Anda di halaman 1dari 34

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas
I.1 Data Keluarga :
Nama Kepala Keluarga Tarmizi
Alamat RT 03 Ulu Gedong
Agama Islam
Bahasa sehari-hari Jambi
Jarak Yankes terdekat Puskesmas Olak Kemang
Alat transportasi Motor pribadi

I.2 Data Anggota Keluarga :


No Nama Hub dgn JK Pendidikan Pekerjaan
KK terakhir
1. Kartini Istri ♀ SMA IRT
2. Tazkira Anak ♀ -
Amalia

1.3 Data Individu yang sakit :


a. Nama : Tazkira Amalia
b. Umur : 5 tahun
c. Agama : Islam
1.4 Riwayat kehamilan dan kelahiran :
 Masa Kehamilan : Aterm
 Partus : pervaginam
 Tempat : RSUD Raden Mattaher Jambi
 Ditolong Oleh : bidan

1
 Tanggal : 16 Oktober 2008
 BBL : 2500 gr

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Jumlah saudara : pasien anak pertama

b. Status ekonomi keluarga :


 Ayah pasien bekerja sebagai petani sawit, sedangkan ibu pasien tidak
bekerja / seorang ibu rumah tangga.

c. Kondisi Rumah :
 Rumah panggung berlantai papan, beratap seng, ventilasi dan
pencahayaan cukup. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 ruang makan sekaligus dapur dan 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi. Sumber air berasal dari PDAM, dan sumber penerangan dari
PLN. Pembuangan sampah dengan cara dibakar. Di belakang rumah
pasien terdapat lahan kosong.
 Kondisi lingkungan rumah pasien rawan banjir saat musim hujan.
Kesan :
 Pencahayaan cukup baik
 Sanitasi cukup baik

d. Kondisi Lingkungan Keluarga :


- Pasien tinggal di lingkungan perkampungan yang cukup, jarak antara
rumah pasien kerumah lain tidak terlalu jauh.
- Warga di sekitar lingkungan pasien sangat ramah dan hidup
kekeluargaan di tempat ini cukup baik.

2
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
 Hubungan pasien dengan orang tuanya baik.
 Hubungan pasien dengan keluarga lainnya baik.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama :
Pasien mengeluh gatal-gatal pada anus sejak 2 minggu sebelum ke
Puskesmas.

Riwayat Perjalanan Penyakit : (alloanamnesa)


Os dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal pada anus
terutama malam hari sejak 2 minggu yang lalu. Pasien susah tidur jika
gatalnya timbul dan sering rewel. Pada pagi harinya, pasien sering terlihat
lemas. Sebelumnya pasien sering bermain tanah dengan teman-temannya,
tidak memakai sendal saat bermain dan keluar rumah. Pasien jarang cuci
tangan sebelum makan maupun setelah bermain kotor. Nafsu makan pasien
menurun dari biasanya, namun ibu pasien mengaku bahwa berat badan
anaknya tidak naik-naik. Riwayat cacingan atau keluar cacing dari anus saat di
sangkal. Ibu pasien selalu memasak makan sampai matang. BAB dan BAK
biasa, demam (-), nyeri ulu hati (-), mata cekung (-), batuk pilek (-). Pasien
belum pernah minum obat cacing sebelumnya.

V. Riwayat Penyakit Dahulu dan Keluarga


 Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.

VI. Riwayat Kebiasaan


 Os aktif bermain bersama anak seusianya.

3
 Os sering main di tanah dan sering tidak menggunakan alas kaki.
 Os jarang potong kuku dan cuci tangan setelah bermain.

VII. Riwayat Imunisasi


 BCG :+
 POLIO :+
 DPT :+
 HEPATITIS B :+
 CAMPAK :+
Kesan: imunisasi dasar lengkap

VIII. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,7°C
4. Nadi : 78x/menit
5. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit
- Irama : reguler, bronkovesikuler
- Tipe : thorakoabdominal
6. Tinggi badan : 90 cm
7. Berat badan : 15 Kg
8. Status gizi :

Body Mass Index : ( BB) / (TB)2

: (15) / (0,9)2 = 18,5 (normal)

4
Patokan BMI :
BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)
BMI 18.5 - 24 = normal
BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)
BMI >30 = obesitas

9. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada

Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Ekspresi : biasa
Simetri : simetris
Rambut : warna kemerahan seperti rambut
jagung (-)
2. Mata
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor,
reflex cahaya +/+

3. Hidung Kanan Kiri


Deformitas - -
Septum deviasi (-) deviasi (-)
Sekret - -

5
Mukosa hiperemi (-) hiperemi (-)
Konka hipertropi (-) hipertropi (-)
Sinus nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Polip - -

