STATUS PASIEN
I. Identitas
I.1 Data Keluarga :
Nama Kepala Keluarga Tarmizi
Alamat RT 03 Ulu Gedong
Agama Islam
Bahasa sehari-hari Jambi
Jarak Yankes terdekat Puskesmas Olak Kemang
Alat transportasi Motor pribadi
1
Tanggal : 16 Oktober 2008
BBL : 2500 gr
c. Kondisi Rumah :
Rumah panggung berlantai papan, beratap seng, ventilasi dan
pencahayaan cukup. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 ruang makan sekaligus dapur dan 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi. Sumber air berasal dari PDAM, dan sumber penerangan dari
PLN. Pembuangan sampah dengan cara dibakar. Di belakang rumah
pasien terdapat lahan kosong.
Kondisi lingkungan rumah pasien rawan banjir saat musim hujan.
Kesan :
Pencahayaan cukup baik
Sanitasi cukup baik
2
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Hubungan pasien dengan orang tuanya baik.
Hubungan pasien dengan keluarga lainnya baik.
3
Os sering main di tanah dan sering tidak menggunakan alas kaki.
Os jarang potong kuku dan cuci tangan setelah bermain.
4
Patokan BMI :
BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)
BMI 18.5 - 24 = normal
BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)
BMI >30 = obesitas
9. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Ekspresi : biasa
Simetri : simetris
Rambut : warna kemerahan seperti rambut
jagung (-)
2. Mata
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor,
reflex cahaya +/+
5
Mukosa hiperemi (-) hiperemi (-)
Konka hipertropi (-) hipertropi (-)
Sinus nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Polip - -
6
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
7
8. Abdomen
Perkusi Timpani
9. Ekstremitas Atas
Akral hangat,kekuatan 5/5 , Edem (-)
10. Ekstremitas bawah
Akral hangat, kekuatan 5/5, Edem (-)
X Diagnosis : Oxyuriasis
8
XII. Manajemen
1. Promotif :
Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan
pengobatannya.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Menjelaskan tentang cara pencegahan penyakit, faktor risiko dan
komplikasi.
2. Preventif :
Mencuci tangan dan kaki setiap selesai bermain dengan sabun dan air
bersih maupun sebelum dan setelah makan.
Menjaga kebersihan kuku dengan cara memotong kuku secara teratur.
Mengusahakan agar tidak jajan sembarangan di pinggir jalan.
Selalu memasak makanan sampai matang dan sudah dicuci bersih
sebelumnya.
Membersihkan WC secara rutin.
Minum obat cacing 1x setiap 6 bulan.
Jika keluar rumah, menggunakan alas kaki.
Mencuci pakaian, alas tempat tidur dan barang- barang jika telah
terkontaminasi.
3. Kuratif :
Non Farmakologis :
Makan makanan bersih dan bergizi.
Konsumsi makan probiotik seperti yougurt.
Penambahan bawang putih sebagai bumbu tambahan dalam makanan.
9
Farmakologis :
Pirantel Pamoat tab 1x 150mg selama 1 hari.
Vit.B complex tab 3x 50 mg selama 3 hari
Tradisional:
Bahan:
2-3 siung bawang merah atau bawang putih
Cara Membuat:
2-3 siung bawang di giling atau diparut
Ramuan ditempelkan ditempat yang gatal (dubur)
Lakukan menjelang tidur.
10
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS OLAK KEMANG
DOKTER: RIDHA dan PUTRI
SIP: STR:
Tanggal: 30 Desember 2013
12
Follow up
13
14
- 3 Januari 2014 (Kunjungan ke dua)
15
16
- 6 Januari 2014 (Kunjungan ke tiga)
17
18
- 11 Januari 2014 (Kunjungan ke Empat)
19
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Oxyuriasis merupakan penyakit akibat infeksi nematoda genus Enterobius,
khususnya Oxyuris vermicularis. Penyakit ini biasa dikenal dengan penyakit cacing
kremi. Oxyuris vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak dilakukan
penelitian mengenai biologi, epidemiologi, dan gejala klinisnya. 1-7
2.2 Epidemiologi
Penyebaran cacing kremi atau Oxyuris vermicularis lebih luas daripada cacing
lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang
hidup dalam satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat
diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi
sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa
anggota keluarga yang mengandung Oxyuris vermicularis dapat ditemukan (92%) di
lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur,
pakaian, dan tilam.3
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak-anak lebih banyak ditemukan
pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada
orang negro 2
21
melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya (?). Spikulum pada ekor jarang
ditemukan. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum. Makanannya adalah isi
dari usus. 6
Cacing betina gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur, bermigrasi ke
daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-
telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di dalam tinja. Telur
berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetrik). Dinding telur bening dan
agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam
waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu badan. Telur resisten terhadap
desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13
hari. 1
Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan
mati setelah kopulasi, sedangkan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi
enterobiasis terjadi bila menelan telur matang atau bila larva dari telur yang menetas
di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan,
telur menetas di duodenum dan larva rhabditiformis berubah dua kali sebelum
menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. 1
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur
matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,
berlagsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada
anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi cacing ini dapat sembuh
sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan pun infeksi dapat
berakhir. 1
22
1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi)
atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri
sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin
sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
3. Retroinfeksi melalui anus, yaitu larva dari telur yang menetas di sekitar anus
kembali masuk ke anus.5
2.5 Gejala
Gejala klinis yang penting dan paling sering ditemukan adalah rasa gatal pada
anus (pruritus ani), yang timbul terutama pada malam hari. Rasa gatal ini harus
dibedakan dengan rasa gatal yang disebabkan oleh jamur, alergi dan pikiran. Gejala
lain adalah anoreksi, badan menjadi kurus, sukar tidur dan pasien menjadi iritabel
atau rewel, seringkali terjadi terutama pada anak. Pada wanita dapat menyebabkan
vaginitis. Cacing dewasa di dalam usus dapat menyebabkan gejala nyeri perut, rasa
mual, muntah, diare yang disebabkan karena iritasi cacing dewasa pada sekum,
apendiks dan sekitar muara anus besar.1-7
23
Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan
gangguan di daerah tersebut. Selain itu, gejala lain yang didapatkan antara lain
enuresis atau mengompol, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia, dan masturbasi,
tetapi masih sukar untuk membuktikan hubungan sebab akibat dengan Enterobius
vermicularis. 1
2.6 Diagnosis
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar
anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing
dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang
ditempatkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan
mencuci pantat (cebok). 1-6
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada
ujungnya dilekatkan scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di
daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian
adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk
pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut.
