sebelum operasi adalah 8/10 pada pasien non diabetik dan 6/10 pada pasien diabetik.
Perbaikan satu sisi ditemukan pada visus postoperasi pada kedua kelompok.
Diskusi
Pterigium adalah prolifersi dan penyempitan konjungtiva menuju kornea. Pterigium adalah
jaringan hipervaskular dengan degenerasi dan perubahan hiperplasia disertai tampilan
inflamasi. Meskipun pterigium dianggap sebagai lesi jinak tetapi terdapat ciri-ciri keganasan
seperti proliferasi tak terkontrol, invasi kornea, vaskularisasi, relaps postoperatif, dan agen
antineoplastik untuk terapi yang dikombinasikan dengan operasi.
Kadar gula darah pada DM tipe 2 mempengaruhi produksi mediator inflammasi dan radikal
bebas yang mengakibatkan penyembuhan luka yang terlambat, respons tidak cukup terhadap
agen-agen infeksius serta proliferasi sel neoplastik. Terdapat penelitian dalam literatur-
literatur yang menunjukan hubungan antara diabetes dan tipe-tipe kanker tertentu.
Studi dalam literatur meneliti hubungan antara pterigium dan DM umunya berasal dari Asia
timur dan India. Literatur – literatur tersebut merupakan penelitian epidemiologis pterigium
yang dilakukan dengan sampel besar dan yang diteliti bukan hanya DM tetapi juga faktor
etiologi lain. Nam et al melalukan penelitian terhadap 16234 pasien di Korea Selatan dan
meneliti hubungan antara obesitas dengan pertumbuhan pterigium. Mereka melaporkan
prevalensi tertinggi pterigium dan DM pada wanita dengan indeks massa tubuh yang besar
serta peningkatan lingkar pinggang. Zong et al melakukan penelitian terhadap 2133 pasien
China dan menemukan prevalensi lebih besar pada perempuan dan lansia; akan tetapi mereka
gagal menunjukan hubungan antara pterigium dan penyakit-penyakit kronik seperto diabetes,
hipertensi, dan obesitas. Asokan et al melakukan penelitian di India Selatan terhadap 7774
pasien dengan pterigium dan pingueculla lebih tinggi pada di area padat penduduk. Akan
tetapi mereka tidak menemukan hubungan dengan diabetes, hipertensi, merokok dan
konsumsi alkohol. Marmamula et al melakukan studi terhadap 5586 pasien di India, mereka
gagal menunjukan hubungan antara pterigium dan jenis kelamin, merokok dan diabetes, akan
tetapi mereka menemukan paparan sinar matahari terlalu lama dikaitkan dengan peningkatan
insidensi pterigium. West et al melakukan penelitian terhadap 4774 pasien orang latin di
Amerika Serikat dan berbeda dengan literatur, menunjukan bahwa diabetes dan merokok
memiliki efek protektif terhadap pterigium. Mereka menjelaskan bahwa efek merokok
terhadap pterigium adalah efel antiesterogenik dan hubungannya dengan penyakit autoimun
sedangkan efek diabetes pada pterigium diakibatkan oleh kebiasaan pasien diabetes yang
tidak bekerja di tempat terbuka. Pada studi ini, baik prevalensi diabetes dan pterigium tinggi
diantara wanita, meskipun tidak ada hubungan bermakna antara diabetes dan pterigium.
Kesimpulan
Banyak faktor yang disalahkan untuk etiologi pterigium akan tetapi tidak ada yang dapat
menjelaskan perkembangan atau rekurensi pterigium. Sebagaimana mata merupakan organ
yang dipengaruhi oleh peristiwa peristiwa metabolik pada tubuh, efek DM terhadap pterigium
dapat diteliti

Anda mungkin juga menyukai