4. Telinga Kanan Kiri


Daun telinga N N
Liang telinga hiperemis (-) hiperemis (-)
edema (-) edema (-)
jar.granulasi (-) jar.granulasi (-)
furunkel (-) furunkel (-)
Discharge - -
Membran Timpani intak intak
Mastoid N N
Pendengaran N N

5. Mulut Bibir : lembab

Bau pernafasan : normal


Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)

6. Leher KGB : tak ada pembengkakan


Kel.tiroid : tak ada pembesaran
JVP : 5 - 2 cmH2O

6
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal

Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula


kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula


kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

7
8. Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Hepar dan lien tak teraba

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas
Akral hangat,kekuatan 5/5 , Edem (-)
10. Ekstremitas bawah
Akral hangat, kekuatan 5/5, Edem (-)

VIII. Pemeriksaan Penunjang:


 Pemeriksaan darah rutin
 swab anal
 feses rutin.

IX. Pemeriksaan Anjuran :


 Ig E

X Diagnosis : Oxyuriasis

XI. Diagnosis banding:


 Trichuriasis

8
XII. Manajemen
1. Promotif :
 Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan
pengobatannya.
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
 Menjelaskan tentang cara pencegahan penyakit, faktor risiko dan
komplikasi.

2. Preventif :
 Mencuci tangan dan kaki setiap selesai bermain dengan sabun dan air
bersih maupun sebelum dan setelah makan.
 Menjaga kebersihan kuku dengan cara memotong kuku secara teratur.
 Mengusahakan agar tidak jajan sembarangan di pinggir jalan.
 Selalu memasak makanan sampai matang dan sudah dicuci bersih
sebelumnya.
 Membersihkan WC secara rutin.
 Minum obat cacing 1x setiap 6 bulan.
 Jika keluar rumah, menggunakan alas kaki.
 Mencuci pakaian, alas tempat tidur dan barang- barang jika telah
terkontaminasi.

3. Kuratif :

Non Farmakologis :
 Makan makanan bersih dan bergizi.
 Konsumsi makan probiotik seperti yougurt.
 Penambahan bawang putih sebagai bumbu tambahan dalam makanan.

9
Farmakologis :
 Pirantel Pamoat tab 1x 150mg selama 1 hari.
 Vit.B complex tab 3x 50 mg selama 3 hari

Tradisional:
Bahan:
2-3 siung bawang merah atau bawang putih

Cara Membuat:
 2-3 siung bawang di giling atau diparut
 Ramuan ditempelkan ditempat yang gatal (dubur)
 Lakukan menjelang tidur.

10
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS OLAK KEMANG
DOKTER: RIDHA dan PUTRI
SIP: STR:
Tanggal: 30 Desember 2013

R/ Pirantel pamoat mg 150 no.I


s 1 d d 1 tab
R/ Vit.B comp mg 50 no. IX
s 3 dd 1 tab

Pro: An.T (5 Th)


Alamat: RT 3 Ulu Gedong

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS OLAK KEMANG PUSKESMAS OLAK KEMANG
DOKTER: RIDHA dan PUTRI DOKTER: RIDHA dan PUTRI
SIP: STR: SIP: STR:
Tanggal: 30 Desember 2013 Tanggal: 30 Desember 2013

R/ Mebendazol mg 500 no. I R/ Albendazol mg 400 no.I


S1dd1 tab S1dd 1 tab
R/ Curcuma syr mg 120 no. I R/ Curcuma syr mg 120 no.I
S3dd 1C S3dd I C

Pro: An.T (5 Th) 11


Pro: An.T (5 Th)
Alamat: RT 3 Ulu Gedong Alamat: RT 3 Ulu Gedong
4. Rehabilitatif
 Kontrol ke Puskesmas.

12
Follow up 

- 31 Desember 2013 (Kunjungan pertama)

Diagnosis Terapi Masalah yang ditemukan Bentuk pembinaan


yang diberikan
Kecacingan ec - Pirantel - Menangis karena gatal  Menjaga kebersihan
susp. pamoat pada anus(+) diri dan lingkungan
Enterobiasis 1x150 mg - Gatal pada anus (+) sekitar pasien.
- Vit.B comp - Nafsu makan belum  Mengajarkan cara
3x mengalami mencuci tangan yang
peningkatan. benar.
 Mengedukasi ibu
pasien agar mengulangi
pemberian pirantel
pamoat pada 6 bulan
berikutnya dan 6 bulan
berikutnya secara
teratur.
 mengedukasi pasien
agar menggunakan alas
kaki pada saat bermain
ataupun keluar rumah.
 Mengedukasi pasien
agar selalu rutin
memotong kuku.
 Mengedukasi pasien
agar tidak menggaruk-
garuk anus jika gatal.

