Oleh:
Pembimbing:
KOMPLEKS”.
i
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
PENDAHULUAN
menakutkan bagi orang tua, sehingga sebagai dokter kita wajib menguasai kejang
dengan tepat dan cepat.1 Kejang demam paling banyak terjadi pada anak,
mengenai 2-5% anak berusia 6 bulan sampai usia 5 tahun dengan puncak onset
rentan usia 18-22 bulan.2,3 Secara umum kejang demam dibagi menjadi dua jenis,
0,64%-0,75%. Pada kasus kejang lama atau berulang dapat terjadi gangguan
berulang pada anak berhubungan dengan adanya riwayat keluarga dengan kejang
demam atau epilepsi, usia saat kejang demam pertama, suhu rendah saat kejang
demam pertama, jarak antara munculnya kejang dengan onset demam, atau kejang
demam sekitar 60% setelah kejang demam pertama, 75% diantaranya terjadi
dalam waktu satu tahun pertama. Sepertiga dari kasus kejang demam akan dialami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 oC,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intrakranial.8
Keterangan:
Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut
Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam,
batasan lebih dari 3 bulan, sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta
ILAE (1993) menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak
Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini
2.2 Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi anak yang berusia 6
bulan hingga 5 tahun.7 Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam
berkisar 2 – 5%, kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat bila
dibandingkan dengan Eropa dan Amerika. Jepang angka kejadian kejang demam
berkisar 8,3% - 9,9%, Hong Kong angka kejadian kejang demam sebesar 0,35%,
China mencapai 0,5 – 1,5%, dan di Guam insiden kejang demam mencapai 14%. 10
Angka kejadian kejang demam di Indonesia sebanyak 3-4% tahun 2012-2013 dari
anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun. 11 Data kasus anak di RSUD Arifin Achmad
kasus, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 anak dan perempuan 13 anak.12
perempuan, namun risiko berulangnya kejang demam tidak berbeda menurut jenis
kelamin.10
Kejang demam akan berulang kembali pada beberapa kasus. Faktor risiko
kejang.
2.4 Klasifikasi
kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Keterangan:
2. Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan
berhenti sendiri.8,14
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang Parsial
2.5 Patofisologi
dalam rentang waktu tertentu, yang merupakan suatu keluhan dan gejala yang
paling sering terjadi pada anak dengan penyebab terbanyak berupa infeksi saluran
nafas disusul dengan infeksi saluran cerna pada anak-anak. Pada keadaan demam,
Pada anak usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan pada orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh
tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion K+ maupun ion Na+ melalui
membran tersebut, dengan akibat akan terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke sel-
sel tetangganya melalui bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak
memiliki ambang kejang yang berbeda. Tergantung dari ambang kejang yang
dimilikinya, seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada
anak yang memiliki ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C
dan pada anak yang memiliki batas ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 400C atau lebih. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering tejadi pada ambang kejang yang rendah
Eksogenous pirogen berasal dari luar tubuh, contohnya bakteri, virus, jamur dan
toksin. Eksogenous pirogen ini bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang
pembentukkan leukosit maupun sel phagosit (monosit, neutrofil, limfosit, sel glial
Akibatnya akan terjadi peningkatan titik pusat suhu di hipothalamus dan bagian
Diagnosis k ejang
2.6.1 Anamnesis
Pada kejang demam kompleks , kejang selalu didahului oleh naiknya suhu
tubuh dengan cepat. Kejang demam kompleks berlangsung lebih dari 15 menit, ke
jangnya fokal/parsial atau umum yang didahului parsial (misalnya pergerakan satu
tungkai saja, atau satu tungkai lalu kejang seluruh tubuh) atau bangkita kejang ber
7
ulang 2 kali atau lebih dari dalam 24 jam. Riwayat penyebab demam mesti dicari s
eperti adanya infeksi yang menyebabkan demam (ISPA, otitis media, dan gastroen
teritis), riwayat trauma, riwayat kejang demam atau riwayat kejang tanpa kejang p
ada keluarga.19
Kejang demam khas ditandai adanya peningkatan suhu tubuh secara cepat