Pemeriksaan darah tepi umumnya normal, hanya ditemukan sedikit eosinofilia .4
24
Karena orang (anak) masih dapat berjalan dan sekolah atau bekerja,
sering kali tidak dianggap sakit, sehingga terjadi salah diagnosis dan salah
pengobatan. Padahal secara ekonomis sudah menunjukkan kerugian yaitu
menurunkan produktifitas kerja dan mengurangi kemampuan belajar. Karena
gejala klinik yang tidak khas, perlu diadakan pemeriksaan tinja untuk membuat
diagnosis yang tepat, yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja
tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan
beratnya infeksi (dengan cara menghitung telur). 6
Disamping itu gangguan dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-
paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut
sindroma Loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan.
Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu
makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-
anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan (malabsorbtion). Keadaan
yang serius, bila cacing mengumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan
pada usus (Ileus obstructive).3
25
eosinofilia.5
26
2.8 Komplikasi
Bila jumlah cacing dewasa cukup banyak akan dapat menyebabkan apendisitis.
Cacing dewasa pada wanita dapat bermigrasi ke dalam vagina, uterus, dan tuba
falopii, dan dapat menyebabkan peradangan di daerah tersebut.6
2.9 Pengobatan
Obat-obat antihelmintik digunakan untuk mengurangi sejumlah parassit cacing
di saluran cerna atau jaringan tubuh. Parasit ini mengalami proses biokimiawi dan
fisiologi dengan inang mamalianya, sekarang dengan adanya perbedaan yang tidak
jelas dapat dimulai untuk menghasilkan penelitian farmakologi. Kebanyakan
antihelmintik yang digunakan sekarang ini aktif terhadap parasit spesifik dan
beberapa bersifat toksik. Karena itu, parasit tersebut harus dikenali terlebih dahulu
sebelum pengobatan dimulai, biasanya dengan menggunakan parasit, telur, atau larva
di urin, tinja, darah, sputum, atau jaringan inang. 4
Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan salah
seorang anggota terkena enterobiasis. Pengobatan secara periodik memberikan
prognosis yang baik. Adapun obat-obat yang dapat diberikan antara lain: 1-7
1. Mebendazol
Mebendazol menghambat sintesis mikrotubulus nematoda, sehingga mengganggu
ambilan glukosa yang irreversibel. Akibatnya parasit intestinal diimobilisasi atau mati
secara perlahan, dan bersihannya dari saluran cerna mungkin tidak lengkap sampai
beberapa hari setelah pengobatan. Efikasi obat ini bervariasi dengan waktu transit
saluran cerna, beratnya infeksi, serta apakah obat ini dikunyah atau tidak, dan
mungkin dengan strain parasit. Mebendazol diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang
setelah 2 minggu.
2. Albendazol
Albendazol menghambat ambilan glukosa oleh larva dan parasit stadium dewasa
yang rentan, mengurangi penyimpanan glikogen dan menurunkan pembentukan ATP.
27
Sebagai akibatnya, parasit diimobilisasi dan mati. Diberikan dosis tunggal 400 mg,
diulang setelah 2 minggu.
3. Pirantel pamoat
Pirantel pamoat efektif terhadap cacing bentuk matur atau imatur yang rentan dalam
saluran cerna tetapi tidak efektif terhadap stadium migrasi dalam jaringan. Obat ini
merupakan agen penghambat depolarisasi neuromuskular yang menyebabkan
pelepasan asetilkolin, menghambat kolinesterase, dan merangsang reseptor
ganglionik. Diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal dan
maksimum 1 gram.
2.10 Pencegahan
Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu
dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. Anak yang mengandung
cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas kasur
tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal. 3
28
BAB III
ANALISIS KASUS
29
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan
faktor resiko atau etiologi.
Beberapa langkah untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko/
etiologi:
Mencuci tangan dan kaki setiap selesai bermain dengan sabun dan air
bersih maupun sebelum dan setelah makan.
Menjaga kebersihan kuku dengan cara memotong kuku secara teratur.
Mengusahakan agar tidak jajan sembarangan di pinggir jalan.
Selalu memasak makanan sampai matang dan sudah dicuci bersih
sebelumnya.
Membersihkan WC secara rutin.
Minum obat cacing 1x setiap 6 bulan.
Jika keluar rumah, menggunakan alas kaki.
Mencuci pakaian, alas tempat tidur dan barang- barang jika telah
terkontaminasi.
30
BAB IV
LAMPIRAN
31
32
33
DAFTAR PUSTAKA
34