13
14
- 3 Januari 2014 (Kunjungan ke dua)

Terapi Masalah yang Bentuk pembinaan yang Perkembangan


ditemukan diberikan pembinaan
 Vitamin  Menangis  Jangan menkonsumsi  Menangis karena gatal
karena gatal makanan sembarangan. pada anus (-).
pada anus (-)  Menjaga kebersihan  Gatal pada anus (-)
 Nafsu makan lingkungan rumah dan  Ibu telah
biasa. pasien. memperhatikan
 Kebersihan  Mencuci pakaian, alas kebersihan keluarganya
diri pasien tempat tidur dan barang- terutama pasien.
masih kurang barang jika telah  Ibu telah memotong
 Pasien masih terkontaminasi. kuku pasien dan telah
keluar rumah menyuruh pasien
tanpa alas menggunakan alas kaki
kaki saat bermain atau
 Pasien sering keluar rumah.
lupa cuci
tangan dan
kaki setelah
selesai
bermain dan
cuci tangan
sebelum
makan.

15
16
- 6 Januari 2014 (Kunjungan ke tiga)

Terapi Masalah yang Bentuk pembinaan yang Perkembangan


ditemukan diberikan pembinaan
 Vitamin -.  Menjaga kebersihan  Pasien sudah memakai
lingkungan rumah dan alas kaki saat keluar
pasien. rumah dan saat
 Mengedukasi pada pasien bermain.
dan ibu pasien untuk  pasien sudah sering
mandi dengan sabun dan cuci tangan dan kaki
air bersih setelah pasien setiap selesai bermain
bermain banjir. dan mencuci tangan
 Tidak melarang pasien sebelum makan.
untuk bermain, tetapi  Nafsu makan pasien
mengedukasi pasien sudah meningkat
setelah selesai bermain
segera mencuci tangan
dan kaki dengan sabun
dan air bersih.

17
18
- 11 Januari 2014 (Kunjungan ke Empat)

Terapi Masalah yang Bentuk pembinaan yang Perkembangan


ditemukan diberikan pembinaan
 Vitamin -  Menjaga kebersihan  Keluhan (-)
lingkungan rumah dan  Nafsu makan pasien
pasien. meningkat.
 Mengedukasi ibu pasien  Pasien sudah selalu
dan pasien mengenai menggunakan sendal
pencegahan terjadinya saat keluar rumah dan
penyakit ini pada pasien saat bermain.
agar tidak berulang  Ibu sudah lebih
kembali. memperhatikan
 Mengedukasi ibu pasien kebersihan pasien dan
agar membuat tempat lingkungan rumahnya.
cuci tangan (westafel  Pasien sudah terbiasa
sederhana dari galon air cuci tangan dan kaki
yang telah diberi keran) setelah selesai bermain
untuk diletakkan di dan mencuci tangan
depan rumah agar anak sebelum makan.
termotivasi dan terbiasa
untuk mencuci tangan
dan kaki setelah selesai
bermain.

19
20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Oxyuriasis merupakan penyakit akibat infeksi nematoda genus Enterobius,
khususnya Oxyuris vermicularis. Penyakit ini biasa dikenal dengan penyakit cacing
kremi. Oxyuris vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak dilakukan
penelitian mengenai biologi, epidemiologi, dan gejala klinisnya. 1-7

2.2 Epidemiologi
Penyebaran cacing kremi atau Oxyuris vermicularis lebih luas daripada cacing
lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang
hidup dalam satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat
diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi
sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa
anggota keluarga yang mengandung Oxyuris vermicularis dapat ditemukan (92%) di
lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur,
pakaian, dan tilam.3
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak-anak lebih banyak ditemukan
pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada
orang negro 2

2.3 Morfologi dan Daur Hidup


Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran
kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esofagus jelas sekali, ekornya
panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh dengan telur.
Sedangkan cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai sayap dan ekornya

21
melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya (?). Spikulum pada ekor jarang
ditemukan. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum. Makanannya adalah isi
dari usus. 6
Cacing betina gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur, bermigrasi ke
daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-
telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di dalam tinja. Telur
berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetrik). Dinding telur bening dan
agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam
waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu badan. Telur resisten terhadap
desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13
hari. 1
Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan
mati setelah kopulasi, sedangkan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi
enterobiasis terjadi bila menelan telur matang atau bila larva dari telur yang menetas
di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan,
telur menetas di duodenum dan larva rhabditiformis berubah dua kali sebelum
menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. 1
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur
matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,
berlagsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada
anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi cacing ini dapat sembuh
sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan pun infeksi dapat
berakhir. 1