diikuti oleh kejang, sementara pada proses infeksi intracranial, demam terjadi bers
amaan atau setelah kejang. Kejang demam dapat diikuti hemiparesis sementara (h
emiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang u
pada pasien yang sebelumnya normal tidak ditemukan adanya gejala rangsang me
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pungsi Lumbal
8
t ini tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia dibawah 12 bulan yang
n klinis
Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 21
c. Elektroensefalografi
d. Pencitraan
ngkan CT scan, namun belum tersedia secara luas di unit gawat darurat. C
9
T scan dan MRI kepala dapat dilakukan bila terdapat indikasi seperti adan
anialis). 20,21
2.7. Tatalaksana
Saat kejang
Saat kejang, pastikan jalan nafas tidak terhalang, pakaian ketat dilonggarka
n, anak diposisikan miring agar lendir atau cairan dapat mengalir keluar. Periksa t
anda vital, baik pernafasan, nadi dan suhu. Berikan antipiretik seperti parasetamol
li, 3-4 kali sehari).3 Kemudian lanjutkan dengan tatalaksana kejang akut pada anak,
seperti berikut :
Bila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat menghentikan k
ejang adalah diazepam intravena 0,2-0,5 mg/kgBB, dengan cara pemberian secara
perlahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam 3-5 menit, dan dosis maksimal
yang dapat diberikan adalah 10 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh or
ang tua atau jika kejang terjadi di rumah adalah diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgB
B, atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg d
an diazepam rektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg. Jika kejang belum b
erhenti, dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit. Ji
ka setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan untuk
g/kgBB. Jika kejang tetap belum berhenti, lihat algoritma tatalaksana status epilep
10
tikus.3,20
Sesudah Kejang
Pencegahan rekurensi kejang ada yang bersifat inntermiten dan terus – menerus. 3,2
0
n cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali ( 5 mg untuk berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat bad
an lebih sama dengan 12 kg), sebanyak 3 kali sehari dengan dosis maksimun diaze
pam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.
Orang tuaharus diinformasikan bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat meny
etiap hari, namun penggunaanya harus hati-hati mengingat efek samping dari ant
1. Kejang fokal
kejang. Obat pilihan saat ini adalah valproic acid . Berdasarkan bukti ilmiah, kejan
g demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping,
oleh karena itu pengobatan rumat hanya diberikan pada kasus selektif dan dalam j
belajar pada 40–50% kasus. Pada sebagian kecil kasus, terutama pada usia kurang
dari 2 tahun, valproic acid dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis valpr
oic acid 15-40 mg/ kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, dan phenobarbital 3-4 mg/k
2.8. Prognosis
kejang demam berulang, dan 75% terjadi dalam satu tahun setelah awitan yang pe
Bila seluruh faktor tersebut ada dapat meningkatkan risiko kejang demam be
13
rulang hingga 80%, namun bila tidak satupun faktor diatas ditemukan, kemungkin
an berulang 10 – 15%.3
Kematian setelah kejang demam adalah hal yang sangat jarang terjadi, bah
LAPORAN KASUS
Identitas
Ayah/Ibu : N/Y
Agama : Islam
Alloanamnesis
demam tinggi yang suhunya tidak diukur, tetapi lebih tinggi dari demam-demam
biasanya. Demam berlangsung sekitar 2 jam dan tidak kunjung turun walaupun
sudah dikompres dengan air hangat kuku. Ayah dan ibu membawa anaknya ke
15
puskesmas, saat diperjalanan anak mengalami kejang seluruh tubuh, diawali posisi
kepala menghadap ke samping kanan dan mata melihat ke kanan, kemudian kaku
dan kelonjotan, tidak sadar, kejang berlangsung sekitar 20 menit. Setelah tiba di
puskesmas, pasien masih dalam keadaan kejang, dan didapatkan suhu tubuh
pasien 39,1 C, pasien langsung diberikan diazepam rectal 5mg, dan parasetamol
suppositoria 125 mg. Setelah keadaan umum stabil, anak dirujuk ke RSUD AA
karena kejang lama dan adanya riwayat kejang demam berulang untuk
- Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama
Saat hamil, ibu pasien rutin melakukan ANC sebanyak enam kali di
puskesmas dan diberikan tablet besi, vitamin B6, dan asam folat. Ibu pasien
melakukan pemeriksaan USG sebanyak 2x selama kehamilan. Janin dan ibu dalam
kondisi baik.