2.4 Cara Penularan


Anjing dan kucing bukan mengandung Enterobiasis vermicularis tetapi dapat
menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. Adapun
penularan penyakit enterobiasis dapat dipengaruhi oleh:

22
1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi)
atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri
sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin
sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
3. Retroinfeksi melalui anus, yaitu larva dari telur yang menetas di sekitar anus
kembali masuk ke anus.5

2.5 Gejala
Gejala klinis yang penting dan paling sering ditemukan adalah rasa gatal pada
anus (pruritus ani), yang timbul terutama pada malam hari. Rasa gatal ini harus
dibedakan dengan rasa gatal yang disebabkan oleh jamur, alergi dan pikiran. Gejala
lain adalah anoreksi, badan menjadi kurus, sukar tidur dan pasien menjadi iritabel
atau rewel, seringkali terjadi terutama pada anak. Pada wanita dapat menyebabkan
vaginitis. Cacing dewasa di dalam usus dapat menyebabkan gejala nyeri perut, rasa
mual, muntah, diare yang disebabkan karena iritasi cacing dewasa pada sekum,
apendiks dan sekitar muara anus besar.1-7

23
Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan
gangguan di daerah tersebut. Selain itu, gejala lain yang didapatkan antara lain
enuresis atau mengompol, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia, dan masturbasi,
tetapi masih sukar untuk membuktikan hubungan sebab akibat dengan Enterobius
vermicularis. 1

2.6 Diagnosis
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar
anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing
dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang
ditempatkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan
mencuci pantat (cebok). 1-6
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada
ujungnya dilekatkan scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di
daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian
adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk
pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut.
Pemeriksaan darah tepi umumnya normal, hanya ditemukan sedikit eosinofilia .4

2.7 Diagnosis banding


A. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Gejala penyakit Cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan dengan
penyakit-penyakit lain. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk dan eosinofelia.
Orang (anak) yang menderita Cacingan biasanya lesu, tidak bergairah, konsentrasi
belajar kurang. Pada anak-anak yang menderita Ascariasis perutnya nampak buncit
(karena jumlah cacing dan kembung perut); biasanya matanya pucat dan kotor seperti
sakit mata (rembes), dan seperti batuk pilek. Perut sering sakit, diare, nafsu
makan kurang. 2

24
Karena orang (anak) masih dapat berjalan dan sekolah atau bekerja,
sering kali tidak dianggap sakit, sehingga terjadi salah diagnosis dan salah
pengobatan. Padahal secara ekonomis sudah menunjukkan kerugian yaitu
menurunkan produktifitas kerja dan mengurangi kemampuan belajar. Karena
gejala klinik yang tidak khas, perlu diadakan pemeriksaan tinja untuk membuat
diagnosis yang tepat, yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja
tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan
beratnya infeksi (dengan cara menghitung telur). 6
Disamping itu gangguan dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-
paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut
sindroma Loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan.
Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu
makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-
anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan (malabsorbtion). Keadaan
yang serius, bila cacing mengumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan
pada usus (Ileus obstructive).3

B. Cacing Cambuk (Trichuris Trichiura)


Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala
klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk
yang berat dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare,
disenteri, anemia, berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus
rektum. Infeksi cacing cambuk yang berat juga sering disertai dengan infeksi cacing
lainnya atau protozoa. Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. 1-6

C. Cacing Tambang (Ancylostoma Duodenale & Necator Americanus)


Gejala klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak bergairah,
konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja
menurun dan anemia (anemia hipokrom micrositer). Disamping itu juga terdapat

25
eosinofilia.5

26
2.8 Komplikasi
Bila jumlah cacing dewasa cukup banyak akan dapat menyebabkan apendisitis.
Cacing dewasa pada wanita dapat bermigrasi ke dalam vagina, uterus, dan tuba
falopii, dan dapat menyebabkan peradangan di daerah tersebut.6

2.9 Pengobatan
Obat-obat antihelmintik digunakan untuk mengurangi sejumlah parassit cacing
di saluran cerna atau jaringan tubuh. Parasit ini mengalami proses biokimiawi dan
fisiologi dengan inang mamalianya, sekarang dengan adanya perbedaan yang tidak
jelas dapat dimulai untuk menghasilkan penelitian farmakologi. Kebanyakan
antihelmintik yang digunakan sekarang ini aktif terhadap parasit spesifik dan
beberapa bersifat toksik. Karena itu, parasit tersebut harus dikenali terlebih dahulu
sebelum pengobatan dimulai, biasanya dengan menggunakan parasit, telur, atau larva
di urin, tinja, darah, sputum, atau jaringan inang. 4
Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan salah
seorang anggota terkena enterobiasis. Pengobatan secara periodik memberikan
prognosis yang baik. Adapun obat-obat yang dapat diberikan antara lain: 1-7
1. Mebendazol
Mebendazol menghambat sintesis mikrotubulus nematoda, sehingga mengganggu
ambilan glukosa yang irreversibel. Akibatnya parasit intestinal diimobilisasi atau mati
secara perlahan, dan bersihannya dari saluran cerna mungkin tidak lengkap sampai
beberapa hari setelah pengobatan. Efikasi obat ini bervariasi dengan waktu transit
saluran cerna, beratnya infeksi, serta apakah obat ini dikunyah atau tidak, dan
mungkin dengan strain parasit. Mebendazol diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang
setelah 2 minggu.
2. Albendazol
Albendazol menghambat ambilan glukosa oleh larva dan parasit stadium dewasa
yang rentan, mengurangi penyimpanan glikogen dan menurunkan pembentukan ATP.

27
Sebagai akibatnya, parasit diimobilisasi dan mati. Diberikan dosis tunggal 400 mg,
diulang setelah 2 minggu.
3. Pirantel pamoat
Pirantel pamoat efektif terhadap cacing bentuk matur atau imatur yang rentan dalam
saluran cerna tetapi tidak efektif terhadap stadium migrasi dalam jaringan. Obat ini
merupakan agen penghambat depolarisasi neuromuskular yang menyebabkan
pelepasan asetilkolin, menghambat kolinesterase, dan merangsang reseptor
ganglionik. Diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal dan
maksimum 1 gram.

2.10 Pencegahan
Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu
dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. Anak yang mengandung
cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas kasur
tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal. 3

28
BAB III

ANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah pasien, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara diagnosis dengan keadaan/
kondisi rumah pasien. Dimana, lingkungan pasien kurang terjaga
kebersihannya. Dan juga lingkungan pasien rawan banjir.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Diagnosis penyakit pasien saat ini tidak berhubungan langsung dengan
keadaan keluarga. Tetapi hubungan keluarga memiliki peranan dalam
perkembangan penyakit pasien. Karena pasien masih dalam masa
pertumbuhan, dan perkembangan, dimana sangat memerlukan perhatian
penuh dari orang tuanya.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Terdapat hubungan antara diagnosis dengan perilaku kesehatan pasien.
Dimana pasien sering bermain dan keluar rumah tanpa menggunakan alas
kaki. Selain itu, pasien juga sering tidak mencuci tangan sebelum makan dan
setelah bermain. Ibu pasien juga kurang memperhatikan kebersihan diri
pasien dan lingkungan rumahnya.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit


Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penyakit yang diderita oleh
pasien ini ada hubungannya dengan faktor perilaku kesehatan pasien.

29
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan
faktor resiko atau etiologi.
Beberapa langkah untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko/
etiologi:
 Mencuci tangan dan kaki setiap selesai bermain dengan sabun dan air
bersih maupun sebelum dan setelah makan.
 Menjaga kebersihan kuku dengan cara memotong kuku secara teratur.
 Mengusahakan agar tidak jajan sembarangan di pinggir jalan.
 Selalu memasak makanan sampai matang dan sudah dicuci bersih
sebelumnya.
 Membersihkan WC secara rutin.
 Minum obat cacing 1x setiap 6 bulan.
 Jika keluar rumah, menggunakan alas kaki.
 Mencuci pakaian, alas tempat tidur dan barang- barang jika telah
terkontaminasi.

30
BAB IV

LAMPIRAN

31
32
33
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Parasitologi kedokteran edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 2009.
2. Brown H W. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: penerbit Gramedia. 2009.
3. Rampengan, Laurentz. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. EGC. Jakarta. 2003
4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Infeksi dan Penyakit tropis.
Edisi 1. Penerbit FKUI;Jakarta.2002.
5. Purwono, Gunawan W, Magdalena L J, dkk. Atlas Helmintologi Kedokteran.
Penerbit PT gramedia; Jakarta.2001.
6. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Balai
penerbit FKUI 2001.
7. World Health Organization. Dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. 2009.

34

Anda mungkin juga menyukai