menangis, cukup bulan, berat badan lahir 2700 gram. Riwayat ibu demam saat
hamil (-), hipertensi (-), kejang (-). Ibu pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi
Riwayat Imunisasi :
Riwayat Pertumbuhan :
- BB sekarang : 9,9 kg
- Panjang badan : 85 cm
- LILA : 15 cm
- Lingkar kepala : 42 cm
Riwayat Perkembangan :
ketawa
- Usia 6 bulan : Duduk sebentar, memindahkan benda, suka tidak suka, dan
Pasien tinggal di rumah sendiri bersama ayah dan ibu pasien. Rumah
berada di suatu area perumahan yang jarak antar rumah berdekatan dengan
Appearance
- Tone : Normotonus
- Intractability : Komposmentis
Work of Breathing
Circulation
Pemeriksaan Fisik
Suhu : 38,30C
Nafas : 32 x/menit
SpO2 : 100%
Status Gizi
TB saat ini : 85 cm
20
Mata
Mulut
Leher
Dada
Gallop(-)
Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, pucat (-/-), udem (-/-),
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, pucat (-/-), udem (-/-),
Status Neurologis
Saraf kranialis :
- N. II Optikus : Normal
- N. IV Troklearis : Normal
- N. VI Abdusen : Normal
- N. IX Glosofaringus : Normal
- N. X Vagus : Normal
Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), Brudzinky I dan II (-), Kernig (-),
Laseque (-)
Refleks fisiologis : Bisep (+), Trisep (+), Patella (+), Achilles (+)
Refleks primitif : Rooting (-), Sucking (-), Plantar grasp (-), Palmar
grasp (-)
(-)
555 555
Pemeriksaan Laboratorium
19 Mei 2021
Darah Rutin
Kimia Klinik
Elektrolit
- Na+ : 142 mmol/L (N:135 –145 mmol/L)
primitif (-)
Diagnosis Kerja
- Faringitis
Diagnosis Gizi
Diagnosis Banding
- Ensefalitis
- Meningitis
- EEG
- Lumbal pungsi
- CT scan kepala
27
- MRI kepala
Kebutuhan Kalori
Diagnosis Akhir
- Faringitis
- Phenobarbital 100 mg + NaCl 0,9% 25 ml -> Habis dalam 30 menit. Ulangi tiap
Prognosis
PEMBAHASAN
Pasien kejang usia 1 tahun 3 bulan, demam 2 jam, kejang, sesudah kejang
pasien sadar dan ditemukan adanya faringitis, didiagnosis sebagai kejang demam
mendefinisikan kejang demam sebagai bangkitan kejang yang terjadi saat terjadi
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C yang merupakan seuatu proses
ekstrakranium dan 2-5% mengenai anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun.1-3
demam sederhana (KDS) tiga kali saat usia 6 bulan, 11 bulan, dan 13 bulan
dengan jangka waktu belum cukup setahun serta interval kejadian KDS semakin
singkat. Hal ini perlu dipertimbangkan pada saat pemberian obat antikonvulsan
intermiten walaupun salah satu indikasinya adalah kejang demam berulang 4 kali
Pasien demam tinggi (T=39,1 C), lalu kejang umum yang didahului kejang
fokal, lama kejang sekitar 20 menit, didiagnosis sebagai kejang demam kompleks
sesuai dengan kriteria diagnosis kejang demam kompleks dimana kejang terjadi
selama >15 menit, dan merupakan suatu kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial yang berulang atau lebih dari 1 kali dalam
waktu 24 jam.8,14
penyebab kejang berasal dari intrakranial, ini sesuai dengan diagnosis kejang
demam, dimana terjadi peningkatan suhu, lalu diikuti dengan kejang, dan tidak
rutin, elektrolit, dan kadar gula darah sewaktu didapatkan leukosit dalam jumlah
normal, peningkatan neutrofil dan penurunan limfosit dan eosinofil yang tidak
terlalu signifikan. Gula darah sewaktu dan elektrolit dalam batas normal.
infeksi, dan melihat apakah ada penyebab lain dari kejang seperti gangguan pada
lumbal tidak dilakukan karena setelah observasi 1 hari tidak ada indikasinya.3,20
diberikan terapi rawat jalan berupa asam valproat sebagai obat pencegahan terus
menerus (rumat) selama 1 tahun, dan ke poli anak untuk kontrol setiap bulan. Hal
ini sesuai dengan indikasi pengobatan rumatan dianjurkan pada kejang demam
yang berlangsung >15 menit, dan kejang fokal. 3,20,21 Pasien dirawat selama 1 hari,
14. Hesdorffer DC, Benn EK, Bagiella E, Nordli D, Pellock J, Hinton V, dkk.
Ann Neurol. 2011;70(1):93-100.
15. Talsim. S. Soetomenggolo, Sofyan Ismail. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak.
IDAI. Jakarta.
16. Rudolf. M. 2002. Rudolf’s Pediatrics 21th Edition. USA. The McGraw-Hill
Companies, Inc
18. Price, Sylvia, Andreson. Patofisiologi, konsep klinis proses – proses penyakit.
19. David RB, Bodensteiner JB, Mandelbaum DE, Olson B, penyunting. Febrile s
eizure. Dalam; Clinical pediatric neurology. Edisi ke-3. New York: Demos M
21. David RB, Bodensteiner JB, Mandelbaum DE, Olson B, penyunting. Febrile s
eizure. Dalam; Clinical pediatric neurology. Edisi ke-3. New York: Demos M